.

Naruto milik Masashi Kishimoto

.

Di dalam kelas yang ramai, Sakura sedang berbincang-bincang dengan teman-teman di kelasnya. Saat ini pelajaran kosong dan murid-murid bebas melakukan apa saja. Rambut panjangnya ia ikat ke atas sehingga meng-ekspos lehernya yang indah, beberapa siswa di kelas terpesona melihat sosok Sakura yang populer dan terkenal ramah. Suasana kelas sangat ramai sampai pintu terbuka dan seluruh tatapan mata tertuju pada sosok laki-laki berambut merah dengan wajah yang sangat dingin, seketika suasana kelas menjadi sepi.

Sakura memperhatikan laki-laki itu dengan takut, diikuti bisikan-bisikan dari teman-temannya.

"Itu siapa?"

"Anak baru?"

"Sepertinya..."

"Wajahnya seram, tapi kuakui dia sangat tampan."

Sakura tidak ikut berkomentar, dia lebih fokus pada ponselnya yang kini menimbulkan getaran. Satu pesan masuk, dia membukanya dan membaca dalam hati, pesan itu dari Karin yang memberitahunya jika pulang sekolah nanti Karin akan pergi bersama Itachi. Sakura menghela napas dan menutup kembali ponsel miliknya. Tanpa Sakura sadari... tatapan tajam dari anak baru itu fokus pada dirinya.

.

.

Sasuke membereskan semua buku dan peralatan tulis, rasanya lega sekali sekolah sudah bubar karena dia ingin cepat-cepat pulang dan kembali tidur. Belakangan ini Sasuke kurang tidur karena beberapa hal, salah satunya karena Sakura. Pertengkaran mereka membuat laki-laki yang baru kenal cinta ini tidak bisa tidur, dalam hatinya yang paling dalam rasanya ingin sekali Sasuke menemui Sakura dan meminta maaf, tapi harga diri menahannya... Sasuke tidak melakukan itu karena gengsinya cukup besar.

Ya.

Tadinya dia menetapkan hati untuk tidak lagi berhubungan dengan Sakura, sampai ketika dia berjalan menuju gerbang dan melihat sosok gadis berambut pink berdiri membelakangi tembok sekolahannya.

Jantungnya berdetak dengan cepat seketika. Sosok Sakura. Sendirian. Menghampiri Sasuke.

Apa tujuan gadis itu?

Sasuke menghampiri Sakura dan berdiri di belakang gadis itu, dengan nada pelan Sasuke membuka suara, "Sedang apa kau di sini?"

Tubuh Sakura tersentak kaget dan langsung menoleh, "A-a-anu..."

Belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, Sasuke sudah berjalan melewatinya, Sakura mengernyitkan alis atas tindakan cuek Sasuke, namun ternyata itu semua salah paham, Sasuke menoleh dan menatap Sakura dengan tatapan serius, "Ikut aku."

Sakura mengangguk dan mengikuti Sasuke dari belakang. Mereka berjalan ke taman yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahnya Sasuke. Mereka memutuskan untuk duduk di bangku taman sementara Sasuke membeli minuman kaleng dari mesin. Sakura masih terdiam ketika Sasuke kembali medekatinya, "Ini."

Coklat hangat...

Udara saat ini memang terasa dingin, karena musim gugur sudah mulai datang. Sakura menerima kaleng tersebut dan meminumnya. Sasuke duduk di samping Sakura dan meminum minuman miliknya. Sesekali Sakura melirik ke arah Sasuke yang masih cuek.

Akhirnya, Sakura menghela napas, dia datang ke sini tujuannya bukan untuk diam-diaman.

"Kau tidak minta maaf padaku?" tanya Sakura yang membuat Sasuke menatap takjub pada Sakura.

"Haah?"

Sakura masih terdiam, dia melirik Sasuke dan memasang wajah kesal, "Kau berbuat salah padaku..." Sakura memberi jeda, "... tapi itu bukan sepenuhnya salahmu, tapi tetap saja kau salah..."

"Jadi kau ingin aku bagaimana? Mengemis maaf padamu?" sewot Sasuke dengan wajah sinis.

