Dia hanyalah seorang guru biasa, mengajar mata semua ilmunya pada muridnya. Namun, satu hal yang pasti. Dia seorang wanita single yang berusia tiga puluh tahun. Statusnya yang masih Jomblo itu membuatnya sedikit frustasi, beberapa teman-temannya bahkan sering mengejeknya karena tak ada lelaki yang mendekati dirinya.
Sikap tegasnya membuat banyak lelaki segan terhadap dirinya. Tapi ada satu orang lelaki yang sering menjadi tempat curhatnya, sosok lelaki yang mempunyai sebuah Restoran Ramen di sudut kota Kuoh. Wanita itu sering mencurahkan isi hatinya pada lelaki itu, dan dibalasnya dengan sebuah nasihat serta saran.
Rossweisse namanya, sosok wanita cantik dengan rambut silver, sosok guru yang ditakuti para muridnya. Tapi disisi lain, dia adalah sosok wanita menyedihkan yang selalu mencurahkan hatinya pada pemilik kedai Ramen.
Hey, tak masalah kan jika kita mencurahkan hati pada seseorang?
"Minumlah, kau jelek jika menangis seperti itu."
Rossweisse meminum air putih yang diberikan pada dirinya. "Me-mereka mengejekku lagi," ujarnya. Wanita itu mengambil selembar tisu untuk mengusap ingus yang keluar dari hidungnya, dia baru saja menangis karena ejekan teman-temannya di tempat kerja. "Naruto-san, ada tali?"
"Untuk apa?"
"Aku mau bunuh diri!"
Naruto menatap datar Rossweisse. "Kau boleh menggunakannya sebanyak mungkin, Ross-kun."
"Naruto-san, kau jahat." Rossweisse kembali menangis saat Naruto menawarkan tali untuknya. "Kau jahat." Wanita itu kembali meminum air putih tersebut.
"Seharusnya kau kuat saat di ejek oleh mereka. Aku juga Jomblo, tapi aku tak terlalu memperdulikan orang-orang yang mengataiku seperti dirimu dikatai oleh teman-temanmu." Naruto kembali ke dapurnya, dia mengambil Ramen Mentah, lalu memasukkannya ke dalam panci besar yang berisi air panas. "Well, aku akan memberikanmu Ramen, saat ini akan kuberikan gratis untukmu."
Wajah wanita itu berubah cerah. "Benarkah?! Wah, terima kasih, Naruto-san!"
"Dih, dasar pencari gratisan."
...
..
...
"Nikmatilah!" Naruto meletakkan semangkuk Ramen hangat dengan beberapa topping di atasnya. "Semoga kau bisa tenang di alam sana."
"Jangan gitu juga, Naruto-san. Kau jahat sekali dengan wanita lemah sepertiku!"
Naruto memandang sinis wajah Rossweisse. "Aku tak sudi memberikan rasa kasihanku padamu."
Rossweisse seolah tak peduli, dia langsung melahap Ramen yang diberikan gratis pada dirinya. "Ah, terima kasih makanannya."
"Kau memang kelaparan, dasar wanita rakus." Naruto mengambil mangkuk kosong itu, dan membersihkan meja yang ada di depan Rossweisse. "Sekarang, bayar dengan tubuhmu."
"Apa? Sebentar? Kok begitu Naruto-san? Ka-katanya gratis?"
"Tadi ada beberapa bahan spesial yang agak susah untuk di dapatkan." Naruto tersenyum di dalam hati, mengerjai pelanggan setianya ini akan sangat lucu jadinya. "Jadi kau harus bayar dengan tubuhmu."
"Ba-baiklah kalau begitu." Rossweisse berdiri, dia pun masuk ke dapur Naruto dan menarik pria itu untuk masuk ke dalam ruangan dimana tempat Naruto tidur. "Ki-kita mulai."
"Sebentar? Aku kan bercanda tadi?!"
...
..
...
Keesokan harinya, Naruto bangun dengan kepalanya yang pening, dia ingat betul tadi malam setelah menutup kedainya, Rossweisse dijahili oleh dirinya, dan berakhir dengan dirinya yang menyetubuhi wanita itu.
"Aduh, kenapa dia polos sekali?"
"Selamat pagi... Uhh, tadi malam kau hebat sekali Naruto-san."
Naruto menatap Rossweisse yang mulai bangun, tapi dia malah kembali membanting tubuhnya di atas kasur.
"Ahh, aku lelah sekali."
"Bangun! Wanita Jomblo."
"Aku kan tidak Jomblo lagi, karena Naruto-san sudah memasukkan wiwi-nya ke punyaku."
Ya, dia tidak polos sama sekali.
Naruto menepuk dahinya. "Aku akan buka kedai terlebih dahulu."
"Jadi Naruto-san, kapan kita menikah?"
"Bangun dari mimpi burukmu, wanita Jomblo!"
...
..
.
Naruto by Masashi Kishimoto
Highschool DxD by Ichiei Ishibumi
