.

.

.

Baekhyun keluar dari gedung sebuah stasiun televisi, langkahnya sedikit tersendat ketika merasakan dingin yang menusuk tulang. Namun, melihat lautan fans yang menerbitkan cahaya—tersenyum begitu cerah ketika mendapati keberadaannya, Baekhyun tidak memiliki pilihan lain selain mengutas sebuah bulan sabit di bibir tipisnya.

Di tengah serangan blitz kamera yang seperti tiada hentinya, Baekhyun diam-diam mendesah pelan. Menyesali keputusannya untuk hanya mengenakan kaos oblong berbahan super tipis yang tentu saja tidak cukup melindunginya dari hawa dingin. Tanpa suara, Baekhyun setengah mengutuk dirinya sendiri yang lupa bahwa ini adalah akhir dari musim gugur—membuat malam secara otomatis akan lebih dingin dari biasanya—dan setengahnya lagi mengutuk kenyataan bahwa siang hari tadi terasa cukup panas. Membuatnya tidak akan mengira bahwa suhu bisa turun sedrastis ini.

Masih dengan senyuman, Baekhyun memberikan lambaian tangan terakhir sebelum akhirnya bergerak memunggungi fans. Langkahnya melincah untuk menaiki tangga, berpikir bahwa dengan bergerak cepat itu dapat sedikit membakar tubuhnya dan mengurangi tusukan hawa dingin. Tujuannya saat ini adalah tempat parkiran mobil yang memang terletak di lantai yang agak tinggi, maka dari itu ia perlu menaiki tangga untuk mencapai mobilnya.

Meski sudah berusaha bergerak lincah, Baekhyun tidak bisa menahan diri untuk menggigil dan menghembuskan nafas cukup keras, membuat asap putih muncul di hadapan wajahnya. Sejurus kemudian, Baekhyun tiba-tiba merasakan bagaimana bahunya memberat—tusukan hawa dingin itu mendadak terblokir nyaris sepenuhnya.

Sesuatu yang lembut menggesek punggung dan tangannya. Ketika ia menunduk, Baekhyun dapat melihat sebuah jas yang bukan miliknya namun terlihat akrab di matanya itu telah membalut bahu hingga tubuhnya.

Baekhyun benar-benar nyaris menghentikan langkahnya. Tuhan, ia sungguh ingin melakukannya. Namun, ribuan mata fans masih menancap pada bagian belakang tubuhnya—Baekhyun tidak memiliki cukup nyali untuk menarik perhatian mereka lebih dari ini. Yang bisa ia lakukan hanyalah memaksakan kaki tetap bergerak, diam-diam menghirup nafas dalam-dalam untuk menarik wangi kayu cendana memasuki indera penciumannya. Senyuman yang tadi sempat hilang semenjak ia bergerak membelakangi fans itu, kini perlahan-lahan merangkak naik. Tidak selebar sebelumnya, tapi hanya dalam sekali pandang orang bodoh pun tahu Baekhyun tengah tersenyum.

Anak tangga terakhir berhasil dinaiki, Baekhyun masih tetap memantapkan langkah sampai di mana Audi-nya terparkir. Terletak cukup jauh, di paling ujung, dan Baekhyun diikuti oleh dua bodyguard itu berjalan dalam keheningan samar.

Langkah Baekhyun terhenti ketika ia telah mencapai tempat di mana mobilnya berada, dan secara otomatis langkah beriringan di belakangnya ikut berhenti. Baekhyun kemudian berbalik.

Meskipun di hadapannya ada dua bodyguard sekaligus, tatapan matanya tetap lurus ke depan. Tertuju langsung kepada salah satu di antara mereka yang kini hanya terbalut kemeja putih polos dengan dasi hitam menggantung pada leher. Sosok bodyguard yang lain mengerti dalam diam, membungkukkan badan untuk terakhir kalinya sebelum berbalik pergi.

"Kau tahu kalau kau terus melakukan ini, aku tidak punya pilihan selain semakin jatuh cinta padamu, kan?" Baekhyun memecah keheningan terlebih dahulu, baik raut dan suaranya sama-sama datar, tapi lawan bicaranya tentu tidak melewatkan bagaimana sebelah alis Baekhyun sedikit terangkat.

Di hadapannya, bodyguard itu memberi seutas senyum di bibir meski matanya tidak ikut tersenyum—sebuah senyuman formal yang tidak disukai Baekhyun tetapi juga tidak bisa dibencinya karena manusia di hadapannya ini entah bagaimana tetap terlihat bagus dengan satu senyuman paksa, "aku hanya menjalankan tugasku."

Baekhyun acuh tak acuh menanggapi kembali, "sudah selesai, ambil lagi jasmu."

"Tetap gunakan itu," bodyguard itu tanpa diduga menggelengkan kepalanya, "aku tidak bisa menjamin apakah itu tidak akan dingin meskipun kau sudah di dalam mobilmu."

Meski tahu bahwa bodyguard di hadapannya memperlakukannya dengan baik hanya karena tuntutan pekerjaan—sekali mendengar bagaimana datarnya suara magnetis itu juga Baekhyun bisa langsung menebak—tetapi Baekhyun tetap saja meladeninya. Tangannya ia buat bersedekap ketika Baekhyun berujar, "kalau begitu habiskan malam denganku—memelukku sepanjang malam jadi kau bisa memastikan aku tidak kedinginan, hm?"

Baekhyun memang selalu seperti ini. Terang-terangan menggoda meski wajahnya sedatar lempengan besi yang dingin. Tentu saja harus seperti itu, karena ia tetaplah pria dengan ego dan gengsi yang tinggi. Tapi meski begitu, tetap saja untaian kalimat yang diucapkan bibir tipis itu begitu tanpa kandungan urat malu—wajah dingin itu sesungguhnya tidak banyak menyelamatkan harga dirinya.

Sang bodyguard mengernyit, matanya menyipit dan Baekhyun tahu bahwa bodyguard itu tengah berjuang menelan rasa jijiknya bulat-bulat. Baekhyun tetap diam, sejujurnya tidak terganggu dengan kenyataan itu. Itu juga bukan pertama kalinya sang bodyguard menanggapinya demikian.

Jarak di antara mereka menipis. Baekhyun kemudian sadar bahwa itu karena lawan bicaranya yang tengah melangkah mendekat. Kali ini ganti Baekhyun yang mengernyit, kebingungan bercampur antisipasi. "Chanyeol—"

Mulutnya belum selesai mengeluarkan kata tapi sebuah telapak tangan sudah terlebih dahulu menekan puncak kepalanya. Sebelumnya, Baekhyun perlu mendongak untuk melihat wajah si lawan bicara, tetapi kini mata obsidian yang sekelam malam itu sudah berada sejajar di hadapannya. Baekhyun membeku dalam jeratan kelip bintang malam yang menghiasi mata itu, ujung matanya bisa melihat bagaimana di hadapannya sebuah bibir tengah menaikkan salah satu ujungnya. Tersenyum penuh kejahatan sebelum akhirnya terbelah membuka, melepaskan satu untaian kalimat telak.

"Dalam mimpimu."

Pemilik nama Chanyeol itu kemudian berbalik, melangkah pergi tanpa repot-repot menoleh kembali.

Baekhyun tidak memiliki pilihan lain selain mencibir pelan dan memasuki mobilnya.

.

.

.


hidden

Cast:
Byun Baekhyun
Park Chanyeol

Genre:
Romance, General

Rated:
T

Summary:
Dua tahun penuh, Baekhyun berusaha mendekati bodyguard-nya sendiri, Chanyeol. Namun, sebanyak apapun Baekhyun menggodanya dan membuang urat malunya sendiri, Chanyeol bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyukainya atau apapun. Baekhyun sejujurnya mulai curiga, sebenarnya bodyguard-nya itu punya nyawa berapa sampai tidak terpengaruh sama sekali pada godaannya?


.

.

.

Suara dari pintu yang terkunci begitu ditutup sempurna ini menggema dalam apartemen Baekhyun. Si empunya apartemen kini menyandarkan tubuhnya sesaat pada pintu di belakangnya, menatap dalan diam pada ruangan yang tiap-tiap sisinya begitu familiar untuknya. Tentu familiar, sudah dua tahun semenjak ia meninggali tempat ini.

Hanya seperti itu untuk beberapa waktu. Menatap kosong, tidak ada pergerakan apapun baik dari tubuhnya sendiri maupun dari apa yang tertangkap dalam matanya. Menyerah, kemudian ia menghela nafas sebelum akhirnya melangkah masuk. Tidak lupa melepas sepatu bertalinya dan meletakkannya pada rak sepatu terlebih dahulu.

