Cahaya matahari menelusup masuk melewati celah gorden di sebuah kamar kecil yang dihuni oleh seorang anak perempuan bernama May.

Merasa tidurnya terganggu, May perlahan membuka matanya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba terbiasa dengan cahaya yang seakan menusuk matanya.

Tanpa sadar ia mengelap air liur yang keluar dari mulutnya dengan punggung tangannya.

May menyibakkan selimutnya. Ia kemudian bangkit dari posisi tidurnya sambil mengucek mata kanannya sebelum ia meluruskan kakinya dan berusaha duduk dengan kedua tangan yang menopang tubuhnya di sampingnya.

Ia menoleh ke arah jendela kamarnya. Langitnya sudah terlihat agak terang. Ia melirikkan matanya lagi ke arah jam dinding yang tergantung di dinding kamarnya. Jam dinding sudah menunjukan pukul enam pagi.

May menghela nafasnya pelan. Ia kemudian beranjak dari kasur tempat ia tidur nyenyak semalam. Dengan agak tergontai-gontai, ia berjalan pelan dan membuka pintu kamarnya sembari menguap beberapa kali. Sebelumnya ia sudah mengambil handuk berwarna ungu yang tergantung dibelakang pintu kamarnya dan kemudian melingkarkan pada lehernya.

Akhirnya sampailah ia di depan pintu kamar mandi. Ia kemudian menekan sakelar lampu yang berada di sebelah pintu kamar mandi tersebut. Dibukanyalah pintu kamar mandi tersebut, segera ia melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi dan menutup pintunya. Ia lalu menggantungkan handuk yang melingkar pada lehernya sebelumnya pada tempat gantungan baju di pintu kamar mandi itu.

Dimulainyalah rutinitas di pagi hari seperti yang biasa ia lakukan selama masa-masa liburan ini. Mencuci muka dan kemudian menyikat giginya. Setelah melakukannya, terasa tubuh dan pikirannya menjadi lebih segar. Ngantuknya pun langsung lenyap seketika.

Ia lantas mengelap mukanya yang basah oleh air dengan handuk miliknya. Biasanya kegiatan mandi dilakukannya saat matahari sudah sepenuhnya menunjukan dirinya di ufuk timur.

Setelah itu, May membuka pintu kamar mandi, melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi tersebut dan pintu pun ditutupnya kembali.

May melanjutkan perjalanannya menuju ke ruang makan. Ia mengambil sebuah gelas kecil dan mengisinya dengan air yang berasal dari dispenser sampai penuh. Kemudian meminumnya sampai habis. Tenggorokannya pun terasa lebih segar. Meminum segelas air di pagi hari itu bagus untuk meningkatkan kesehatan tubuh lho.

May pun melangkahkan kakinya kembali ke kamar tidurnya. Ia harus merapikan tempat tidurnya terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lainnya. Beberapa detik kemudian, ia berjalan lagi keluar dari kamarnya.

Selanjutnya, terlihat May sedang berdiri di tengah suatu tempat dengan kedua matanya berbinar-binar terlihat takjub akan suatu hal. Tempat itu dipenuhi dengan berbagai macam bunga dengan warna yang bervariasi. Terdapat juga sederetan pepohonan hijau nan rindang yang membuat tempat tersebut terlihat teduh di bawah terpaan sinar matahari yang saat itu sudah menunjukan sebagian dirinya.

Terdengar merdu siulan burung-burung pipit yang berterbangan dan juga hinggap di atas ranting pohon tersebut.

Hembusan angin sepoi-sepoi serasa sedang mengelusi wajah dan bagian tubuh May lainnya yang tidak tertutupi oleh pakaiannya.

May menarik dan menghembuskan nafasnya beberapa kali menikmati udara sejuk pagi hari itu. Suasana sekitarnya terasa sangat menyejukan dan menenangkan hati dan pikiran. Tak lupa dengan hangatnya sinar matahari yang mengenai tubuh May. Tempat itu merupakan halaman atau juga bisa dikatakan taman yang berada di belakang rumahnya.

May merasa nyaman juga senang melihat pemandangan indah tak berbayar tersebut di halaman belakang rumahnya. Matanya memperhatikan beberapa kupu-kupu dan serangga lain yang hinggap pada bunga-bunga cantik di tempat itu.

