WARNING:OOC,GAJE,TIDAK BAKU,TDK SESUAI EYD, TYPO
TIDAK SUKA TIDAK PERLU BACA
[-]
[-]
[-]
Naruto milik Masashi Kishimoto
[-]
[-]
[-]
DISCLAIMER: SEGALA KERAKTER DALAM CERITA INI BUKAN KEPUNYAAN DAN MILIK SAYA
[-]
[-]
[-]
Genre: Adventure, Fantasy, Comedy, Drama, Isekai, Historical, Harem, Millitary
Rating: M (For Safe)
By: Lelacki Tamvan
[-]
[-]
[-]
Chapter 9 : Friend
Iruka Pov
Sudah satu hari sejak Pangeran pergi dari Uzushio dan belum kembali, aku tak tau apa yang terjadi disana sampai satu hari saja belum cukup untuknya dan yang bisa aku lakukan hanya menunggu dia pulang dengan selamat.
'atau mungkin dia sudah tau banyak sekali pekerjaan yang akan dia lakukan sehingga dia melarikan diri dan semuanya diserahkan padaku' mengingat sikap Pangeran yang mulai bertanggung jawab tetap ada rasa malas di dalam dirinya yang mungkin sudah bawaan lahir.
Knock Knock
"masuklah"
Ketika pintu terbuka menampilkan Pakura dengan baju sehari-harinya yang biasa walau aku sedikit mengharapkan hari itu terjadi kembali namun sejak Naruto pergi dia malah tetap bekerja dan melayaniku sebagai peganti pangeran. Pakura berjalan mendekat ke meja dimana aku bekerja dan meletakkan secangkir teh dari nampan yang sangat harum, aku meminum teh yang sudah di hidangkan menenangkan stress yang kumiliki.
"daun teh dari kerajaan Suna memang sangat baik ya" Aku tidak bisa berhenti dan kembali meminum teh mahal tersebut.
"ya, Gaara tak keberatan membagi daun teh yang ia bawa dari kerajaan Suna" Pakura masih memasang wajah pokernya namun tetap cantik.
'Iruka, sadarlah kau sudah kepala 3. Mana ada perempuan yang mau berpacaran denganmu' Aku mungkin sudah bertindak terlalu jauh walau dia adalah gadis pangeran.
Aku menghentikan kegiatan menulisku dan bersender, "jadi apakah mereka bertiga akan pergi 2 hari lagi ?"
"sebenarnya hari dimana Naruto akan pergi adalah hari terakhir mereka namun mendengar Uzushio kehilangan pemimpin desanya tentu akan memberikan dampak buruk ke seluruh warga yang ada dan bisa jadi ada penjahat yang berniat menggulingkan desa ini"
"Bagaimana dengan Kankuro ?"
"sejauh ini identitasnya masih belum ketahuan"
Aku hanya bisa menghela nafas, "aku tak menyangka wajahnya lumayan mirip dengan pangeran dan dengan sedikit dandan dia sudah bisa menjadi alat propaganda"
"yang lebih mengejutkan adalah Gaara lah yang menyarankan ide tersebut untuk menggunakan Kankuro agar menenangkan warga Uzushio"
"tapi aku takut dia akan menggunakan Kankuro untuk melakukan hal yang sewenang-wenang dan menyebarkan berita palsu yang bisa mengancam reputasinya"
"meski wajahnya seperti itu Gaara adalah orang yang baik, terlebih dia melakukan ini karena baik pangeran dan Gaara sendiri sudah berteman"
"benarkah !? sejak kapan mereka berteman ?"
"mungkin sejak transaksi Neraka Jam 12"
"aku tak percaya dia bisa berteman dengan sangat cepat"
Tiba-tiba ada keheningan dalam ruangan ini membuatku sedikit canggung dengannya, walau sudah bercerita banyak hal aku tak merasakan adanya kemajuan seperti menjadi lebih terbuka atau hal lainnya dan harus aku akui aku memang tak pandai soal wanita. Atmosfer ruangan ini mulai menusuk ke kepalaku dan harus segera kucairkan namun aku terlalu takut mengucapkan pertanyaan ini, apa dia tak marah ? lebih baik aku coba saja.
"Pakura-san"
"iya ?"
