Hari sabtu kembali tiba. Seperti biasa, Kuroko sudah bersiap untuk berangkat ke Kyoto, bermalam ditempat sang kekasih. Kali ini supir pribadi Akashi tidak bisa menjemput. Akashi dengan senang hati menawarkan dirinya yang menjemput, namun dengan tegas Kuroko tolak. Kuroko bukan anak kecil yang tidak bisa melakukan perjalanan. Setelah menghabiskan waktu berdebat dari sambungan telepon, Akashi akhirnya mengizinkan Kuroko berangkat sendiri tetapi ia yang membelikan tiket kereta Shinkansen dan memilih gerbang VIP untuk kekasihnya.
Bukan masalah overprotective, Akashi hanya tidak mau kekasih mungilnya berdesak-desakkan di kereta biasa, terlebih lagi bagaimana jika Kuroko digrepe-grepe didalam kereta? Oh, sungguh, Akashi terlalu banyak berfantasi dari menonton porno disitus sebelah.
KUROKO NO BASUKE © Fujimaki Tadatoshi
PORN © Himevaille
Kereta tiba tepat waktu. Kuroko tanpa menunggu segera melangkahkan kaki keluar dari kereta. Stasiun utama Kyoto terlihat padat namun tidak perlu waktu lama untuk dirinya mendapati sang kekasih yang telah menunggu. Tentu saja mudah, cukup lihat pemuda dengan rambut merah delima yang menyentrik, dan apa-apaan kacamata hitam yang turut dipakai? Akashi Seijuurou terlalu berlebihan. Meskipun itu menambah nilai ketampanannya.
"Tetsuya!" Akashi langsung berjalan mendekati Kuroko seraya melepas kacamata hitamnya, mengabaikan panggilan para wanita disekitarnya yang ingin berkenalan.
"Sei-kun terlalu menarik perhatian!" Kuroko setengah kagum, setengah ilfeel. Biasanya dia tidak pernah dirasakan oleh public, namun bersama Akashi, mereka menjadi pusat perhatian.
"Abaikan saja. Ayo." Dan Akashi sesuka hati mengenggam tangan Kuroko melewati khalayak ramai.
.
.
.
"Eh? Ini bukan jalan kerumah Sei-kun kan?"
Meskipun jarang ke Kyoto, Kuroko sudah hafal rute menuju rumah sang kekasih. Dari persimpangan besar, harusnya berbelok ke kanan, tetapi Akashi mengemudikan lurus.
Dari balik kemudi, Akashi mengulum senyum. Tidak menjawab pertanyaan Kuroko, Akashi memilih menginjak gas membelai jalanan Kyoto yang padat diakhir pekan.
Tak berselang puluhan menit, mobil sport yang Akashi kendarai memasuki basement sebuah gedung tinggi. Samar-samar Kuroko sempat melihat tulisan hotel.
"Sei-kun?" Yang dipanggil masih pura-pura tuli hingga mobil diparkirkan dengan sempurna.
"Ayo, Tetsuya"
"Sei-kun! Aku sudah bertanya sedari tadi!"
Akashi menghela nafas. Kekasihnya, Kuroko Tetsuya apakah benar orang yang beberapa hari lalu meneleponnya dan melakukan phone-sex dengannya? Tetapi lihat wajah lugu dengan sedikit ketakutan itu. Menggemaskan.
"Ini hotel"
"Aku tahu! maksudku, untuk apa kita disini?"
"Karena aku tidak ingin diganggu siapa-siapa kali ini"
"Eh?"
Kuroko seketika merona ketika paham maksud kekasihnya. tadinya ia pikir mereka hanya akan berjalan-jalan menggelilingi Kyoto sebelum pulang kerumah Akashi. namun ternyata sang kekasih memiliki rencana lain. Akashi selalu penuh dengan kejutan.
.
.
.
