Disclaimer : Orang jepang bernama Masashi Kishomoto

A/n: Ini fanfic pertama saya dan penuh dengan kesalahan. Saya melakukan remake pada cerita ini dikarenakan banyak sekali hal yang agak 'tidak benar' dan ingin memperbaikinya. Di cerita ini Sasuke tidak pergi ke tempat Orochimaru, dan juga penyerangan Obito saat kelahiran Naruto gagal sehingga yang jadi jinchuriki kyubi masih Kushina. Terinspirasi dari fanfic 'Retaliation' oleh Vin'DieseL D'.Newgates. Namun akan ada banyak perbedaan di alur cerita. Dan di cerita ini Naruto hanya memakan satu buah iblis saja

Enjoy the story.

Warning: Typo(s), abal, gaje

"talking"

'thinking'

"jutsu/bijuu talking"

~ Naruto : The Devil Fruit User~

Di Sebuah Kapal Besar

Jika dilihat sekilas ini hanyalah sebuah kapal yang ukurannya besar. Namun, di dalamnya terdapat banyak sekali kepala(?) penting dari Hi no Kuni. Kapal ini merupakan kapal yang sedang mengangkut para petinggi Konoha yang akan mengunjungi Kaze no Kuni, tepatnya ke desa Tsunagakure. Ada Namikaze Minato, sang Yondaime Hokage yang terkenal sebagai ninja tercepat di era perang dunia shinobi ketiga. Tentu bersama istrinya, Jinchuriki Kyubi, Uzumaki Kushina. Dan juga ada banyak sosok penting seperti Utatane Koharu, Mitokado Homura, Senju Tsunade, asisten Tsunade Shizune dan beberapa Jonin dan Anbu.

Kapal ini merupakan salah satu media Yondaime Hokage untuk pergi ke beberapa negara untuk menjalin perdamaian. Karena semenjak zaman shinobi dimulai, kelima negara selalu menjadi musuh antara satu sama lainnya dan menginginkan kekuatan yang mampu mengalahkan negara lain.

Perjalanan mereka sangat tenang dan damai.

Hingga semua orang sadar sesuatu.

Anak Hokage satu-satunya

.

.

.

..

menghilang.

Di sebuah pulau tak berpenghuni

Terlihat seorang anak 10 tahun berambut kuning yang sangat menyilaukan mata sedang berdiri di tepi pantai. Nampaknya anak itu sedang memikirkan sesuatu.

"Tou-san, kaa-san . . . kalian dimana? Tou-san? Kaa-san?" tangis anak itu sembari memanggil kedua orangtuanya.

Anak kecil mana yang tak menangis dalam kondisinya yang sekarang. Ditinggal sendirian di pulau antah berantah. Ialah Namikaze Naruto, putra semata wayang Yondaime Hokage. Bagaimana dia yang tadinya di kapal Hokage tiba-tiba terdampar di pulau tersebut. Entahlah. Hanya author dan Danzo yang tahu.

"Oya oya . . . apa yang kau lakukan di sini seorang diri, anak kecil?" sebuah suara mengalihkan perhatian bocah bersurai kuning tersebut.

Seorang pria tua, berambut dan berjenggot putih. Berkacamata dan memiliki luka di mata kanannya. Luka itu mengingatkan Naruto kepada Hatake Kakashi, seorang jounin yang merupakan salah satu murid dan penjaga ayahnya. Pria itu mengenakan celana pendek dan kemeja kuning serta jubah putih yang 'hinggap' di bahunya.

"A-aku . . . hiks . . . aku tidak tahu. Saat aku bangun aku sudah di sini. Tolong aku kek." Jawab Naruto.

Di kapal yang mengangkut Hokage

"APA YANG KAU LAKUKAN MINATO, ANAK KITA HILANG DAN KAU MASIH MENGURUSI URUSAN KENEGARAANMU ITU. AKU TIDAK MAU TAHU, NARUTO HARUS KETEMU." Teriak seorang wanita berambut merah panjang kepada suaminya.