"sejak kapan anda menyukai Naruto ?"
Wajah Pakura yang sbeleumnya datar langsung memerah seperti tomat dan ia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan karena sadar aku memperhatikannya, mungkin aku sudah menggodanya terlalu jauh sehingga sebuah tamparan memnag pantas aku dapatkan.
"ke-kenapa an-anda ber-bertanya seperti i-itu"
Ya ampun, ternyata dia sangat malu sampai tak bisa bicara dengan benar. Kupikir dia lebih seperti batu yang tak punya emosi dan sangat kaku namun dia lebih feminim dari yang kukira. Naruto, kau mendapatkan gadis yang menarik.
"maaf, aku tak tau jika kau tak mau membahas soal ini jadi sebaiknya kau tak perlu menjawab" Aku hanya bisa menggaruk kepalaku dan kembali bekerja, aku tak mau memaksanya mengatakan hal yang tak ingin dia katakan apalagi dia gadis.
"ba-bagaimana anda bisa tau saya menyukai pangeran ?" Jawaban Pakura menghentikan kegiatan menulisku, aku langsung memalingkan wjahaku ke arahnya dan melihat bahwa meski masih malu dia tetap melanjutkan percakapan ini.
Aku hanya menggaruk belakang kepalaku, ternyata ini berhasil, "tidak perlu terlalu formal denganku. Ya, mau bagaimana lagi jika kau selalu berusaha menempelnya dengannya maksudku harus aku akui dia lumayan tampan seperti mendiang ayahnya"
"Mendiang ? apa ayah Naruto-kun sudah meninggal ?" wajah merona Pakura sudah hilang di gantikan dengan wajah sedih terlebih ini membahas tentang ayahnya tentu aku juga berat untuk membuka mulutku.
"ayah Naruto bernama Namikaze Minato, dia adalah seorang raja yang sangat hebat dan membawa Kerajaan Konoha dalam masa kejayaannya dalam waktu yang sangat singkat. Dia adalah orang yang dermawan serta bijaksana, dia jugalah orang yang memungutku ketika aku dicampakkan oleh kru pelaut karena membuat kapal kami bau dan memberiku pekerjaan di istana untuk menjaga putra ketiganya"
"Naruto, benar ?"
"ya, Minato-san adalah orang yang sibuk sehingga jarang meluangkan waktunya untuk menjadi seorang ayah sehingga anak-anaknya berusaha mencari perhatiannya dan Naruto menggunakan kenakalannya agar menarik perhatian ayahnya dan memang benar di antara saudara-saudaranya yang melakukan berbagai prestasi Naruto selalu bisa membuat ayahnya berdiri dari kursi kerjanya dan mengejar Naruto sampai ke ujung Konoha agar bisa memarahinya, dalam waktu singkat mereka dengan menjadi sangat dekat"
"hari-hari terasa sangat menyenangkan berada di sekitaran Namikaze dan Uzumaki yang selalu membuat suasana kerajaan terasa hidup seolah-olah mereka bukanlah bangsawan yang menginginkan kekayaan melainkan hanya sebuah keluarga kecil yang ingin bahagia, Aku juga sering ikut merasakan apa pentingnya sebuah keluarga yang tak pernah aku miliki, apa rasanya memiliki seorang ayah yang memarahimu dan seorang ibu yang selalu menjewermu ketika kau dan pangeran ketiga mencuri beberapa kue coklat yang ratu buat.