Lantai sebelas, kamar paling ujung. Tepat saat pintu ditutup dan dikunci, Kuroko merasa gugup luar biasa. Bukan pertama kali baginya berada didalam kamar bersama sang kekasih, tetapi disini, atmosfer nya sedikit berbeda. Terasa kental dan dewasa.
Kamar yang Akashi pesan cukup luas, tersekat menjadi tiga bagian. Ruang tengah, dapur, dan kamar tidur dengan ranjang king size.
"Tetsuya.." Akashi mendekati Kuroko, "Wajahmu memerah.."
Kuroko membuang pandangan. Ia belum siap menatap mata kilat yang seolah telah menelanjanginya. Tetapi semua itu malah membuat Akashi terangsang. Akashi suka saat Kuroko malu-malu, suka dengan wajah merah yang membakar gairah.
Segera saja Akashi menarik Kuroko menuju ranjang. Akashi duduk dipinggiran ranjang dan membawa Kuroko ke pangkuannya.
"Tetsuya.. aku merindukanmu"
Akashi memeluk Kuroko, menyesap aroma manis yang dimiliki kekasihnya itu. Kuroko tersenyum kecil, parfum Akashi yang elegan juga menusuk indera penciuman Kuroko, aroma maskulin yang sangat Kuroko sukai. Mereka melepas rindu sekejap.
Akashi yang duluan melepas pelukan itu, matanya menatap setiap detail wajah Kuroko yang manis. Telapak tangannya mulai membelai pipi halus, ibu jari membantu mengusap belahan bibir yang selalu membuat Akashi candu. Perlahan saja, Akashi mengecup tempat favoritnya. Bibir ranum sangat nikmat, keduanya saling terpaut dan menyalurkan rasa lewat tatapan mata yang tidak berkedip.
Sebentar saja sebelum ciuman itu terlepas dan Akashi berkata pelan, "Julurkan lidahmu, sayang"
Selama ini Akashi bermain aman. Tidak ingin terburu-buru merusak si polos. Tapi hari ini, biarkan Akashi membakar sedikit sumbu api itu.
Kuroko patuh, lidah dijulurkan perlahan. Dua jari Akashi menyentuh lidah Kuroko, membelai dan melatih bagaimana untuk bergulat. Jari telunjuk dan jari tengah yang basah oleh saliva tidak membuat Akashi jijik, justru pikirannya melambung membayangkan lidah basah itu menjilat keperkasaannya.
Dan seketika itu juga, celana kain yang ia pakai terasa sesak dan mengembung.
"Sei-ku—" Kuroko baru akan protes karena pantatnya telah menyentuh gundukan dibawah sana. Tetapi sebelum mulut itu melanjutkan, Akashi duluan memangut lidah Kuroko dengan lidahnya. Akashi memejamkan mata, ia ingin membiarkan inderanya fokus meresapi rasa saliva yang manis. Meski tidak ahli, Kuroko mencoba mengimbangi gerakan lidah Akashi.
Suhu tubuh keduanya mulai naik, saling menggoda dan bergairah.
Akashi tidak tahan, pantat Kuroko menggesek kemaluannya. Ia bangkit dan membaringkan Kuroko diatas ranjang.
"Sei-kun.. aku malu.."
Biasanya mereka tidak sampai sejauh ini. meskipun setiap menginap mereka akan tidur seranjang, tapi Akashi hanya akan memeluk Kuroko sepanjang malam. Meskipun Kuroko tidak tahu apa yang Akashi lakukan dibalik punggungnya, yang ia rasakan hanya lengan kekar kekasihnya yang selalu melingkar dipinggangnya. Terkadang Akashi bergerak-gerak dan bernafas cepat, namun Kuroko tidak pernah menoleh. Kuroko kadang ingin bertanya, satu tangan memeluk pinggang, lalu kemana satu tangan lagi? Ingatkan Kuroko untuk menanyai itu di lain kesempatan.
Namun kali ini, Akashi berada diatas Kuroko, menindihnya, dan menatap langsung ke oval yang lebar. Kuroko deg-degan, jantungnya seolah akan keluar dari balik bilik.
