Chapter 4
.
.
.
"Se-se-selamat da-datang."
Suara Asia yang masih terdengar kaku menyapa pelanggan yang baru saja masuk ke dalam kedai. Terlihat sekali kalau gadis pirang itu masih sangat gugup dalam menyapa pelanggan. Wajar memang, mengingat ini merupakan pengalaman pertama gadis mantan biarawati itu menjadi pelayan di sebuah kedai kecil yang cukup ramai.
Asia terlihat cukup manis dengan tampilan nya yang sekarang. Gadis pirang itu sedang mengenakan seragam chef putih senada dengan pakaian Naruto dan Gabriel. Dengan wajah cantik khas remaja ditambah dengan rona tipis serta tingkah gugup Asia mampu menambah daya tarik dari kedai Ichiraku. Selain itu, Naruto juga menambahkan menu minuman lain seperti Milkshake atau minuman-minuman yang terkenal di benua Eropa.
Sementara itu, Naruto si pemilik kedai hanya tersenyum mengamati tingkah lucu Asia ketika mencatat pesanan pelanggan ataupun menyapa pelanggan. Harus Naruto akui bahwa Gadis mantan biarawati itu merupakan pekerja keras. Meskipun tak jarang Asia melakukan kesalahan seperti salah mengantarkan pesanan ataupun salah dalam mencatat pesanan, tapi hal itu tak membuat semangat gadis itu luntur.
Pria pirang itu tertawa dalam hati, jika dulu saja hanya Gabriel yang menjadi daya tarik bisa membuat penghasilan Naruto bertambah. Lalu bagaimana jika sekarang ada satu lagi mahluk cantik dengan surai pirang indah mirip seperti Gabriel menjadi pelayan di kedai nya!? Pasti pendapatan nya akan melipat ganda kan?
"Bukankah Asia-chan terlihat bersemangat hari ini, Naruto-kun?"
Sebuah tepukan pelan di pundak Naruto membuat pria itu menoleh. "Ya, kau benar Gabriel-chan. Aku sendiri terkejut dengan Asia yang ingin menjadi salah satu pelayan di kedai ini, yah walaupun aku tak memungkiri bahwa adanya Asia disini membuat pekerjaan kita lebih mudah."
"Kau benar Naruto-kun." Kata Gabriel, Malaikat pirang itu mengamati para pelanggan bergender pria yang mengamati Asia dengan wajah mendamba. "Bukankah Asia-chan terlihat manis dengan seragam chef putih itu Naruto-kun? Coba lihat pelanggan pria mu, mereka memandangi Asia dengan berbinar."
"Aku setuju dengan mu Gabriel-chan, Asia memang terlihat sangat manis dengan wajah cantik khas remaja dan tingkah lucu nya membuat Asia mempunyai daya tarik tersendiri." Kata Naruto sambil menoleh ke arah Gabriel yang sedang berdiri disampingnya.
"Ramen terenak di Kuoh, ditambah dengan pelayan cantik seperti Asia-chan tak heran memang jika kedai ini akan menjadi kedai ramen terlaris Naruto-kun."
"Sepertinya ada yang kurang Gabriel-chan."
Gabriel mengeryit heran, tak mengerti dengan apa kekurangan yang diucapkan oleh pria di sampingnya ini. "Apa yang kurang?"
"Kau, Gabriel-chan."
"Ha?"
"Kau juga cantik Gabriel-chan. Jangan lupakan fakta bahwa banyak pria menginginkanmu. Bahkan jika kita berjalan bersama mengelilingi kota Kuoh ini, aku yakin pasti akan ada yang merasa iri padaku karena bisa berjalan dengan gadis secantik dirimu. Jangan lupakan dengan minuman buatanmu seperti, Milkshake dan beberapa minuman dari benua Eropa lainnya. Kau juga berperan penting dalam kesuksesan kedai ini." Kata Naruto disertai dengan senyuman di akhir kalimatnya. Tangan pria itu terulur untuk membelai pelan surai pirang yang dimiliki malaikat itu.
Sedangkan Gabriel yang mendapatkan perlakuan manis dari pria itu hanya menundukkan kepalanya, bahkan Gabriel yakin, wajahnya pasti memerah sekarang. Sungguh malaikat pirang itu belum terbiasa dengan perlakuan yang diberikan oleh Naruto, ia berusaha menenangkan jatungnya yang berdegub keras.
"Pesanan baru! 2 porsi ramen spesial dan 2 Milk Shake untuk meja nomer 4."
