SHE

CHAPTER 3 : Si Gadis SMA

Desclaimer : Naruto by Masashi Khisimoto

Cast : Sasuke

.

.

Siapa mengenali jalan yang dilalui kaki lebamnya,

Ketenangan membukit atau derita yang ia menangi?

Charles Hansen Town

.

.

Barangkali sudah lebih dari sepuluh kali Sasuke bertemu gadis itu di halte bis tiap kali pulang dari bimbingan belajar. Namanya Sakura, itu yang gadis itu katakan di pertemuan mereka yang kedua. Berparas cantik. Berambut sebahu dengan iris mata hijau zamrud dan senyum manis yang seolah membuat aliran darahnya berhenti.

Kalau dipikir-pikir, Sasuke belum pernah merasa seberuntung sekarang. Sebab, selama tujuh belas tahun hidup ia belum pernah melihat gadis secantik itu. Katakan saja itu berlebihan, tapi gadis itu benar-benar membuatnya nyaman tiap kali menatapnya atau sekedar berbincang-bincang ringan. Seperti malam itu, lelah akibat tugas sekolah, ujian, dan berbagai permasalahan mendadak sirna ketika ia melihat sosok Sakura sudah duduk di halte bis. Seperti biasanya, sendirian dan tengah menatap kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan.

"Hai, sudah lama disini?" Sasuke bertanya ketika ia baru saja duduk di bangku halte, mengerling Sakura yang langsung tersenyum menatapnya.

"Ya."

Jawaban yang seperti biasanya, senyum yang seperti biasanya, dan tatapan yang seperti biasanya. Sasuke tidak pernah bisa paham kenapa gadis itu seperti menyembunyikan kesedihan yang tak pernah diceritakannya. Dan merasa bertanya secara langsung tidaklah sopan, maka ia tak melakukannya. "Bagaimana harimu?"

"Biasa saja. Soal-soal yang sulit dan guru yang terlalu pengatur." Senyum itu masih terukir di bibir tipisnya. "Minggu depan aku akan ujian, kurasa kita akan jarang bertemu."

Sasuke mengangguk, dia pun sama. Minggu depan ia juga akan menjalani ujian kelulusan SMA. "Aku juga." Ia mengarahkan pandangan ke depan sebelum kembali menatap gadis di sampingnya. "Sudah ada gambaran bakal ambil jurusan apa nanti setelah SMA?"

"Perawat."

Lagi-lagi Sasuke mengangguk. Ia nyaris bicara lagi ketika bis yang ditunggunya sudah datang, dan dengan berat hati ia berdiri dari bangku yang didudukinya. "Bis yang kutunggu sudah datang. Aku duluan."

Dan Sakura akan selalu mengangguk, kemudian bilang jika bis yang ia tunggu akan datang setelah ini.

.

.

"Kenapa menatapku begitu?" Uchiha muda itu mendecak ketika bocah pirang sebelahnya mendadak mengabaikan ramen yang mengepul di depannya demi menatapnya intens.

Naruto mengalihkan tatapan pada ramen di mangkuknya, menyumpitnya sebelum menelannya dan mulai bicara. "Kata Paman Yamato kau sering bicara sendiri di halte, itu benar?"

Mengabaikan takoyakinya, Sasuke menatap lawan bicaranya dengan kernyitan di kening . Apa-apaan itu? Apa paman Naruto yang merupakan supir bis langganannya itu sudah mulai memberikan informasi aneh untuk menghibur keponakannya?

"Ku harap pamanku salah dan kau hanya sedang menghafal pelajaran biologi atau pidato, atau apapun yang masih terdengar masuk akal."

"Aku tidak pernah menghafal pelajaran di halte, idiot."

Uzumaki memutar bola matanya, kembali memakan ramennya. "Aku takut kau bertemu seorang gadis bernama Sakura."

"Memangnya kenapa?" karena memang Sakura kan yang dia ajak bicara di halte.

"Karena dia bukan manusia." Katanya dengan santai, seolah respon terkejut temannya bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. "Dia adalah roh gadis SMA yang belum bisa tenang."

"Maksudmu?"

Sorot mata Naruto seolah mengatakan astaga, kau tidak tahu soal ini? Maka setelah menghela napas panjang ia mulai bicara. "Lima tahun lalu, ada seorang gadis SMA sebelah yang mengalami hal tragis. Dia sedang menunggu bis di halte dekat perempatan itu, tapi bis yang ditunggunya tidak kunjung datang. Dia dirampok, bukan itu saja, dia juga dibunuh karena berusaha melawan."

"Jadi kau mau bilang jika Sakura itu sebenarnya sudah mati?" alisnya berjengit ketika mengucapkan kata terakhir, seolah kata itu terlalu menakutkan untuk dikatakan. Ia baru merasa nyambung dengan kata 'roh' yang diucapkan lawan bicaranya tadi.

Dengan santainya Naruto mengangguk, kembali menyumpit ramen dan memasukkan ke dalam mulut. "Tidak perlu kaget begitu, dia bukan roh yang jahat kok. Lagi pula kau kan belum pernah bertemu dengannya."

What the hell. Ia mendadak pucat pasi diantara hiruk pikuk siswa yang tengah memesan makanan di kantin.

end

Sedang dalam fase Writer's block tapi pingin nulis, lah kan aneh .

~Lin

01 Mei 2020