"suatu hari ketika aku berniat mengantarkan makanan bersama Naruto kami melihat raja sudah jatuh tergeletak bersimbah darah dari mulutnya, Naruto langsung berlari kearah ayahnya dan menggoyangkan tubuhnya yang sudah tak sadarkan diri lagi, terdapat beberapa luka tusuk tapi tak ada satupun yang melukai organ vitalnya namun dia sudah banyak kehilangan darah sehingga harus segera di rawat. Aku dan Naruto menggendong raja dengan air mata yang terus mengalir sambil berteriak di malam hari dimana para pelayan sudah beristirahat sampai Ratu datang dan membawa raja ke tempat tidurnya dan di periksa oleh Dokter terhebat yang kami kenal yaitu dokter Tenya"
"dokter Tenya mengatakan bahwa raja masih hidup walau dalam keadaan yang kritis meminta izin untuk melakukan pembedahan agar nyawanya selamat namun takdir berkata lain dan sejak saat itu dokter Tenya yang dulunya selalu waras mulai tempramen dan sedikit gila, beberapa mengatakan sejak ia gagal menyelamatkan raja dia di tinggal istrinya dan kesehariannya hanya dipenuhi alkohol dan mabuk-mabukkan. Lalu posisi raja di gantikan oleh Jendral besar pemimpin pasukan militer kerajaan Konoha, Uchiha Fugaku dan sejak saat itu kerajaan mulai berubah drastis"
"suasana yang dulunya menyenangkan mulai memudar seiring waktu sejak raja baru memerintah, dia menyukai semua anaknya kecuali Naruto yang tetap berbuat nakal berpikir formula tersebut akan bekerja padanya namun hanya amarah tak mendasar yang ia lampiaskan padanya mambuat Naruto menjadi pembangkang dan di panggil pangeran gagal. Raja kembali melakukan hal gila dengan memulai sebuah kontes bodoh untuk menentukan siapa pewaris tahta terbaik dengan menyuruh mereka untuk mengurus daerahnya yang diberikan masing-masing dan seperti yang kau tebak Naruto mendapat bagian terburuknya dan disaat itulah dia mulai berubah dan api semangat yang dulunya meredup mulai membara lagi"
Pakura terdiam mendengar kisah hidupku dan pangeran membuatnya merasakan apa yang selama ini kami rasakan, terbuang dan di rendahkan sampai pangeran merubah kota mati ini menjadi desa yang hidup dalam waktu sebulan dan berkembang pesat hingga sekarang. Kalau di pikir-pikir pangeran tetap seperti pangeran yang dulunya gegabah dan tidak sabaran serta pemalas dan selalu bercanda, dia sudah mengalami hal berat di dalam hidupnya dan masih bisa tersenyum.
"Alasan aku menyukainya karena semua orang melihatku selayaknya benda yang bisa di gunakan dan dibuang sesuka hati mereka, sampai aku bertemu dengan nyonya Karura dan mengadopsiku menjadi anaknya dan disanalah aku bertemu Gaara, Temari, dan Kankuro. Meski mereka mengetahui soal aku yang seorang penyihir tapi mereka tetap menyayangiku dan memandangiku selayaknya seorang manusia, namun pandangan orang lain hanya dan nafsu da iri yang mereka tunjukkan sehingga Temari menjadi sangat protektif dengan lelaki yang mendekatiku namun pengecualian untuk Naruto" ucap Pakura sambil memainkan rambutnya.
"baik kau maupun Naruto memandangiku selayaknya manusia biasa membuatku senang dan meski aku mengancammu kalian berdua tetap tenang bahkan aku sampai di beli oleh Naruto" Pakura langsung memasang wajah yang tak nyaman ketika mengucapkan bagian mengancam
"tidak perlu khawatir, seharusnya aku minta maaf soal itu" membeli seseorang itu memang langkah yang benar dalam dagang namun salah dalam moral.
"tidak perlu minta maaf, justru aku senang bisa di beli oleh orang yang memandangiku sebagai manusia dan bukan sebagai alat sekali pakai, dari situlah aku suka padanya" Pakura kembali membuang mukanya tak ingin di lihat olehku.
"dia mungkin bertindak gegabah dan beroboh namun aku yakin satu hal bahwa dia tidak akan merendahkan orang lain"
Setelah percakapan itu suasana secara perlahan mulai dingin dan cangung membuatku harus memikirkan kembali topik bagus untuk dibahas namun tidak ada satupun sesuatu hal menarik yang bisa aku ajak bicara karena dia sudah mendengar ketika aku dan pangeran bertengkar.
"Iruka-san ?" Aku terkejur mendengar Pakura memulai pembicaraan dan sebuah topik terlintas di kepalaku.
"Iruka saja"
"kalau begitu panggil juga aku Pakura"
"baiklah" sampai di titik ini aku benar-benar lupa apa yang ingin aku katakan.
"apa kau mau menjadi temanku ?"