Baekhyun melakukan rutinitasnya seperti biasa. Mandi, memilih piyama secara asal untuk dipakai, kemudian mencari makanan di kulkas yang sekiranya masih edible dan memanaskannya dalam microwave. Baekhyun makan dalam hening, sementara sebelah tangannya menggenggam sumpit, tangannya yang lain secara lincah bergerak pada layar ponselnya.

Berselancar dalam SNS sembari makan sendirian sudah cukup untuk membunuh sepi, kau tahu.

Tanpa disangka, isi SNS-nya malam ini cukup menarik. Semua orang ramai-ramai mengunggah video berdurasi tidak sampai 30 detik ketika dirinya sendiri menaiki tangga, sementara seorang bodyguard yang mengikuti tepat di belakangnya ini melepaskan jasnya dan menyampirkannya pada bahu sang artis.

Baekhyun tidak tahu ia sudah mengulang putaran video itu berapa puluh kali.

Dengan lekat memperhatikan setiap inchi pergerakan dalam video, Baekhyun bisa melihat bagaimana Chanyeol bergerak dengan begitu luwes untuk melepas jasnya. Pergerakannya itu membuat punggungnya nampak semakin kokoh, otot tubuhnya mengikuti pergerakannya dengan lentur, terlihat... Baekhyun tidak tahu kosa kata apa yang terdengar pantas, atau setidaknya cukup sopan, untuk itu. Menakjubkan?

Baekhyun diam-diam menelan ludah.

Begitu sulit seperti yang tengah ditelannya adalah sebuah batu besar alih-alih saliva-nya sendiri.

Baekhyun menggeleng sejenak, mencoba mengumpulkan sisa kewarasannya sendiri. Sekali lagi melihat video itu, menyadari bahwa bahkan cara Chanyeol menyampirkan jas itu begitu mulus dan lancar—terlihat seperti jas yang sebenarnya bukan miliknya sejak awal itu nampak begitu pas untuk berada di bahunya. Seperti jas itu memang diciptakan untuk memeluk punggungnya.

Suapan terakhir tahu-tahu sudah berada dalam kunyahannya, Baekhyun bahkan tidak tahu makanan di piringnya telah tak bersisa. Meletakkan sumpit di atas piring yang kosong, kedua tangan Baekhyun kini fokus menggenggam ponselnya, keluar dari SNS-nya sendiri dan mengunjungi laman Naver.

Nama Baekhyun berada di baris pertama pencarian. Namun, bukan itu yang membuatnya terkejut. Melainkan pencarian pada baris kedua, menampilkan sebuah baris yang membuat jantungnya berdetak sedikit cepat untuk beberapa saat.

Bodyguard Baekhyun.

Ibu jari Baekhyun bergetar ketika menyentuh pencarian kedua. Ia bahkan tidak tahu apakah yang menyebabkan rasa gemetarnya itu karena gugup, atau karena terlalu tidak sabar untuk apa yang akan ia lihat dalam antisipasinya.

Tampilan layarnya kemudian menunjukkan beberapa artikel yang sudah dirilis selama dua hingga tiga jam terakhir, tentang seorang bodyguard yang begitu gentle menyampirkan jas pada tubuh kedinginan seorang artis yang hanya mengenakan kaos oblong, yang kebetulan itu adalah Baekhyun.

Baekhyun memilih acak sebuah artikel, tetapi tidak terlalu peduli dengan isi artikelnya, sehingga ia hanya membaca sekilas. Ibu jarinya bergerak untuk menggulirkan tampilan ke kolom komentar, mencari komentar netizen yang terus bertambah dengan kecepatan gila.

.

"Ah, bodyguard itu sangat gentle ㅠㅠㅠ"

"Bentuk tubuhnya sangat bagus, kutebak ia selalu menghabiskan setengah harinya untuk berkemah di tempat gym."

"Aku tidak bisa melihat wajahnya tapi aku bisa mengetahui bahwa bodyguard ini pasti sangat tampan ㅋㅋ"

"Sangat seksi!"

"Bodyguard ini, siapapun kamu, terima kasih sudah mempedulikan Baekhyun kami."

"Guys, aku menemukannya! Dia Park Chanyeol, kalian bisa mengecek instagramnya real_pcy, sangat tampan!ㅋㅋㅋ"

"Baekhyun benar-benar beruntung memiliki bodyguard yang sangat pengertian seperti itu... Ah, aku jadi ingin mencari pacar ㅠㅠ"

"Cuaca sangat dingin, Baekhyun hanya mengenakan kaos tipis. Dia bisa saja sakit ㅠㅠㅠ Tapi bodyguard ini sungguh menyelamatkannya, terima kasih banyak! Kami berhutang padamu."

.

Baekhyun tidak bisa menahan bibirnya yang mekar. Itu tetap bertahan ketika Baekhyun meletakkan piring kotornya di wastafel dan perlahan membasuhnya.

Sungguh, bahkan mencuci piring tidak pernah semembahagiakan ini.

Ia menyelesaikan cuciannya dengan cepat, kemudian menyambar ponselnya dan beranjak menuju kamar tidurnya. Setelah mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidurnya, barulah Baekhyun bisa membaringkan diri dengan tubuh tertutup selimut.

Namun, ia tidak tidur. Dengan ponsel masih di genggamannya, kini ia keluar dari laman Naver dan membuka sebuah aplikasi chatting. Menggulirkan tampilan layar sedikit, ia menemukan nama yang dicari dan memulai percakapan.

.


[To: Park Chanyeol]

Sudah tidur?


[From: Park Chanyeol]

Sudah.


[To: Park Chanyeol]

...

Kau tidak akan bisa membalas pesanku jika sudah tidur.


[From: Park Chanyeol]

Salahkan pertanyaan konyolmu.

Jangan ganggu aku.


.

Baekhyun mendengus sesaat, tetapi senyuman setipis kertasnya kembali lagi.

.


[To: Park Chanyeol]

Bagaimana perasaanmu setelah terkenal dalam satu malam?


[From: Park Chanyeol]

Aku seharusnya membiarkanmu mati kedinginan.


[To: Park Chanyeol]

Kau akan menjadi yang menangis paling keras ketika aku mati;)


[From: Park Chanyeol]

Dalam mimpimu.


[To: Park Chanyeol]

Oh, bagaimana kau tahu aku berencana memimpikanmu?


[From: Park Chanyeol]

...

Tidur.


.

Baekhyun sudah cukup puas menggoda Chanyeol, jadi ia menyingkirkan ponselnya pada buffet di samping ranjang dan meraih guling untuk dipeluk. Membenamkan setengah wajahnya pada guling, ia merasa hangat dari luar dan dalam, dan tak lama kemudian kehilangan kesadaran.

.

.

.

Suara deringan membangunkan Baekhyun dari tidurnya. Itu adalah alarm pada ponselnya. Mengernyit, tangannya bergerak untuk menggapai ponselnya. Ketika deringan itu berhenti, ia melemparkan ponsel itu secara asal di sisi tubuhnya dan kembali terpejam.

Setengah nyawanya sudah kembali berterbangan ketika suara deringan kembali menyapa telinga, memenuhi ruangan berbentuk persegi itu dengan begitu nyaring. Kali ini bukan alarm—dari nadanya itu adalah panggilan telepon.

Menggeram, Baekhyun tidak ada pilihan selain menggapai kembali ponselnya dan menjawab panggilan itu sebelum telinganya meledak oleh suara dering ponselnya sendiri. Tanpa melihat tampilan nama pada layar, Baekhyun sudah lebih dulu menempelkan ponsel pada telinga. "Apa?"

Baekhyun sama sekali tidak menyembunyikan nada kesalnya, jelas menunjukkan betapa terganggunya ia dengan panggilan tersebut. Tidak repot-repot untuk lebih sopan juga, karena yang memiliki nomor ponselnya dapat dihitung jari, dan yang perlu ia perlakukan dengan sopan hanyalah CEO agensinya dan ibunya sendiri. Tapi kedua orang itu jelas tidak akan meneleponnya sepagi ini.

Suara decakan itu mencapai telinga Baekhyun. "Bisa perlakukan aku lebih ramah sedikit, tidak? Kita perlu membicarakan ini kapan-kapan, tingkat sopan-santunmu sudah ada di titik yang dipertanyakan. Aku sudah bekerja keras untukmu, kau tahu, aku berhak mendapatkan perlakuan baik darimu."