"Tetsuya.." Akashi memanggil lembut. Jemari kasar mengusap pipi yang merona. Akashi terpana. Kuroko sangat manis dan menggugah selera.
Ditatap sedemikian rupa, Kuroko malu luar biasa. Ia menutup wajahnya dengan dua telapak tangan.
"Aku.. tidak berani, Sei-kun" Kuroko tidak bisa menghentikan detak jantungnya yang sangat kencang.
Akashi menghela nafas. Berkali-kali ia berkata pada diri sendiri untuk bertahan dan tahan! Jangan langsung menyerang atau semua akan kacau balau.
Akashi menggeser diri. "Kalau begitu, bagaimana jika kita menonton film porno?"
.
.
.
Seperti pada awal kisah, Akashi dan Kuroko bersandar di sandaran kasur yang empuk. Akashi memegang ponsel baru nya yang ia beli tepat setelah ia melampiaskan emosinya.
"Sei-kun ponsel baru?" Kuroko menyadari itu.
"Yang kemarin rusak, aku tidak sengaja menjatuhkan nya" dan Akashi harus berbohong karena masih ingin menyandang gelar pacar Kuroko Tetsuya.
Akashi memilih satu film porno gay yang tampak sesuai. Tidak ada pria berotot atau bertato atau berkulit hitam dengan ukuran penis diatas rata-rata, Akashi memilih tipe biasa, remaja sekolah yang harus kerja kelompok dikamar salah seorang.
Akashi memilih durasi yang singkat, lima belas menit dan video dimulai dengan dua remaja, berseragam putih dan berjaket. Keduanya tampak malas mengerjakan tugas dan memilih rebahan sampai remaja berjaket tanpa sengaja menyenggol kemaluan remaja berseragam yang entah mengapa sudah menegang. Remaja berseragam terkejut, tetapi detik berikutnya tanpa ragu ia merayu remaja berjaket. Dengan tergesa-gesa, remaja berseragam melucuti dirinya sendiri. Ia juga dengan agresif menarik resleting temannya, mengeluarkan penisnya. Remaja berjaket membiarkan dirinya dimainkan, ekspresi tertahan tampak diwajah yang membuat remaja berseragam semakin semangat. Ia turut menggoda lubang nya yang sudah minta dijebol, nakal sekali dan cukup erotis.
KLIP! Baru saja adegan akan memasuki menu utama dengan remaja berseragam yang sudah menungging tinggi, Kuroko merampas ponsel Akashi dan menekan tombol lock.
"Tetsu—" ucapan Akashi terhenti saat bibir Kuroko menyerang bibirnya. Kuroko tidak tahu apa yang mendorongnya untuk bergerak, tetapi nafsunya tiba-tiba melambung tinggi. Sadar akan perlakukannya, Kuroko segera melepas ciuman. Wajahnya merah padam menahan malu.
"Tetsuya?" Akashi tampak binggung walaupun sebenarnya dalam hati ia sedang bersorak gembira. "Apa porno nya sebagus itu hingga Tetsuya berubah agresif?"
"B-Bukan.. Itu karena.." Kuroko melirik Akashi sejenak, kemudian membuang pandangan nya. Itu karena.. ada Sei-kun.." Benar, Kuroko tidak merasa sepanas ini saat mencoba menonton porno sendirian. Dan ia kembali ingat pertama menonton porno gay di home theater rumah Akashi, gairahnya juga melambung tinggi. Hari ini lebih tinggi, dan mungkin akan mencapai puncak.
Akashi menarik sudut bibir, ia tidak bisa menyembunyikan betapa hati dan penisnya berbunga-bunga mendengar itu. Akashi tidak ingin membuang kesempatan, ponsel dari tangan Kuroko ia rampas kembali dan dibuang kesembarang arah. Detik berikutnya, bibir mereka kembali terpangut. Akashi menindih Kuroko dan kedua tangan nya menangkup pipi Kuroko, memaksa lidah mereka untuk mengeksplor mulut satu sama lain.