Sebuah pertanyaan mengejutkan keluar dari mulutnya membuatku sedikit kaget, teman ya ? sejak aku di pindahkan kesini bersama pangeran aku sudah tidak bertemu temanku lagi karena jarak yang lumayan jauh dari Uzushio ke Konoha juga aku rasa tak keberatan jika dia berteman denganku.
"tentu, aku bisa menjadi teman kelimamu" ucapku sambil mengacungkan tanganku menunjukkan angka 5.
Pakura menggaruk bagian belakang kepalanya, "tidak, aku memang memiliki Gaara, Temari dan Kankuro namun aku menganggap mereka sebagai saudara" dan dia menutup jari kelingking, jari manis, dan ibu jariku.
"untuk Naruto aku menganggapnya sebagai..." Aku melihat keraguan di matanya ketika menyebutkan nama Naruto.
"sebagai ?" Tanyaku.
"sebagai (kekasih)" dan dia menutup jari tengahku menyisakan jari telunjuk yang menunjukkan angka 1.
'aku tak mendengar apa yang ia katakan'
"jadi kau lah orang pertama yang menjadi temanku"
Melihat matanya membuatku sadar sesuatu bahwa dia juga memiliki mata yang sama sepertiku, mata yang menginginkan hal sederhana yang sulit untuk di raih orang seperti kami. Orang-orang yang menganggap kami berharga layaknya seorang manusia biasanya.
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya, "tentu, jika kau punya suatu masalah tanyakan saja padaku" dan Pakura ikut membalas senyumanku.
Iruka Pov End
"hari yang berat"
seorang lelaki hanya duduk di bangku taman sambil memandangi pintu gerbang dari kejauhan, lelaki itu adalah orang penting di kerajaan Konoha dan bisa dikatakan sebagai calon pewaris kerajaan kerajaan namun duduk termenung merapati kesalahan yang akan mempersulit hidupnya atau setidaknya mempersulit tujuan yang ingin dia capai.
"kenapa dia menolakku, maksudku aku punya berbagai gudang ilmu pengetahuan di zaman modern dan yang ingin aku tau hanyalah cara membuat generator tapi aku seperti orang gila" Naruto melipat lututnya dan membenamkan seluruh wajahnya di sana.
Flashback
"aku akan membantumu"
Naruto dengan percaya diri menawarkan bantuan kepada Shikamaru yang terlihat bingung dengan sikap orang didepannya ini.
"memangnya apa yang bisa kau bantu ?" Shikamaru terlihat ingin berkema-kemas untuk segera pergi meninggalkan Naruto sendirian
Naruto hanya tersenyum, "generator berarti kau ingin menciptakan listrik bukan ?"
Shikamaru langsung berbalik mendengar hal yang tak pernah dia dengar dari orang lain dan tiba-tiba tertarik dengan apa yang ingin Naruto bicarakan.
"darimana kau tau soal listrik ?"
'orang ini terlihat terkejut dengan listrik, aku rasa dia bukan berasal dari zamanku karena ekspresi dan jawabannya terdengar kurang meyakinkanku' Naruto masih berusaha mengobservasi lelaki dengan kucir itu.
"aku punya banyak hal dan mungkin aku bisa membantumu untuk menyempurnakan generatormu"
"benarkah ?"
"ya, aku hanya ingin bertanya satu hal"
"baiklah apa itu ?"
"berasal dari tahun keberapa kau sebelum dipindahkan ke dimensi ini
Shikamaru hanya terdiam mendengar jawaban Naruto, tanpa Naruto sadari ia berjalan perlahan mundur kebelakang berusaha menyingkir dari maniak yang berpikir ini adalah dunia pararel. Lelaki itu hanya bisa melihat Shikamaru mundur dan menghilang di balik gerbang klan Nara meninggalkan Naruto sendirian terbodoh dengan apa yang dia lakukan.
Flashback Off
"kenapa aku mengatakan hal itu dan kenapa dia tidak menjawab ? apa dia bukan berasal dari dunia lain ? lalu bagaimana dia tau soal generator dan listrik ? apa di dunia ini sudah ada generator ? aku sudah bertanya pada Infom dan mereka bilang tidak tau apapun tentang generator" Naruto terus berargumen dengan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang yang berlalu-lalang di sekitarnya menatap takut dan prihatin dengan kondisi yang ia alami.