Suara ceria Asia membuat Naruto menghentikan elusan nya terhadap surai pirang Gabriel. Pria itu lalu menatap Asia dengan senyum kikuk serta menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Tunggu sebe-"
"Biar aku yang buat." Potong Gabriel cepat, malaikat itu berjalan menuju ke arah dapur untuk membuat pesanan meninggalkan Naruto dan Asia yang menatap Gabriel dengan bingung.
"Dia kenapa Naruto-kun?" Tanya Asia yang bingung melihat tingkah Gabriel.
"Entahlah, mungkin Gabriel-chan sedang dalam mood yang baik."
Asia mengangguk. "Oh, seperti itu."
"Ngomong-ngomong bagaimana menurutmu berkerja di kedai Asia?"
"Menyenangkan Naruto-kun, aku sangat berterima kasih karena diperbolehkan untuk bekerja di kedai ini. Ini pengalaman pertama ku, bisa berinteraksi dengan orang luar lalu bisa bekerja bersamamu dan juga Gabriel-san. Aku akan bekerja keras." Jelas Asia dengan wajah berbinar. Gadis itu sangat bersemangat. Asia tak berbohong dengan hal ini, ia mendapatkan banyak pengalaman baru semenjak tinggal bersama Naruto. Asia juga tak ingin terus menjadi beban Naruto, ia berinisiatif untuk membantu Naruto di kedai, dan pria itu mengizinkan nya. Setidaknya dengan membantu-bantu di kedai Asia merasa tak terlalu menjadi beban bagi Naruto.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu Asia. kalau kau merasa lelah, kau boleh istirahat kapan saja."
"Kalau begitu aku akan istirahat sebentar Naruto-kun." Gadis itu lalu menuju ke arah tempat duduk di dekat Kasir.
Asia kembali merenung meski ia sudah berusaha keras untuk tak memikirkan kebenaran yang diungkapkan oleh Gabriel. Asia masih tetap tak percaya dengan apa yang terjadi di dalam hidupnya. Tuhan telah tiada. Sosok sang pencipta dikatakan telah gugur dalam Great war. Astaga, kenyataan apa lagi ini? Padahal dulu waktu di gereja kematian Tuhan sama sekali belum pernah di singgung oleh pihak gereja.
"Tuhan telah tiada ya," desah Asia sambil mengelap meja salah satu konsumen yang baru saja meninggalkan kedai.
"Tapi menurut Naruto-kun itu berita bohong." Ringis Asia sambil mengusap pelan surai pirang nya.
"Astaga! Aku harus bagaimana ini? Kalau memang benar Tuhan telah tiada, apa yang harus aku lakukan? Lalu bagaimana cara ku berdoa kepada-Nya. Eh tapi kalau memang benar Tuhan telah tiada, itu berarti kau tak perlu lagi berdoa lagi kan." Kata Asia bingung, sambil meringis dan membenamkan wajahnya di lap yang terkena tumpahan milkshake itu.
"Asia, Itu kotor."
Asia terlonjak kaget mendengar suara bariton khas Naruto, suara yang selalu membuat jantung Asia berdetak kencang. Mata Asia membelak kaget melihat Naruto berdiri didepannya dengan tatapan datar, Namun sinar mata pria itu terlihat hangat seperti biasanya.
"Bisa minta tolong buatkan aku secangkir cappuccino Asia?" Ucap Naruto. Membuat Asia terdiam, bertanya-tanya apakah Naruto mendengar keluh kesah nya itu.
"Kau masih kepikiran yang tadi pagi? Jangan terlalu dipikirkan Asia. Kan aku sudah bilang, yang terpenting ikutilah kata hatimu. Percayai apa yang kau percayai, kalau memang kau masih ragu maka jangan sungkan untuk meminta bantuanku." Kata Naruto dengan nada menggoda membuat wajah Asia memerah padam dan Asia rasanya ingin menenggelamkan wajahnya di lap yang sedang ia pegang, Apalagi ketika Naruto membisikkan kalimat, "Kalau kau masih ragu, teruslah bersamaku. Akan aku hapuskan semua keraguan yang ada dalam dirimu"
Asia dengan segera berlari ke arah dapur kedai dengan wajah merona dan terasa panas. Dengan senyum malu-malu, Asia membuatkan permintaan Naruto. Asia menghela napas pelan, mencoba menenangkan ritme detak jantungnya sebelum mengantarkan pesanan Naruto.
"Silahkan, Selamat menikmati." Kata Asia sikap professional yang membuat Naruto tersenyum geli.
