Bukan Miya bersaudara namanya kalau nggak banyak tingkah. Sepak terjang mereka memang kadang suka bikin orang gerah. Tapi wejangan dari single papa super hawt—eh! Kapten Kita, maksudnya; kalau berhadapan dengan duo rubah laknat ini nggak boleh gampang naik darah.
Apalagi sekarang bulan puasa.
Fajrikyoya, proudly present
Double Trouble
Pair: the one and only Tachibana bersaudara—salah! Typo! Typo, oke?! Miya bersaudara lah, emang mane lagi bocah kembar di Haikyuu?!
Rate: mari bermain aman dengan rating T, karena tidak ada adegan bacok membacok dan anu-menganu (?)
Disclaimer: Haikyuu!© Furudate-sensei. Miya twins dan Kita-senpai belongs to author (muhahahaha!)
Warning: OOC sudah pasti. Abal. Alay. Gajelas. Humor melempem. Semua karakter Inarizaki dikisahkan menjalani puasa di bulan ramadhan, dan serba-serbi tetek bengek yang mengikutinya. Tidak berniat SARA, beneran. Retjceh seretjeh-retjehnya karena selera humor authornya yang agak tengkurep. Bisa jadi mengandung guyonan tidak pantas dan sedikit barbar atau cenderung julid. Konten vulgar berbahasa kasar. Tidak mengikuti Kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Typo(s). Penggunaan bahasa gaul milenial dan kata-kata laknat yang bertaburan di TL akun lawak twitter dan instagram. Dapat menyebabkan kegemesan virtual, darah tinggi, diabetes, tipes, giting berkepanjangan dan halu kronis. Membaca lebih lanjut diluar tanggung jawab author.
Demi menyambut bulan suci ramadhan tahun ini, kegiatan klub bola voli putra SMA Inarizaki mengurangi jadwal latihan mereka. Dari seminggu empat kali, empat jam setiap latihan, menjadi tiga kali seminggu dan dua jam setengah latihan dilanjutkan buka puasa bersama. Awalnya Kita sebagai kapten agak keberatan, karena puasa sebetulnya tidak bisa dijadikan alasan untuk mengendurkan semangat latihan (cailaaaah), namun anggotanya menggelar demo. Nggak semua anggota klub bola voli putra punya iman setangguh baja macam papa Shin-chan yang bisa latihan full set dalam keadaan berpuasa.
Alhasil, selama bulan puasa ini mereka cuma duduk bersama sambil menonton pertandingan voli tim sendiri dan tim lawan sambil menganalisa, menyusun strategi dan latihan ringan. Tentu saja hal ini mustahil dilakukan.
Terlebih mereka punya si kembar sableng, dan Suna Rintaro yang diam-diam ultra julid.
Seperti hari ini, mereka berkumpul dengan pakaian latihan di pinggir lapangan. Pelatih mereka tidak datang (ya karena latihannya cuma duduk-duduk doang, doi mager ceunah). Aran dan Ginjima masih setting-setting laptop dan speaker. Kita baru dateng dari mesjid, kelihatan dari celananya yang digulung sampai ngatung kayak orang kebanjiran, rambut basah dikit bekas wudhu dan wajah cerah nan teduh selepas menghadap Yang Maha Pengasih. Aduh, mas! Halalin akuh!
Nggak, nggak gitu.
Atsumu datang terakhir, dan anehnya dia datang sendiri. Biasanya ia bakal menunggu kembarannya dan Rintaro yang kebetulan satu kelas, jadi mereka pasti datang bertiga kayak paket buy two get one. Tapi kali ini ia datang sendirian. Mukanya kusut banget, mungkin habis mengarungi lautan fans-fans cewek yang kadang suka anarkis.
Ganteng ini menyiksaku! Begitu teriakan dalam batin Atsumu.
"Mana adikmu?" tanya Aran.
Atsumu meraba-raba kantong celana dan pakaiannya, lalu membentuk lambang hati di depan dada.
"Dihatimuuu~~" ucapnya beriring wink genit.
"Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah." Kita-san sudah komat-kamit minta ampunan. Tangannya gemetaran pegang barang terdekat yang hampir ia timpuk ke kepala Atsumu. Sabar, sabar! Ini bulan puasa. Seorang kapten tidak boleh kehilangan wibawanya. Kita cuma berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Ih, kok Astagfirullah?! Emangnya aku setan, apa?" Atsumu manyun sambil duduk, nggak terima mendengar tanggapan kaptennya.
