The World Of The Married

( )

.

.

.

.

.

Author saranin bacanya sehabis buka puasa ya guys.

..

Happy Reading :)

.

Chapter 1 ~

e)(o

Pukul 19.30 malam, Baekhyun sebentar lagi pulang. Chanyeol tengah begitu sibuk menyiapkan makan malam spesial untuk istrinya itu. Sesekali ia melirik kearah meja makan dimana putra mereka satu-satunya Park Yuan tengah asyik mengunyah biskuit khusus balita sembari menonton kartun favoritnya melalui ponsel milik Chanyeol. Anak lelaki yang memiliki kemiripan wajah hampir 90% dengan ayahnya itu terus tersenyum dan tertawa sembari sesekali mengunyah biskuitnya. Hal itu tentu saja membuat Chanyeol ikut tersenyum melihatnya.

CKLEK

"Aku pulang.."

Chanyeol agak terkejut. "Kau sudah pulang?"

Baekhyun yang baru saja tiba langsung tersenyum dan mengecup bibir tebal sang suami. "Apa aku pulang terlalu cepat?"

"Ani, biasanya kau sampai rumah pukul delapan malam."

"Hari ini aku mempercayakan restoran pada Sehun Hyung. Entah kenapa aku ingin pulang lebih cepat dan bertemu dengan Yuan." Baekhyun berjalan cepat menghampiri putranya namun langsung dicegah oleh Chanyeol.

"Kau harus mencuci tanganmu dulu Baek. Kau tidak bisa menyentuh seorang balita setelah beraktivitas diluar rumah tanpa mencuci tanganmu terlebih dahulu."

Baekhyun tersenyum mendengarnya. "Ne, aku akan mencuci tanganku Kapten." Ujarnya sembari memberi tanda hormat.

Chanyeol ikut tersenyum, ia menggegelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku Baekhyun yang seperti anak kecil.

"Kau sedang masak apa Chanyeol ah?"

"Daging panggang, kau suka?"

"Tentu aku suka. Apapun yang kau buat untukku pasti aku akan menyukainya."

"Aku juga sudah membuatkan sup untuk Yuan. Tapi ini masih belum matang, masih harus menunggu beberapa menit lagi."

"Aku sudah bisa mencium aromanya, pasti sangat lezat."

"Sebaiknya kau mandi dulu, aku sudah menyiapkan air panasnya dikamar mandi."

"Jinjja? Kau tidak perlu melakukan itu Chanyeol ah."

"Tidak apa-apa, aku tau kau pasti lelah."

Baekhyun menghembuskan nafasnya panjang. "Aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana hidupku tanpa kehadiranmu Chanyeol ah."

"Tidak perlu berlebihan, mandilah. Makanannya akan siap setelah kau mandi."

Baekhyun mengangguk. "Aku mandi dulu Chanyeol ah." Ia kecup kembali bibir sang suami, ia kemudian berjalan kearah Yuan dan mengecup keningnya pelan.

Chanyeol tersenyum melihatnya. Sungguh, Baekhyun dan Yuan adalah orang-orang paling berharga di dalam hidupnya.

.

.

.

"Dan pada akhirnya, Putri Himawari dan Pangeran Doujoo hidup bahagia selamanya.."

Chanyeol menutup buku cerita milik putranya pelan, ia kemudian mengalihkan atensinya pada sang putra yang kini sudah memejamkan matanya. Yuan baru berusia satu tahun, tapi entah kenapa ia suka sekali jika dibacakan dongeng sebelum tidur. Entah anak itu mengerti atau tidak, tapi yang pasti Yuan tidak akan pernah bisa tidur jika tidak dibacakan dongeng.

CKLEK

Chanyeol menoleh, ia tersenyum kemudian. Baekhyun baru saja selesai mandi, ia sedang mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk.

"Aku merasa jauh lebih Baik berkatmu Chanyeol, air hangat itu benar-benar membuat tubuhku rileks. Gomawo." Ucapnya sembari melirik pantulan bayangan sang suami dari cermin.

"Sama-sama, aku tau kau membutuhkannya." Chanyeol mengangkat tubuh Yuan dan menidurkannya ke dalam keranjang tidur bayi.

Chanyeol kemudian berjalan menghampiri istrinya dan memijat bahu Baekhyun dengan lembut.

"Bagaimana hari ini? Semuanya berjalan lancar?"

"Ne, berkat Oh Sehun. Ia benar-benar pandai memasak."

Chanyeol tersenyum. "Baguslah kalau begitu, aku ikut senang mendengarnya."

Baekhyun menyentuh lengan sang suami dipundaknya. "Terimakasih banyak karena kau selalu berada disampingku Chanyeol ah. Aku mencintaimu."

Chanyeol semakin melebarkan senyumnya. "Sama-sama, aku juga mencintaimu Baekhyun ah."

Baekhyun tersenyum, ia berdiri dan berbalik kemudian mencium bibir tebal sang suami. Chanyeol membalas ciuman itu lembut, ia peluk pinggang ramping sang istri sembari terus memagut bibir istrinya pelan. Ciuman itu semakin lama semakin terasa lebih menuntut, Baekhyun mengalungkan kedua lengannya dibelakang leher sang suami sedangkan Chanyeol melepas bathtobe yang digunakan Baekhyun hingga jatuh kelantai.

Tanpa ingin membuang banyak waktu lagi Chanyeol langsung menggendong tubuh mungil sang istri ala bridal dan menidurkannya dengan lembut diatas tempat tidur. Ia lepas kaos dan celana olahraga yang ia pakai, tak lupa ia melepas celana dalamnya juga hingga kini ia pun sama telanjangnya dengan Baekhyun.

Chanyeol kembali memagut bibir ranum sang istri dengan rakus, Baekhyun pun tak ingin kalah dengan membalas pagutan sang suami dengan tak kalah rakus, kedua tangannya bahkan bergerak menekan kepala sang suami agar ciuman mereka semakin dalam.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya ketika ciuman Chanyeol turun keleher, kedua tangan kekarnya pun bergerak memelintir puting susunya hingga tubuhnya melengkung. Tidak sampai disitu, Chanyeol bahkan mengocok kemaluan mungilnya hingga ia tak mampu menahan desahannya lagi.

"Aaaahhh.."

CROOOTT!

Tak sampai lima menit, Baekhyun langsung mendapatkan ejakulasinya yang pertama. Chanyeol sama sekali tidak ingin cairan milik istrinya ini menjadi sia-sia, ia lantas menggunakan cairan putih kental yang sudah melumuri tangannya itu untuk melumuri area lubang kenikmatan milik sang istri. Jari telunjuknya masuk kedalam lubang rektum Baekhyun dan ia menggerakannya keluar masuk dengan cepat. Baekhyun terus mendesah lirih, Chanyeol lantas menambahkan dua jarinya lagi hingga kini ada tiga jarinya yang bergerak keluar masuk di dalam lubang sang istri.

Chanyeol langsung mencabut ketiga jarinya setelah ia merasa lubang milik istrinya terasa lebih longgar. Ia kemudian mengocok batang kejantanan miliknya dengan cepat, setelah benar-benar keras ia langsung memasukannya kedalam lubang Baekhyun.