"Kau terlihat lebih manis dengan seragam itu Asia." Ucap Naruto sambil menatap lekat Asia. Sedangkan Asia, gadis pirang itu terlihat salah tingkah ketika matanya beradu pandang dengan Iris biru azure Naruto.
Asia segera meninggalkan Naruto ketika mendengar suara lonceng yang tergantung di depan pintu.
"Issei-san selamat datang." Sapa Asia dengan ceria ketika melihat seorang pria dengan rambut coklat masuk kedalam kedai.
"Tumben sepi." Kata Issei sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru kedai.
"Mungkin karena sudah sore, tapi entahlah aku juga kurang mengerti. Ini hari pertamaku bekerja." Jawab Asia sekenanya.
"Asia? Kau bekerja disini?" Tanya Issei. Pria itu terkejut dengan kehadiran gadis dihadapannya ini.
Asia mengangguk semangat. "Uhm, jadi Issei-san mau pesan apa?" Asia memegang Note kecil ditangannya bersiap untuk mencatat pesanan pelanggan. Gadis itu tersenyum mengingat pria yang menjadi pelanggan setia kedai Ichiraku ini adalah teman kedua nya di kota Kuoh. Asia juga masih mengingat bahwa pria ini mau mengantarkan dirinya dan Naruto menuju Gereja untuk pertama kali nya.
"Kok kau bekerja disini sekarang? Bagaimana dengan pekerjaanmu sebagai biarawati?" Tanya Issei yang penasaran karena melihat Asia yang bekerja di kedai ini.
"Uhm, aku sudah tak menjadi biarawati Issei-san. Sekarang aku tinggal bersama Naruto-kun. Dan yah, mulai hari ini aku bekerja disini membantu Naruto-kun dan Gabriel-san."
"Wah, kalau begitu aku jadi sering ke sini nih." Ucap Issei dan Asia semakin menundukkan wajahnya sambil meremas Note kecil yang ada di tangannya. Asia ingin menjawab Namun, seseorang lebih dulu melakukannya.
"Berhenti menggoda nya Issei atau kau tak akan ku izin kan lagi kesini."
Issei dan Asia langsung terdiam mendengar ucapan Naruto. Issei terkejut dengan Naruto yang tiba-tiba muncul di hadapannya. "Eh, Naruto-san." Sapa Issei canggung. "Siapa yang menggodanya? Kami tadi hanya mengobrol sebentar kok. Kalau begitu aku pesan menu seperti biasa Asia." Pria itu mencoba mengelak.
"Nah, Asia bisa kau buatkan pesanan pria mesum ini? Dan lagi jangan terlalu dekat dengan Issei, eksistensi mesum seperti pria ini bisa membuat gadis polos seperti dirimu terancam bahaya." Kata Naruto yang mendapatkan tatapan tidak terima dari Issei. Meskipun Asia tak terlalu mengerti dengan peringatan Naruto, gadis itu mengangguk semangat lalu pergi menuju dapur untuk menyiapkan menu yang dipesan oleh Issei.
Melihat Asia yang sudah berlalu menuju dapur. Pria pirang itu menatap datar Issei, memang ini tujuan nya. Naruto tak ingin Asia terlalu dekat dengan Issei yang sekarang sudah menjadi iblis keluara Gremory. Naruto hanya tak ingin jika Asia menjadi incaran mahluk supernatural. Naruto merendahkan tubuhnya ke arah Issei, ia lalu menepuk pelan pundak Issei. "Hyoudou Issei, iblis Gremory. Kau boleh berteman dengan Asia. Tapi jika sampai kau melibatkan Asia dalam urusan mahluk supernatural, jangan salahkan aku jika Gremory harus kehilangan Heiress nya. Sampaikan ini pada King mu." Kata Naruto dingin, mata biru azure nya menatap tajam pria itu disertai dengan hawa intimidasi yang hanya tertuju kepada Issei.
Setelah mengucapkan Ancaman, Naruto bangkit lalu berjalan menuju ke arah dapur meninggalkan Issei yang masih terdiam. Pria itu memandang takut Naruto, dengan tangan sedikit bergetar menahan hujaman hawa intimidasi yang begitu dingin dari Naruto.
.
.
.
.
.