Kuroko dengan kuat mencengkram bahu Akashi, menyalurkan mabuk yang dialami.
"Hmppp.. Hah hah.." Masih belum, Akashi masih ingin mengulum bibir yang sudah bengkak itu. Digigit kecil dan dijilat. Permainan mulut Akashi sungguh memabukkan.
"Hmmmpphh.." Kuroko menepuk bahu Akashi, stop, ia butuh oksigen, kepalanya hampir meledak karena perubahan suasana yang tiba-tiba.
Akashi melepas ciuman, tetapi ia tidak memberi jeda disana. Tangannya melepas kaos yang Kuroko pakai. Tubuh kurus nan ringkih itu terpampang jelas dibawahnya. Putih dan mulus bak seorang dewi. Akashi langsung menerjunkan satu hisapan kuat di tengah dada Kuroko, hisapan itu meninggalkan rona merah yang kental.
"Sei-kunn.." Terangsang dan panas. Kuroko sudah precum sejak tadi.
Tidak cukup disatu titik, Akashi menandai hampir seluruh tubuh Kuroko. Ia tersenyum bangga melihat hasil karyanya. Akashi tertarik menjilat puting Kuroko yang menggemaskan. Baru satu jilatan dan tubuh Kuroko bergejolak.
"Tetsuya sangat manis"
"Sei-kun jangan berkata begitu!"
Akashi tidak tahan. Tubuhnya panas dan berkeringat. Dengan sensual, Akashi melepas kemejanya. Kuroko berkali-kali mencoba membuang pandangan. Tubuh Akashi terbentuk dengan bagus, dada yang tegap dan bidang, otot perut yang menawan, dan bagian terpenting adalah lekukan menuju kemaluan.
"Tetsuya melihat kemana, hmm?" Akashi sengaja berbicara dengan nada menggoda. Dan semakin sengaja saat dirinya perlahan membuka kancing celana, menarik turun resleting dengan slow motion. Kuroko menelan ludah berkali-kali. Perasaanya bercampur aduk. Panas, bergairah, dan malu.
Akashi menuntun Kuroko untuk duduk dan bersandar, kemudian ia berdiri dihadapan Kuroko. Akashi juga menuntun tangan Kuroko untuk melepas celananya yang baru terbuka.
"Tetsuya sudah berlatih untuk ini kan?" sontak Kuroko teringat pada sex toys yang ia beli waktu lalu.
Celana ditarik turun. Aroma kejantanan yang pekat menusuk hidung. Pelan-pelan dengan tangan gemetar, Kuroko menarik turun celana dalam Akashi. seketika itu, penis Akashi menyentuh ujung hidung Kuroko. Besar, panjang, dan berurat.
"Ayo, Tetsuya"
Akashi tidak bisa mendeskripsikan ekspresi kekasihnya. Kuroko tampak menahan malu, tapi matanya menyorotkan gairah yang sama dengan Akashi.
Mulut dibuka selebar-lebarnya, penis mulai dilahap. Akashi memejamkan mata, menahan erangan. Kuroko sebaliknya, matanya membola. ingatannya memutar cita rasa dari penis tiruan yang sempat ia cicipi. Berbeda dengan penis tiruan, penis asli memiliki tekstur yang unik dan rasa yang khas. Entah mengapa, Kuroko suka rasa dari penis Akashi.
Membiarkan gairah menguasai, Kuroko mengulum dengan kuat. Sesekali lidahnya ikut mengambil bagian dengan membelai kepala penis yang merekah.
"..ghh" Erangan Akashi terdengar sexy. Kuroko semakin semangat menghisap.
Kaki Akashi bergetar. Klimaksnya segera tiba. Dua tangan nya meremas rambut Kuroko, menahan si kepala biru agar penis Akashi dapat menyodok mulut yang menganga itu.