JLEB

Baekhyun kembali mendesah, namun ia berusaha mati-matian menahan desahannya agar tidak mengganggu tidur putra kecilnya. Chanyeol langsung menggerakan pinggulnya maju mundur dengan cepat. Keringat mulai membanjiri tubuh keduanya, terlihat jelas jika mereka berdua sangat menikmati penyatuan tubuh ini.

Baekhyun sudah tidak tahan, ia meminta Chanyeol berbaring dan merubah posisi menjadi uke on top.

BRUKKK

Tubuh Chanyeol langsung di dorong hingga terbaring diatas kasur. Baekhyun langsung bergerak menaiki tubuh suaminya dan bergerak maju mundur dengan kejantanan sang suami yang menancap dilubang rektumnya. Baekhyun mendongak dengan segala kenikmatan yang tengah membelenggunya kini, Chanyeol juga ikut bergerak dari bawah, kedua tangannya menahan tubuh Baekhyun yang sedang bergerak agar tidak limbung.

Tubuh mereka benar-benar sudah penuh oleh keringat, sekarang giliran Chanyeol yang bergerak merubah posisi mereka. Baekhyun sudah menungging, dan tanpa aba-aba Chanyeol langsung menancapkan batang kejantanan miliknya kedalam lubang hangat milik sang istri.

JLEB

"Akkkhhhhh.."

Baekhyun meringis antara nikmat sekaligus perih, sesekali Chanyeol menampar pantat putihnya hingga warnanya berubah menjadi agak kemerahan. Chanyeol bergerak sangat liar dan Baekhyun sangat menyukai itu.

Chanyeol kembali membalik tubuh Baekhyun, ia langsung meraup bibir ranum sang belahan jiwa yang juga langsung dibalas oleh Baekhyun. Baekhyun memeluk tubuh yang penuh keringat itu dengan erat, tubuhnya sudah terhentak tak karu-karuan akibat genjotan sang suami yang amat sangat brutal namun amat sangat memabukan juga.

Baekhyun bisa merasakan kejantanan suaminya membesar dan berkedut-kedut di dalam sana. Kemaluan miliknya pun ikut berkedut pertanda ia akan segera mengeluarkan cairannya kembali.

CROTT!

Baekhyun menggigit bibir bawahnya kencang hingga mengeluarkan darah. Chanyeol pun ikut menggeram pelan seiring dengan banyaknya cairan yang menyembur di dalam lubang istrinya. Sungguh, mereka sama sekali tidak ingin mengganggu tidur malaikat kecil mereka.

Keduanya terengah-engah, mereka tampak saling melemparkan senyum melihat betapa berantakannya mereka sekarang. Serius, mereka terlihat seperti pasangan atlet yang baru mengikuti lomba lari beratus-ratus meter.

"Saranghaeyo Baekhyun ah.." Chanyeol mengecup kening Baekhyun lembut.

"Nado saranghaeyo Chanyeol ah.."

.

.

.

TIIT.. TIIT.. TIIT.. TIIT

Suara alarm dari jam weker dikamar mereka nampaknya cukup mengusik tidur sang kepala keluarga. Ia mengerjapkan matanya pelan dan mematikan jam weker disamping tempat tidurnya. Pukul 5 pagi, Chanyeol secara lembut dan sangat hati-hati memindahkan kepala Baekhyun yang semalaman bersandar di dada bidangnya keatas bantal. Ia kecup kening istri mungilnya itu dengan penuh kasih sebelum benar-benar beranjak dari atas tempat tidur.

Chanyeol memakai celananya asal, ia ambil pakaian miliknya dan bathrobe milik Baekhyun yang berserakan dilantai. Ia kemudian masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kamar mereka. Ia mencuci wajahnya pelan lalu kemudian ia masukan pakaian2 tadi kedalam keranjang pakaian kotor.

Alisnya sedikit mengernyit ketika melihat mantel cokelat milik Baekhyun tergeletak dilantai, ini mantel yang digunakan Baekhyun kemarin. Baekhyun memang orang yang cukup berantakan, bukan sekali-dua kali istrinya itu melepas pakaiannya begitu saja tanpa memasukannya kedalam keranjang kotor. Chanyeol lantas mengambil mantel cokelat itu dan alisnya kembali mengernyit ketika ia merasakan sesuatu yang mengganjal di dalam saku mantel milik istrinya.

Chanyeol lantas mengambil sesuatu dari dalam saku mantel istrinya itu dan sedikit termenung melihat sebuah kotak persegi kecil berwarna hitam yang sudah dilapisi dengan hiasan pita. Merasa penasaran, Chanyeol langsung membuka kotak kecil itu dan kembali termenung melihat jam tangan rolex didalamnya.

Jam tangan siapa ini? Apa mungkin Baekhyun akan memberikannya pada seseorang? Chanyeol menggeleng kemudian, ia tidak ingin berpikir macam-macam. Mungkin Baekhyun membeli jam tangan ini untuk dirinya sendiri bukan?

Chanyeol tidak jadi memasukan mantel itu kedalam keranjang cucian kotor. Ia gantung mantel itu dibalik pintu kamar mandi. Ia kemudian berjalan kedalam bilik kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

..

Sinar mentari pagi yang masuk melalui celah jendela apartemen mereka tampaknya mulai mengusik tidur seorang Park Baekhyun. Pemuda mungil yang baru berusia 24 tahun itu mengerjapkan matanya pelan dan melihat kearah jam yang berada disamping tempat tidur. Pukul 8 pagi, ah sepertinya ia bangun kesiangan.

"Kau sudah bangun Baek?"

Baekhyun seketika menoleh, Chanyeol ternyata sudah berdiri di depan kasur mereka. Ia sedang menggulung lengan kemejanya dan sepertinya sudah bersiap untuk berangkat ke kantor.

"Chanyeol kenapa tidak membangunkanku?"

"Aku tau kau lelah, aku tidak tega membangunkanmu."

"Kau juga pasti lelah kan? Kau selalu saja seperti ini."

Chanyeol hanya tersenyum simpul sebagai balasan.

"Dimana Yuan?" Baekhyun melirik kearah keranjang tidur bayi yang sudah terlihat kosong.

"Playground. Ia sedang bermain disana, sebentar lagi aku akan langsung membawanya ke daycare."

Baekhyun mengangguk pelan. "Kau sudah sarapan? Biar aku buatkan-"

"Aku sudah membuat sup tahu dan telur gulung untung sarapan kita. Yuan juga sudah aku suapi tadi."

Baekhyun terlihat cukup kaget, ia langsung tersenyum kemudian. "Gomawo Chanyeol ah, kau benar-benar suami dan ayah yang baik."

"Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu. Aku ada rapat pagi ini." Ucap Chanyeol sembari mengecup kening Baekhyun pelan.

CUP

"Ne, hati-hati Chanyeol ah."

Chanyeol tersenyum, ia berbalik dan langsung berjalan keluar kamar.

.

.

.

"Pagi Sajangnim.."

"Pagi.."

"Pagi Sajangnim.."

"Pagi..

"Pagi Sajangnim.."

"Pagi.."