Beberapa hari berlalu Gabriel masih kepikiran dengan kata-kata Naruto yang menunjukkan bahwa ada salah satu malaikat yang berkhianat. Interaksi di Heaven juga masih seperti biasa, tak ada yang mencurigakan sedikitpun. Meskipun jika dipikirkan secara logika hipotesis yang dikemukakan oleh Naruto itu memang benar. Gabriel tak menampik hal itu. Selain itu ia masih penasaran dengan ucapan Naruto yang mengatakan bahwa pria pirang itu tak percaya bahwa Tuhan telah tiada, padahal Gabriel melihat sendiri ketika Tuhan mengorbankan dirinya sendiri untuk mengakhiri perang yang di sebabkan oleh ciptaan nya sendiri.
Dan lagi, Gabriel ingin memastikan bahwa pria pirang itu percaya padanya bahwa ia sama sekali tak terlibat dengan peristiwa penculikan Asia. Dan memastikan bahwa Naruto percaya padanya, seperti Ia mempercayai Naruto.
Disinilah Gabriel sekarang, berdiri di balik pintu kamar Naruto. Beberapa saat yang lalu Gabriel sudah mengatakan pada Naruto bahwa ia akan membahas tentang hipotesis Naruto lebih lanjut.
"Permisi Naruto-kun." Dengan pelan Gabriel membuka pintu kamar Naruto, matanya mengintip ke dalam kamar Naruto.
"Gabriel-chan, masuk saja."
Gabrel dengan langkah pelan masuk ke dalam kamar Naruto dan segera menutup pintu, beruntungnya ia sudah memastikan bahwa Asia sudah terlelap dalam dunia mimpi. Gabriel mendekat, dan berhenti tepat didepan Naruto. Dengan gelisah ia duduk di pinggir tempat tidur Naruto.
"Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan kepadamu Naruto-kun." Cicit Gabriel pelan.
Naruto mengeryitkan dahinya, pertanda bahwa ia sedang bingung. "Kau mau bertanya tentang apa Gabriel-chan?"
Dengan ragu-ragu Gabriel bertanya, "Mengapa kau mudah sekali percaya pada Vali Naruto-kun?"
Pria itu mendesah pelan, ternyata tentang itu. "Jawaban nya sederhana, karena Vali berkata jujur. Lagipula kita butuh seoarang informan Gabriel-chan, dan bayaran nya hanya aku harus melatihnya kan? Itu tidak seberapa dibandingkan dengan informasi yang akan kita peroleh."
"Apa kau percaya padanya? Darimana kau tau bahwa informasi yang dikatakan Hakuryuukou itu benar? Bisa jadikan kalau ia berbohong kepada kita kan, Naruto-kun!?"
Tawa pelan keluar dari mulut Naruto, "Wahh, pertanyaan mu banyak sekali! Jadi yang mana dulu yang harus aku jawab nih!?" Kata Naruto menggoda Gabriel.
"Jawab saja!"
"Ada trik rahasia Gabriel-chan." Naruto lalu menunjuk kepalanya. "Cold Reading"
"Cold- apa?"
"Cold Reading, Trik khusus yang digunakan untuk menganalisa kejujuran seseorang. Kau tahu Gabriel-chan? Bahasa tubuh, interaksi dengan lawan bicara, intonasi saat menyampaikan informasi dan detak jantung. Semua terlihat jelas. Jika kau bisa mengamati semuanya, maka kau akan bisa menebak kejujuran seseorang."
Gabriel menatap Naruto dengan kagum, ternyata pria maniak ramen itu memiliki bakat untuk menjadi intejelen tingkat tinggi. Sebuah harapan muncul. "Kau percaya padaku kan, Naruto-kun?" Tanya Gabriel dengan senyum mengembang di wajah cantiknya.
Gabriel tersenyum senang, Jika Naruto saja bisa percaya dengan Vali yang notabenya seorang yang baru ia kenal, lalu bagaimana dengan nya? Yang sudah akrab, bahkan sering memasakkan makanan untuk Naruto? Pasti Naruto percaya padanya kan! Gabriel optimis, pasti Naruto percaya padanya.
"Tidak."
Jawaban Naruto membuat Gabriel refleks mengangguk-angguk pelan. Sudut bibir Gabriel terangkat pelan membentuk sebuah senyuman, ternyata Naruto tidak per- heh? Apa!?
Seolah baru sadar, Gabriel berhenti bergerak. Ia mendongak, mendapat Naruto yang sedang menatap tajam dirinya. Mata Gabriel membola lebar. Ia tidak salah dengar kan!?
"Aku tak percaya padamu Gabriel-chan." Seakan dapat membaca pikiran Gabriel, Naruto mengakatakan nya sekali lagi. Kali ini dengan nada tegas dan terkesan dingin.