"Tahan, Tetsuya"
Kuroko mencoba menolak, Kuroko mendorong paha Akashi untuk menjauh tetapi itu tidak berguna. Akashi terlalu kuat menyodok, Kuroko terbatuk-batuk, ludah nya berlumuran dan menetes.
"Tetsuya.. oh! Ghh.." sperma menyemprot kedalam mulut. Beberapa detik sebelum kemudian Akashi menarik keluar penisnya. Sesuatu membuat Akashi terkejut, sperma nya tidak dimuntahkan kembali, Kuroko menelan semua sperma Akashi. Oh, kesalahan fatal yang membangkitkan kembali penis Akashi.
Secepat kilat Akashi melepas sisa pakaian Kuroko. Mengangkat kaki kekasihnya dan ditaruh dipundaknya.
"Ah, Tetsuya cum saat aku menyodok mulutmu? Atau saat spermaku memenuhi mulutmu?"
Akashi menyeringai. Penis Kuroko masih berkedut-kedut dan sisa sperma terlihat di kepala penis.
"Sei-kun!"
Mengabaikan panggilan Kuroko, Akashi mengambil satu bantal dan menyanggah pinggang Kuroko. Lubang analnya terlihat jelas. Merah kejambuan, masih tertutup, dan berkedut-kedut.
Penasaran, Akashi menjilat sekali.
"Nghh.." Tubuh Kuroko mengeliat sebagai respon.
Sejujurnya Kuroko malu. Jika tahu akan melakukan sampai sejauh ini, seharusnya ia mandi dua kali lipat bersihnya. Seharusnya ia memakai sabun dengan aroma yang pekat. Namun gairah tidak mengenal kotor atau tidak. Dan Akashi, Akashi tidak memperdulikan itu. Kekasihnya menggairahkan, itu lebih dari cukup.
Akashi kembali menjilat lubang Kuroko, membasahi dengan ludahnya. Jari-jarinya mulai memperkenalkan diri, membelai dan meminta izin untuk masuk.
"I—ittai.. Sei-kun.."
Satu jari berhasil meleset masuk. Untung saja Akashi sudah potong kuku tadi malam. Kening Akashi berkerut. Lubang itu menhimpit jarinya dengan ketat. Membayangi penisnya juga akan mendapat sensasi demikian, Akashi sudah diambang batas kesabaran.
Tangan kanan Akashi membuka celah, sementara jari kirinya yang kedua mencoba masuk. Kuroko hampir menangis, rasanya aneh dan tidak nyaman. Lubangnya geli dan perih.
"AHK.." Dua jari masuk. Lubang Kuroko benar-benar menguji kesabaran Akashi. Akashi melirik wajah Kuroko, kekasihnya sedang meringis. Namun dimata Akashi, Kuroko seperti meminta lebih.
Dua jari digerakkan, Akashi mengacak-ngacak isi lubang Kuroko. "Ahhn.." desahan lolos. Kuroko mulai terbiasa dengan kehadiran jari Akashi.
"Shit!" Akashi mengumpat. Jarinya ditarik kasar dan penisnya segera diarahkan ke lubang. Kuroko sedikit panik, rasa sakit dari jari Akashi masih jelas dimemorinya. Bayangan tentang rasa sakit yang berlipat ganda karena ukuran penis Akashi yang besar membuat jantungnya berdetak tak karuan. Tetapi anehnya, ia menginginkan itu. Kuroko ingin tahu, seperti apa Akashi bisa membawakannya surga dunia.
"Sayang, ini akan lebih sakit.." Lirih Akashi. meskipun terlihat menggebu-gebu, Akashi adalah pacar yang baik yang akan selalu mengutamakan kenyamanan pasangannya.
Jujur, ini juga pertama kali bagi Akashi. mengingat usianya yang masih terbilang muda dan masih duduk dibangku SMA, Akashi jelas masih perjaka. Dan Akashi akan merelakan keperjakaannya untuk lubang perawan Kuroko. Tapi jangan menganggap Akashi seperti bocah pada umumnya, si merah itu dengan handal tahu cara berhubungan badan.