Rentetan kalimat itu membuat pening menyerang kepalanya, Baekhyun hanya bisa dibuat menghela nafas. "Langsung ke intinya saja, Junmyeon."

"Cepat angkat pantatmu dari kasur dan mandilah. Aku sedang ada di perjalanan menuju apartemenmu sekarang. Kau tidak perlu ke MBC dengan mobilmu sendiri, setelah kau selesai rekaman untuk comeback stage-mu kita akan membahas schedule bulan depan di gedung agensi nanti. Jangan bersiap terlalu lama, akan lebih baik kau sudah selesai saat aku sampai nanti. Buat pekerjaanku sebagai manajermu lebih mudah sedikit, bisa kan?"

Mengurut pangkal hidungnya dengan sebelah tangan yang menganggur, Baekhyun menggumam pelan, "Junmyeon."

Suara di seberang sana menyahut, "apa?"

"Kau benar-benar lebih cerewet daripada ibuku."

Suara gemerisik dari ponsel menjelaskan bagaimana manajernya, Junmyeon, tengah mencak-mencak di tempatnya berada. Sebuah suara kemudian kembali menyapa telinganya setelah beberapa saat, "lakukan saja dan berhenti mengataiku!"

Panggilan terputus secara sepihak.

Baekhyun tidak terlalu peduli dengan itu, hanya menurunkan ponsel dan menyimpannya di buffet. Nyatanya, ia cukup senang karena berhasil membuat manajernya naik darah di awal harinya. Tentu saja untuk membalas dendam akibat waktu tidurnya yang terpangkas karena panggilan itu.

Menyadari bahwa kini tidak bisa menidurkan dirinya lagi meski seberapa besar ia ingin melakukannya, Baekhyun berakhir bangkit dari tempatnya. Menyambar bathrope yang tergantung di dekat pintu kamar mandi, Baekhyun kemudian memasuki pintu itu dan membersihkan tubuhnya.

Tidak butuh waktu lama untuknya bersiap. Pada nyatanya, Baekhyun bukanlah orang yang serumit itu hanya untuk memilih pakaian atau sesuatu. selama itu nyaman, dan yang cenderung dipakainya adalah sesuatu yang mudah dikenakan. Kebanyakan itu adalah hoodie atau kaos, dan dipadukan dengan celana jeans atau baggy pants.

Junmyeon hanya melebih-lebihkan ketika mengatakan ia bersiap-siap terlalu lama.

Memakai lipbalm sebagai sentuhan terakhir, Baekhyun merasakan ponsel di kantung celananya bergetar. Kali ini tanpa dering, karena dering ponsel hanya ia nyalakan saat malam hari. Baekhyun merogoh kantungnya, kemudian menjawab telepon tanpa berbasa basi, "aku sudah siap."

"Bagus kalau begitu, aku sudah ada di depan pintu apartemenmu."

Dengan begitu, Baekhyun melangkahkan kaki untuk meninggalkan apartemennya.

Tidak butuh waktu lama untuknya mencapai mobil van yang terparkir rapi di parkiran gedung. Baekhyun masuk dari sisi kanan mobil, sementara Junmyeon dari sisi kirinya. Sopir van membungkukkan tubuhnya dari tempatnya duduk untuk menyapa Baekhyun, dibalas Baekhyun dengan senyuman singkat.

Mobil sudah mulai bergerak ketika suara Junmyeon menyapa telinganya, "sudah sarapan?"

Baekhyun menggeleng singkat, menoleh ke arah Junmyeon untuk mendapati si lawan bicara yang memasang raut wajah 'sudah kuduga'. Sesuatu kemudian melayang—Baekhyun untungnya memiliki refleks yang cukup baik untuk menangkapnya sebelum itu terjatuh di pangkuan atau malah terjatuh pada lantai mobil. Membuka genggamannya, Baekhyun menyadari bahwa itu adalah sepotong sandwich.

"Aku sempat berhenti ke minimarket dan membeli beberapa makanan, paling tidak cukup mengganjal perutmu. Aku akan mencari makanan yang lebih layak di kantin MBC nanti." Junmyeon menjelaskan sementara tangannya bergerak untuk menggapai satu botol menuman berenergi dan meneguknya sesaat.

Baekhyun tidak memberi tanggapan berarti, dalam diam membuka bungkus sandwich-nya sendiri dan mengunyah isinya. Ia tidak terlalu fokus pada hal lain selain bersiap-siap sejak pagi tadi, dan kini baru menyadari betapa kosong perutnya setelah melihat sandwich di hadapannya.

Mereka diliputi keheningan setelahnya. Suara radio yang memutar lagu terbaru Bolbbalgan4 sayup-sayup memenuhi ruang mobil van itu. Bertahan seperti itu untuk beberapa saat, Baekhyun bahkan sempat mengangguk pelan mengikuti irama lagu. Bibirnya masih sibuk mengunyah kala sebuah suara lain memecah keheningan. "Kau cukup menarik perhatian tadi malam."

Baekhyun mengangkat bahu, menyamankan dirinya sendiri pada sandaran kursi di belakangnya saat membuka mulut, "lebih tepatnya bukan aku."

"Kau tetap mengambil bagian di dalamnya." Junmyeon menanggapi, suara gesekan antara kain dengan kursi kulit itu terdengar—Junmyeon mengubah posisi duduknya untuk terang-terangan menghadap Baekhyun. "Katakan padaku. Kau masih mengejar bodyguard itu, kan?"

Dahi Baekhyun berkerut sejenak, tangannya bergerak untuk meremas plastik kosong di tangannya dan membuangnya ke tempat sampah kecil yang tersedia di samping kursinya. "Mau aku masih mengejarnya atau tidak, secara teknis yang tadi malam itu bukan aku yang memulai. Beri aku air mineral."

Junmyeon tidak mengalihkan tatapannya sama sekali ketika menyambar sebotol air mineral dan menyodorkannya pada sang artis. "Meski begitu, itu tidak akan menghentikanku untuk menasehatimu. Dengar, kau harus menekan sedikit caramu untuk mengejarnya secara terang-terangan. Itu tidak baik untuk membuat bodyguard-mu ada di posisi begitu, dia bisa saja merasa tidak nyaman. Belum lagi jika itu diketahui oleh fans, kita bahkan tidak tahu apakah fansmu menyetujui ide kau dan bodyguard-mu sendiri berkencan atau tidak. Serius, Baekhyun, jangan buat aku sebagai manajermu menanggung malu lebih dari ini melihat kelakuan menggodamu itu."

Sebelah tangan Baekhyun terangkat untuk meletakkan siku pada pembatas kursi dan telapaknya menopang dagu, raut wajahnya menampilkan antara aku mendengarkan bercampur dengan aku tidak terlalu peduli. Mengulum bibirnya sejenak, Baekhyun kemudian menanggapi, "kau terlalu banyak khawatir. Pertama, Chanyeol sudah biasa menanggapiku yang seperti itu. Kedua, kulihat tanggapan fans untuk berita tadi malam cukup bagus, semua orang mengagumi Chanyeol. Ah, tapi dia memang sangat gentle, ya, kan?"

Raut Junmyeon mengerut dengan begitu aneh, wajahnya menampilkan kalimat seperti, 'hal menjijikkan apa yang baru saja kau katakan?' Tapi Baekhyun tidak memberi waktu Junmyeon untuk bereaksi lebih dari ini karena ia kemudian melanjutkan ujarannya, "dan terakhir, untuk apa kau menanggung malu? Aku saja tidak."

Junmyeon tidak bisa menahan diri untuk memutar bola matanya. "Itu karena urat malumu sudah putus."

Baekhyun tidak menanggapinya lagi dan saat itu juga mobil mereka mencapai gedung MBC. Junmyeon memberi ujaran finalnya, "tetap saja, tekan godaanmu sedikit. Bahkan jika fans menanggapinya dengan baik tadi malam, itu karena beritanya bukan kau dan bodyguard itu memiliki hubungan romansa. Jika itu benar-benar menyangkut masalah asmara, tanggapan mereka mungkin bisa berubah 180 derajat. Ayo turun."

.

.

.

Baekhyun turun dari panggung dengan keringat yang mengalir deras. Beberapa make-up artist berbondong mendatanginya, baik mengipasinya atau menghapus keringatnya dengan tissue. Baekhyun menggeleng pelan, tangannya terangkat untuk meminta tissue dan secara pribadi menghapus keringatnya sendiri. Make-up artist itu menurutinya, kemudian bergerak mundur dan digantikan dengan kemunculan Junmyeon.