Menjadi CEO sebuah perusahaan konstruksi terbesar di Korea tentu membuat Chanyeol begitu dihormati oleh para bawahannya. Seperti saat ini, ia langsung disapa oleh banyak karyawannya ketika ia baru saja menginjakan kakinya di iLoEY Construction, induk perusahaan konstruksi yang selama ini ia pimpin.

TIING

"Selamat pagi Sajangnim.."

"Pagi.."

Sampai di lantai 4, ia langsung disambut oleh sekretaris pribadinya yang sudah menunggu selama kurang lebih 15 menit.

Chanyeol langsung berjalan kearah ruang rapat. "Apa saja agendaku hari ini Luhan-ssi?"

Luhan dengan segera membuka buku catatannya. "Pukul 08.30 rapat dengan anggota dewan, 10.20 meeting dengan para klien dari Jeonju, 13.40 pemantauan langsung pembangunan mega proyek Star House di Cheojingo. Pukul 17.30 pertemuan pertama dengan klien dari perusahaan Deong Buk."

"Lalu setelah itu?" Chanyeol menoleh sekilas.

"Anda tidak memiliki jadwal lain setelahnya."

Chanyeol menghembuskan nafasnya lega, syukurlah. Malam ini ia ingin pulang cepat agar bisa menghabiskan waktu malam bersama Baekhyun dan juga Yuan.

"Jas anda Tuan."

"Ah, ne."

Luhan menyampirkan sebuah jas mahal produksi pabrikan Italia berwarna cokelat kepada atasannya, ia juga memberikan beberapa berkas sebagai bahan untuk rapat pagi ini. Chanyeol sudah siap, ia hendak masuk keruang rapat namun Luhan langsung menahannya.

Chanyeol mengernyit bingung. "Waeyo Luhan-ssi?"

"Aku punya sesuatu untukmu Sajangnim, terimalah.."

Seperti sebuah kado, Luhan memberinya sebuah kotak cokelat panjang yang sudah diikat pita.

"Apa ini?

"Anda bisa membukanya nanti setelah rapat. Silahkan masuk Tuan, anda sudah ditunggu."

Chanyeol sedikit tidak mengerti, namun ia memasukan hadiah pemberian Luhan itu kedalam saku jasnya, ia kemudian masuk kedalam ruangan meninggalkan Luhan yang tersenyum simpul karenanya.

.

.

.

Chanyeol menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi diruang kebesarannya. Ia baru saja menyelesaikan pertemuan dengan para anggota dewan yang menghasilkan sebuah kesepakatan bersama terkait anak perusahaan mereka yang berada diwilayah Chengdo barat semenanjung Korea Selatan.

Ah, benar. Ia jadi teringat soal kado yang diberikan Luhan sebelumnya. Sebuah kado berbentuk persegi panjang berwarna coklat dengan sebuah pita putih yang menjadi hiasannya.

Chanyeol membukanya, isinya ternyata sebuah pulpen. Pulpen Algario Venus dengan harga kurang lebih 1.600 dollar. Untuk apa Luhan memberinya pulpen dengan harga semahal ini? Ah, ada sebuah memo kecil yang terselip di dalam kotak ini, Chanyeol langsung mengambilnya.

"Aku membelikanmu bulpoin karena aku tau kau sering sekali kehilangan bulpoinmu. Aku sengaja membeli dengan harga yang mahal agar kau lebih berhati-hati dan tidak menghilangkannya kembali. Selamat ulang tahun Sajangnim, semoga keberuntungan selalu menyertaimu."

Chanyeol sedikit tertawa membacanya, sebuah alasan yang sangat lucu untuk bisa memberikannya sebuah pulpen. Dan, tunggu sebentar? Dia bilang selamat ulang tahun? Loh, memangnya sekarang tanggal berapa?

Chanyeol melihat memo di ponselnya, dan benar saja. Sekarang tanggal 27. Hari ini ia tepat berusia 33 tahun. Astaga, Chanyeol ah? Apa yang terjadi denganmu? Kau bahkan melupakan hari ulangtahunmu sendiri ckckckck.

Drrtt.. drrtt..

Ada sebuah pesan masuk.

From : Belahan jiwaku

"Sayang.. malam ini datang ke cafe yaa, aku sudah menyiapkan makan malam spesial untuk kita."

Chanyeol tersenyum melihatnya. Sepertinya Baekhyun juga mengingat hari ulangtahunnya, ia sampai menyiapkan makan malam spesial untuk mereka. Ah tunggu sebentar? Apa mungkin kado yang tadi pagi ia lihat adalah kado yang sudah disiapkan Baekhyun untuknya?

Chanyeol semakin melebarkan senyumannya, sungguh. Chanyeol sangat mencintai istri mungilnya itu.

.

.

.

Pukul 8 malam, Chanyeol baru saja tiba Sweet Hours Cafe. Sebuah cafe yang dikelola oleh istrinya. Chanyeol sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Siapa yang tidak senang jika hari ulangtahunmu diingat oleh orang yang spesial untukmu? Aaaahh sungguh, Chanyeol ingin melompat saja rasanya.

Ah iya, Chanyeol lupa. Ia harus melepas jam tangannya karena ia akan menggunakan jam tangan baru sebentar lagi. Ia langsung memasukan jam tangan miliknya kedalam saku celana.

"Selamat datang Tuan, Tuan Baekhyun sudah menunggu anda di dalam." Ucap beberapa pelayan yang langsung menyambut kedatangan Chanyeol.

Chanyeol tersenyum, ia memberikan jas miliknya kepada salah satu pelayan disana.

"Sayang.." Baekhyun melambaikan tangannya dari arah meja nomor 4 dari sisi kanan.

Chanyeol balas melambaikan tangan, ia langsung menghampiri istrinya itu, Baekhyun ikut berdiri, ia langsung memeluk tubuh tinggi suaminya dan tak lupa memberikan ciuman selamat datang dibibir tebalnya.

"Selamat ulang tahun." Ucap Baekhyun sembari tersenyum.

"Terimakasih sayang."

"Ayo duduk."

Chanyeol mengangguk.

"Dino ya, bisa bawakan kue ulangtahunnya?"

"Ne Sajangnim."

Salah seorang pelayan pria membawakan kue yang ditutup oleh tudung saji. Ia menyimpan kue itu diatas meja. Dino membukanya dan Chanyeol tersenyum melihatnya. Baekhyun langsung menyalakan empat buah lilin diatas kue tar tersebut.

"Jja, saengil chukae hamnida, saengil chukae hamnida, saranghanda uri Chanyeol.. saengil chukae hamnida."

Chanyeol tersenyum senang, ia langsung meniup lilin-lilin itu.

"Yeaayyyyy." Baekhyun bersorak girang, aigoo dia terlihat seperti anak kecil.

"Gomawo Baekhyun ah, aku pikir kau lupa hari ulangtahunku."

"Aniyo, mana mungkin aku lupa. Apa harapanmu untuk ulangtahun kali ini?"

Chanyeol tampak berpikir sebentar. "Aku ingin menghambiskan sisa usiaku bersamamu dan juga anak kita."

Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Chanyeol, Baekhyun lantas tersenyum mendengarnya. Ia genggam lengan sang suami dengan erat.

"Aku dan Yuan pasti akan mewujudkan keinginanmu itu Chanyeol ah."