"Aku tahu Kushina. Aku sudah mengirimkan beberapa jounin untuk mencari perairan sekitar. Aku pasti Naruto belum terlalu jauh dari sini. Dan aku tak bisa mengabaikan kewajibanku sebagai Hokage. Pertemuan ini harus berjalan secepatnya dan tidak boleh ada kesalahan. Apalagi ada tetua-tetua Konoha dan daimyou di sini. Aku tak bisa bertindak sebebas yang kumau."

PLAK

Kushina langsung menampar minato dan meninggalkan bekas merah di pipi sang suami.

"Aku tak peduli, dia adalah anak kita satu-satunya. Apa gunanya kau menjadi Hokage kalau tak bisa menjaga anak sendiri." Kushina pun langsung mengunci dirinya dikamar. Sedangkan minato hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya.

Minato terdiam. Ia bimbang. Sangat bimbang. Gurunya, Jiraiya dan juga Hokage ketiga tidak ada di dekatnya. Hanya mereka yang bisa melawan desakan para tetua dan meluluhkan hati daimyou. Mau bagaimana lagi dia tidak tau dimana Naruto menghilang.

Pada akhirnya, tidak ada yang bisa menemukan Naruto. Naruto dianggap hilang dank asus itu dianggap sebagai penculikan putra Hokage oleh negara lain. Walaupun tak ada satupun negara yang mengakui penculikan tersebut sebagai tindakan mereka.

Back to naruto

Sejak saat itu, Naruto hidup bersama dengan pak tua yang menemukannya di pulau itu. Hanya mereka berdua manusia yang berada di pulau itu. Naruto terlalu shock untuk menyadari itu dan tak pernah bertanya asal-usul dari pak tua tersebut. Dia hanya tahu namanya.

Silvers Rayleigh.

.

Di bawah bimbingannya, Naruto berlatih. Ia adalah kasus langkat. Terlahir tanpa chakra maupun kelebihan lain, membuatnya benar-benar lebih lemah dari orang-orang kebanyakan. Karena di manapun itu, semua orang memiliki chakra. Bahkan hewan sekalipun. Jika dipikir-pikir, mungkin hal ini yang menyebabkan Naruto dibuang. Mungkin ia hanya menjadi aib bagi kedua orangtuanya.

Yang diajarkan Rayleigh bukanlah prinsip chakra ataupun jutsu seperti yang ia lihat selama ini. Rayleigh mengajarkan suatu hal baru yang ia namakan 'Haki'.

.

.

.

.

Years Later

Hari demi hari.

Bulan demi bulan.

Tahun demi tahun terlewat.

Naruto sudah tumbuh besar dan menjadi pemuda yang menawan. Rambut kuningnya sudah gondrong mencapai bahu karena sudah berbulan-bulan tidak di potong. Yah, potong rambut merupakan hal yang tidak terlalu penting dilakukan jika kau hidup di hutan belantara di hutan yang entah dimana lokasinya.

Rayleigh mengasah Naruto dengan sangat baik. Pemuda itu sudah menguasai dasar-dasar haki yang diajarkannya dan menjadi seorang petarung yang amat hebat. Busoshoku no Haki, aura persenjataan, yang bisa merubah apapun menjadi senjata, termasuk penggunanya. Dikuasai Naruto dengan mudah akibat kehidupan keras di hutan. Sekarang ia bisa menggunakan haki tersebut disemua bagian tubuhnya. Kenbunshoku no Haki, aura pengamatan, haki satu ini lebih susah untuk dikuasai. Namun tinggal di hutan selama bertahun-tahun memudahkan Naruto untuk menguasainya. Hutan bukanlah suatu tempat yang penuh hiruk pikuk kehidupan. Hanya ada binatang dan tumbuhan di sini, menghasilkan suasana yang hening dan tenang saat tak ada predator yang mengintai Naruto. Lalu ada Haki langka yang menurut Rayleigh, hanya bisa dikuasai satu dari sejuta orang di dunia. Dan ia pun terkejut saat Naruto tidak sengaja mengaktifkannya saat melawan harimau besar yang ada di hutan tempat mereka tinggal.