"Air?" Tangan Junmyeon menyodorkan sebotol air mineral baru yang diterima Baekhyun. Baekhyun melangkah melewati lorong demi lorong menuju ruang tunggu yang disiapkan khusus untuknya, matanya berkilat sesaat ketika melihat keberadaan Chanyeol di dekat pintu masuk ruang tunggunya.

Sekeras apapun Baekhyun ingin berhenti di depan sang bodyguard untuk melempar satu atau dua kalimat—coret—godaan, Baekhyun tidak semati perasaan itu untuk merasakan tatapan laser yang menusuk punggungnya. Tentu saja itu Junmyeon.

Mengingat bagaimana ceramah panjang lebar Junmyeon pagi tadi, dan berpikir bahwa ia tidak ingin mendengar ceramah yang sama untuk kedua kalinya di hari ini, Baekhyun tidak ada pilihan lain selain hanya melempar senyum tipis—gerakannya sengaja ia perlambat ketika membuka pintu agar bisa lebih lama merasakan kehadiran Chanyeol, dan kemudian tubuhnya tenggelam menghilang dari pintu. Junmyeon, membungkuk singkat untuk menyapa Chanyeol, dan bergerak mengikuti Baekhyun.

"Kau bisa istirahat untuk beberapa saat... Mungkin, sekitar lima belas menit. Aku akan mengurus beberapa hal terlebih dahulu dan setelahnya kita bisa ke gedung agensi." Junmyeon menjelaskan, mengambil beberapa barang di atas meja dan kemudian kembali melangkah menuju pintu.

Baekhyun secara tidak acuh melambaikan punggung tangannya. "Pergi saja sana."

"Kau—"

Tanpa melihat pun Baekhyun tahu betapa Junmyeon ingin melemparkan sepatu ke wajahnya sekarang, tapi memang itu tujuan Baekhyun kai ini—membuat sang manajer kesal. Baekhyun, dari tempatnya duduk, mendongak dengan alis terangkat sebelah. Tatapannya dapat menangkap bahwa Junmyeon tengah menelan rasa jengkelnya bulat-bulat, wajahnya memerah dalam prosesnya, kemudian membuang muka. "Jangan coba-coba mengangkat pantatmu untuk pergi dari sini."

Dan punggung Junmyeon akhirnya menghilang.

Baekhyun tidak memiliki keinginan untuk keluar demi menemui Chanyeol, karena sesungguhnya melihatnya sekilas seperti tadi saja sudah cukup. Terlebih lagi, untuk saat ini ponselnya lebih menarik minatnya.

Kembali ke laman Naver, Baekhyun mencari artikel lain tentang dirinya dan Chanyeol semalam, dan membaca komentar dari netizen. Tidak tahu sejak kapan kegiatan seperti ini menjadi menyenangkan untuknya.

.

"Dia adalah bodyguard pribadi Baekhyun, kan? Aku sering melihatnya setiap kali Baekhyun memiliki schedule."

"Sepertinya memang begitu."

"Kurasa tidak... Aku pernah melihatnya menjadi bodyguard Sandara Park juga. Kupikir itu saat acara salah satu award show setahun yang lalu?"

"Oh benar, dia juga menjadi bodyguard Sandara Park." /picture attached/

"Tapi memang dia sangat sering menjadi bodyguard Baekhyun... Apapun itu, aku menjadi tenang karena Baekhyun dijaga oleh bodyguard sepertinya."

"Benar, dia sangat gentle. Baekhyun pasti aman dengan memilikinya sebagai bodyguard."

"Oh... aku merasa iri lagi. Memiliki bodyguard se-gentle itu... Kurasa ini saatnya aku mencari pacar."

"Sungguh ㅠㅠㅠ sangat iri, jika Baekhyun tidak ingin berpacaran denganku maka aku tidak keberatan untuk berpacaran dengan bodyguard-nya saja."

.

Baekhyun tidak repot-repot untuk menahan bibirnya yang melahirkan satu senyuman. Bukan ia yang dipuji, tapi pada nyatanya terasa menyenangkan melihat bagaimana orang yang kau sukai memiliki kesan yang baik di mata orang-orang.

Jangankan kalian, Baekhyun menggeleng pelan, masih tersenyum. Aku saja ingin berpacaran dengan bodyguard itu.

Tanpa sadar ia hampir bangkit dari kursinya, mengikuti insting untuk mencapai Chanyeol. Namun, pintu ruangan tunggunya sudah lebih dulu terbuka, menampilkan Junmyeon. "Sudah selesai, ayo pergi sekarang."

Baekhyun hanya bisa menurut, diam-diam mengeluarkan satu desahan kecewa. Memasukkan barang-barangnya ke dalam pouch miliknya, ia kemudian keluar dari ruangan dengan Junmyeon memimpin jalan.

Sebagai bodyguard, Chanyeol dengan patuh mengikuti pergerakan kedua orang di hadapannya tanpa membuat suara. Chanyeol tidak sendiri, ada seorang bodyguard lain di sisi kanannya, kali ini orangnya berbeda dari yang kemarin. Baekhyun tidak terlalu peduli, ia berjalan dengan pelan—terlalu pelan sampai langkahnya mencapai Chanyeol.

"Chanyeol, kau pernah menjadi bodyguard Sandara Park?"

Sepelan apapun suara yang Baekhyun coba keluarkan, nyatanya lorong yang mereka lewati saat ini tidaklah terlalu ramai. Suaranya mencapai Junmyeon, terbukti dengan bagaimana Junmyeon yang menoleh cepat. "Baekhyun, sudah kukatakan—"

"Diam," Baekhyun memotong, raut wajahnya suram untuk sesaat, "kau carilah pacar juga atau sesuatu daripada menghalangiku untuk mendekati seseorang."

Ucapan itu begitu terang-terangan, Junmyeon yang mendengarnya malu sampai ke tulang dan ia memilih berjalan lebih cepat—seolah dengan jarak yang semakin jauh antara ia dengan Baekhyun akan membuat orang tidak lagi menganggapnya sebagai manajer sang artis penggoda itu.

Baekhyun tidak peduli, diam-diam lega akhirnya bisa lepas dari jeratan Junmyeon yang menghalanginya. Menoleh ke arah Chanyeol yang masih terdiam, Baekhyun mengangkat alisnya, menuntut jawaban, "hm?"

Chanyeol melirik sekilas. Meski kemudian tatapannya kembali menusuk lurus ke depan, bibirnya terbelah ketika mengeluarkan sebuah suara, "ya."

Kini Baekhyun dan Chanyeol benar-benar berjalan bersebelahan, satu bodyguard yang tadi berdiri di kanan Chanyeol beringsut mundur untuk memberi mereka ruang. Dengan Baekhyun yang selalu berterus terang dalam mendekati Chanyeol, sudah menjadi rahasia umum bagi orang dalam bahwa Baekhyun tertarik dengan bodyguard-nya yang satu itu. Namun, beruntungnya sejauh ini Baekhyun selalu dikelilingi oleh staff dan pekerja yang professional, tahu apa yang harus disimpan dalam diam sehingga berita ini belum menyebar ke masyarakat luas.

"Kau pernah menjadi bodyguard siapa lagi?" Baekhyun kembali membuka percakapan.

"Tidak banyak," Chanyeol menjawab dengan nada statis, "hanya beberapa artis dari agensi CJ dan JYP, itu juga project satu kali. Untuk menjadi bodyguard secara kontinyu, sejauh ini hanya Sandara Park dan kau."

Baekhyun memiringkan kepala, dahinya sedikit berkerut ketika membuka suara, "mengapa kau memilih menjadi bodyguard Sandara Park secara kontinyu?"

"Atasan organisasi bodyguard-ku adalah pamanku sendiri," Chanyeol menjelaskan tanpa menoleh, "aku adalah fans Sandara Park, jadi aku meminta pamanku mengaturnya untukku."

"Aku tidak tahu kau bisa mengidolakan seseorang," Baekhyun bergumam pelan, "tapi bukankah itu menjadi tidak professional untukmu menjadi bodyguard idolamu sendiri?"

Lirikan yang tajam diberikan pada Baekhyun, dan Baekhyun bisa merasa jantungnya berhenti sesaat. meski lirikan itu hanya terjadi dalam satu kedipan mata, Baekhyun diam-diam merasakan bagaimana keringat dingin mengalir di tulang punggungnya.

"Aku bukan perempuan yang akan berteriak heboh melihat idolanya," Chanyeol berujar tanpa ekspresi, "aku bahkan tidak meminta fofo atau tanda tangan. Aku hanya melihatnya bekerja dan tetap melakukan tugasku, itu saja."