Chanyeol tersenyum, ia kecup lengan sang istri tercinta. "Gomawo."

CUP

"Dimana Yuan? Kau sudah menjemputnya?"

"Yuan aku titipkan pada eomma. Dia akan menginap disana."

Chanyeol mengangguk pelan.

"Aku punya hadiah untukmu Chanyeol ah."

Baekhyun mengambil sebuah kantung belanjaan berwarna cokelat yang ia simpan dibawah meja. "Bukalah, kau pasti suka."

Chanyeol terdiam, apa ini? Kenapa tempatnya lebih besar?

Chanyeol membuka kantung belanjaan itu, sebuah kotak besar berwarna hitam langsung Chanyeol dapati setelah membuka kantung luarnya. Chanyeol lantas membukanya, sepasang sepatu pantofel hitam ia dapatkan sebagai hadiah ulangtahunnya.

"Kau menyukainya?"

Chanyeol terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersenyum kemudian. "Ne, aku menyukainya. Terimakasih Baekhyun ah."

Baekhyun ikut tersenyum. "Aku tau kau pasti menyukainya. Kau mau makan malam? Aku punya beberapa menu andalan yang harus kau coba."

Chanyeol mengangguk. "Ne."

"Dino ya, bisa aku minta menunya?"

"Ne, Sajangnim."

.

.

.

Diluar sedang hujan deras, petir terus menggelegar sepanjang malam. Chanyeol sama sekali tidak bisa memejamkan matanya barang sedetikpun. Baekhyun? Ah carrier cantik itu sudah terlelap pulas setelah melalui malam yang begitu panas bersama sang suami. Ia tidur dengan hanya sebuah selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangnya.

Haaaahhh, Chanyeol kembali menghela nafasnya untuk yang kesekian kali. Hari ulangtahun yang seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untuknya justru berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Ia pikir ia akan mendapatkan sebuah jam tangan rolex keluaran terbaru untuk hadiah ulangtahunnya kali ini. Tapi ternyata ia salah, ia malah mendapatkan sepasang sepatu pantofel yang bisa ia gunakan untuk berangkat ke kantor.

Berbagai macam pemikiran negatif mulai bermunculan di dalam benak Chanyeol. Baekhyun tidak pernah seperti ini sebelumnya, ia selalu terbuka perihal apapun. Tapi untuk kali ini Chanyeol merasa sedikit dibodohi. Kemana perginya jam tangan rolex yang kemarin ia lihat? Jam tangan siapa itu? Apa Baekhyun sudah memberikan jam tangan itu pada pria lain?

Atau mungkin Baekhyun membeli jam tangan itu untuk dirinya sendiri? Tapi rasanya tidak mungkin, jam tangan itu terlalu maskulin untuk ukuran seorang carrier seperti Baekhyun. Baekhyun itu seperti anak kecil, ia lebih suka memakai jam tangan dengan motif kartun daripada rolex yang lebih cocok digunakan oleh pria dewasa seperti dirinya. Lagipula, jika Baekhyun memang membeli jam tangan itu untuk dirinya sendiri, untuk apa ia menyimpan jam tangan itu di dalam sebuah kotak kecil yang bahkan dihias dengan sebuah pita putih? Jelas jam tangan itu adalah hadiah, tapi ia tidak tau hadiah itu untuk siapa.

Drrt.. drrt.. drrt..

Chanyeol menoleh, ponsel Baekhyun bergetar. Ada pesan masuk. Ia lihat Baekhyun masih mendengkur pulas. Haruskah ia lihat ponsel istrinya sendiri?

Ah tidak, sepertinya tidak akan jadi masalah jika ia mengeceknya senbentar. Chanyeol mengambil ponsel diatas meja nakas dengan sangat hati-hati, ia takut membangunkan Baekhyun. Ia lihat ada 4 pesan dari seseorang yang bernama Sunny, Chanyeol berusaha melihatnya namun ponsel Baekhyun dikunci dengan nomor sandi.

Chanyeol lantas mencoba memasukan beberapa pin yang ia tahu. Seingatnya, Baekhyun menjadikan tanggal lahir Yuan sebagai pin.

"Pin yang anda masukan salah."

Chanyeol menghembuskan nafasnya pelan, sudah tiga kali ia mencoba namun tetap gagal. Ia juga sudah mencoba memasukan tanggal lahir Baekhyun ataupun dirinya namun tetap tidak berhasil. Baekhyun sepertinya sudah mengganti nomor sandinya.

Chanyeol kembali menatap Baekhyun. Apa mungkin.. Baekhyun berselingkuh dibelakangnya?

.

.

.

Esoknya..

"Sajangnim?" Luhan terlihat cukup terkejut melihat Chanyeol yang tiba-tiba datang ke kantor.

"Wae? Kau seperti baru melihat hantu saja."

"A-ani, saya hanya sedikit terkejut anda datang ke kantor sepagi ini."

Chanyeol lantas melirik jam yang menggantung di dinding. "Aku memang selalu datang jam 8."

Luhan mengangguk pelan.

"Terjadi sesuatu? Kau terlihat sangat aneh."

Luhan menggeleng. "Aniyo Sajangnim, aku baik-baik saja."

Chanyeol mengangguk. "Kau bisa hubungi Direktur Kang? Suruh ia mengirimkan data keuangan perusahaan selama 3 bulan terakhir melalui email."

Luhan langsung menatap atasannya itu. "Sajangnim, anda tidak tau apa yang terjadi pada Direktur Kang?"

Chanyeol mengernyit. "Wae? Memangnya apa yang terjadi?"

..

Chanyeol menatap sendu, setelah selesai berdo'a dan memberikan penghormatan terakhir pada mendiang Kang Minhyuk, Chanyeol langsung menghampiri Kang In-hyuk, putra semata wayang Direktur Kang yang sedang menangis tersedu-sedu dipelukan sang nenek.

"Saya turut berduka cita, saya harap Direktur Kang beristirahat dalam damai."

Ibunda Kang Minhyuk mengangguk pelan, wanita paruh baya berusia sekitar 55 tahunan itu terlihat sangat terpukul atas kematian putranya yang sangat tiba-tiba. Sedaritadi ia tidak terlalu banyak bicara bahkan ketika banyak tamu yang hadir memberikan penghormatan terakhir untuk putranya.

"In-hyuk.. melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ayahnya meregang nyawa. Kejadian ini mungkin tidak akan pernah In-hyuk lupakan seumur hidupnya."

Chanyeol menatap In-hyuk yang terus menangis tanpa henti, hatinya sungguh sangat terluka melihat pemandangan ini. Ia tidak akan pernah sanggup jika Yuan juga mengalami hal yang sama seperti In-hyuk.

"Sekali lagi saya turut berduka cita. In-hyuk ah, paman tau kau anak yang kuat." Chanyeol mengusap kepala In-hyuk dengan lembut, ia menbungkuk hormat dihadapan ibunda Direktur Kang dan langsung keluar.

"Sajangnim." Manager pemasaran iLoEY construction melambaikan tangannya kearah Chanyeol. Chanyeol langsung berjalan menghampirinya.