"Naruto." Panggil Rayleigh pada sang murid. Ia tengah duduk di sebuah padang rumput kecil yang ada di tengah hutan.

Naruto yang tengah membakar daging hewan buas yang ditangkapnya menoleh dan segera mendekat ke arah gurunya.

"Ada apa Sensei?"

"Tak ada lagi yang bisa kuajarkan padamu. Dan kurasa ini saatnya aku pergi."

"Apa maksudmu Sensei? Aku masih jauh lebih lemah daripadamu. Bagaimana kau bisa bilang begitu." Balas Naruto.

"Lagipula, kita terjebak di sini selama bertahun-tahun dan kau bilang ingin pergi dari sini. Jangan bercanda Sensei. Kalau kita bisa pergi dari sini pasti sudah dari dulu kau lakukan itu kan?" lanjutnya tak percaya.

Rayleigh tertawa mendengar jawaban muridnya itu. Ia menengguk minuman yang ada di botolnya lalu menghela nafas pelan.

"Kau benar. Tapi aku tidak bercanda Naruto. Perbedaan kita hanya satu. Pengalaman. Dan kau masih hijau Naruto. Dunia masih luas untuk kau jelajahi."

Hening.

Naruto menatap gurunya dengan sangat serius.

"Naruto . . ."

"Aku bukanlah orang dari dunia ini."

Dan kepala Naruto dipenuhi tanda tanya saat mendengar ucapan gurunya.

"Aku adalah seorang bajak laut. Aku bisa mengarungi lautan ini dengan sebuah batang pohon sebagai perahu ku. Tidak. Aku bisa menjelajahi lautan yang ganas dengan berenang."

"Tapi sekali lagi, aku bukan berasal dari dunia ini. Aku tak punya keinginan untuk pergi ke tempat lain. Aku disini menunggu sesuatu."

"Apa itu Sensei?" tanya Naruto sambil mengolah omongan Rayleigh kata demi kata.

Rayleigh hanya menunjuk ke atas langit. Mata Naruto mengikuti arah yang ditunjuk Rayleigh.

Lalu ia membelalakkan matanya.

Di langit, ada sebuah lubang hitam yang melayang. Cukup besar untuk memasukkan seorang beruang ke dalamnya.

Dan perhatiannya teralihkan oleh sesuatu. Benda yang diletakkan Rayleigh di tangannya. Sebuah . . .

Buah

.

.

.

Buah itu memiliki bentuk dan corak yang aneh.

"Buah ini dinamakan buah iblis. Aku tak tahu apa kemampuan buah ini maupun tipe kemampuannya. Tapi buah ini akan memberikanmu kekuatan yang menakjubkan. Buah ini tiba-tiba muncul di sampingku saat aku tiba di sini bersama dengan note ini. Aku tak tahu ini benar atau tidak. Tapi jika benar, berarti ini adalah jalan keluarmu dari pulau ini, Naruto" Jelas Rayleigh sambil memberikan secarik kertas yang terlipat.

"Lalu kenapa kau memberikan ini padaku, Sensei?"

"Kurasa ini akan lebih berguna di tanganmu. Lagipula di duniaku sudah ada yang memakan buah ini dan tidak boleh ada dua buah yang sama di satu dunia. Mungkin ini adalah takdirmu. Makanlah Naruto."

Naruto menatap buah di tangannya.

'Kekuatan yang menakjubkan.' Kata-kata itu terus berulang di pikiran Naruto.

Haup.

Ia menggigit buah itu dan . . .

.

HOOOOEEEEEK

"Apa ini sensei? Rasanya sangat tidak enak."

"Hahaha. Memang rasanya seperti itu Naruto." Tawa Rayleigh saat melihat muka masam Naruto.

"Tenanglah. Kau hanya perlu memakan potongan kecil dari buah itu untuk mendapatkan kekuatannya. Tidak perlu semua bagian dari buah itu kau makan. Lalu sekarang, apa ada perubahan yang kau rasakan?"