Baekhyun mengangguk cepat, masih merinding mengingat lirikan terakhir tadi, jadi tidak berani membantah. Hening beberapa saat, kemudian Baekhyun membuka suara lagi, "lalu... mengapa kau menjadi bodyguard-ku?"

Langkah mereka berhenti karena telah mencapai lift, menunggu lift terbuka. Salah satu lift menampilkan isi yang nyaris penuh, Baekhyun menunjuk dengan dagunya kepada Junmyeon. "Kau bisa pergi dulu."

Junmyeon tahu Baekhyun sedang mengusirnya, dan Junmyeon juga tidak memiliki tenaga lagi untuk memperhatikan bagaimana artis yang diurusnya menggoda seseorang, jadi Junmyeon memasuki lift tersebut tanpa penolakan. Meninggalkan Baekhyun dengan dua bodyguard-nya.

Baekhyun menghadap lift yang masih tertutup di hadapannya. Meski matanya menatap lurus, pemikirannya berterbangan.

"Kau bilang kau menjadi bodyguard Sandara Park secara kontinyu karena dia adalah idolamu... Maka, kemudian kau adalah salah satu fans ku juga?" Chanyeol bahkan belum bersuara apapun, tapi Baekhyun lebih dulu mengernyit karena ucapannya sendiri. "Tapi kau tidak berperilaku seperti fansku. Apa kau semacam tipe tsundere?"

Dahi Baekhyun masih berkerut ketika sesuatu mendadak menekan kepalanya. Baekhyun mendongak. Itu adalah telapak tangan Chanyeol.

Wajah Chanyeol kini tepat berada di samping telinganya. Dari ujung matanya, Baekhyun bisa melihat bagaimana mata Chanyeol yang kelam sehitam lautan langit malam itu berkilat kala bibirnya menyuarakan untaian kalimat, "kau berpikir terlalu banyak."

Suara ding! dari lift itu memecah keheningan, Chanyeol bergerak mundur seiring dengan pintu lift yang terbuka. Secara mengejutkan, lift di hadapan mereka kosong melompong, berbanding terbalik dengan lift yang dinaiki Junmyeon tadi. Melangkah masuk, kemudian pintu lift kembali tertutup seiring dengan Chanyeol yang kembali bersuara, "menjadi bodyguard-mu adalah utusan resmi dari organisasiku setelah mereka dan agensimu menandatangani kontrak. Tidak ada campur tanganku atau siapapun untuk kasusmu."

.

.

.

Jam menunjukkan pukul setengah satu malam ketika Baekhyun selesai dengan segala urusannya di gedung agensi. Junmyeon masih setia mengikutinya ke dalam mobil van untuk mengantarnya pulang ke apartemen. Sama-sama dalam keadaan lelah, keduanya tidak mengeluarkan suara apapun, begitu pula dengan sopir yang masih khusyuk menyetir.

Diam-diam Baekhyun menghela nafas lega melihat Junmyeon yang terkantuk-kantuk di kursinya. Junmyeon telah menghabiskan perjalan sebelumnya dari MBC ke agensi untuk memberi ceramah sesi kedua. Mengingatkan bagaimana ia seharusnya bersikap dengan Chanyeol dan berbagai macam tetek bengek lainnya, seperti yang telah diduga Baekhyun akan terjadi setelah dirinya membantah Junmyeon dan bersikeras menggoda Chanyeol.

Dengan keheningan yang menenangkan saat ini, rasa lelah dan kantuk juga menyerang Baekhyun, jadi Baekhyun menyandarkan kepalanya ke jendela dan mulai memejamkan mata.

Baekhyun tidak tahu berapa lama ia kehilangan kesadaran. Ketika mobil berhenti bergerak dan ia membuka mata, mereka sudah sampai di gedung apartemennya. Di sebelahnya, Junmyeon juga sudah mengumpulkan kesadarannya. Dengan suara serak, Junmyeon berujar, "ayo."

Memberi persetujuan dalam diam, Baekhyun meraih barang-barangnya sendiri dan menuruni van. Keduanya berjalan memasuki gedung, beriringan dalam diam untuk mencapai lift dan memasukinya.

Baekhyun masih setengah sadar kala lantai lift terasa bergerak naik dan turun. Sampai ketika kotak kecil di atas lift menunjukkan angka 8, pintu lift kemudian terbuka. Siapa yang tahu, pemandangan di hadapan mereka adalah sesuatu yang tidak disangka.

Ada dua wanita yang berdiri di lorong. Tepat di samping kedua wanita itu adalah pintu apartemen Baekhyun sendiri. Salah satu dari wanita itu memakai masker, rambutnya berwarna pirang. Sementara satunya lagi, berambut coklat gelap, memakai topi berwarna hitam dan tidak menyembunyikan wajahnya sama sekali. Mata mereka terlihat berkilau kala menangkap keberadaan Baekhyun.

Baekhyun tanpa sadar beringsut pada Junmyeon, sebelah tangannya mencengkram bagian belakang mantel Junmyeon.

"Itu..."

Suara Junmyeon pecah dengan lirih. Baekhyun yang kini sudah sadar seratus persen, mengangguk lemah. "Sasaeng."

"Baekhyun!" seperti tidak bisa lebih mengerikan lagi, kedua wanita itu masih bisa menyerukan namanya. Wajah mereka begitu cerah, nampak bahagia dan bersemangat, tapi bagi Baekhyun penampilan mereka tidak jauh berbeda dari melihat penampakan.

Pupil Baekhyun bergetar ketika langkah kedua wanita itu mendekatinya. Cengkraman Baekhyun pada mantel Junmyeon menguat, dan Baekhyun sebisa mungkin menetralkan nafasnya juga raut wajahnya. Tidak ingin terlihat entah ketakutan ataupun marah. "Kalian adalah fansku?"

Keduanya mengangguk nyaris bersamaan. "Benar!"

Ya Tuhan... Baekhyun tidak tahu apakah ia ingin tertawa atau menangis. Mereka bahkan mengakuinya dengan bangga.

"Bagaimana... bagaimana kalian mengetahui tempat tinggalku?"

Wanita yang menggunakan topi itu membuka mulutnya, "kami mencari tahu selama tiga bulan ini! Baekhyun! Kami..."

Wanita itu belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tapi Junmyeon sudah melangkah lebih dahulu, mengisi jarak antara kedua wanita itu dengan Baekhyun sekaligus menghalangi mereka dari Baekhyun. Junmyeon menoleh ke belakang, berbisik sesuatu seperti 'telepon Jongdae' sebelum kembali menghadap kedua wanita itu, menggiringnya menjauh dengan susah payah—menghadapi sendiri kedua wanita yang bergerak memprotes dan berusaha menggapai Baekhyun.

Junmyeon telah mencapai ujung lorong, berusaha menahan, berbicara sekaligus menginterogasi keduanya. Sementara itu, Baekhyun masih berada di dekat lift, tangannya bergetar ketika merogoh ponsel untuk menelepon Jongdae—asisten manajer Junmyeon.

Baekhyun menjelaskan situasinya dengan nada masam, sambungan telepon itu sama sekali tidak terputus selama Jongdae berusaha mencapai posisi Baekhyun dan Junmyeon berada. Membutuhkan sekitar lima belas hingga dua puluh menit sampai Jongdae muncul dari balik pintu lift, membantu Junmyeon menangani kedua wanita itu sampai akhirnya mereka berhasil membawanya turun lift. meninggalkan gedung.

Ketika Junmyeon dan Jongdae kembali, Baekhyun sudah berada di dalam apartemennya. Bunyi bel memenuhi setiap sudut apartemen, dan Baekhyun mengecek intercom terlebih dahulu sebelum membuka pintu. Junmyeon dan Jongdae melangkah masuk, keduanya melangkah mencapai ruang tamu dan duduk di salah satu sofa yang terpanjang.

Baekhyun mengikuti mereka dalam diam, memilih sofa tunggal untuk dirinya sendiri. Mereka dilanda keheningan selama beberapa saat sampai Junmyeon memecahnya terlebih dahulu. "Kurasa ini saatnya kau mencari apartemen baru, Baek."

Yang diajak bicara hanya diam, masih enggan membuka suara. Kali ini, ganti Jongdae yang berbicara, "Junmyeon benar. Mereka bisa menerobos dari perhatian satpam, dan bahkan mengetahui nomor lantai di mana apartemenmu berada dengan sangat tepat. Mereka bisa saja melakukan hal yang lebih dari ini di masa mendatang."