"Lho, kok malah marah?" tanya Aran. "Kapten nggak ngomong kasar padahal."
"Namanya juga titisan dajjal. Pasti kepanasan lah dengar orang istigfar."
Suna Rintaro datang sambil mengucap salam dan duduk di sebelah Atsumu. Aneh, dia datang sendirian. Kemana si abu-abu Miya Osamu? Atsumu pasti mati gaya tanpa kembarannya. Karena Atsumu tanpa Osamu, separuh jiwaku pergi~
"Mana 'Samu?" tanya Atsumu.
"Dia dipanggil guru BK." Jawab Rintaro selaw.
"Kenapa? Dia berantem?" tanya Ginjima penasaran.
"Nggak. Jadi tadi di pelajaran BK kita disuruh nulis cita-cita, kan? Tahu nggak sih, lembar pengembangan karir?"
Semua orang mengangguk. Tidak lama kemudian, Osamu datang dengan pipi bengkak. Ada bekas ceplakan tangan juga. Ibu guru BK di SMA Inarizaki memang katanya suka nampar. Osamu duduk dan merebahkan kepalanya di pundak sang kembaran dengan raut wajah menahan mewek.
"Utututu...tayang-tayang...kacian lagi puasa banyak cobaan..." Atsumu menimang-nimang kepala adik kembarnya. "Yuk, baca doa tahan puasa dulu."
Aran berbisik pada Kita yang paling religius dari semua orang. "Kapten, emang ada doa begitu?"
Kita-senpai cuma angkat bahu.
"Allahuma..." ucap Atsumu mengingatkan sambil menarik kedua tangan Osamu menangkup setinggi dada.
"Allahuma baringkanan baringkiri, wa mo metong. Walapar, wahaus, tapi waharus tahan nepsong. Amiiiin."
Rintaro cuma melongo. Atsumu cuma tepuk tangan penuh kebanggaan, kayak bapak muda yang baru aja liat anaknya yang bocah belajar ngaji.
"Astagfirullah. Astagfirullah. Astagfirullah." Tetap, pria dengan akhlak mulia marah saja masih mengingat yang diatas. Warbyasah! Calon suami idaman memang Kita Shinsuke itu.
"Duh, 'Tsumu. Kalo lagi puasa suka gerah, ya?" Osamu mulai kipas-kipas.
Kita yang dengar doa karangan Miya bersaudara cuma senyum manis sambil angkat seember air siap-siap ingin mengguyur si bungsu Miya tersebut.
"Kapten! Kapten! Sabar, ini bulan puasa!" Aran dan Ginjima berusaha menahan Kita untuk tidak melakukan 'siraman' jasmani untuk Osamu.
"Lu denger Kita-san istigfar gerah?" tanya Rintaro polos. "Susah emang kalo utusan iblis."
"Kurang minum, kali." jawab Atsumu.
"Kan puasa, dodol!" Osamu balas membentak. "Oiya. Kalo berenang ngurangin gerah, nggak?"
"Batal lah, pe'a." Atsumu menimpali
"Kok batal? Kan air kolamnya ga diminum." Tanya Osamu.
"Kan kalo di kolam renang banyak cewek-cewek seksi yang teteknya kemana-mana, pahanya kemana-mana. Tar pas berenang tiba-tiba sange, gimana? Batal, dong!"
"Kan sange doang. Kalo cewek seksinya nggak dicocol, digado, dicolok atau digoyang; puasaku nggak batal, dong?"
Atsumu geleng-geleng ngotot. "Batal, tetep aja! Kan puasa itu harus menahan nafsu. Nafsu makan. Nafsu minum. Sange kan juga bagian dari nafsu!"
"Bener juga."
Rintaro cuma bisa facepalm. Puasa itu harus menahan nafsu. Nafsu makan, nafsu minum, nafsu ber—piiip. Nafsu untuk ngatain juga termasuk. Baru kali ini ia mendengar teori ngawur bahwa berenang bisa bikin batal puasa, karena di kolam renang banyak cewek seksi yang bisa bikin sange.
"Nggak ada otak." Komentar Ginjima.
"Nggak ada akhlak." Balas Aran.
Kita lalu berdehem. "Jadi, Osamu... kenapa tadi kau masuk ruang BK?"
"Oh, itu. Sensei marah, aku digibeng. Beliau bilang aku harus ganti cita-cita. Katanya itu pekerjaan tidak baik." Ungkapnya.