Naruto berdiri dan mencoba merasakan tubuhnya.

"Aku tidak merasakan apa-apa Sensei." Ujar Naruto.

Namun Rayleigh tersenyum.

"Ada apa Sensei? Kenapa kau tersenyum? Apa aku salah memakannya?"

Tanpa disadari oleh Naruto, kedua tangannya bercahaya. Ia baru sadar saat cahaya di tangannya semakin terang hingga tertangkap oleh kedua mata birunya.

"Apa yang terjadi Sensei? Tanganku, tanganku bercahaya. Wuoooh . . . tanganku menghilang Sensei. HUAAA." Panic Naruto saat tangannya mulai 'tersebar' seperti partikel cahaya yang berpisah satu sama lainnya.

"Tenanglah Naruto. Pikirkan dengan tenang dan kendalikan tubuhmu. Semua akan kembali normal."

Yah. Dan itu terjadi. Tangan Naruto kembali menyatu dan menjadi seperti semula.

"Sepertinya note itu benar. Baca baik-baik kertas yang ada di tanganmu itu Naruto. Itu adalah petunjuk kekuatanmu."

"Kurasa saatnya aku pergi."

Singkat memang. Penjelasan Rayleigh terkesan seadanya namun Naruto memahami tiap perkataan gurunya itu.

"Apa kau akan kembali sensei?"

"Entahlah, kurasa tidak. Benda itu seperti pintu yang menghubungkan dunia kita. Aku secara tak sengaja tersedot kedalamnya dan tiba di sini. Aku tak tahu akan bertemu dengannya lagi atau tidak."

Naruto mungkin terlihat tegar. Tak terlalu sedih atas kepergian Senseinya. Namun, sesungguhnya ia ingin menumpahkan air matanya seperti yang ia lakukan 6 tahun yang lalu saat tiba di pulau ini. Rayleigh satu-satunya orang yang menjaga dan mengajarkannya banyak hal selama mereka di sini. Ia tak mau kehilangan sosok seperti itu, namun ia paham bahwa gurunya juga merindukan dunia asalnnya. Bersikap tegar adalah satu-satunya pilihan Naruto, seperti yang diajarkan Rayleigh selama ini.

Dan Rayleigh tentunya menyadari perasaan muridnya itu.

"Jangan sedih, Naruto. Ingat kata-kataku. Dunia masih luas untuk kau jelajahi. Pergilah layaknya burung yang bebas pergi kemana pun ia mau. Dengan kekuatan buah iblismu, kau bisa pergi kemanapun yang kau mau. Ingat apa yang kuajarkan."

Walaupun mencoba untuk tegar, air mata mulai menetes di pelupuk matanya.

"Kuasailah kemampuan buah iblismu Naruto. Seperti kau menguasai ilmu yang kuajarkan. Kau adalah murid yang sangat berbakat, Naruto. Ah, mungkin aku akan merindukanmu."

Dan air mata Naruto pun tak terbendung.

Lalu Rayleigh berpose seolah ingin meloncat ke lubang hitam yang ada di atasnya.

"Ah, ngomong-ngomong soal burung yang terbang. Setelah memakan buah iblis, kau tak akan bisa berenang. Yah, mungkin burung adalah analogi yang tepat. Kalau begitu, sampai jumpa Naruto."

Dan

WUUUSSH

Rayleigh melompat amat tinggi hingga masuk ke lubang hitam yang perlahan mengecil.

.

.

.

Hening.

Hanya suara hembusan angin yang terdengar.

.

"OOOIIIII. APA MAKSUDMU AKU TAK BISA BERENANG SENSEI." Teriak Naruto.

Namun Rayleigh sudah masuk ke dalam lubang hitam tersebut dan lubang itu pun tertutup.

"OIIII. KEMARI KAU KAKEK TUA. APA MAKSUDMU AKU TAK BISA BERENANG? APA GUNANYA AKU BELAJAR BERENANG SELAMA INI?" Lanjut Naruto kesal.