"Aku tahu." Baekhyun akhirnya mengeluarkan suara, mendesah lelah setelahnya dengan sebelah tangan yang mengurut pelipis "Tapi aku tidak ingin pergi sekarang."

"Tapi ini menyangkut keamananmu, Baek." Junmyeon membantah dalam satu nafas, kilat matanya secara eksplisit menunjukkan bahwa dia khawatir sekaligus panik. "Mereka sangat pintar dan licik, dan aku yakin mereka memiliki kelompoknya sendiri. Yang kau lihat saat ini mungkin hanya bagian kecil dari mereka."

Baekhyun menyandarkan punggungnya pada sandaran sofanya, matanya setengah terpejam ketika berujar kembali, "kau adalah orang yang mengatur jadwalku, dan kau tahu sendiri bagaimana jadwalku sangat penuh dari bulan ini hingga bulan depan. Terlalu banyak tenaga yang harus dikeluarkan untuk pindah, aku terlalu lelah untuk itu."

Membuka mata, Baekhyun menatap antara Junmyeon dengan Jongdae nyaris tanpa tenaga yang tersisa. "Aku akan pindah, tenanglah, tapi tidak saat ini juga."

Dengan mereka sebagai manajer dan asisten manajer, Baekhyun tahu bahwa ucapannya akan masuk akal untuk mereka pahami. Mereka yang paling tahu akan runtutan schedule-nya, dan menambahnya lagi dengan urusan mencari apartemen, memindahkan dan menata ulang barang, bukan tidak mungkin untuk Baekhyun dapat roboh setelahnya.

Mempertimbangkan kesehatan sang artis, mereka tidak ada pilihan selain mengangguk. Jongdae yang kemudian bersuara, "baiklah. Tapi kau harus benar-benar bisa menjaga keselamatanmu, paling tidak untuk dua bulan ke depan."

Junmyeon mengangguk. "Aku sudah mengetahui biodata kedua wanita tadi, aku akan membawanya ke agensi untuk melihat apakah itu dapat ditindaklanjuti. Aku juga akan meminta pengawasan keamanan dari pihak apartemen untukmu diperketat."

"Serahkan urusan keamanan pihak apartemen itu padaku, aku yang akan membicarakannya dengan mereka." Jongdae menawarkan diri yang tidak membutuhkan waktu lama untuk disetujui Junmyeon. Setelah membagi tugasnya, Junmyeon dan Jongdae berpamitan, dan kemudian meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Hari ini, jadwal Baekhyun adalah menghadiri salah satu variety show yang diselenggarakan di salah satu saluran televisi. Gedungnya terletak di sebelah barat Seoul, menempuh sekitar 30 menit apabila perjalan dimulai dari gedung agensi.

Baekhyun sejujurnya ingin berangkat menggunakan mobilnya sendiri, tetapi Junmyeon bersikeras membuatnya menaiki mobil van yang sudah disediakan agensi—memperingatinya tentang bagaimana kejadian dengan sasaeng tempo hari. Baekhyun tidak bisa menolak, diam-diam juga ikut bergidik setiap kali mengingat kejadian itu.

Mobil van itu menjemputnya dari gedung apartemennya, tapi mereka tidak langsung berangkat dan kembali ke agensi terlebih dahulu. Junmyeon mengurus beberapa hal terlebih dahulu di agensi dan tidak membutuhkan waktu lama untuk dia kembali ke mobil van, dan setelahnya mereka segera berangkat.

Junmyeon memang memiliki jiwa bapak-bapak di dalam dirinya, kendati usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua dari Baekhyun. Selama perjalanan, Junmyeon tiada henti memberi wejangan tentang apa yang harus dilakukannya agar bisa melindungi dirinya sendiri apabila menemukan kondisi serupa seperti beberapa hari yang lalu.

Baekhyun awalnya ingin memperhatikan, sungguh, karena ia tahu Junmyeon peduli dengannya. Tapi seiring berjalannya waktu, ocehan demi ocehan itu membuat telinganya panas juga, dan ketika Junmyeon berhenti sejenak untuk mengambil nafas, Baekhyun mengambil kesempatan itu untuk menyuarakan pikirannya. "Kau benar-benar mirip ayahku."

"Kau—" Wajah Junmyeon berkerut dengan sangat jelek. "Kemarin ibumu, sekarang ayahmu! Lalu besok siapa, kakekmu?!"

"Yah," Baekhyun menjepit dagunya dengan ibu jari dan telunjuknya, memasang pose berpikir dengan raut datar, "memang bukannya tidak mungkin jika kau memiliki kecenderungan untuk bersikap seperti kakekku."

Junmyeon sudah hampir mencak-mencak di kursinya, tapi kemudian gedung saluran televisi yang mereka tuju telah terpampang di depan mereka. Junmyeon tidak memiliki pilihan selain menelan bulat-bulat umpatannya, menggantinya dengan satu kalimat singkat, "ayo turun."

Cukup banyak fans yang berkerumun di depan gedung saluran televisi itu. Sebenarnya lebih banyak dari biasanya. Tidak mengherankan, karena yang menjadi bintang tamu untuk variety show ini tidak hanya Baekhyun seorang. Ada Kang Daniel, artis di bawah naungan CJ Entertainment, lalu ada juga Jihyo yang merupakan salah satu member girlband di bawah naungan JYP.

Baekhyun menyapa kerumunan itu dengan sebuah senyuman. Meski singkat, tetapi sangat cukup untuk membuat kerumunan itu heboh dan beringsut semakin dekat. Nyaris menekannya.

Sesuatu mendekati Baekhyun—kehadiran itu bisa dirasakannya, dan kemudian ia menoleh. Wajah yang familiar menyapa matanya, senyuman Baekhyun yang nyaris menghilang kini terbit lagi. "Chanyeol."

Chanyeol tidak menanggapi, tapi tubuh jangkung itu semakin mendekat, menahan beberapa tangan fans yang hendak mencapai tubuh Baekhyun. Baik Baekhyun dan Junmyeon tidak menghabiskan waktu lebih lama lagi untuk berdiri di sana, dan mereka segera bergerak menuju pintu masuk.

Dengan bantuan beberapa bodyguard lain yang sigap menahan pergerakan fans, tidak cukup sulit untuk mereka bertiga mencapai pintu masuk. Seorang bodyguard lain mendekati mereka, dan berjalan dengan diam di belakang. Chanyeol juga bergerak mundur untuk berdiri di sisi bodyguard itu.

Memang sudah sepatutnya seperti itu, untuk bodyguard berjalan di belakang sang artis. Namun, Baekhyun tidak bisa menahan diri untuk merasa menyayangkannya.

"Kau—berhentilah memasang wajah seperti pujangga yang ditinggal kawin lari, beri kesan yang baik untuk staff dan orang-orang yang akan bekerja sama denganmu di hari ini!" Junmyeon mulai mengomel, yang mana dibalas Baekhyun dengan putaran bola mata. Meski begitu, setelahnya Baekhyun menurut—memasang senyum formal ketika memasuki ruang tunggu untuk dirinya.

Chanyeol dan satu bodyguard yang lain itu tidak mengikuti mereka lagi, berjaga di pintu ruang tunggu. Baekhyun juga tidak memiliki waktu untuk peduli, terlalu sibuk untuk bersikap ramah sembari bersiap diri. Outfit-nya sudah disiapkan, ia bergegas mengganti pakaian dan kemudian mulai memasang perangkat lain yang diperlukan. Papan nama kecil di bagian dada sebelah kanan, microphone yang dikaitkan dengan celana bagian belakang hingga ke ujung kerah bajunya, dan sebagainya.

Ketika semuanya siap, Baekhyun diikuti dengan Junmyeon melangkah keluar untuk menuju tempat studio di mana variety show itu mengambil siaran. Chanyeol dan bodyguard satunya lagi dengan diam dan patuh menjalankan tugasnya, mengikuti kemanapun mereka pergi.

Begitu mencapai tempat yang dimaksud, mereka disambut dengan kerumunan staff, crew, dan semua orang yang memiliki peran dalam jalannya siaran ini. Tak terhitung berapa kali Baekhyun membungkukkan badan dan melempar senyum saat itu. Jongdae secara mengejutkan sudah stand by di dalam ruangan—Junmyeon langsung beranjak mendekatinya.