Sakura meremas roknya, dia menahan emosi, kalau saja bukan karena Karin... Sakura tidak sudi datang ke sini.

"Aku jauh-jauh datang ke sini untuk berbaikan denganmu, tapi dengan syarat kau harus sungguh-sungguh minta maaf padaku!" ucapan Sakura semakin membuat Sasuke naik pitam.

"Aku tidak memintamu datang ke sini," ucap Sasuke.

Walau terlihat cuek, dalam hati Sasuke merasa senang karena ternyata Sakura ada niatan ingin berbaikan dengannya.

"Karin resmi menjadi pacar Itachi-san... suatu saat aku pasti akan bertemu denganmu jika itu sudah menyangkut mereka, karena itu... aku harus berbaikan denganmu," jelas Sakura.

Sasuke beranjak dari duduknya, "Kau mengajukan syarat, begitu pula denganku," ucapnya tiba-tiba dengan anda arogan.

"A-apa itu?" kini perasaan Sakura tidak enak.

"Aku akan meminta maaf padamu, saat ini juga, dengan sungguh-sungguh, asal kau bersedia menjadi pacarku," ujar Sasuke dengan tegas.

"A-a-a-a-a-a-a... NGACO!"

"Kalau begitu negosiasi batal," ucap Sasuke sambil membalikkan badannya.

"Tu-tunggu!"

Langkah Sasuke terhenti, dan ketika Sakura meneruskan kalimatnya-

"Baiklah, aku akan jadi pacarmu."

-Sasuke tersenyum tanpa terlihat oleh Sakura.

Sakura hanya berdiri di tempat sambil meremas tasnya, Sasuke menghampiri Sakura dan menepuk kepala gadis itu dengan sangat lembut kemudian memeluknya.

"Eeeehhhh!"

"Maafkan aku," ujar Sasuke.

Terdengar dari nada suaranya, bisa Sakura rasakan keseriusan laki-laki itu, Sasuke mengeratkan pelukannya pada Sakura dan meneruskan kalimatnya, "aku sungguh-sungguh minta maaf atas kejadian itu... itu semua diluar kendaliku... dan aku sangat menyesalinya."

Sakura bisa merasakan keseriusan Sasuke sehingga saat ini dia hanya bisa menepuk pundak laki-laki yang resmi menjadi pacarnya, "Iya, iya... sudah, aku maafkan, lepaskan pelukanmu."

Begitu Sasuke melepaskan pelukannya, Sakura menatap Sasuke dengan sangat serius, "Tapi," ucap Sakura tiba-tiba, "walau aku saat ini resmi menjadi pacarmu, bukan berarti aku menyukaimu, loh."

Sasuke tersenyum dan mengacak-acak rambut Sakura, "Aku tahu, begini saja sudah cukup."

"Dan aku tidak bisa janji akan menyukaimu atau tidak," lanjut Sakura.

Sasuke menggandeng tangan Sakura untuk berjalan pulang, "Sebentar lagi kau akan menyukaiku, bahkan lebih, lihat saja nanti."

Mendengar kepercayaan diri yang begitu besar dari Sasuke membuat Sakura terkekeh sedikit, "apa-apaan itu, percaya diri sekali kau."

"Ketika saat itu tiba, aku akan menjadi laki-laki yang menerima perhatian dan kasih sayang darimu," lanjut Sasuke.

"Hahaha, mimpi mu berlebihan," jawab Sakura.

Begini saja sudah cukup bagi Sasuke.

.

.

Sakura baru saja pulang, Sasuke mengantarnya hanya sampai depan rumah, walau berusaha menyembunyikannya, Sakura bisa melihat betapa senangnya Sasuke tadi. Mengingat wajah senang Sasuke yang ditahan membuat Sakura terkekeh sendiri.

"Kau kenapa?" tanya Naruto yang datang dari dapur, "tertawa sendiri seperti orang aneh."

"Naruto-nii, sudah pulang? Tidak les?" tanya Sakura.

"Libur, besok baru les lagi," jawab Naruto sambil memberikan Sakura susu hangat miliknya, "kau dari mana?"