Dan ia pun menghela nafas. Tahu gurunya tak akan mendengar karena mereka sudah berbeda dunia.

"Wueekk... rasanya masih ada di lidah ku. Ini adalah buah dengan rasa terburuk yang pernah aku ma-" ucapannya terhenti ketika menyadari kertas yang diberikan Rayleigh

.

BAGI YANG MENEMUKAN KERTAS INI BERARTI KALIAN SUDAH MEMAKAN BUAH IBLIS YANG ADA DIATAS KERTAS INI

BUAH INI ADALAH BUAH YANG DAPAT MEMBUAT PEMAKANNYA MEMPUNYAI KEMAMPUAN KHUSUS. BUAH INI AKAN MEMBERIKANMU KEKUATAN YANG MAMPU MEMANIPULASI TUBUHMU MENJADI CAHAYA, BERNAMA PIKA-PIKA NO MI. TAPI SEBAGAI IMBALAN KEKUATAN BUAH IBLIS INI, PEMAKANNYA TIDAK BISA BERENANG DI AIR MANAPUN. KALIAN HANYA BISA MEMAKAN SATU BUAH SAJA, KARENA JIKA KALIAN MEMAKAN LEBIH DARI DUA, TUBUH KALIAN AKAN MELEDAK KECUALI KALIAN ADALAH ORANG DENGAN TUBUH SPESIAL.

GUNAKANLAH BUAH INI DEMI KEBAIKAN.

.

Naruto sedikit terkejut setelah membaca surat tersebut, dia senang karena mendapatkan kekuatan yang unik, namun juga sedih karena ia tak bisa lagi berenang.

"Hmm … sepertinya aku mencium bau yang aneh." Ucap Naruto saat hidungnya mengendus aroma sekitarnya.

"AAAAAAGHHH. Dagingku gosong."

.

6 Months Later

Tampak seorang pemuda berambut kuning berantakan berdiri di tepi pantai. Dia hanya menggunakan celana pendek penuh tambalan dan bertelanjang dada.

"Dunia . . . aku akan kembali . . . tunggulah aku .. . Yata No Kagami" dengan itu tubuhnya berubah menjadi cahaya dan terbang ke langit dengan sangat cepat.

Di suatu tempat

Sebuah cahaya terang turun dari langit dan perlahan menampilkan sosok Naruto. Ia sekarang berada di suatu tempat di Kaze no Kuni. Ditengah perjalannya melintasi padang pasir ia memilih berhenti saat melihat desa kecil tak jauh dari tempatnya turun saat ini. Tujuannya cuma satu, pakaian.

Pemuda berambut jabrik panjang itu memilih berjalan ke arah desa agar tidak menimbulkan kepanikan saat ia tiba-tiba muncul di desa itu. Siapa yang tidak kaget akan kemunculan pemuda yang keluar dari cahaya terang. Salah salah ia malah dianggap 'Malaikat' oleh penduduk sekitar.

Saat semakin dekat dengan desa, ia melihat kerumunan i pria-pria berwajah sangar, membawa senjata tajam dan dengan baju yang berantakan duduk di gerbang kecil desa tersebut.

"Hei kalau kamu mau lewat, serahkan barang-barangmu." Perintah seseorang yang kelihatannya pemimpin dari bandit-bandit yang menghadangnya.

"Maaf tuan-tuan, saya tidak punya apa-apa. Baju saja saya tak punya, apalagi harta." bela Naruto.

"Sepertinya kau tidak berbohong. Pergilah selama kami masih baik padamu." Lanjut bandit tersebut. Naruto hanya tersenyum melihat kelakuang songong dari bandit di depannya itu.

"Tapi aku perlu pergi ke desa itu. Kuharap tuan-tuan sekalian bisa minggir sejenak dan membiarkanku lewat." Ujar Naruto.

Perkataan itu sontak membuat para bandit tertawa.