Tak lama, tatapan matanya kemudian berhenti pada area tamannya yang dipenuhi dengan dedaunan yang gugur meninggalkan rantingnya berserakan di tanah. Ia pun langsung berinisiatif untuk membersihkan area tersebut.

Ia lantas mengambil sebuah sapulidi. Segera ia menyapukan dedaunan kuning tersebut dan menumpukannya menjadi satu di bawah naungan pohon jambu.

Selang beberapa menit kemudian, May mengambil sekop untuk dipakai mengangkat tumpukan daun ke dalam sebuah tong sampah hitam. Setelah itu, ia meletakan kembali sapu lidi dan sekop itu pada tempatnya.

Bagian belakang pakaiannya terlihat agak basah. Lengan kanan May mengelap titik-titik keringat yang ada pada dahinya. Sepertinya cukup melelahkan juga melakukan pekerjaan ini sendiri. Apalagi jika mengetahui halaman belakang rumahnya ini ternyata cukup luas juga.

Selanjutnya, May melakukan sedikit peregangan pada tubuhnya. Ia melakukan senam dan olahraga kecil. Di halaman belakangnya juga terdapat lapangan bulu tangkis. Biasanya ia bermain permainan bulu tangkis tersebut dengan kedua adiknya pada sore hari.

Terasa matahari sudah memancarkan sinarnya lebih terang dan hangat lagi pada dunia. Matahari sendiri terlihat sudah agak tinggi di langit biru cerah pagi hari itu.

Kembalilah May ke dalam rumah. Mata agak kecokelatnya memperhatikan ibunya yang sedang memasak dan menyiapkan sarapan di dapur. May pun menyapa dengan berkata 'selamat pagi' pada ibunya sambil melambaikan tangannya sekali. Sang ibu pun menyapa balik pada anaknya.

May meninggalkan ibunya di dapur. Diambilnya sebuah sapu berwarna hijau. Mulailah usaha May mengusir debu-debu serta kuman dengan paksa keluar dari rumah pada lantai putih rumah tersebut. Ia menyapu lantai sambil bernyanyi riang. Tampak senang melakukan kegiatan tersebut.

May mendengarkan sedari tadi tak ada suara-suara bising yang biasanya memecah keheningan di pagi hari. Sembari menyapu, May mengintip dari pintu kamar yang agak terbuka. Adik-adiknya ternyata masih terlelap dalam mimpi. Sama juga dengan ayahnya.

May menghela nafas. Ia berpikir mungkin kedua adik dan ayahnya masih tidur terlelap bahkan sampai matahari sudah menunjukan dirinya hari itu akibat menonton film sampai larut malam. Padahal biasanya sebelum matahari muncul pun semua personel di rumah itu sudah terbangun dan membantu bersih-bersih rumah atau berolahraga. Sedangkan May langsung saja tertidur di kasur empuknya kelelahan mengerjakan tugas yang diberikan gurunya semalam.

May membiarkan saja dan berencana akan membangunkan mereka siangan nanti. Kalau pun dibangunkan sekarang pasti nanti menolak karena masih sibuk bermimpi di atas kasir masing-masing.

Menyapu lantai rumah sudah terlaksana. May pun melanjutkan acara bersih-bersih rumahnya dengan mengepel lantai rumah hingga menjadi putih bersinar menyilaukan mata. Lanjut lagi dengan membantu ibunya di dapur memasak makanan untuk sarapan.

Setiap hari setelah bangun tidur, May akan melakukan pekerjaan rumah. Ia senang dapat menyenangkan hati orang tuanya. Dengan melakukan pekerjaan bersih-bersih rumah, artinya May sekalian melakukan olahraga 'kan? Ia juga mempermudah pekerjaan ibunya. Ia merasa itu lebih bermanfaat daripada hanya bermain hp dan komputer juga menonton televisi sepanjang hari, yang dapat mengakibatkan sakit mata. Tetapi tak lupa ia tetap melakukan hobinya, seperti bermain gitar, bernyanyi, menggambar karakter anime, serta membaca dan membuat cerita sederhana seperti halnya cerita ini.

Dan itulah cerita singkat dan sederhana, lebih ke arah pengalaman tentang semua hal yang dilakukan oleh May selama liburan di rumah saja ditengah COVID-19 yang sedang melanda negaranya bahkan dunia ini.

Thank you.. :)