"ibu, kenapa dengan orang itu ?" seorang anak bertanya pada ibunya sambil menunjuk Naruto yang masih memeluk kedua lulutnya dan terus berbicara layaknya orang gila.
"jangan khawatirkan dia nak, terkadang manusia tidak terlahir sempurna" perempuan tersebut menarik tangan anaknya dan berjalan menjauh dari Naruto yang masih tenggelam dalam pikiran konspirasinya.
"apa ada orang lain yang mengetahui soal generator ? apa ada orang lain yang berasal dari dunia yang lain pula ? apa itu tidak merusak paradoks waktu ? jika tidak rusak berarti paradoks adalah hal yang imajinatif ? lalu kenapa ada teknologi di dunia ini ? kenapa teknologinya tercipta secara acak ? apa ada celah dimensi ? apa barang yang diciptakan di bumi terlempar kesini dengan suatu alasan ? apa mungkin Infom Berbohong soal generator ? itu mungkin jika mereka punya benda yang membutuhkan listrik, atau mungkin mereka sudah punya robot karena jika ada aku dari masa modern dan ada manusia dari masa dahulu berarti ada manusia dari masa depan ? apa mereka sudah menciptakan mesin waktu ? apa mereka membuang teknologi yang menurut mereka tidak berguna ke dimensi ini ? jika hanya membuang kenapa semua nama teknologinya sama dengan yang ada di bumi ? apa ada alien-"
"permisi tuan ? anda tidak apa-apa ?" seorang Gadis menepuk pundak Naruto yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya akibat segala hipotesa yang ia sebutkan tadi.
Gadis tersebut memiliki rambut pirang yang di ikat pony tails, baju yang kurang tertutup dan mata biru muda sedikit berbeda dengan matanya. Naruto bangun dari kegilaan yang hampir merenggut sedikit kewarasaan yang ia bawa ke dimensi ini dan melihat gadis tersebut menunjukkan ekspresi khawatir dengannya. Naruto langsung bangun dan segera pergi menjauh sampai sebuah tangan kecil menahan bahunya untuk kembali melangkah.
"siapa namamu tuan ?"
"Han, namaku Han. Aku seorang pengembara"
"Oh, ternyata anda pengembara, saya Yamanaka Ino"
"senang berkenalan denganmu, namun saya harus permisi"
"memangnya anda ingin mencari apa ? saya bisa membantu karena tau seluk-beluk Konoha"
"uh, sebenarnya tidak perlu"
"oh ayolah"
"ba-baiklah, saya mencari tempat menginap"
"kalau begitu saya antar anda ke penginapan yang murah"
"ba-baiklah"
'si-sial ! aku hanya perlu bilang tidak memiliki uang dan semua ini selesai tapi kenapa mulutku tak bisa terbuka sesuai yang kumau ?'
Di malam hari ternyata kerajaan Konoha sudah terang dengan banyaknya lentera yang berjejeran di sekitar rumah dan jalan setapak memberikan keindahan di malam hari tersebut, berbagai stan ada di malam ini seperti makanan, pakaian, aksesoris dan mainan tersusun secara rapih menarik pengunjung malam di sekitarnya. Beberapa dari mereka mendatangi Naruto berharap ia menghabiskan uangnya di stan mereka namun hanya senyum dan tolakan halus yang bisa ia berikan pada orang yang mempromosikan barang dagang mereka.
Naruto Pov
Ino menarik tanganku masuk ke dalam sebuah penginapan yang masuk standar untuk zaman modern, aku merasa beberapa laki-laki melirik Ino dan melirikku juga membuatku merasa tak nyaman dengan tatapan inmitadi mereka, sebuah kumpulan dengan 4 orang yang memiliki badan yang lumayan bagus datang dan mengepung aku dan Ino. Aku mencoba untuk menghindari kontak mata dan berusaha tak peduli dengan apa yang mereka lakukan namun mereka tetap menghalangi langkah kami menuju resepsionis.
"apa yang kau mau Greg" Ino langsung membuka pecakapan dengan nada yang sinis tanda dia tak punya hubungan yang baik dengan pria yang bernama Greg ini.
"kau cantik seperti biasanya Ino" lelaki itu memegang dagu Ino namun ia menepis tangannya membuat Greg sedikit terkejut.