Gabriel membeku ditempat duduknya. Pikiran nya mendadak kosong, ia tak mampu mencerna kalimat yang pria pirang itu keluarkan. Apa ini mimpi buruk? Ataukah pendengaran nya yang mulai error? Itu Naruto sedang bercanda kan!? Sebelum Gabriel sanggup mencerna kegilaan ini, suara Naruto kembali terdengar.
"Sepertinya kau salah paham Gabriel-chan. Kau pikir aku percaya kepada mahluk supernatural seperti kalian? Tidak sama sekali, kau terlalu percaya diri Gabriel-chan, aku pernah mengatakan bahwa aku percaya padamu itu hanya sebuah kebohongan agar kau mau mengungkap fakta yang ada. Dan Foila! Kau mengungkapkan rahasia Heaven dengan mudahnya. Lagipula dari awal kau sudah membohongiku Gabriel-chan, kau mengatakan padaku bahwa kau manusia, tapi ternyata kau seorang malaikat." Kata Naruto sambil menatap tajam Gabriel.
Gabriel tiba-tiba terisak, air matanya luruh. Tuhan! Ia menjadi setimental sekarang. mendengar rentetan kalimat pedas yang keluar dari bibir Naruto membuat air matanya tak mampu lagi ia pendam. Ketakutan nya menjadi kenyataan, Naruto tak percaya padanya.
"Kau menangis Gabriel-chan?"
"Iya, maafkan aku Naruto-kun karena sudah berbohong padamu, aku melakukan itu agar kau tak menjauhi ku. Kau boleh marah padaku Naruto-kun tapi tolong, jangan menjauhiku." Kata Gabriel dengan wajah yang sudah berlinang airmata.
"Sebagai manusia biasa, aku pasti marah padaku Gabriel-chan."
Suara Naruto begitu dingin, Gabriel rasa ia bahkan sampai menggigil mendengarnya.
"Maafkan aku Naruto-kun"
"Menurutmu, setelah kau menangis. Apa aku akan memaafkan mu?"
Mendengar ucapan Naruto, Gabriel menahan isakannya agar tidak terdengar. Tiba-tiba pria itu berdiri, Berjalan mendekat lalu berhenti tepat didepannya. Gabriel semakin menciut. Ia semakin tidak berani mengangkat kepalanya.
"Dengar Gabriel-chan, kau menangis pun aku tidak akan memaafkanmu."
"Maafkan aku Naruto-kun"
"Kau meminta maaf pun, aku tidak akan memaafkan mu."
Gabriel diam, ia merasa takut. Mendengar suara Naruto yang semakin dingin ia benar-benar sudah tidak berani lagi berbicara.
Naruto menahan senyumannya, sepertinya sudah cukup ia mengerjai malaikat pirang itu. "Tapi kalau kau berhenti menangis, dan tersenyum manis seperti biasanya, jangankan Maaf, apapun apapun yang kau minta akan aku berikan kepadamu Gabriel-chan."
Kepala Gabriel yang sedari tadi menunduk pun seketika mendongak, membuat air mata nya yang mengalir semakin deras membasahi pipinya. Suara tarikan ingus akibat menangis masih terdengar jelas.
"Nar-Naruto-kun k-ka-?"
"Kenapa? Tidak mau ya?" Potong Naruto cepat.
Gabriel dengan cepat menggeleng, tangan halusnya mengelus pelan pangkal hidungnya pertanda bahwa ia belum mengerti tentang situasi ini.
"Kau masih belum mengerti Gabriel-chan?"
Awalnya Gabriel masih diam. Otak cerdasnya tak mampu berpikir dengan jernih. Namun, tak lama kemudian ia mengangguk. Perlahan Naruto mengulurkan kedua tangan nya ke arah pipi Gabriel, lalu menarik nya pelan hingga membentuk sebuah senyuman.
"Aku menyukai senyuman mu Gabriel-chan. Jadi tersenyum lah." Kata Naruto pelan.
Suara Naruto terdengan serius, Mata biru azure nya menatap lurus ke arah Gabriel. Membuat bibir malaikat pirang itu bergetar ingin mengucapakan seseuatu tapi tidak bisa.
"Se-senyuman ku?"
Melihat anggukan tegas yang diberikan Naruto, membuat Gabriel paham bahwa pria itu sedang mengerjainya. Ia kira Naruto benar-benar marah padanya.
"Kau mau Gabriel-chan?"