Chanyeol duduk disamping Kim Jongin (manager pemasaran iLoEY). "Sebenarnya apa yang terjadi? Ini sangat tiba-tiba."

Jongin menuangkan soju kedalam sloki untuk atasannya itu. "Direktur Kang meninggal karena bunuh diri, ia menggantung dirinya sendiri dihadapan putra semata wayangnya."

"Kenapa dia melakukan itu?"

"Ia frustasi, ia sangat terpukul setelah mengetahui jika istrinya berselingkuh."

"Mwo? Sodam berselingkuh?"

Jongin mengangguk. "Ia berselingkuh dengan mantan kekasihnya sampai hamil. Uang nafkah yang selama ini Direktur Kang berikan kepadanya juga habis dipakai bersenang-senang dengan selingkuhannya itu."

Chanyeol terdiam, jujur ia merasa sedikit terkejut. Yang ia tau rumah tangga Direktur Kang terlihat baik-baik saja. Sama sekali tidak terlihat jika mereka sedang menghadapi masalah rumah tangga yang cukup pelik.

"Begitulah wanita, mereka akan menikam kita dari belakang setelah kita memberikan semua yang mereka butuhkan."

Chanyeol tertegun, wanita? Ah untungnya ia menikahi seorang carrier, seorang carrier pasti tidak akan berkhianat bukan? Iya kan?

.

.

.

Drrt.. drrt.. drrt..

TIIT

"Sajangnim, seorang kepala dapur dari Sweet Hours ingin menemui anda."

"Suruh ia masuk."

PIIP

CKLEK

"Chanyeol ah.."

"Eoh, Sehun ah."

Oh Sehun, 33 tahun. Salah satu sahabat Chanyeol semasa sekolah yang ditunjuk langsung oleh Chanyeol untuk menjadi kepala dapur di cafe milik istrinya.

"Ya, yang di depan itu sekretaris barumu?"

"Ne, wae?"

Sehun tersenyum miring. "Siapa namanya? Berapa usianya? Apa dia sudah punya pacar?"

"Yaa, aku memintamu kesini untuk membicarakan sesuatu. Bukan untuk membicarakan tentang Luhan."

"Aah jadi namanya Luhan? Nama yang sangat cantik." Sehun tersenyum sembari mengusap dagunya persis seperti ahjussi mesum.

"Aish kau ini." Chanyeol menggelengkan kepalanya pelan.

"Ngomong-ngomong, ada hal penting apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

"Aku ragu apakah aku harus membicarakan ini denganmu atau tidak. Ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku belakangan ini."

"Apa itu?"

Chanyeol menarik nafasnya dalam. "Entah kenapa aku merasa Baekhyun seperti menyembunyikan sesuatu dariku."

Sehun mengernyit. "Maksudmu?"

Chanyeol mengusap belakang lehernya pelan. "Sepertinya.. Baekhyun sedang menjalin hubungan dengan pria lain dibelakangku."

"Maksudmu Baekhyun berselingkuh?"

Chanyeol mengangguk. "Sepertinya begitu."

"Memangnya kau tau darimana kalau Baekhyun berselingkuh?"

"Aku hanya menebak. Sekitar dua hari yang lalu aku menemukan sebuah kotak kado berisi rolex keluaran terbaru. Aku pikir Baekhyun menyiapkan hadiah itu untukku. Tapi ternyata aku salah, Baekhyun justru memberikan sepasang sepatu pantofel sebagai hadiah ulangtahunku."

"Jadi kau berpikir Baekhyun selingkuh karena jam tangan itu?"

Chanyeol mengangguk lagi. "Baekhyun membelikan jam tangan itu untuk siapa? Tidak mungkin ia membeli jam tangan itu untuk dirinya sendiri."

"Ya, Chanyeol ah. Kau sudah membuang waktuku untuk hal yang tidak penting. Kau tau? Kau sangat konyol jika menuduh istrimu selingkuh hanya karena sebuah jam tangan."

"Aku tidak menuduh, aku hanya khawatir Baekhyun mengkhianatiku."

Sehun menghela nafas. "Aku tidak tau apakah ini bisa membantumu atau tidak. Tapi beberapa hari ini aku sering melihat Baekhyun menghubungi seseorang."

"Sunny? Maksudmu Sunny?"

"Sunny? Siapa itu? Aku tidak tau siapa yang Baekhyun hubungi."

Chanyeol menghela nafas. "Aku melihat seseorang bernama Sunny itu mengirimkan banyak pesan ke ponsel istriku."

"Kenapa tidak kau periksa?"

"Aku tidak bisa, Baekhyun mengubah angka sandinya."

"Sejak kapan?"

"Entahlah, aku juga tidak tau."

Sehun terdiam sebentar. "Aneh sekali, jika tidak ada apa-apa kenapa ia mengganti angka sandi ponselnya? Sikap istrimu itu agak sedikit mencurigakan Chanyeol ah."

Chanyeol menelan ludahnya kasar. Entahlah, pikirannya semakin semrawut saja sekarang.

"Dalam beberapa kasus, seseorang secara tiba-tiba mengubah kata sandi ponselnya untuk menyembunyikan sesuatu. Terkadang mereka juga menamai seseorang dikontak ponsel mereka dengan nama samaran agar orang lain tidak merasa curiga."

"Begitukah?"

Sehun mengangguk. "Kau tau kedua orangtuaku bercerai karena ayah berselingkuh bukan? Aku tau itu karena ayah pernah menamai kontak selingkuhannya dengan nama seorang laki-laki agar ibuku tidak curiga."

"Jadi maksudmu.. Baekhyun menggunakan nama Sunny untuk menyamarkan selingkuhannya begitu?"

Sehun mengangkat bahunya. "Siapa yang bisa menebak Chanyeol ah?"

Chanyeol mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana jika Baekhyun memang berselingkuh? Chanyeol benar-benar tidak akan sanggup.

"Sebaiknya kau tanyakan langsung padanya Chanyeol ah, tidak akan ada yang tau jika kita hanya menebak-nebak."

.

.

.

Setidaknya sudah 15 menit ia menunggu ditempat parkiran seperti ini. Ia baru saja mendapat kabar dari Sehun jika Baekhyun dan laki-laki yang 'dekat' dengan istrinya itu akan bertemu di cafe.

"Uh, itu Baekhyun."

Baekhyun akhirnya keluar, ia tidak sendiri melainkan dengan seorang pria yang tidak Chanyeol kenal. Sepertinya mereka seumuran.

Drrt.. drrt.. drrt..

PIIP

"Ne?"

"Baekhyun sudah keluar, mereka bilang akan pergi sebentar."

Chanyeol mengangguk. "Ne, aku sudah melihat mereka."

PIIP

Chanyeol mamasukan kembali ponsel kedalam saku celananya dan langsung melaju mengikuti Baekhyun yang sudah pergi terlebih dulu.

..

Mobil Baekhyun berhenti disebuah gang kecil di daerah Seonchiedo. Chanyeol memarkirkan mobilnya tidak jauh dari sana. Chanyeol terdiam melihat Baekhyun masuk kedalam sebuah apartemen kecil bersama pria tadi. Ia tidak bisa mendekat lebih dari ini, ia hanya bisa menunggu dari dalam mobil sembari memantau dari kejauhan.