"Memangnya apa cita-cita yang kau tulis di kertasmu?" tanya Kita lagi.
"Professional heist, paling." balas Atsumu. "Belakangan ini kita nonton netfliks Meksiko gitu dirumah pas sahur."
" Apaan itu professional heist? Rampok maksudnya?" tanya Aran.
"Bukan. Rampok itu terdengar kampungan, tahu!" Atsumu berkilah.
"Jadi gadun." Balas Osamu. Singkat. Padat. Tepat.
Gantian Kita-senpai yang melongo. Ginjima, Aran, Atsumu dan Rintaro ketawa sampai kejengkang-jengkang.
"Osamu, kau tahu nggak gadun itu apa?" tanya Kita.
"Tahu. Cowok super kaya yang ceweknya banyak." Balas Osamu dengan polosnya.
"Kata siapa?"
"Kata 'Tsumu."
"Heh, sempak! Gimana caranya jadi kaya kalo nggak kerja?!" balas Atsumu sambil berusaha meredakan tawanya.
"Oh, kalo jadi gadun itu harus kaya dulu?" Osamu menoleh. Batas antara polos dan goblok ternyata memang setipis kulit bawang, pemirsa.
"Kalo nggak kaya nggak bisa jadi gadun, bloon." Timpal Rintaro.
"Oh, oke. Mau pake cara Arab aja biar gampang kaya kalau gitu. Biar cepet jadi gadun!" Osamu mengangkat tinju ke udara dengan mata berapi-api.
"Cara Arab itu gimana? Nambang minyak?" Ginjima berkomentar, tapi sebenernya kokoro sudah letih menghadapi keabsurd-an Miya kembar.
"PIARA JIN, DONG! KAYAK ALADDIN!"
Kita Shinsuke cuma bisa elus dada. Ia memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak membawa rekan setimnya main ke rumah, apalagi Miya Kembar. Emang sih, anak kembar itu unyu gemesin. Tapi kalau gelagatnya kayak begini, neneknya tercinta bisa kena stroke nantinya.
Menyambut bulan puasa, Miya bersaudara juga berjanji pada bunda mereka dan juga Kita-san untuk merubah sikap mereka. Bulan puasa itu adalah bulan yang suci. Cuma bunda yang marah sama Miya kembar kalau mereka cuma main game di hari libur saat puasa. Pasti mereka disuruh bersih-bersih rumah, bikin takjil, ngabuburit dan lain sebagainya. Bapaknya mereka super woles, katanya jadi anak laki harus u-mild. Osamu kurang ngerti apa itu u-mild, dan bapak mereka yang woles memberikan tontonan iklan lain.
[LAKI, MINUM EKSTRAJOSSS! LAKI, FEARLESS!]
Oh, oke. Jadi laki itu nggak boleh takut alias fearless.
Sementara si kakak, Atsumu, yang hobi bikin teori konspirasi sesat mempertontonkannya salah satu episode sponsbob.
[HIDUP SEPERTI LARRY!]
Larry si lobster kelihatan enak dimasak pake saos Padang, tapi bukan itu poin utamanya. Larry si lobster hidup dengan penuh tantangan seperti jadi lifeguard, naik motor salto ke dalam lingkaran berapi. Lebih mirip kuda lumping dibandingkan seekor lobster. Apa jangan-jangan Larry si lobster ini sarapan paku sama beling pake susu, ya?
Jadi kesimpulannya, jadi laki nggak boleh takut dan harus hidup dengan tantangan.
"Lu ngapain? Serius banget."
Rintaro yang lagi gabut mencabut sebelah headset wireless yang digunakan Osamu dan mendengarkan apa yang tengah ditonton si bungsu Miya yang kebetulan duduk di belakangnya.
[Na'am. Na'am. Habibie...uhhhuuh]
Apa ini? Kedengarannya kayak bahasa Arab. Apakah Osamu sudah mulai ngaji online? Nggak mungkin. Tipikal orang macam Miya kembar pasti hangus kalau dengar lantunan ayat suci. Saking penasarannya, Rintaro merebahkan ponsel Osamu dan terpampanglah sosok semok eksotis Mia Khalifa yang lagi nungging dan berikeh-ikeh.
"Goblok! Lagi puasa malah nonton bokep!" teriak Rintaro tidak bisa membendung emosi.