Sementara Baekhyun diarahkan untuk bergabung dengan artis yang lain dan beberapa pembawa acara, Baekhyun sayup-sayup bisa mendengar juga suara Chanyeol di belakangnya yang sepertinya mengobrol dengan seseorang. Walau penasaran, Baekhyun sadar ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk menoleh ke belakang, jadi yang dilakukannya hanya menurut dan berjalan maju. Menyambut semua orang yang sudah menantinya dengan senyuman ramah.

Pengambilan siaran variety show itu berjalan dengan sangat baik. Baekhyun cukup bersenang-senang selama jalannya acara—terbukti dengan tatapan matanya yang berkilau cerah dan bibirnya selalu menyunggingkan senyum setiap sepuluh detik sekali. Waktu telah berjalan sekitar dua hingga tiga jam ketika syuting itu akhirnya berakhir.

Beberapa lampu besar telah dimatikan, menyisakan lampu utama ruangan ini yang diandalkan untuk menerangi keseluruhan sudut. Meski sudah selesai, Baekhyun masih belum beranjak pergi, menghabiskan waktunya untuk berbincang dengan Daniel dan Jihyo serta tiga pembawa acara. Membahas cukup banyak hal, Baekhyun menemukan mereka semua sangat easy going dan ramah—membuatnya betah dan terlena, hanya memfokuskan diri pada obrolan itu tanpa mempedulikan sekitar.

Baekhyun tidak tahu bahwa seseorang telah beringsut mendekatinya. Orang lain yang ada pada obrolan itu juga tidak menyadarinya—kebetulan, tempat mereka berbincang adalah di sudut ruangan yang paling redup, dan di balik bagian punggung Baekhyun nyaris gelap gulita.

Sebagai bodyguard Baekhyun, Chanyeol terbiasa mengunci tatapannya pada sang artis. Tatapannya terlatih tajam dan bisa melihat dengan jelas dalam kondisi apapun—bahkan ketika minim pencahayaan. Maka dari itu, tidak sulit bagi Chanyeol untuk menemukan sosok bergelagat aneh dengan pakaian hitam yang sedikit banyak mirip dengannya, tengah mendekati Baekhyun diam-diam. Tanpa berpikir panjang, Chanyeol bergerak sigap. Berusaha mengambil aksi dengan cepat tapi sekaligus minim suara.

Tangannya berhasil menggapai sosok aneh itu, satu tangan menarik pergelangan orang itu dan tangannya yang lain mencengkram bibirnya—mencegah orang itu untuk tidak bersuara. Chanyeol menyeret orang itu cukup jauh, melemparnya ke sudut dinding yang gelap gulita. Namun, agaknya Chanyeol melempar tubuh itu sedikit terlalu keras—suara benturan itu terdengar sayup-sayup mencapai gerombolan Baekhyun.

Jihyo yang berdiri di hadapan Baekhyun, sedikit menelisik untuk menatap sesuatu di balik punggung Baekhyun. "Suara apa itu?"

Baekhyun dan beberapa orang lainnya menoleh sekilas, pemandangan yang bisa dilihatnya hanyalah gelap gulita. Tidak menemukan apapun yang bergerak mencurigakan, mereka semua kemudian menarik kembali pandangannya.

Baekhyun mengangkat bahu. "Mungkin ada barang yang tersenggol sesuatu dan jatuh."

Mereka kembali memulai perbincangan yang sempat tertunda, sementara Chanyeol dengan tubuh kaku kini sedikit merileks. Meski begitu, tatapannya tetap tajam, menusuk langsung kepada dua bola mata yang tidak mengejutkannya terlihat begitu familiar.

"Yong Junhyung," Chanyeol memulai, suaranya sangat rendah kala berujar dengan tekanan, "apa yang kau lakukan?"

Chanyeol menurunkan sebelah tangan yang tadi mencengkram bibir orang di hadapannya, kini berpindah menahan sebelah tangan lawan bicaranya sehingga menutupi kesempatan orang itu melawan. Yang namanya dipanggil balas menatap tajam, wajahnya memerah—kemungkinan besar emosi karena aksi sebelumnya ditahan. "Bangsat, beraninya kau menghentikanku! Kalau bukan karena campur tanganmu, seharusnya akulah yang menjadi bodyguard Baekhyun, bukan kau! Membuatku berakhir menjadi bodyguard Jihyo—aku sudah menunggu sangat lama sampai Jihyo bisa berada dalam satu acara dengan Baekhyun. Dan lagi-lagi brengsek sepertimu ikut campur tangan lagi!"

Yong Junhyung mengeluarkan suara tercekik ketika salah satu tangan Chanyeol bergerak mengekang lehernya—kini hanya menggunakan satu tangan yang lain untuk menahan kedua tangan Yong Junhyung. Meski dalam keadaan tersudut, Yong Junhyung sama sekali tidak menyerah—tidak mengendurkan emosinya sama sekali. "Katakan padaku, hal hina apa yang telah kau lakukan untuk menggoda Baekhyun sampai dia bisa mengejar dan menggodamu seperti seorang jalang, hah?! Juga, berhenti bersikap begitu tinggi dan sombong, kau pikir hanya kau yang bisa menyentuh Baekhyun?!"

Di tempatnya, Chanyeol tertawa dengan nada super rendah. Matanya penuh dengan kilat kebencian—kalau sebuah tatapan bisa membunuh, Yong Junhyung detik ini juga sudah pasti hanya tinggal nama. Kilas balik itu berputar dengan begitu cepat dalam ingatan Chanyeol, dan Chanyeol mendesis, "mengucapkan omong kosong seperti itu... Betapa hina dan tidak tahu malunya."

Cengkraman Chanyeol mengerat kala Chanyeol kembali melanjutkan ujarannya, "aku bisa saja terbangun dengan amnesia dan tidak akan melupakan apa yang kau ucapkan tiga tahun lalu. Obsesi menjijikkanmu pada Baekhyun... Ingin mencoba menggagahi Baekhyun begitu kau menjadi bodyguard-nya? Jangan harap."

Sebelah tangan Chanyeol yang menyengkeram kedua tangan Yong Junhyung sekaligus itu bergerak memutar, membuatnya dislokasi dengan begitu menyakitkan. Sementara itu, cekikan Chanyeol pada lehernya menahan raungan yang akan dikeluarkan Yong Junhyung—manusia itu hanya bisa memekik tanpa suara.

"Selama aku masih bernyawa, kau tidak akan mendapat kesempatan itu. Tidak akan bisa bahkan meski kau hanya memimpikannya. Dan, kau bertanya apakah hanya aku yang bisa menyentuh Baekhyun?"

Chanyeol terkekeh, nadanya penuh dengan cemoohan kala menghempaskan tubuh Yong Junhyung. Orang di hadapannya jatuh di lantai dengan menyedihkan, mulutnya menganga demi mengais udara. Sementara Yong Junhyung masih sibuk menyelamatkan aliran udara di tubuhnya yang nyaris berhenti, Chanyeol memberi satu kalimat terakhir yang tak terbantahkan, "lihat dan perhatikan sendiri."

Suara Chanyeol yang memanggil Baekhyun membuat kerumunan artis dan pembawa acara itu menghentikan segala sesuatu yang mereka lakukan. Baekhyun menoleh, secara otomatis bibirnya selalu melahirkan satu senyuman tipis ketika matanya menangkap siluet bodyguard itu.

Baekhyun tidak memiliki kesempatan untuk menanggapi karena Chanyeol lebih dahulu kembali berujar. Wajahnya tetap datar ketika bibirnya membelah terbuka, "manajermu menunggu, ayo pulang."

Baekhyun terbiasa dengan Junmyeon yang selalu memberitahukan waktu untuk melakukan ini dan itu. Chanyeol yang mengingatkannya untuk pulang tentu menjadi hal yang baru untuknya. Maka dari itu Baekhyun membutuhkan waktu sekitar lima detik untuk menemukan suaranya sendiri, baru kemudian menanggapi dengan serak, "okay."

Memberikan salam perpisahan secara singkat, Baekhyun kemudian berbalik untuk mencapai kedua manajernya yang menunggu di dekat pintu. Chanyeol ikut melangkah tepat di sebelahnya. Dan seperti tidak bisa lebih mengejutkannya lagi, sesuatu yang hangat mendadak merayapi pinggangnya. Rasanya sangat asing, tetapi menenangkan. Baekhyun melirik untuk menemukan bahwa itu adalah tangan Chanyeol yang melingkari pinggangnya.

"Chanyeol." Baekhyun berujar dengan sengau, raut wajahnya begitu kompleks ketika menoleh kepada bodyguard di sampingnya itu. "Mengapa...?"