Tidak bisa dipungkiri, jantung Akashi juga berdetak kencang. Kuroko tidak tahu apakah sebenarnya ia siap atau tidak untuk semua ini, namun gairah membutakan nya. Ia menginginkan Akashi, ia ingin Akashi bercinta dengannya.
"Aku masuk, Tetsuya.." Kuroko mengangguk sebagai jawaban.
Akashi mulai mendorong penisnya yang sudah dilumuri saliva sebanyak-banyaknya. Tangannya membantu melebarkan pantat Kuroko.
Kring.. Kring..
Akashi dan Kuroko mengabaikan suara dari deringan ponsel Akashi yang volume nya cukup menganggu.
Kring.. Kring..
Akashi tetap mencoba memasukkan penisnya. Keningnya berkerut, ia berkonsentrasi tinggi.
Kring.. Kring..
Keduanya masih terlena pada situasi. Fokus pada kegiatan yang berlangsung.
Kring.. Kring..
"SHIT!" Akashi mengumpat kasar. Kesabarannya yang sudah hampir habis seketika lenyap dibakar amarah. Ponsel mahal yang terdampar ke tepi kasur diraih dengan kasar. Nama ayah nya muncul di layar panggilan.
Kuroko membuang nafas. sejak tadi ia sepertinya lupa cara bernafas. Keringat diseka, Kuroko melihat Akashi yang tampak sangat kesal.
"Sei-kun.. dari siapa?"
"Ayahku"
"Angkatlah.."
Akashi mengalihkan pandangannya pada Kuroko yang tersenyum lembut. Kuroko sendiri sangat paham bahwa Akashi tidak bisa mengabaikan telepon itu.
"Maaf, sayang. Sebentar"
Akashi turun dari kasur. Ia berjalan ke jendela dengan gorden setengah terbuka. Telepon diangkat, Akashi mencoba mengontrol suaranya agar tidak berteriak memaki tua bangka diseberang sambungan.
Dari tempat Kuroko berbaring, Kuroko dapat melihat jelas postur tubuh Akashi seutuhnya. Sinar matahari keorange-an yang menembus dari biasan kaca menyoroti lekuk tubuh Akashi yang sangat sexy. Kuroko merona, biasanya ia tidak terlalu memperhatikan tubuh mantan kapten tim basket SMP nya itu. Biasanya Kuroko merasa biasa saja jika mereka berganti pakaian bersama. Termasuk jika melihat teman setim nya berganti pakaian, Kuroko tidak tertarik sama sekali.
Tetapi Akashi berbeda. Tubuh telanjang Akashi membuat Kuroko terangsang dan merasa aneh. Kuroko menarik selimut dan menyembunyikan dirinya didalam. Kepalanya sudah dinodai oleh hal baru yang luar biasa.
.
"Ya, aku segera kesana"
Hanya sekitar lima menit pembicaraan via telepon itu. Akashi menghempus nafas kasar. Ia lirik penisnya yang bahkan sudah tertidur. Setengah mati Akashi ingin berteriak sekarang juga. Tolong jelaskan padanya dosa apa yang ia perbuat sehingga pelepasan gairahnya harus kembali tertunda.
Akashi membalikkan badan. Ia kembali keatas kasur dan langsung memeluk Kuroko yang masih bergumul didalam selimut.
"Sei-kun?"
"Tetsuya.. maafkan aku"
Kuroko membuka selimutnya. Mata saling bertemu, Kuroko tidak tega melihat kekasihnya menampilkan ekspresi bersalah yang mendalam.
"Ayahku ada dihotel ini. Dia melihat mobil ku dan langsung menghubungiku. Dia memintaku menemuinya. Jujur, aku tidak ingin beranjak dari sini"
Akashi semakin erat memeluk Kuroko, melampiaskan emosinya dengan bermanja-manjaan. Kuroko mengelus helaian surai Akashi yang lembut. Apapun itu, Akashi tidak bersalah.