..

Chanyeol benar-benar terlihat seperti orang bodoh, bagaimana bisa ia menunggu Baekhyun sampai larut begini? Ini bahkan sudah pukul 18 malam namun Baekhyun belum keluar juga. Ck, Chanyeol berdecak sebal. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh mereka berdua di dalam sana?

CKLEK

Uh? Mereka akhirnya keluar, mereka berjalan keluar rumah sembari bersenda gurau. Sial, Chanyeol kesal sekali melihatnya. Mereka bahkan saling berpelukan sebelum pria itu membukakan pintu mobil untuk Baekhyun. Chanyeol tanpa sadar mencengkeram kemudi mobilnya erat. Jujur, ia cemburu melihat Baekhyun sedekat itu dengan pria lain selain dirinya.

.

.

.

"Aku pulang.."

Baekhyun tersenyum, ia melihat suaminya sedang duduk di ruang tamu sembari menyesap secangkir kopi. Baekhyun langsung menghampirinya, Chanyeol balas tersenyum dan memeluk tubuh mungil yang langsung duduk dipangkuannya itu.

Baekhyun memagut bibir sang suami dengan lembut, Chanyeol pun membalas pagutan itu dengan tak kalah lembut. Baekhyun melingkarkan tangannya dibelakang leher sang suami dan semakin memperdalam ciuman mereka. Chanyeol membalasnya sesaat, ia langsung melepaskan ciuman mereka secara sepihak.

Baekhyun mengernyit, ia menatap suaminya itu dengan tatapan bingung. "Wae?"

"Nafasmu bau alkohol, kau habis minum?"

Baekhyun tersenyum, ia turun dari pangkuan sang suami dan duduk tepat disampingnya. "Aku baru menghadiri pesta reuni bersama teman-temanku."

"Siapa?"

"Teman-teman semasa sekolah. Aku sudah lama tidak bertemu dengan salah satu diantara mereka. Ia mengajakku bertemu dan kami berpesta bersama."

"Tidak, maksudku siapa temanmu itu? Sunny?"

Baekhyun mengernyit. "Sunny?"

"Aku melihat ada seseorang bernama Sunny yang mengirimu pesan beberapa kali. Aku pikir kau bertemu dengannya."

Baekhyun menggeleng. "Bukan, Sunny bukan teman sekolahku."

"Siapa dia? Teman lamamu juga?"

Baekhyun tersenyum sembari menatap suaminya itu. "Kenapa? Kau terdengar sangat ingin tau."

"Ani, biasanya kau selalu mengenalkan teman-temanmu padaku."

"Kau tidak mengenal semua teman-temanku Chanyeol ah, aku tidak perlu mengenalkan mereka semua kepadamu bukan?"

Chanyeol tersenyum canggung. "Ne, kau tidak perlu melakukan itu."

Baekhyun kembali tersenyum. "Kau tidak menjemput Yuan?"

"Eomma bilang Yuan akan menginap satu hari lagi."

Baekhyun mengangguk. "Baiklah kalau begitu, aku mau mandi dulu. Badanku lengket sekali rasanya. Kau baru pulang kan? Kau mau mandi bersama?"

"Kopiku masih sisa banyak, aku akan menyusul jika sudah habis."

"Baiklah, aku akan menunggumu." Baekhyun mengecup bibir suaminya sekilas dan langsung melenggang pergi.

Chanyeol menghela nafas, ia buru-buru pulang kerumah sebelum Baekhyun sampai. Beruntung Chanyeol bisa sampai lebih dulu setelah melalui jalan tikus. Ah, pikirannya masih saja mengganjal. Sebenarnya, siapa laki-laki yang bersama Baekhyun tadi?

Drrt.. drrt.. drrt..

PIIP

"Uh, yeoboseyo."

"Chanyeol ah, aku baru saja mendapatkan cv pemuda yang bersama Baekhyun tadi siang. Ternyata dia sudah mengajukan lamaran sebagai seorang barista di Sweet Hours."

"Barista? Siapa namanya?"

"Lucas, ia pernah satu sekolah dengan Baekhyun. Kami belum memutuskan akan menerima Lucas atau tidak. Kami akan memanggilnya kembali untuk sesi wawancara dalam waktu tiga hari."

Chanyeol mengangguk pelan. "Gomawo Sehun ah, jika ada informasi lain apa kau bisa langsung menghubungiku?"

"Tentu, kau tidak perlu khawatir Chanyeol ah."

PIIP

Chanyeol kembali menghela nafas sembari memijat pelipisnya pelan.

.

.

.

"Sajangnim, ini contoh desain Rumah Sakit Doldam yang diberikan arsitek Jo tadi pagi. Ia langsung pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya."

Chanyeol menerima sebuah map berwarna hijau yang berisi contoh desain bangunan yang akan segera mereka kerjakan.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek ini?"

"Umumnya butuh waktu sekitar enam atau delapan bulan. Tapi pihak Yayasan Rumah Sakit Incheon meminta agar pembangunan cabang Rumah Sakit Doldam selesai dalam waktu 4 bulan. Mereka juga sudah menyiapkan anggaran sekitar 10 juta dollar agar pembangunan ini bisa selesai dengan cepat."

"Lalu bagaimana dengan kesiapan para tim pelaksana? Apa mereka sanggup mengerjakan proyek ini hanya dalam waktu 4 bulan?"

"Kami sudah menyiapkan tambahan tim pelaksana dari beberapa cabang dan juga beberapa kontraktor yang sudah berpengalaman untuk mengawasi proyek ini. Arsitek Jo juga akan ambil bagian sebagai arsitek utama."

Chanyeol mengangguk mengerti. "Baiklah kalau begitu."

BRAAKKKK

"PARK CHANYEOL SAJANGNIM!"

"Ya! Nyonya, anda tidak bisa masuk seenaknya."

Chanyeol terlihat cukup terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba mendobrak pintu ruangannya dan berlari kearahnya. Beberapa petugas keamanan berusaha menghentikan wanita itu namun tidak berhasil. Wanita itu justru terus berlari dan hendak memukul Chanyeol.

"AKAN KU BUNUH KAU PARK CHANYEOL!"

Chanyeol menutup matanya ketika wanita itu semakin mendekat, ia bahkan sudah menghalangi wajahnya dengan menggunakan lengan.

PLAKK

Chanyeol sontak membuka matanya, ia terkejut bukan main melihat Luhan melindunginya. Wajah sekretarisnya itu yang justru menjadi sasaran wanita bar-bar ini.

"Luhan-ah.."

Wanita itu berdecih. "Kenapa kau melindunginya? Apa kau menyukainya?"

Luhan menghela nafasnya kasar. "Apa yang anda lakukan eomoni? Aku bisa melaporkan anda kepada kepada pihak yang berwajib atas tuduhan penganiayaan!"

"Laporkan saja, aku tidak takut. Urusanku dengan bajingan yang ada dibelakangmu. Cepat minggir atau aku akan menamparmu lebih keras lagi."

"Lakukan saja jika kau bisa, dia atasanku dan aku berhak untuk melindunginya."

"Ya, sudah hentikan. Luhan-ah, kau tidak perlu melakukan ini."

