Haikyu! © Haruichi Furudate | Atsumu Miya & Kiyoomi Sakusa | I take no material profits from writing this fanfiction.


Warning: OOC. AtsuSaku.


"Saya gak akan memaksa," Atsumu berujar lugas, "Kalau kamu memang gak mau saya sentuh, saya gak akan memaksa."

Lelaki bersurai pirang gradasi hitam itu tersenyum kecut. Dua kali mengulang pernyataannya agar Sakusa yakin.

Toh, sedari awal, Atsumu memang selalu melakukan segala sesuatu di antara mereka dengan consent. Tak pernah sekalipun dirinya mengharuskan lelaki itu untuk mau menerima semua perbuatannya maupun melarangnya kalau ingin menolak.

Pemuda bermarga Miya itu senantiasa meminta izin, bahkan jika itu hanya sekadar mengusap lembut surai hitam bergelombang miliknya. Atau cuma mau menggenggam lembut jemari di antara mereka untuk menyalurkan kehangatan.

Namun rasanya percuma. Bila akhir-akhir ini Sakusa selalu mengelak tanpa alasan yang gamblang. Padahal ia hanya ingin menuangkan segala afeksinya saja.

Sakusa Kiyoomi menatap lelaki di hadapannya dengan pandangan sendu. Tak kuasa menahan sesak di dada. Ingin menjelaskan namun lidahnya kelu. Tiada satu patah kata yang keluar dari bibirnya.

Ia tahu sikapnya yang begini itu keliru. Ia menyakiti lelaki itu, dan tentu saja menyakiti dirinya sendiri. Namun apalah daya saat segala rasa cemas selalu menghampiri pemikirannya.

Ini bukan salah Atsumu, sama sekali bukan. Namun Sakusa pun sudah terlalu lelah untuk menyalahkan dirinya sendiri.

Mantan pengumpan andalan Inarizaki memejamkan mata. Barang sejenak saja berusaha mengenyahkan segala keinginan dan hasratnya untuk membelai sayang lelaki itu. Menepis segala bayangan tentang betapa nyaman apabila ia mampu menyeka lembut pipi mantan pemain Itachiyama itu.

Pendar-pendar polos dari netra berwarna kelam di hadapannya seolah menghisap Atsumu untuk tenggelam ke dalamnya. Ia berusaha sekuat mungkin agar bisa menahan diri.

Jangan lupakan pula surai bergelombang yang jika ia perhatikan kini telah tumbuh makin memanjang. Bergerak indah mengikuti irama embusan angin yang menerpa. Seolah menggoda untuk disentuh.

Sungguh, telapak miliknya ingin sekali untuk sebentar, sepersekian menit, atau bahkan beberapa detik saja agar dapat mengusap helaian lembut itu. Namun ia menyerah.

Menghela napas, Atsumu berujar pelan, "Mungkin ada baiknya bila kita saling menjaga jarak untuk sementara."

"Kenapa?" Tidak terima, Sakusa tanpa sadar menaikkan oktaf dalam nada bicaranya, "M-maksudku, kita tetap bisa bertemu seperti sekarang," ucap lelaki itu murung. Suaranya terdengar jauh lebih lirih di akhir.

Atsumu tersenyum tipis, "Agar kamu bisa menenangkan diri terlebih dahulu. Saya gak mau membuat kamu makin merasa terbebani."

Meski tak bisa melihat raut wajahnya yang tertutup masker, namun lelaki berambut pirang ini tahu sekarang Sakusa tengah memasang ekspresi nanar. Tetapi di lain sisi, Atsumu yakin keputusannya kali ini benar.

Ia tak mau pria itu terus merasa ter-guilt tripped atas pemikirannya sendiri yang bahkan tak bisa ia kontrol dengan semaunya. Saat ini, bila bersama dengannya malah membuat Sakusa merasa tak nyaman, maka untuk apa pertemuan dilakukan?