Sakura tidak bisa memberitahu Naruto bahwa dirinya mulai berpacaran dengan Sasuke, bisa-bisa Naruto murka, "Dari karaoke sama teman," jawab Sakura berbohong.

Sakura meminum susu hangat pemberian Naruto kemudian pergi memasuki kemarnya, "Terima kasih, aku ganti baju dulu."

Begitu Sakura masuk ke kamar, Naruto meminum susu hangat di tempat bibir Sakura menempel tadi. Dia menyenderkan tubuhnya di tembok sambil menatap langit-langit.

"Hhh... rasanya tidak kuat seperti ini terus."

.

.

Malam hari, Sakura bersenandung dengan earphone yang menempel di telinganya sehingga dia tidak mendengar suara ketukan pintu kamar. Karin membuka pintu dan melihat Sakura dengan tatapan usil, sambil mendekati Sakura... Karin membelai pelan pundak gadis pink itu.

"Siapa yang sudah punya pacar di sini?"

"KYAAAAAAAAAAAA!" Sakura menjerit karena kaget, dia langsung menoleh dan menatap Karin dengan tatapan horor, "Karin!"

"Hehehe." Karin hanya menyengir dan mengambil bantal guling milik Sakura, "jadi, bagaimana? Aku mendapat laporan dari Itachi bahwa Sasuke tadi terlihat sangat sangat sangat bahagia."

"Hah? Orang itu berlebihan," ucap Sakura yang cuek dan kembali pada ponselnya.

Dan sangat kebetulan ponsel Sakura berdering, panggilan dari Uchiha Sasuke. Namun, sebelum mengangkat telepon itu, Sakura melirik Karin, "Jangan berisik," ucapnya.

Karin memberikan ancungan jempol.

"Halo," ucap Sakura.

"Kenapa kau mengangkatnya lama?"

"Hah?"

"Kau sedang apa?"

"Mendengarkan musik."

"Kenapa belum tidur?"

"Belum mengantuk."

"Besok ada acara?"

"Tidak ada, kenapa?"

"Aku akan menjemputmu, kita pergi ke suatu tempat."

"Eh? Pulang sekolah?"

"Tentu saja, kau mau bolos?"

"Tidak terima kasih, yasudah aku tunggu."

"Hn, bye."

"Bye."

Setelah tutup telepon, Sakura menatap ponselnya dengan tatapan bingung, "Yang seperti itu kan bisa dibicarakan lewat chat."

"Itu artinya dia ingin mendengar suaramu sebelum tidur," ledek Karin.

Sakura berpikir dan mencerna ucapan Karin, "Haha, rasanya tidak mungkin Sasuke seperti itu, terlalu mustahil."

"Jadi? Besok mau kencan dengannya?"

Sakura meletakkan ponsel di samping bantal dan merebahkan dirinya, "Dia ingin mengajakku ke suatu tempat, aku tidak tahu kemana."

Karin mengerjapkan kedua matanya, "Jangan-jangan..."

.

.

Dan di sinilah Sakura berada, bersama Karin, Sasuke dan Itachi.

"Makam, ternyata benar dugaanku, hahaha," ucap Karin sambil merangkul lengan Itachi.

Itachi melangkah mendekati dua batu nisan yang berdampingan, diikuti oleh Sasuke yang berdiri di sampingnya. Melihat kedua saudara kandung itu berdoa dengan tenang membuat Sakura dan Karin saling tatap dan mengangguk... seolah saling mengerti apa yang mereka saling pikirkan.

Sakura dan Karin menghampiri para Uchiha dan bergabung dalam doa. Begitu selesai, mereka semua berdiri. Itachi merangkul pinggang Karin sambil menatap kedua foto orangtua-nya, "Andai mereka masih ada di sini, mereka pasti senang bertemu denganmu."

Kalimat Itachi sukses membuat Karin terdiam namun salah tingkah, dia tidak menyangka Itachi tipe yang berbicara terang-terangan seperti ini. Karin harus terbiasa oleh karakter Itachi yang seperti itu. Sedangkan Sasuke, dia hanya terdiam dengan tatapan yang sangat serius, Sakura melirik wajah Sasuke yang masih memandangi kedua foto orangtua-nya. ada perasaan aneh di dalam diri Sakura, ketika dia melihat ekspresi Sasuke yang begitu serius, rasanya ingin sekali Sakura mengerti apa yang sedang laki-laki itu pikirkan.