"Hei anak muda. Kami ini adalah bandit yang menguasai desa ini. Jika kau tidak punya harta yang bisa kau serahkan. Kau tidak bisa masuk. Ahahahaha." Tawa ketua bandit itu dengan penuh kesombongan.

"Lagipula kau pria, bukan wanita. Bahkan jika kau memberikan tubuhmu, kami tidak tertarik. Pergilah sebelum kupenggal lehermu anak muda." Lanjutnya sambil mendekatkan ujung belati di tangan kanannya ke leher Naruto.

Naruto hendak membalas namun perhatiannya teralihkan ke arah belakang kerumunan bandit. Samar namun ia seperti melihat gerakan meronta-ronta dan suara yang aneh.

"Maaf Tuan-tuan, bolehkah aku tahu apa yang sedang kalian lakukan disana? " tunjuk Naruto ke arah yang ia lihat sebelumnya, mengabaikan ujung pisau yang amat dekat denga lehernya.

Para bandit itu menyeringai dan beberapa dari mereka yang menutupi pandangan Naruto minggir. Memperlihatkan pemandangan yang tak elok (atau elok ya?) dipandang mata. Pemandangan dimana seorang perempuan diikat kedua tangannya dan sedang dilucuti pakaiannya. Ia meronta-ronta walaupun tahu tak bisa melakukan apa-apa. Mulutnya dibekap menggunakan kain, membuatnya tak bisa bersuara, apalagi berteriak minta tolong.

"Seperti yang kukatakan tadi. Kami hanya tertarik pada harta dan wanita. Hahahaha."

Duagh

Hidung bandit yang menodongkan pisaunya ke arah Naruto berbunyi keras saat terkena bogem mentah dari Naruto.

"Kalian ini. Bahkan binatang buas lebih beradab dari kalian."

"Hei! Apa yang kau lakukan? Bos, kau tidak apa-apa?" salah satu bandit itu mengecek keadaan bosnya. Ia pingsan.

"Kau cari mati ya!" teriak salah satu bandit.

"Aku cari desa. Dan kalian menghalangi jalanku ke desa itu."

Krek krek

Naruto merenggangkan sendi pada tangannya.

" Lagipula, jika kalian ingin 'melakukannya', lakukan di hotel atau di tempat tertutup lainnya." Lanjutnya. Dan itu menyulut amarah para bandit yang ada di depannya.

"Semuanya, bunuh dia!" dan kerumunan itu mengarahkan senjata mereka untuk membunuh Naruto.

Buagh dugh brakk klontang duarr meoong bugh teeee sattteeee(?) duagh

Dan hasilnya . . .

. . . . rombongan bandit itu bonyok di tangan Naruto.

"Kau tak apa, nona?" ucap Naruto sembari melepaskan ikatan di tangan wanita itu.

Setelah terlepas dari ikatannya dan membenarkan pakaiannya, "Terima kasih Tuan. Kau telah menyelamatkan hidupku."

"Tak masalah. Lalu kenapa kau bisa seperti ini? Dan siapa mereka?" tanya Naruto sambil menunjuk tumpukan tubuh lemas para bandit dengan kakinya.

"Mereka adalah bandit yang menjarah desa ini sejak berapa bulan yang lalu. Kami tidak diperbolehkan keluar dari desa jika tidak membayar. Begitu pula untuk masuk. Aku ingin mengendap-endap dari mereka tapi aku ketahuan dan beginilah jadinya."

Naruto memanggutkan kepalanya mendengar penjelasan dari wanita di depannya.

'Jika kau bukan ninja, bagaimana kau mengendap-endap di padang pasir ini nona. Kau terlihat mencolok tahu.' Batin Naruto.

Wanita itu mengundang Naruto ke desanya yang tentunya diterima dengan sangat senang hati oleh Naruto. Namun sebelum itu, ia melucuti beberapa pakaian dari bandit itu dan uang mereka semua. Bandit-bandit itu hanya mengenakan kolor dan ikat di beberapa tiang kayu di dekat gerbang.