"Sssh." Osamu menyilangkan telunjuknya di bibir. Lalu berbisik penuh sayang. "Aku nggak suka dikasarin ya, bangsat."
"Ih, najis." Rintaro mendecih. "Tumben nontonin Mia Khalifa. Biasanya tontonanmu Sakurai Ayu."
"Biar lebih varokah. Ini substitle dan dubbing-nya udah pake bahasa Arab, lho. Berasa kayak ngaji tapi ada view-nya."
"Varokah sebelah mana, bambank!" sentak Rintaro gemes. "Puasa itu harusnya menahan nafsu, tahu."
"Kalo nggak nafsu nggak batal, kan?" jawab Osamu sambil mengangkat muka dari tontonan segarnya.
"Bisa gitu, emang?" Rintaro menaikkan alisnya. "Apa lu ketularan belok kayak abang lu? Abang lu kan seleranya cowok shota bacot, petakilan, rambutnya oren."
"Nggak, aku nggak selera nonton Mia Khalifa." Keluh Osamu. "Emang bener, ya. Yang tepos-tepos itu lebih menantang. 'Tsumu u-mild banget, lho. Cinta memang tidak mengenal usia dan gender. Pacarnya dia gemes, sih. Nggak heran dia napsu."
"Dosa, bego! Dosa!" Rintaro mengingatkan.
"Rintaro, jadi cowok itu harus u-mild! Masa sama dosa aja takut? Bukan laki-laki sejati lu berarti!"
"Kata siapa?"
"Kata bapakku!"
Rintaro lagi-lagi cuma tepok jidat. Dia yakin Miya-san (bapaknya si kembar somplak) nggak mungkin ngomong begitu. Kesalahan sudah pasti ada di telinga dan isi kepala anak-anaknya.
"Heh, Osamu. Buka puasa nanti gua traktir nasi Padang, yok. Tapi lauknya gua pilihin."
"Mau! Rendang, ya! Sama ayam bakar, gulai kikil, keremesan sepiring, balado tongkol, peyek udang, telur dadar, terus nasinya 4!" Osamu berbinar-binar. "Rintaro tumben baik banget, kayak ibu peri!"
"Nggak, lu harus makan gule otak! Biar pinter! Capek gua kalo setiap hari harus ngeladenin kegoblokan lu, tahu!"
"Sssh." Osamu lagi-lagi menyilangkan telunjuk di bibir. "Rintaro, puasa itu nggak boleh marah-marah. Mending minum, gih. Haus kan marah terus? Mau kujajanin sirup kokopandan?"
Kata orang, lagi bulan puasa setan itu diiket.
Kenapa ini ada setan satu yang lepas dan bebas berkeliaran coba?!
"Ayo kakak, silahkan takjilnya!"
"Seger nih, kayak senyuman aku!"
Atsumu bertugas cari takjil untuk buka puasa tim voli mereka. Kita-senpai sudah siapkan tempat, yakni di gym tempat mereka latihan seperti biasa. Osamu sama Rintaro katanya beli nasi padang, yang lauknya ditulis di setiap bungkusnya. Wejangan dari si nomor punggung 10 adalah, kalo dapet gule otak itu punya Osamu. Jangan dimakan. Perhatian sekali si cowok julid itu. Coba aja bibirnya dikasih tata krama, pasti jadi husbando sejuta umat.
"Atsumu, udah beli apa aja?"
Si sulung Miya menggelar belanjaanya. Rata-rata penganan manis khas berbuka puasa, dan ditambah sedikit gorengan. Karena menu makan mereka rada barbar dan nggak banyak juga yang ikut acara ini, Atsumu juga tidak membeli banyak.
"Ini doang, sih. Tahu granat, kolak paku sama es kelabang."
Kita sweatdrop segede mesin cuci. "Wow, hardcore sekali. Jangan lupa, kamu ngasih makan manusia, lho. Bukan dedengkot kuburan."
"Ih, nggak. ini makanan manusia, kok. Enak lagi."
"Jangan ketipu kata-kata mbak jualannya karena dia cakep." Tegur Atsumu.
"Oh, nehi-nehi. Pantang percaya mulut wanita, Kita-san. Bibir mereka manis memabukkan tapi penuh ratjoen." Kata Atsumu. "Pas mbaknya ngebungkusin tadi aku nyomot 1. Eh, enak. Masih anget, gitu. Terus aku nyomot satu lagi. Jadi jajanan kali ini real testi."