Tangan kokoh itu memiliki ujung akhir di pinggang bagian kanan Baekhyun, dan disitu pula lah Chanyeol meremasnya pelan. Tidak sakit sama sekali, malah lebih cenderung lembut daripada kasar. Baekhyun ditarik seinchi lebih dekat, Chanyeol menoleh sekilas sebelum akhirnya membuang wajah lurus ke depan. "Salah satu bodyguard Jihyo hampir melecehkanmu."

Junmyeon dan Jongdae yang menanti di dekat pintu tentu melihat semua kejadian itu. Baik di antara mereka tidak ada yang mengambil sikap lebih lanjut selain membiarkan Baekhyun dan Chanyeol lewat terlebih dahulu dan mereka mengikuti dengan patuh. Seberapa aneh dan barunya perilaku Chanyeol hari ini, pada nyatanya mereka tidak menemukan intensi lanjutan yang mencurigakan dari Chanyeol—dan meski raut wajah Baekhyun begitu kompleks, tapi itu tidak menunjukkan perasaan diserang terror atau terintimidasi. Jadi, apa yang bisa mereka lakukan, selain mengabaikannya?

Di tempatnya, Baekhyun berusaha melangkah mengimbangi langkah Chanyeol meski nafasnya sendiri tersendat. Baekhyun baru bisa bernafas dengan lega begitu Chanyeol melepaskan tangan dari pinggangnya setelah berjalan sejauh lima kaki dari pintu. Mereka dilanda keheningan untuk sesaat—Baekhyun ingin bertanya, tapi ia bahkan tidak tahu harus memulai dari mana.

Di samping Baekhyun, sepertinya Chanyeol memahami konflik batin sang artis. Meski tatapannya lurus ke depan, bibirnya mulai merekah untuk mulai menjelaskan, "Yong Junhyung bekerja di bawah organisasi yang sama denganku."

Baekhyun menoleh, memberi atensi dengan tatapan, tetapi tidak mengucapkan apapun. Sengaja mempersilakan Chanyeol menjelaskan lebih lanjut. Jadi Chanyeol melanjutkan. "Tiga tahun yang lalu pamanku berencana menempatkan si bajingan itu untuk menjadi bodyguard-mu. Tapi kemudian tanpa sengaja aku memergoki niat terselubungnya. Aku tidak bisa membiarkannya mengancam nama baik organisasi—dan sebagai manusia waras aku juga tidak bisa membiarkannya melakukan hal hina itu pada orang lain, jadi aku diam-diam menggagalkannya dan mengganti rugi dengan mengisi posisinya.

"Pertama aku hanya tidak ingin mengusutnya lebih jauh dan sampai saat ini pun paman tidak mengetahui bahwa salah satu bodyguard-nya hampir menjadi pelaku kejahatan seksual. Kupikir dia hanya akan menyerah. Siapa yang tahu... Dia masih akan—apapun itu, Baekhyun," Chanyeol melirik sekilas, dengan nada magnetis melanjutkan, "pastikan bahwa kau jangan sampai berada di dekatnya."

Baekhyun masih menatap Chanyeol, beberapa emosi masih bermain di matanya ketika ia kemudian membuang muka untuk sama-sama menatap lurus ke depan. Yang pertama kali dikeluarkan oleh bibirnya adalah, "kupikir kemarin kau berkata bahwa menjadi bodyguard-ku tidak ada campur tangan darimu sama sekali."

Chanyeol tidak berusaha membantah. "Terkadang berbohong sedikit agar kau tidak semakin tergila-gila padaku memang diperlukan."

Jika orang awam mendengar bagaimana Chanyeol bicara barusan, mereka mungkin akan meludah dan mencemooh betapa percaya dirinya Chanyeol. Tapi untuk orang yang telah familiar dengan bagaimana Baekhyun memperlakukan Chanyeol—bahkan bagi Baekhyun sendiri, kalimat yang diucapkan Chanyeol itu memang tidak salah. Karenanya, Baekhyun mendenguskan satu tawa kecil, berujar setelahnya dengan raut yang dipertahankan datar, "oh, jahat sekali."

Chanyeol hanya diam, tidak berniat memberi tanggapan. Baekhyun tidak ingin pembicaraan ini berhenti begitu saja, jadi ia kembali membuka bibir, "lalu, apalagi yang telah kau sembunyikan?"

Kedua kalinya, Chanyeol memberi lirikan pada Baekhyun. Untuk beberapa detik tanpa suara, dan ia membuang tatapannya seiring dengan suara yang keluar dari bibir, "tidak ada, aku sudah mengatakan semua detailnya."

Baekhyun mana tahu bahwa Chanyeol melanjutkan dari dalam hati—bahkan jikalau ada, ini belum saatnya kau mengetahuinya.

Mereka masih berjalan beriringan dengan Junmyeon dan Jongdae yang mengikuti dari belakang, Junmyeon entah dirasuki apa tidak ikut campur lagi dengan urusan Baekhyun bersama Chanyeol—ia bahkan memilih membuka percakapan lain bersama Jongdae.

Sesampainya di ruang tunggu, Baekhyun berganti pakaian menjadi pakaiannya sendiri sementara kedua manajernya menyibukkan diri untuk mengumpulkan barang-barang yang perlu dibawa. Ketika Baekhyun selesai berganti, kedua manajer itu juga telah bersiap untuk meninggalkan ruangan. Baekhyun bergabung dengan manajernya untuk memberi salam perpisahan dengan beberapa staff yang memang stand by dalam ruang tunggu Baekhyun, kemudian beranjak keluar. Seperti biasa, Chanyeol bersama satu bodyguard yang menjadi partnernya hari ini mengikuti mereka dalam diam.

Baekhyun membiarkan kedua manajernya berjalan di depan. Langkahnya ia perlambat untuk mencapai Chanyeol. Chanyeol, seperti biasa tidak memberi komentar apapun—terbiasa dengan Baekhyun yang selalu mencari kesempatan untuk beringsut mendekatinya.

Untuk beberapa saat, mereka hanya berjalan beriringan dalam hening. Sampai di suatu titik, Baekhyun akhirnya memecahkan suara lebih dulu. "Terima kasih."

Berkedip sekali, Chanyeol kemudian menanggapi, "untuk?"

"Rela menjadi bodyguard-ku dan menggantikan posisi bodyguard bajingan itu."

Ketika Baekhyun mengatakannya, mereka telah sampai tepat di mana mobil van Baekhyun diparkirkan.

"Simpan ucapan terima kasihmu," Chanyeol membalas dengan nada statis sementara sebelah tangannya membuka pintu van, "pulang."

Tatapan Baekhyun masih terikat dengan Chanyeol ketika ia menaiki mobil van-nya. Meski tidak ada yang tersenyum di antara mereka, Chanyeol tidak buta untuk mendapati kilau penuh damba dari lautan bola mata Baekhyun.

Chanyeol adalah yang pertama memutuskan pandangan.

.

.

.

tbc

.

.

.


MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN GUYS!

Akhirnya bisa update lagi setelah setahun berlalu HAHAHAH. Sebenernya aku lagi kangen aja sih buat bikin story, terus akhir-akhir ini aku juga kinda in a good mood karena dunia per-kpop-an ku jadi membahagiakan karena pertama, Baekhyun finally released his second child—Delight, dan kedua, chanbaek gave us chanbaekists so many crumbs for the past few days xixixi seneng banget!1!1

That's why aku memutuskan buat bikin story ini ehehe. Btw, udah lama banget ga bikin story jadi im so so so sorry kalo ini aneh banget atau kaku banget. Ditambah, aku akhir-akhir ini lagi hobi banget baca danmei (novel bl china), jadi…. aku jadi kebanyakan baca english sampe kagok banget ngetik in bahasa. Bahkan selama proses ngerjain ini tuh, aku sampe bolak-balik buka kamus eng-indo karena yang nongol di otakku malah english terms dan gabisa ngetranslate-nya ke indo yaallah bodoh banget… Jadi mungkin bakalan ada beberapa kata di sini ada yang kayak agak ga sesuai atau gimana gitu, maaf banget):

Oh iya, ini sebenernya harusnya oneshot, tapi karena aku kebablasan nulis sampe 14k words… akhirnya aku memutuskan buat ngepotong ini jadi dua bagian dan aku upload satu-satu. Semuanya udah selese sih, mungkin lanjutannya bakal aku upload in a few days. Ditunggu aja ya :D

Last but not least, enjoy!

.

.

.

.

.

xoxo,
baekfrappe.