Bukannya menjawab, Gabriel terdiam dengan matanya yang kembali berkaca-kaca dengan mulutnya yang sedang terkatup bergetar. Melihat itu, Naruto melepaskan tangan nya dari pipi Gabriel lalu menatap Gabriel dengan lembut.
Merasa tangan Naruto sudah tak lagi memegang pipinya Gabriel mendongak, ia melihat pria itu sedang menatap nya dengan tatapan hangat seperti biasanya. "Jadi Naruto-kun hanya mengerjaiku?"
"Iya Gabriel-chan, aku hanya mengerjaimu tadi."
"Naruto-kun menyukai senyuman ku?"
"Iya, aku menyukai senyuman manis mu."
"Dan Naruto-kun ingin melihat senyumku setiap hari? Lalu setiap keinginanku pasti akan Naruto-kun penuhi?"
"Iya."
"Aku mauuuu!"
Tiba-tiba Gabriel berdiri dan langsung memeluk Naruto dengan erat. Membuat pria pirang itu sampai harus mundur beberapa langkah akibat terjangan Gabriel. Reflek, Naruto memeluk erat tubuh indah Gabriel.
"Huaaaa. Aku kira Naruto-kun marah kepada ku. Aku takut. Naruto-kun jahat." Kata Gabriel sambil sesegukan menahan tangis nya.
"Lebih jahat aku apa kamu Gabriel-chan?"
"Lebih jahat Naruto-kun."
"Oh, iya ya. Kau tidak pernah membohongiku ya Gabriel-chan. Wah, hebat sekali!." Sarkas Naruto.
Gabriel menangis cukup lama, emosinya belum stabil. Ada rasa kesal karena sudah di kerjai Naruto, tapi ada rasa senang karena pria itu percaya padanya. Setelah dirasa puas menangis, Gabriel menjauhkan wajahnya yang sejak tadi menempel di dada bidang Naruto. Tapi kedua lengan nya masih memeluk pinggang pria itu. Ekspresi nya yang semula murung kini berubah seratus delapan puluh derajat. Gabriel tersenyum memandangi wajah Naruto, padahal bekas air mata nya belum sepenuhnya kering akibat menangis beberapa saat yang lalu.
"Aku tidak sedang bermimpi kan Naruto-kun? Naruto-kun benar-benar percaya padaku kan?"
"Gimana kalau aku cubit pipimu itu Gabriel-chan? Biar kau tau ini nyata atau hanya sekedar mimpi."
Mendengar kalimat Naruto sontak Gabriel melepaskan pelukannya dari pinggang pria itu. Ia bergerak menjauh hingga menabrak dinding kamar Naruto sambil memegangi kedua pipi nya. Sedangkan Naruto hanya mengulum senyum melihat tingkah lucu Gabriel.
"Kenapa menjauh? Katanya mau memastikan bahwa ini mimpi atau bukan?" Tanya Naruto dengan senyum yang tak menghiasi wajah tampannya.
"Tidak mau Naruto-kun. Nanti aku kena cubit."
Naruto merentangkan kedua tangannya. "Aku tidak akan mencubit pipimu kok, aku hanya bercanda."
Gabriel perlahan mendekat ke arah Naruto. "Benarkah?" Tanya Gabriel memastikan.
"Iya."
Senyum indah kembali terukir di wajah cantik Gabriel, dengan cepat ia kembali menerjang tubuh Naruto dan memeluknya dengan erat. Gabriel mendongak, ia menatap Naruto sambil tersenyum lebar. "Tadi aku takut kalau Naruto-kun beneran marah padaku."
Naruto merunduk guna melihat Gabriel. Tangan pria itu mengelus pelan surai pirang yang dimiliki oleh malaikat yang sedang memeluknya dengan erat, sesekali merapikan anak rambut yang berada di sekitar dahi Gabriel. "Iya, aku tahu." Kata Naruto.
Rona merah tipis tercetak di pipi Gabriel. Rasanya ia ingin memeluk Naruto sepanjang hari, ia ingin menyandarkan wajahnya di dada bidang pria itu selamanya. Dan lagi kenapa rasanya begitu nyaman!? Gabriel menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pemikiran mesum yang sempat terlintas di otaknya.
"Kenapa kau menggeleng-gelengkan kepalamu Gabriel-chan?" Tanya Naruto heran.
"Hah? Siapa yang geleng-geleng? Tidak kok, aku tidak berpikir mesum Naruto-kun!"