Luhan berbalik. "Tapi Sajangnim, wanita ini mencoba untuk melukaimu. Aku tidak bisa membiarkannya."

"Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu khawatir."

"Apa kau tau apa yang terjadi dengan Jo Ji-hoon?"

Luhan dan Chanyeol serentak menoleh. "Arsitek Jo? Wae? Apa yang terjadi?"

"Hari ini ia digugat cerai oleh istrinya karena tidak pernah menghabiskan waktunya dirumah bersama anak-anaknya."

"Mwo? Lalu apa urusannya denganku eomoni?"

"Jika kau tidak terus menyuruh Ji-hoon untuk bekerja lembur, istrinya pasti tidak akan menuntut cerai. Kau bahkan selalu meminta putraku untuk bekerja di akhir pekan. Apa kau masih bisa menyebut dirimu sebagai manusia?"

Chanyeol terdiam, ia tidak tau harus menjawab apa.

"Tapi itu bukan kesalahan atasan kami eomoni, putramu bekerja karena tuntutan pekerjaan. Perusahaan sudah melaksanakan kewajibannya dengan membayar uang lembur untuk arsitek Jo."

"Tetap saja, jika kau punya sedikit saja hati nurani, kau pasti tidak akan meminta putraku untuk bekerja diakhir pekan dan membuat rumah tangganya hancur. Putraku tidak punya apa-apa selain ketiga anak-anaknya, sekarang jika putraku bercerai ia akan kehilangan anak-anaknya dan hidupnya akan penuh dengan penderitaan. Apa itu yang kau inginkan?"

"Aku minta maaf, aku sama sekali tidak menyangka jika arsitek Jo akan bercerai dengan istrinya."

"Perceraian adalah awal penderitaan bagi pasangan yang sudah menikah. Kau akan kehilangan anak-anak, kebahagiaan dan juga harapan hidup. Kau seseorang yang sudah menikah, seharusnya kau tau itu."

DEG

Chanyeol terdiam. Perceraian adalah awal penderitaan?

.

.

.

"Ck, apa yang sebenarnya terjadi? Jalanan tidak pernah semacet ini sebelumnya."

Chanyeol tampak termenung, ia bahkan tidak merespon sama sekali ketika istrinya terus bergumam kesal tentang bagaimana jalanan yang tiba-tiba macet padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini.

"Chanyeol ah.."

"Chanyeol ah.."

"Uh?"

Baekhyun mengguncang tubuh suaminya itu pelan, ia merasa heran karena suaminya itu justru melamun ditengah kemacetan seperti ini.

"Terjadi sesuatu? Aku merasa belakangan ini kau terlihat sedikit aneh."

"Aniyo, aku hanya sedang banyak pikiran saja. Banyak pekerjaan kantor yang belum selesai aku kerjakan."

"Kau harus melupakannya untuk sementara, malam ini kita harus fokus pada ulang tahun ayahmu."

Chanyeol mengangguk. "Ne."

Baekhyun tersenyum, ia kembali mengalihkan atensinya kearah depan. Sepertinya ia dan Chanyeol akan datang telat ke acara ulangtahun ayahnya Chanyeol. Jalanan benar-benar macet, mobil mereka bahkan sudah tidak bergerak sama sekali selama setengah jam.

"Baekhyun ah."

Baekhyun menoleh. "Hmm?"

"Kau mengganti sandi ponselmu?"

Baekhyun terdiam beberapa saat. "Ne, aku menggantinya."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin melakukannya."

"Berapa nomor sandinya?"

"Ne?"

"Berapa nomor sandi ponselmu?"

"Kenapa?"

"Aku ingin tau. Kau tau sandi ponselku dan aku juga harus tau sandi ponselmu bukan?"

Baekhyun kembali terdiam, entah kenapa ia merasa Chanyeol agak aneh belakangan ini. Ia lantas mengambil ponsel dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Chanyeol.

"Tanggal pernikahan kita."

"Ne?"

"Sandinya tanggal pernikahan kita."

Chanyeol langsung mengetikan tanggal pernikahan mereka dan benar saja sandinya langsung terbuka. Chanyeol langsung membuka aplikasi pesan di ponsel Baekhyun dan sama sekali tidak menemukan pesan-pesan mencurigakan ataupun pesan dari seseorang yang bernama Sunny.

"Kau menemukan sesuatu?"

Chanyeol terdiam, Baekhyun sepertinya sudah menghapus pesan dari seseorang yang bernama Sunny itu.

"Kau mungkin bisa mengetahui sandi ponselku, tapi bukan berarti kau bisa mencurigaiku seperti ini. Sikapmu yang seperti ini membuatku sedikit tidak nyaman Chanyeol ah."

Chanyeol menghela nafas. "Aku minta maaf."

Baekhyun merotasikan bola matanya malas, ia lebih memilih untuk melihat keluar jendela mobil untuk saat ini.

..

Ballroom Hotel Grand International tampak sudah dipenuhi oleh kolega dan rekan-rekan terdekat dari pemilik saham terbesar iLoEY Construction yang juga merupakan ayah kandung dari ceo iLoEY Park Chanyeol.

"Aboeji."

"Oh Baekhyun ah.."

Park Kangin, ayah Chanyeol langsung tersenyum lebar begitu melihat Baekhyun datang ke pesta ulangtahunnya bersama dengan Chanyeol yang berjalan dibelakangnya.

Kangin langsung memeluk Baekhyun, hubungan mereka memang sudah sedekat itu. Chanyeol pun sudah tidak pernah merasa aneh lagi.

"Maaf kami terlambat Aboeji, jalanan macet sekali tadi."

"Tidak apa-apa, aboeji mengerti."

"Aboeji."

"Eoh Chanyeol.." Kangin menepuk pundak putranya itu dengan pelan.

Chanyeol tersenyum, namun beberapa detik kemudian senyumnya langsung menghilang. Tatapannya tertuju pada satu tempat.

"Aboeji, itu.." Chanyeol menunjuk kearah pergelangan tangan kiri ayahnya.

"Ini? Baekhyun memberikannya sebagai hadiah ulangtahun. Ini sangat bagus bukan?" Kangin tersenyum sembari memperlihatkan jam tangan rolex pemberian Baekhyun yang melingkar ditangannya.

Chanyeol seketika menatap Baekhyun yang secara kebetulan juga sedang menatapnya. Baekhyun melemparkan senyuman terbaiknya pada laki-laki yang sudah memberikannya satu orang anak ini.

"Baekhyun ah, Chanyeol ah."

Suara Heechul (ibunda Chanyeol) memecah suasana canggung yang dirasakan oleh Chanyeol. Wanita 54 tahun itu datang bersama dengan ibunya Baekhyun (Kim Jaejoong) yang sedang menggendong Yuan. Baekhyun terlihat sangat antusias begitu melihat putranya.

"Yuanie.." Baekhyun langsung menggendong putranya yang terlihat begitu menggemaskan dengan setelan kemeja dan jas berukuran kecil.

"Sajangnim.."

"Ah Sehun ah.."

Sehun juga datang, ia langsung membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang empunya acara. Untuk sekedar informasi, Sehun sangat dekat dengan keluarga Chanyeol, tidak heran Kangin menginginkan sahabat putranya itu hadir dihari spesialnya.