Saat sampai di desa itu. Naruto mendapatkan sambutan yang hangat. Uang yang Naruto dapatkan setengahnya ia berikan kepada para penduduk. Awalnya ia ingin memberikan semuanya tapi para penduduk tidak mau dan bersikeras agar Naruto mengambilnya. Penduduk desa juga ingin memberikan sesuatu sebagai imbalan atas apa yang telah Naruto lakukan. Tak enak menolak pemberian para penduduk desa, Naruto akhirnya menerima beberapa helai pakaian, bekal makanan

Di Konohagakure

Sudah 6 tahun Naruto hilang, dan sudah 6 tahun Kushina selalu mengurung dirinya di kamar dan hanya keluar waktu makan malam. Hal ini tentu membuat sang Suami sedih akan sikap istrinya itu. Dia sudah mencari naruto dengan segala cara. Bahkan dia sampai ingin mengintrogasi anggota root yang ia duga telah menculik Naruto. Tapi anbu-anbu itu benar-benar setia pada tuannya. Para tetua juga terus mendesak Minato untuk memikirkan kedudukannya sebagai Hokage dan terus memberinya tekanan yang membuat sang Kiiroi Senkou itu semakin tertekan.

Dia saat ini sedang berdiri di atap gedung hokage menatap patung-patung wajah para hokage termasuk dirinya. Dia terlihat seperti tidak terurus, wajahnya yang tampan terlihat pucat dan tubuhnya semakin kurus. Dia terlihat seperti orang insomnia dengan lengkaran hitam dibawah matanya. Selama 6 tahun ini, ia tak berhenti untuk menemukan anaknya sekalipun. Harapannya masih tinggi. Ia percaya kalau putra semata wayangnya itu masih hidup.

Lalu datanglah seorang pria berambut putih dan seorang wanita pirang yang masih nampak muda.

"Sampai kapan kau akan seperti ini, Minato? Kau adalah Hokage, jangan sampai para penduduk melihat keadaan menyedihkanmu ini." kata pria berambut putih, siapa lagi kalau bukan sang Sannin sexy yang bisa membuat anak menangis jadi diam, dialah Jiraiya.

"Jiraiya-sensei" ucap Minato lirih tanpa melirik ke senseinya.

"Aku dan si bodoh ini akan pergi keluar desa untuk berkelana dan mencarinya, jadi serahkan saja pada kami. Yang perlu kau pikirkan adalah urus Konoha dengan baik. Kami akan menemukan anakmu." Kali ini si wanita pirang ber'asset' besar yang bicara.

"Tsunade-sama, Jiraiya-sensei, tolong temukan Naruto. Aku yakin dia masih hidup." Minato bersujud kepada jiraiya dan tsunade dengan mata berlinang air mata.

"Sudahlah, bangkit Minato, aku akan berusaha semampuku" ucap jiraiya sambil mengangkat minato supaya dia berdiri.

"Kalau begitu kami pergi, jaa" sambungnya dan mereka berdua langsung menghilang dengan kepulan asap shunshin no jutsu. Meninggalkan Minato seorang diri.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

Yoooo Minna-san

Gimana-gimana?

Author memutuskan untuk meremake cerita ini karena jujur semenjak catatan cerita-cerita saya yang lain, author tidak terpikirkan alur cerita lain yang pernah author buat dan kemageran tingkat dewa yang melanda author. Ditambah kesibukan ngampus author sekarang yang bikin makin males.

Tapi, selama self-quarantine, author merasa bosan dan ingin melanjutkan menulis. Jadi author memulai dari fic ini lagi. Yah, fic ini dibuat saat author baru masuk dunia fanfic dan masih bocah. Jadi maaf kalo versi lamanya masih penuh akan kekurangan. Dan tentunya masih ada kekurangan di fic yang author remake ini.

Tinggalkan jejak kalian di review ataupun like dan follownya. Kritik dan saran kalian akan sangat membantu dalam meningkatkan fic ini

Selamat menikmati dan selamat berpuasa.