Gabriel dengan cepat mengantupkan mulutnya. Astaga! Malaikat pirang itu keceplosan! Dengan wajah memerah ia mengeratkan pelukan nya. Sementara itu, kini giliran Naruto yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Semoga saja Naruto tidak menuruti nafsunya untuk membawa malaikat pirang ini ke ranjang nya.
"Ne ne Naruto-kun. Kau tak keberantan jika aku memelukmu seperti ini?" Tanya Gabriel sambil menghirup aroma tubuh Naruto dalam-dalam.
"Tidak kok."
Mana mungkin Naruto keberatan dipeluk oleh Malaikat secantik Gabriel? Apalagi dengan tubuh indah dengan dua balon air yang menempel pada tubuhnya. Naruto menoleh ke arah tempat tidur nya. Ah sialan! Ranjang nya itu seolah melambai-lambai menyuruh Naruto untuk membawa Gabriel menuju puncak kenikmatan dunia.
Ini tidak bisa dibiarkan! Naruto harus melepaskan pelukan Gabriel sebelum hal buruk terjadi. "Ini sudah malam Gabriel-chan. Meskipun kau mahluk supernatural, tapi kau butuh instirahat juga. Lebih baik kau pulang ke rumah mu sendiri."
"Aku tidak mau pulang Naruto-kun, aku ingin menginap disini lagi."
Naruto menelan ludah. Ini Malaikat tidak bisa membaca situasi ya!? "Tapi sejak Asia tinggal disini, kau jarang pulang ke rumah."
"Tapi aku masih mau dipeluk Naruto-kun."
"Besok masih bisa Gabriel-chan. Lagipula kita bertetangga, jadi besok pagi kau bisa kesini lalu memasak untuk makan pagi bersama lagi." Kata Naruto sambil menunduk menatap wajah Gabriel yang masih menatapnya. Naruto mengumpat dalam hati. Imut sekali! Boleh tidak ya Naruto bawa ke ranjang sekarang!?
"Baiklah, kalau memang itu yang Naruto-kun inginkan. Terima kasih Naruto-kun sudah memperbolehkan ku menginap di rumah kecilmu." Kata Gabriel dengan senyum manisnya. Perlahan ia melepaskan pelukan nya. Lalu berjalan menuju luar kamar Naruto.
Naruto mendengus pelan, barusan malaikat ini menghina rumahnya kan!? Memilih opsi mengabaikan hinaan Gabriel, ia mengikuti malaikat itu keluar kamar. Berniat memastikan bahwa Gabriel benar-benar pulang kerumah nya.
Namun, dugaan nya ternyata benar. Malaikat pirang itu masih berdiri di depan pintu kamar nya.
"Naruto-kun?"
"Kenapa lagi Gabriel-chan?"
"Kesini sebentar Naruto-kun, aku mau ngomong sesuatu."
Naruto menatap heran Gabriel. Ini malaikat mau ngapain lagi oy?
"Naruto-kun, sini!" Rengek Gabriel. Sementara Naruto yang mendengar rengekan Gabriel, ia berjalan mendekat.
"Nunduk Naruto-kun, siniin telinga nya."
Naruto mengikuti perminataan Gabriel. Ia menunduk lalu mendekatkan telinganya pada wajah Gabriel. Melihat Naruto yang mengikuti perkataannya, Gabriel pun terkikik geli. Dengan cepat ia memajukan wajahnya guna mengecup pipi Naruto. Namun, tepat saat bibirnya akan berlabuh di pipi Naruto, pria pirang itu tiba-tiba menoleh. Mata Gabriel terbelak kaget, bukannya pipi, bibirnya malah bersentuhan dengan bibir Naruto.
"Ihh, kok Naruto-kun kok gitu sih!"
Gabriel mendengus kesal. Sedangkan Naruto yang mulanya menunduk, ia perlahan menegakkan kembali tubuhnya sambil mengusap pelan bibirnya dengan ibu jari. Hmm, Manis..
"Aku kan mau menciup pipi saja." Gabriel menggembungkan pipinya kesal. Niatnya kan cuma mau mencium pipi Naruto, tapi malah Naruto menoleh. Jadinya kan ia berciuman dengan pria pirang itu. Apalagi itu ciuman pertamanya. 'Asataga! Semoga Michael Nii-sama sudah merubah sistem hingga aku tidak jatuh.' Batin Gabriel.
"Kenapa cuma pipi saja?"
Tiba-tiba wajah Gabriel memanas, ia kan malaikat. Seharusnya ia tidak berbuat nekat seperti itu. Dengan cepat Gabriel menghilang dengan lingkaran sihir yang entah sejak kapan ia sudah buat.