Ekspresi wajah Kita yang biasanya lembut agak lempeng mendadak ngeblank. "...nyomot?"
"He'eh."
"Atsumu, ingat nggak tujuanmu beli jajanan ini untuk apa?"
"Buka puasa bareng~~" jawab Atsumu pakai putar-putar dan jinjit balerina biar imut.
Kapten Kita udah gumoh pengen muntah liat tingkah setter nggak waras tim volinya. "Terus kau nyomot? Dua lagi."
Senyuman Atsumu memudar. Ia memegang kedua pipinya dan ekspresi wajahnya berganti pucat pasi kayak dompet tanggung bulan. "Astagfirullah. Aku khilaf!"
"Sepik." Kita mencibir. "Mana ada orang khilaf nyomot 2."
Tidak lama, Rintaro dan Osamu datang dengan empat tentengan besar disusul Ginjima dan Aran serta anggota yang lain. Mereka duduk melingkar dan para kakak kelas mengedarkan makanan dengan adil dan tertib karena lima belas menit lagi waktu berbuka akan tiba.
"Tahu granat! Tahu granat! Tahu granat!" Atsumu mengedarkan takjil jajanan yang tadi dibelinya.
"Kenapa namanya tahu granat?" tanya Ginjima takut-takut.
"Tahu goreng isi pedes gitu. Makyus, dah. Asli. Real testi!" Atsumu mengacungkan jempolnya.
"Kolak paku! Kolak paku! Kolak paku!" Atsumu yang tampaknya punya bakat terpendam jadi pedangan asongan terminal kembali berputar mengedarkan kolak.
"Woy emang paku bisa dimakan?!" Aran menyuarakan komplain sambil menerawang apakah ia bakal kena santet kalau makan kolak tersebut untuk buka puasa.
"Bukan, bukan. Itu singkatan dari mbaknya. Kolak pisang kulang-kaling." Atsumu tertawa, lalu mulai mengedarkan takjil terakhir dalam gembolannya. "Es kelabang! Es kelabang! Es kelabang!"
"Biji kuda! Lu kira gua arwana apa dikasih makan kelabang!?" Osamu yang gerah mendengar nama-nama aneh makanan suguhan kakaknya tidak kuasa membendung kekesalan.
"Bacot! Kalo dibilang ES KELAPA BANGKOK kan kepanjangan! Kalo nggak doyan es kelapa ya nggak usah ngegas, syaithon!" balas Atsumu bete.
"Lu ditipu mbak jualannya paling." Timpal Rintaro. "Tau darimana lu kalo kelapanya dari Bangkok?"
"Soalnya pas kelapanya di belah keluar ladyboy."
Kita nggak bilang apa-apa. Dia cuma melototin Atsumu. Kapten yang nggak ngomel tapi diam dan cuma ngeliatin itu lebih serem, asli. Berasa lagi ditelanjangi lewat tatapan mata. Kalimat terakhir tentu saja hanya halusinasi jorok Atsumu aja.
"Guyon, Kapten! Guyon beneran, sumpah! Kiosnya bagus gitu, yang ngantri panjang. Terus kelapanya dikeluarin dari kulkas sebelum dibelah, nggak dijogrokin di luar kayak es kelapa pinggir jalan biasa!" jawab Atsumu panik.
DUK! DURUKDUKDUKDUK! DUK! DUK!
"Wah, udah waktunya buka." Ujar Aran senang ketika mendengar adzan magrib. "Minna, ayo kita semua mulai buka puasa."
Para anggota tim voli Inarizaki khusyuk menikmati sajian buka puasa yang telah terhidang. Si kapten pamit hendak solat magrib duluan selepas minum dua gelas teh panas. Disusul sama Osamu yang memang pada dasarnya STMJ (solat terus maksiat jalan), nggak seperti Atsumu yang STMJ (solat terpaksa maksiat joss). Rintaro dan Atsumu dibuat terkejut dan terheran-heran karena mereka bertiga minum es kelapa dan buka bungkusan nasi Padang barengan. Si middle blocker kelas 2 memenuhi janjinya membelikan Osamu lauk gulai otak (nasinya beneran empat, disertai tambahan lauk lain. Kalo Osamu kurang makan semua orang bisa dikunyah mentah-mentah soalnya).
"Coy," Rintaro menoleh. "Adikmu porsinya 5x manusia normal, lho. Lu liat nggak kapan dia beres makannya?"