"Aku gak mau," Sakusa menggelengkan kepalanya keras-keras, menolak hal ini dengan tegas, "Aku tahu aku salah tapi tolong jangan hukum aku seperti ini."

Tanpa sadar, Atsumu mengangkat sebelah tangannya ke pucuk kepala lelaki itu demi bisa mengusap pelan, menenangkan. Untuk kemudian ia tersadar akan apa yang ingin ia lakukan. Setengah jalan, ia mengulur tangannya kembali.

Meski ia sungguh merasa tak tega melihat Sakusa yang seakan amat menderita, namun nyatanya Atsumu memang tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan untuk sekadar menghilangkan kegelisahannya.

Sakusa benci hal ini. Ia benci merasa gemetar dan was-was tatkala sosok yang dicintainya ingin mencurahkan kasih sayang melalui singunggan antara tubuh mereka. Ia tak suka akan dirinya yang malah merasa sangat cemas saat seharusnya nyaman dan puas.

Tetapi, Sakusa, memangnya mau sampai kapan kamu begini? Menyakiti diri sendiri dan orang yang kamu kasihi?

"Maaf," Atsumu berucap perlahan, "Saya hampir-"

Sakusa tak membiarkan lelaki itu untuk melanjutkan perkataannya. Ia segera menangkup telapak lebar Atsumu di hadapannya yang masih setengah terjatuh. Menggenggamnya erat-erat, meski seluruh tubuhnya bergetar hebat.

Si pemuda bersurai hitam menundukkan kepala, ia yakin seluruh telapaknya saat ini basah oleh keringat, belum lagi tremor yang ia rasakan, namun Sakusa tidak peduli. Ia tak peduli.

"Aku yang harusnya minta maaf," ia menggigit bibirnya kuat-kuat, "Selalu membuatmu dalam keadaan sulit oleh sikapku yang begini."

Sebelah tangan Atsumu yang masih terbebas, kini ikut melingkupi genggaman tangan mereka. Mengusap-usap lembut, berusaha memberitahu bahwa tiada yang berbahaya sama sekali kala kedua jemari ini bersatu.

Kepalanya menggeleng perlahan, sebagai gesture untuk menyangkal seluruh perkataan pemuda itu yang sama sekali tak benar, ia menengadah menghadap wajah Sakusa yang jelas lebih tinggi darinya, "Tidak," ucapnya dengan kurva terpatri di bibir, "Tak ada yang salah sedikit pun dari sikapmu."

Kedua telapak itu makin menggenggam erat. Menyalurkan perasaan yang tak bisa diuraikan oleh kata-kata. Merekat. Seolah menyerap segala kenyamanan yang terhubung di antara mereka.

Beberapa saat di antara keduanya hanya diisi oleh keheningan. Sakusa kini mulai merasa aman. Khidmat oleh ketenangan yang memancar hanya dari gerakan kecil dalam menyatukan jemari.

"Sakusa?" Atsumu membuka pembicaraan.

Yang dipanggil menyahut, "Ya?"

"Lihat ke arah sini."

Tanpa menunggu, Sakusa lantas mengarahkan pandangannya kepada lelaki itu.

Di hadapannya, Atsumu masih setia tersenyum tipis, "Boleh saya peluk?"

Lalu di kala kedua tubuh itu saling menempel, bersama kehangatan yang ikut mengalir, serta rasa nyaman yang membanjiri, juga aroma manis yang menguar dari tubuh Atsumu, Sakusa baru tersadar bahwa sebenarnya tak ada yang perlu ditakutkan.

Tak ada sama sekali.

Bahwa seluruh rasa cemasnya itu ialah hal yang sia-sia.

Bahwa nyatanya, semua akan baik-baik saja ketika mereka bersama.


fin.


A/N: mnangid ak nulis apaan lagi HHDWOSHEHSISHYS WOY GPP LAH ABSURD JG KSHWISHDYSU SENENG BGT AKHIRNYA BISA GARAP ATSUSAKU HUHU BANGGAAAAAA