Sasuke mengepalkan kedua tangannya dan memutuskan untuk berbicara, "Nii-san," panggil Sasuke, "apapun yang terjadi, tujuanku tidak akan pernah berubah, tujuan hidupku yang sebentar lagi harus kugapai dengan tanganku sendiri."

Angin seraya menyapu ketegangan yang tiba-tiba terasa di dalam diri Sakura, ini bukan saatnya Sakura bertanya tentang apa yang terjadi pada orangtua mereka, banyak pertanyaan yang menumpuk di dalam kepala Sakura, namun gadis itu mencoba menahan bibirnya untuk terbuka. Dan, melihat Sasuke yang semakin serius dengan tatapan tegasnya membuat Sakura terpana. Reflek... Sakura menggenggam tangan Sasuke, membuat laki-laki itu menoleh dan menatap Sakura yang kini tatapannya tertuju pada batu nisan.

.

.

Sejak kejadian di makam, pandangan Sakura tentang Sasuke mulai berubah, padahal Sakura hanya melihat betapa seriusnya Sasuke terhadap tujuan hidupnya, tapi dia sudah begitu terpana pada sosok Sasuke. Sakura menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama, Sakura bertekad tidak akan lagi ada yang namanya jatuh cinta sepenuh hati pada siapapun itu. Tapi... lagi-lagi Sakura memeriksa ponsel dan mengharapkan Sasuke menghubunginya. Saat ini adalah jam pelajaran, mana mungkin Sasuke menghubunginya.

Ketika bel istirahat berbunyi, Sakura bergegas keluar sambil membuka ponselnya yang bergetar, itu dari Sasuke.

"Halo."

"Tumben kau cepat merespon."

Sakura tidak menjawab lagi, tidak mungkin dia mengaku bahwa dari tadi dirinya menunggu Sasuke menghubunginya.

"Ada apa?" tanya Sakura dengan pura-pura cuek.

"Kita pergi sepulang sekolah."

"Kemana?"

"Kemanapun kau mau."

"Sasuke-san! Kelompok sebelah datang lagi, kali ini mereka ingin balas dendam karena kau telah menghajar ketuanya."

"Aku segera ke sana."

Sakura yang mendengar hal itu langsung panik, "Tu-Tunggu! Kau mau kemana?!"

"Aku ada urusan, nanti kujemput."

"Sa-Sasuke-kun!" reflek Sakura menyebut nama Sasuke dengan suarayang kencang, "hati-hati, jangan sampai terluka."

Di sana, Seringai bahagia tersirat di wajah Sasuke.

"Aku berjanji padamu."

Dan sambungan pun terputus. Sakura menatap layar ponsel kemudian memeluknya, "Semoga dia tidak apa-apa."

"Sakura."

Sakura tersentak oleh suara berat yang tiba-tiba memanggilnya dari belakang, dia menoleh dan melihat sosok laki-laki berambut merah dengan tatapan sinis berdiri di belakangnya, "I-iya?"

"Bisa ikut aku sebentar?"

Sakura mengerjapkan kedua matanya, namun dengan sopan Sakura menolak, "Maaf, aku harus ke-"

"Ini tentang Neji."

Begitu mendengar nama Neji, kedua mata Sakura terbelalak, langkahnya terasa kaku, dadanya sesak, hatinya terasa ngilu. Sakura meremas dadanya.

"Dia masih hidup," lanjut Gaara yang kini menggenggam tangan Sakura, "kumohon, temui dia."

.

.

TBC

.

A/N : Haloo, maaf ya baru update lagi, selamat berpuasa untuk yang menjalankannyaaa, semoga ibadah puasa kalian diterima dan semoga lancar yaaaa.

Pandemic ini bikin aku kreatif, bisa potong rambut sendiri, bisa masak sendiri, jadi guru anak. Hhhhh, kapaan covid ini berakhir T^T