"Belum dimakan kali bagiannya." Jawab Ginjima diplomatis. Rendang di kotak makannya sedap banget!
"Pas kita baru beres minum es kelabang, dia udah habis dua porsi nasi Padang." Jawab si kakak, yang seakan sudah kelewat maklum dengan kekuatan makan Osamu sebagai atlet kunyah nasional.
"Gimana caranya?! Orang buka puasanya bareng!" Aran yang frustasi mulai terkena serangan panik.
"Manusia itu minum es kelabang diseruput." Tutur Atsumu. "'Samu nggak sabaran. Sedotannya dibuang, dia minum langsung satu shot dari gelasnya."
"Barbar, ih. Kayak genderuwo." Ginjima cuma bisa geleng-geleng nggak habis pikir.
"Bunda kita dirumah juga bilang begitu." Atsumu tertawa garing. "Untung bapak kita masih sanggup ngasih makan 'Samu. Beliau bilang kalau kita mendadak nggak sanggup beli beras, 'Samu bakalan didaftarin komunitas kuproy."
Lupakan Osamu dan kegembulannya yang abnormal. Mereka semua kembali menikmati nasi Padang, baru setelah itu menunaikan solat magrib. Agenda selanjutnya adalah jam bebas sampai akhirnya ditutup dengan tarawih bersama sebelum pulang.
"Eh, bocah kembar! Sini, dah! Kapten bilang katanya dia punya hadiah buat kalian." Rintaro melambai-lambai.
"Ini biar kalian lebih rajin ibadah, ya."
Osamu dipakaikan baju koko hitam super kece dengan motif perak di bagian dadanya. Tidak lupa sarung kotak-kotak, sebuah peci bundar yang ada jendulan bulu-bulu lucu di puncaknya, ditambah cubitan sayang di pipi dari kapten mereka yang kebapak-an. Semua orang auto ambil hape dan mengambil gambar Osamu yang tampak super imut kayak bocah mau pergi ngaji.
"Jangan lempeng gitu doang mukanya. Pose dong, pose." Rintaro mengompori.
Si bungsu Miya tampaknya senang-senang saja diperlakukan seperti anak TK. Iapasang lambang hati kayak artis Korea, jinjit balerina, sampai jongkok dan mengacungkan dua tanda metal di depan dada sambil melet-melet. Walaupun pose terakhirnya kayak jamet kuproy, untung saja muka gantengnya menyelamatkan. Atsumu juga mendapatkan hadiah baju koko super kece dengan motif sama tapi beda warna. Punya dia putih dengan motif emas di bagian dadanya. Tidak lupa kopyah hitam, dan ditampah selepetan sarung kotak-kotak dari sang kapten. Atsumu suruh pakai sendiri. Kita takut dilecehkan sama si sulung Miya kalau harus memakaikan setter pirang itu sarung. Adegan wajar memakaikan sarung dan pegang-pegang pinggang bisa dibikin pindah rating nantinya.
"Curang, kok aku nggak dicubit-cubit unyu kayak 'Samu!? Ini diskriminasi namanya!" Atsumu berderai airmata palsu.
"Nggak pantes fakboi kecamatan kayak lu dicubit-cubit unyu. Jijik." Rintaro mewakilkan sisi jahat yang tidak pernah terungkap secara eksplisit.
"'Tsumu, 'Tsumu! Lihat, deh!" Osamu menyilangkan kedua tangannya di dada. "Wakanda!"
Sebuah bohlam kuning baru saja berpijar diatas kepala Atsumu. Oh, iya. Baju koko yang diberikan Kita mirip dengan kostumnya Black Panther! Kenapa dia baru sadar sekarang, sih?
Atsumu membalas salam adiknya. Karena warna bajunya beda, ia pun memberi sentuhan tersendiri. "Wakandi!"
"Wakanda, wakandi! Labora, bora bori! Wakanda, wakandi! Labora, bora bori!"
Sebagian tim voli Inarizaki yang menyaksikan dua kembar jamet ini malah joged-joged pantura sambil nyanyi lagu karangan tidak jelas itu malah tertawa. Aran sudah jeduk-jedukin kepala ke tembok, kokoro-nya letih dengan banyolan kembar tidak bermoral tersebut.
"Astagfirullah...astagfirullah...Shinsuke, tahan. Tahan... Shinsuke, jangan marah..." Kita mengusap-usap dadanya. Si kembar itu lucu dan menggemaskan, sih. Tapi kalau tiap hari membiarkan kakak-beradik sedeng itu beraksi dia bisa sinting.