Sedangkan Naruto, pria itu tak henti-henti nya tersenyum. Bahkan, Naruto belum beranjak satu langkah pun dari tempatnya. Sesekali tangan nya mengusap pelan bekas kecupan selamat tidur yang diberikan oleh Gabriel.
Ah, sepertinya ia akan bermimpi indah malam ini. Naruto berbalik, dengan perlahan ia meraih gagang pintu lalu membuka pintu kamar nya. Naruto mengerjapkan matanya berkali-kali. Disana di kamar nya Gabriel duduk di pinggir tempat tidur dengan satu buah koper berukuran sedang di sampingnya.
Gabriel terkekeh pelan, "Mulai sekarang dan seterusnya Aku akan tinggal bersamamu Naruto-kun."
Naruto melongo. Malaikat pirang ini benar-benar gila!
.
.
.
.
.
"Apa kau yakin dengan pilihanmu Vali?" Suara dari Heavenly Dragon, Albion membuat inang nya itu berdecak kesal.
"Kau sudah bertanya sebanyak 27 kali Albion, dan jawabanku masih sama."
Kata Vali dengan nada kesal, sejak ia berdiri di atas gedung pencakar langit ini Albion selalu menanyakan hal yang sama.
"Aku hanya bertanya Vali. Sensei baru mu itu terlalu misterius. Sebaiknya kau berhati-hati."
"Apa maksudmu Albion?"
"Sampai saat ini, aku belum bisa merasakan batas kekuatannya. Sensei barumu itu bisa menyembunyikan kekuatannya dengan baik. Aku juga merasakan sebuah kekuatan besar yang belum sepenuhnya terbangun dari dalam tubuhnya." Ujar Albion
Vali terdiam, pria itu memikirkan perkataan sang patner. Memang benar bahwa Vali juga merasakan nya, Naruto atau sensei baru nya itu memiliki kekuatan yang aneh. Terbukti Naruto mampu mengalahkan nya dengan mudah. Bahkan ia juga merasakan bahwa Naruto hanya bermain-main dengan nya.
"Kau benar Albion. Aku juga merasakan hal yang demikian, apalagi dengan mata Aneh yang dimiliki Naruto-sensei."
"Dan jangan lupakan dengan sihir teleportasi nya Vali. Kecepatan nya sangat merepotkan."
Sang Kaisar naga putih itu benar, kekuatan aneh ditambah dengan sihir teleportasi yang dimiliki Naruto cukup menakutkan. Vali juga merasa heran mengingat pria pirang itu bersedia menjadi guru nya. Yah, walaupun Naruto juga meminta sesuatu hal yang cukup mudah untuk Vali.
"Apa yang akan kau lakukan Vali? Menyusup ke Gereja bukanlah suatu hal yang mudah, sebaiknya kau meminta bantuan kepada tim Mu."
"Tentu saja melakukan perintah Naruto-sensei. Bukankah mencari informasi merupakan keahlian kita Albion. Aku pikir sebaiknya kita jangan memberitahu mereka terlebih dahulu, bukankah Naruto-sensei pernah bilang bahwa ini misi rahasia? Jadi mungkin aku akan memberitahu mereka setelah Naruto-sensei resmi menjadi guruku"
"Terserah kau saja Vali."
Pria itu mendesah malas, patner nya ini memang selalu malas untuk masalah seperti ini. Padahal Vali yakin, dengan Naruto menjadi gurunya ia pasti akan menjadi Hakuryuukou terkuat. "Ck, bersemangatlah Albion. Kita akan menjadi Naga putih terkuat." Ucap Vali sambil menyeringai. Pria itu lalu terjun dari puncak gedung. Tubuhnya meluncur ke bawah hingga setelah melewati setengah tinggi gedung, sebuah sayap mekanik berwarna biru terbentang lebar di punggungnya membuat pria itu tak terpengaruh gravitasi bumi lalu melesat ke arah yang menjadi tujuan nya. Gereja.
.
.
.
To Be Continue
Note: Chapter 4 selesai.
Buat yang sudah review, saya mengucapkan terima kasih. Dan saya sudah membalasnya lewat PM. Kalau ada yang belum saya balas, saya minta maaf :)
Lalu untuk typo, akan saya usahakan agar tidak ada lagi :)
Sekian chapter 4 ini. Untuk para pembaca mohon di kasih review, saran atau kritikan agar saya bisa lebih berkembang lagi :)