"Kalian bersenang-senanglah, aboeji ingin menemui kolega aboeji dulu."

"Ne Aboeji/Sajangnim."

Sehun menepuk pundak Chanyeol pelan. "Bagaimana, kau sudah mengikuti mereka?" Bisiknya pelan.

"Aku masih belum menemukan apapun. Mungkin memang aku yang terlalu berlebihan." Chanyeol berucap sembari menatap Baekhyun yang sedang asyik mengobrol dengan ibu dan ibu mertuanya.

.

.

.

"Ini adalah hari yang sangat spesial untukku, ini adalah hari ulangtahunku yang ke 59. Bukan usia yang pantas lagi sebenarnya untuk merayakan ulang tahun seperti ini. Tapi hanya dihari seperti ini lah aku bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga dan juga rekan-rekan sekalian. Aku harap kalian bisa menikmati acara ini dengan penuh suka cita."

Chanyeol tersenyum mendengar sambutan yang diberikan sang ayah diatas panggung. Ayahnya itu selalu punya cara untuk mengumpulkan keluarga dan teman-temannya agar bisa menghabiskan waktu bersama.

BRUKK

Chanyeol sedikit tersungkur, seseorang dari belakang tiba-tiba saja menabraknya dan menumpahkan sesuatu yang terasa basah di bagian belakang jas yang ia kenakan. Chanyeol sontak saja berbalik, seorang pelayan pria terlihat sangat gugup karena secara tidak sengaja telah menjatuhkan minuman yang ia bawa.

"Mianhamnida Tuan, saya benar-benar tidak sengaja."

"Tidak apa-apa, aku bisa membersihkan ini sendiri."

"Apa aku perlu membawakan jas pengganti?"

"Tidak perlu, aku bisa membersihkannya dikamar mandi." Chanyeol tersenyum sembari menepuk pundak pelayan itu.

"Sekali lagi saya minta maaf Tuan."

"Gweanchana."

..

"Apa ini?"

"Hadiah untukmu, bukalah."

Pria itu sedikit mengernyitkan alisnya bingung melihat sebuah kotak kecil berhiaskan pita yang diberikan oleh kekasihnya. Karena penasaran, ia langsung membuka kotak itu dan terkejut melihat isinya.

"Ini.."

"Rolex keluaran terbaru. Kau sangat menginginkannya bukan?"

"Terimkasih banyak Baekhyun ah." Pria itu tersenyum dengan sangat lebar.

Baekhyun balas tersenyum. "Sama-sama, Chanyeol sepertinya sudah mulai curiga. Mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati. Aku sengaja membeli dua jam tangan dengan model yang sama untuk mengelabui suamiku. Satu untukmu, dan satu untuk ayah mertuaku."

"Dan dia percaya? Dia seperti seorang pria yang mudah dikelabui."

"Aniyo, Chanyeol bukan tipikal laki-laki yang seperti itu. Ia laki-laki yang cerdas. Dia akan mengetahui semuanya jika kita tidak berhati-hati."

"Geurae. Apapun itu, aku sangat berterimakasih untuk hadiah yang sudah kau berikan."

Pria itu langsung memeluk tubuh Baekhyun dan mencium bibirnya dengan cepat. Baekhyun pun balas mencium bibir pria itu sembari mengalungkan lengannya dibelakang leher pria itu.

BRUKKK

Tubuh Baekhyun didorong hingga membentur dinding dengan keras, mereka terus berciuman panas sembari menggerayangi tubuh masing-masing.

TOK TOK TOK TOK

DEG

Tubuh mereka langsung mematung seketika.

TOK TOK TOK TOK

"Ada orang di dalam?"

"Itu suara Chanyeol." Bisik Baekhyun pelan.

TOK TOK TOK TOK

"Aish, kenapa pintu ini terkunci?" Chanyeol berguman pelan, ia tidak tau jika pintu kamar mandinya tidak bisa dibuka.

"Sajangnim.."

Chanyeol menoleh, itu pelayan yang tadi.

"Saya sudah menyiapkan pakaian ganti untuk anda. Anda bisa menggantinya dikamar hotel."

Chanyeol mengangguk pelan. "Ah, ne. Apa pintu kamar mandinya terkunci?"

Pelayan itu terdiam selamaa beberapa detik. "Sepertinya begitu, anda tidak bisa menggunakannya untuk sementara waktu. Saya akan segera meminta pihak hotel untuk memperbaikinya.

Chanyeol mengangguk pelan. "Baiklah, dimana kamar yang kau maksud?"

"Mari saya antar Sajangnim."

Chanyeol berjalan pelan mengikuti kemana pelayan itu pergi.

Sementara di dalam, Baekhyun tampak sedikit menghembuskan nafasnya lega mendengar suara langkah kaki yang perlahan menjauh. Tentu saja ia merasa panik, ia tidak ingin Chanyeol mengetahuinya secepat ini.

"Sepertinya dia sudah pergi." Ucap kekasih Baekhyun.

Baekhyun menghela nafas. Ia langsung mendorong tubuh kekasihnya dan memperbaiki penampilannya di depan cermin.

"Kita harus pergi, aku tidak ingin membuat orang lain curiga."

Pria itu mengangguk. "Ne, sekali lagi terimakasih untuk hadiahnya."

Baekhyun tersenyum sembari mengangguk pelan. "Ne, aku pergi."

"Besok datang ke apartemenku. Kita makan malam bersama."

Baekhyun tersenyum lagi, ia kecup bibir kekasihnya pelan. "Aku akan datang tepat waktu."

Baekhyun langsung berbalik, membuka kunci pintu toilet dan keluar tanpa ada yang tahu. Sosok pria yang menjadi kekasih Baekhyun tampak tersenyum miring melihat jam tangan rolex yang baru saja diberikan oleh Baekhyun.

"Park Chanyeol, kau memang laki-laki yang bodoh.."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Terinspirasi dari salah satu drama Korea yang lagi ngehits banget belakangan ini. The World Of The Married. Bisa dibilang, ini tuh versi abal-abalnya wkwk. Author gak bisa bikin yang sebagus versi aslinya tapi mudah-mudahan ff ini juga bisa diterima dengan baik sama CBHS sekalian :v

Entah kenapa author kepikiran aja buat bikin versi ChanBaeknya, tapi kalo versi drama mnceritakan tentang si pelakornya, kalo disini lebih menceritakan tentang si pebinornya. Kayanya bosen gitu ya kalo ngebaca ff chanbaek yang tersakiti pasti Baekhyunnya mulu. Nah disini author mau bikin Chanyeolnya yang tersakiti, Chanyeol yang seorang suami dan ayah yang baik yang justru dikhianati sama istrinya sendiri a.k.a Byun Baekhyun. Baekhyun tetap disebut istri yaa meskipun dia laki-laki asli dicerita ini.

Karena berhubung ini lagi bulan puasa, author saranin bacanya pas udah buka. Tapi kalo nekat baca pas lagi puasa, dosanya ditanggung sendiri ya guys :D

Jadi gimana? Lanjut atau stop sampe disini aja? Kalo banyak yang minat Insya Allah dua minggu dari sekarang up chapter yang kedua :)