"Bacok aja, kapten! Udah buka puasa, kok!" Rintaro dengan bangga memprovokasi.
Agar tidak terlalu malam pulangnya, selepas adzan isya mereka semua langsung berkumpul kembali guna menunaikan solat isya dan taraweh 11 rakaat berjamaah. Suara Kita yang lembut dan syahdu dalam melantunkan ayat suci membuat telinga, hati dan jiwa jadi adem. Saking ademnya, Atsumu hampir ketiduran di rakaat kedua. Kedamaian masih terjadi, setidaknya sampai tarawih rakaat kelima dan keenam.
Aran dan Rintaro berdiri persis di belakang si kembar yang kebetulan ada di shaf paling depan. Lepas bangun dari sujud rakaat kelima, Atsumu tidak sengaja menginjak sarung adik kembarnya dan sarung kotak-kotak itu merosot dengan mulusnya dari pinggang Osamu. Pemandangan kaki jenjang, paha kencang dan pantat padat berlapis celana pendek ketat hijau muda dengan motif bintang laut merah jambu menjadi pemandangan terkini.
'Bangke, bikin gagal fokus!' rutuk Aran dalam hati.
'Idih, unyu banget celananya. Lebih unyu kalo nggak pake, sih. Tuhkan jadi ngelamun jorok gua.' Gumam Rintaro dalam hati.
"Djancooooqq! Siapa suruh nginjek sarung gua?!" Osamu menggeram murka di awal rakaat keenam.
"Sssh! Jangan teriak! Ntar batal solatmu." Atsumu memperingatkan, lalu kembali menjalankan solatnya.
"Emang iya?" tanya Osamu polos sambil membetulkan sarungnya.
"Tanya Aran kalau nggak percaya."
Osamu menoleh. "Aran, emang kalau teriak-teriak lagi solat bisa batal?"
Tentu saja Aran tidak menjawab. Lalu Osamu merasa kesal, saudara-saudari!
"Diajak ngomong tuh jawab. Sombong banget kayak Fir'aun. Masuk neraka lu nanti." Celetuk si bungsu Miya.
"Orang lagi solat malah diajak ngobrol! Pasti batal, lah! Ga ada akhlak!" Aran menuding-nuding. Saking jengkelnya ia tidak sadar solatnya juga batal.
"Tuh, bego. Solatmu juga batal, tadi ngajakin aku ngobrol." Osamu mendorong Atsumu yang baru saja rukuk sampai kejungkal.
"Lu masuk neraka! Jalur prestasi! Orang lagi solat diseruduk-seruduk!" teriak Atsumu frustasi.
"PFFT—BUWAHAHAHAHAHAHAHA!" Rintaro juga ikut-ikutan batal karena nggak kuat menahan tawa lihat si kembar malah jadi jambak-jambakan setelahnya.
Kapten Kita masih pura-pura nggak dengar. Ia melanjutkan kegiatan solat taraweh berjamaah sebagai imam sampai tuntas. Usai doa dan bersalaman, para pengurus tim voli mulai membereskan tempat yang mereka pergunakan tadi saat buka bersama. Atsumu dan Osamu sudah mulai nempel-nempel tembok, bersiap untuk ambil langkah seribu. Tapi jerat tasbih sakti Kita Shinsuke sukses menangkap mereka dan menyeret keduanya kembali.
"Siapa suruh bikin gaduh pas solat taraweh?" tanyanya judes.
"Bukan aku! 'Samu, tuh! Orang lagi solat diseruduk!" balas Atsumu nggak mau kalah.
"'Tsumu duluan! Lagi bangun sujud sarungku diinjek!" Osamu balas menunjuk.
"Bener-bener biadab! Aran dibikin batal solat!" Rintaro tertawa terpingkal-pingkal. "Untung gua nggak ikutan ngomong."
"Kau sendiri juga batal. Nggak bisa nahan ketawa." Aran menimpali sinis.
"Duduk sini, kalian berempat!" hardik Kita sambil menunjuk karpet. Keempat orang yang dimaksud duduk misuh-misuh. Si kembar sengklek masih cubit-cubitan, sesekali senggol-senggolan, terus cakar-cakaran, terus hamil-hamilan.
Eh, nggak! Nggak gitu.