"Tidak apa, Sei-kun. Aku masih bisa menahannya"
"Tetsuya bisa, aku tidak bisa!"
Akashi memaksakan diri. Ia kembali melumat bibir Kuroko, mencoba untuk memperbaiki suasana yang mendadak berubah. Kuroko tepas dengan halus. Kuroko menarik diri dan memposisikan dirinya duduk dengan tegak.
"Lain kali saja, Sei-kun"
"Ha? Tetsuya.."
Kuroko tidak marah. Meskipun tubuhnya sedikit tidak nyaman karena gairah yang tertahan, setidaknya hari ini mereka mencoba banyak hal baru yang membuat hati membara.
"Hubungan kita masih panjang, kita bisa melanjutkan ini lain kali, Sei-kun"
Apa-apaan wajah Kuroko yang terlihat tenang. Kuroko tidak tahu ia telah membuat Akashi gila beberapa minggu belakangan ini. "Oh.. God.." Akashi menyandarkan diri. Tidak percaya ia harus dipermainkan kembali oleh kemesuman nya sendiri.
Kuroko mendekati Akashi. Sebuah kecupan didaratkan pada pipi tanpa noda. Akashi terkesiap, ia memandang Kuroko yang tersenyum.
"Sebaiknya Sei-kun segera menemui ayah Sei-kun"
Memang benar, akan lebih merepotkan jika ayahnya yang diktator itu menanyai resepsionis kamar yang Akashi tempati dan mendobrak kedalam sini. Akashi tentu tidak rela tua bangka itu melihat tubuh mulus Kuroko.
"Maafkan aku, sayang" Akashi membalas dengan kecupan dikening. Segera setelah itu Akashi berpakaian kembali dan merapikan diri. Akashi seharusnya tidak perlu minta maaf, justru dirinya lah yang harus dikasihani.
"Tetsuya disini saja. Istirahatlah"
Kuroko mengangguk dan tersenyum. Akashi kembali membuang nafas kasar sembari berjalan menjauhi kasur. Mungkin memang terlalu cepat bagi mereka untuk mencapai titik kedewasaan. Akashi dan Kuroko juga masih duduk dibangku sekolah, dan lagi, perjalanan mereka baru saja dimulai. Walaupun demikian, Akashi tidak ingin menunggu terlalu lama. Akashi ingin segera mencoblos Kuroko dan menikmati surga dunia bersama-sama.
"Sei-kun!"
Tepat sebelum Akashi meraih gagang pintu, suara Kuroko memanggil dengan keras.
"Lain kali kita menonton film porno lagi ya!"
Akashi speechless. Ah, Akashi ingat semua ini bermula dari film laknat yang tak seharusnya Akashi biarkan Kuroko menyentuh itu. Kekasihnya, Kuroko Tetsuya seolah membawanya menaiki roller coaster kenikmatan dan dengan jahil menghentikan mesin tepat saat kereta akan meluncur. Entah berapa kali lagi Akashi harus mengalami penundaan, tetapi Akashi Seijuurou tidak akan pernah berhenti mencintai dan menggoda Kuroko Tetsuya.
"Tetsuyaaa…" Geram Akashi.
.
.
.
END.
Minna-san, gokigenyou~
Arigatou buat reviewnya HAMMY-CHAN, AkaKuro-nanodayo, Botol Gas, wibudesu pada chapter sebelumnya! ah! saya senang sekali ^^ Sampai disini saja Fanfic PORN ini, Mohon maaf untuk ending nya yang lumayan absurd karena sejak awal saya memang merencanakan sedikit sentuhan kejahilan disini. Terima kasih telah bersama selama empat chapter. Suatu kehormatan membawa asupan bagi para penggemar AkaKuro ^^
Teruntuk semua yang sudah mampir, membaca, mereview, mem-favorite, mem-follow, HONTOUNI ARIGATOU GOZAIMASU!
Sampai bertemu di fanfic lainnya! Tetap semangat dan bahagia menjalani hari ya! ^^~