"jadi, kau pergi bersama pecundang. memangnya berapa dia membayarmu ?" beberapa temannya tertawa namun Ino tetap tidak mau menatap Greg memnbuatnya jengkel.
'aku ketakutan ! sial, kenapa di saat seperti ini kakiku malah keram dan mulutku terjahit. Aku benci laki-laki ini namun aku tak bisa berbuat apa-apa' Aku hanya bisa terdiam ketika melihat sebuah kegiatan premanisme namun sekali pengecut berpindah dunia aku tetap seorang pengecut.
Ino membuang muka tak mau melihat Greg, "jangan sentuh aku Greg, aku hanya mengantarnya ke penginapan"
Muncul perempatan di sudut kepalanya dan dengan cepat langsung menarik wajah Ino memaksa untuk melihat wajahnya, aku sudah tidak tahan dengan prilakunya yang sudah keterlaluan meski aku mengancamnya dengan pistol dia tidak tau apa itu sehingga aku harus menarik pelatuk agar dia tau dan itu menyia-nyiakan bubuk mesiuku lalu membuatku masuk penjara.
Lelaki tersebut hanya meminum birnya, "kau ingat siapa yang membuatmu meraung di atas tempat tidur, lacur ?"
'bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh'
"apa kau lupa dengan orang yang memuaskan tubuhmu ?"
'bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh, bunuh'
"apa kau mau ibumu ku-"
Duakh !
Emosiku yang sudah mencapai ubun-ubun membuatku melayangkan pukulan yang tak bisa ku ulang kembali, dia sedikit kaget dengan apa yang kulakukan dan melihatku dengan mata yang sudah menginginkan darah. Aku memasukkan tanganku ke dalam mencoba meraih pistol yang kumiliki namun sebuah pukulan melesat ke arah wajahku hingga aku kehilangan kesadaran
Naruto Pov End
TBC
Yuhu, kembali lagi dengan lelacki tamvan yang selalu memberikan surprise kepada kalian. aku memang sudah melihat banyaknya peningkatan orang yang membaca ff ini namun sangat sedikit yang me review membuatku sedikit bingung harus berkata apa dan apa yang harus ku kembangkan dan kuhapus dari ceritaku ini karena tak ada saran ataupun masukan yang kalian berikan. jujur aku sedikit terganggu dengan sebuah ide yang muncul untuk membuat ff baru namun aku tetap berpegang teguh untuk tidak membuat ff baru hingga ff ini tamat karena ane tau bakal di lupakan ff ini jadi selagi ane punya motivasi untuk menulis Being a Prince Is not as easy as it seems akan terus ane lakukan. jadi ayo kita masuk ke dalam tanya jawabnya.
Pertama ya ane seminggu itu asli gak pegang laptop sama sekali dan tanggal 21 baru ane buka laptop untuk menulis chapter 8 dan memang ff ini relatif pendek di bandingkan ff bertema adventure lainnya karena sebelum ane menulis ff ini ane pernah menulis sebelumnya untuk 1 chapter sebanyak 5.000 kata dan sudah tertulis hingga 12 chapter harus aku akui bahwa review sangat banyak dan memuaskan namun entet saya pak, gila nulis 5.000 word itu sangat berat bagi kalian yang belum pernah menulis ketika dalam jadwal sekolah dan update 1 minggu sekali belum di tambah dengan kendala yang ada membuat ane berkali-kali jatuh sakit cuma buat update cerita 1 minggu sekali.
Partnerku sayangnya sedang sibuk bermain game dalam masa pandemi ini dan ane gak tertarik dengan menambahkan beta author karena ane gak suka cerita ane itu di usik oleh orang lain kecuali di benerin EYD tanpa minta upah, terlebih partnerku itu cuma orang yang kuminta saran untuk ide apa yang bagus atau ide mana yang lebih menarik.
aku sudah melupakan Teamworks sejak hari pertama pandemi di mulai di indonesia :v
Kedua bukannya emang itu tujuan cerita membuat nanggung dan penasaran di chapter selanjutnya, di tunggu ya.
oke itu aja, entah kenapa semangat hidup ane mulai berkurang hari demi hari namun review kalianlah yang membantuku untuk terus berjuang menghilangkan rasa bosan di pandemi ini.
BYE_BYE