"Katanya, di bulan puasa setan itu diiket." Kita mulai mengeluarkan kitab suci. "Ini kenapa ada yang lepas sepasang, coba?"
"Kapten, disini aku korban, lho!" Rintaro menjerit dramatis.
"Aku juga!"
"Diam."
Keempat kepala tersebut mendadak mengheningkan cipta. Kita mulai membuka kitab suci dan melantunkannya di hadapan mereka, kembali dengan suara yang syahdu itu. Begitu merdu, bikin telinga, hati dan jiwa jadi adem. Aran dan Rintaro mendengarkan dengan khusyuk dan merasa kini kokoro mereka lebih enteng.
"'Tsumu." Bisik Osamu. "Buruan tutup kuping."
"Kenapa? 'Samu melepuh, ya dengar Kita-san ngaji?" tanya Atsumu jahil.
"Ini bukan sembarang ngaji. Ini rukyah. Aku takut kupingmu nanti kebakar."
"Kurang ajar!"
Kembali, adegan Miya kembar bergumul sambil jambak-jambakan, cakar-cakaran dan tendang-tendangan terjadi. Kita-senpai masih lanjut mengaji dengan ayat khusus untuk rukyah, karena dia pikir mungkin sumber kebandelan Miya bersaudara memang dari kerasukan setan sungguhan. Aran juga masih fokus mendengarkan, sementara Rintaro yang nggak soleh-soleh amat cuma bisa ucek-ucek muka.
"Bener-bener titisan dajjal..."
a/n:
*U-mild itu merk rokok. Kan slogannya 'cowok U-mild lebih tau'. Di iklannya, cowok u-mild itu tahu banyak hal kayak: cowok tahu, peluk boleh lama jangan. Cowok tahu, kalo cinta nggak pandang bulu. Cowok tahu, kapan harus bohong. Cowok tahu, harus pinter bagi waktu. Itu maksudnya wkwkwkwk.
*Di sepanjang fic ini, cuma Rintaro yang konsisten pake konotasi 'lu-gua' buat gaya ngomongnya. Hal ini disengaja, kok. Kata fanmade wiki-nya Haikyuu, cuma dia yang ga ngomong pake dialek Kansai (author nggak bisa bedain dialek kansai sama bukan di bahasa Jepang beneran juga, sih). Karena melihat pribadinya Suna Rintaro yang kayaknya woles gitu, kayaknya cocok. Sengaja dibuat julid kayak Kuro-Tsuki-Oikawa biar ada kesan komedinya. Tapi emang sepanjang author baca manganya, Rintaro memang agak-agak julid juga in state bahwa ia suka nanggepin judes kebanyolan si kembar Miya.
*Gadun: om-om girang alias sugar daddy, buat yang masih terlalu polos lebih baik browsing sendiri.
*Kuproy: singkatan gaul untuk kuli proyek.
*Jamet: arti sesungguhnya masih simpang siur. Tapi yang paling umum adalah jamet singkatan dari Jawa metal; merujuk pada tingkah/penampilan dengan yang tingkatan yang lebih norak atau kampungan dibanding kata 'alay'. Nggak bermaksud SARA. Tapi pernah liat nggak sih ada mas-mas kampung yang suka sok gaul tapi noraknya sampe bikin bulu kudung meriang? Atau orang yang sok asik joged jempol ala konser dangdutan pas diajak dugem di klub mahal? NAH ITU NAMANYA JAMET.
bacotan ngegas tapi santuy dari author (B.A.N.G.S.A.T):
hola hola semuanya! Selamat menjalankan ibadah puasa buat yang menjalankan, kayak author! Karena Inarizaki geng lagi digandrungi masyarakat fandom Haikyuu dan fic mereka belum banyak, author kepikiran bikin! Kupikir Inarizaki orangnya cool-cool kalem kayak orang-orang di Shiratorizawa, eh ternyata sablengnya ga jauh beda sama gagak-gagak kampung dari Miyagi itu /dipatokrameramesamakarasuno
Again, fic ini dibuat dengan mindless karena pengen ngereceh aja. Sebelum baca udah dikasih warning karena konten bercandaannya lumayan sensitif. Tapi ya namanya juga humor, kadang semakin nyablak ya semakin lucu yekannn.
Yosh, terima kasih sudah mau mampir ke fanfic gajelas ini. Jangan lupa like dan reviewnya! Sampai ketemu di fic yang lain!
Cheers,
Fajrikyoya.