Kaa-chan no Kuchibiru
Disclaimer: Naruto not mine.
Warning: Incest woy! NaruKushi! MotherxSon!
…
.
Aku memanglah seorang pemuda ingusan, namun jangan remehkan otakku ini. Walaupun masih berumur kelas satu Sma, tapi otakku bekerja layaknya orang dewasa. Bukan berarti aku sudah berpikir dewasa, tetapi mengarah ke hal mesum yang biasanya orang dewasa sukai. Tehe~
Aneh bukan? Mungkin kalian bisa mengutuk keanehan diriku ini akibat tontonan bokep yang memuaskan hasrat pubertasku. Salahkan juga lempengan tipis yang mengandung kepintaran itu, tentunya selalu membantuku menemukan hal-hal baru, seperti porno.
Omong-omong namaku Uzumaki Naruto. Sedari kecil, aku mempunyai rutinitas yang selalu dilakukan sebelum tidur malam. Aku biasanya akan mendapatkan ciuman selamat malam dari ibuku, namanya Uzumaki Kushina. Beliau adalah sosok ibu muda yang sangat cantik di mata lelaki mana pun! Surai rambutnya memang merah, itu bukan berarti ibu mewarnai rambutnya lho!
Rambut ibu memang alami seperti itu, dan menurutku itulah yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Oh, mengenai ciuman sebelum tidur itu. Kadang Ibu melakukannya di ruang keluarga sehabis menonton televisi, kadang datang ke kamarku, tapi lebih sering akulah yang mencarinya ke kamarnya untuk mendapatkan ciuman selamat malam darinya. Kebiasan mendapatkan ciuman selamat malam seperti itupun terus berlangsung hingga saat sekarang ini.
Kaa-chan biasanya hanya akan mencium keningku saja, tapi sesekali dia juga akan mencium kedua pipiku. Tentunya itu merupakan hal yang biasa jika seorang ibu mencium anaknya. Akupun tidak pernah berpikir macam-macam sebelumnya, bahkan kadang aku risih saat Kaa-chan menciumku ketika akan berangkat sekolah. Namun semenjak aku mulai mengenal yang namanya bokep, bacaan porno, serta obrolan-obrolan cabul teman-temanku, aku jadi tertarik dengan yang namanya tubuh wanita dewasa.
Aku mulai mengoleksi film-film porno dari internet yang ceweknya cantik-cantik. Hingga akhirnya aku sadar kalau ternyata di rumahku aku memiliki wanita yang daya tariknya melebihi wanita manapun yang pernah aku lihat, yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.
Ibuku memiliki wajah yang menurutku sangat imut dan cantik ditengah usia kepala tiganya. Sehari-hari dia hanya menghabiskan waktu dengan mengurusi rumah. Dia hanya keluar rumah kalau ada perlu berbelanja di warung ataupun mengikuti arisan. Aku sendiri merupakan anak tunggal. Makanya tidak heran aku begitu dimanjakan oleh Kaa-chan.
Saat pagi ketika aku akan pergi ke sekolah, pulang sekolah, dan malam hari, Kaa-chan selalu ada untukku. Sehingga aku merasa kalau Kaa-chan memang tercipta ada untukku. Kaa-chan begitu sempurna, dan tampak semakin sempurna karena beliau memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang sangat menarik di mata pria manapun, termasuk aku anaknya sendiri.
Sebenarnya aku merasa bersalah membayangkan yang tidak-tidak pada ibu kandungku sendiri. Namun sosok Kaa-chan yang cantik betul-betul menarik perhatianku. Membuat aku semakin hari semakin jatuh hati padanya. Membuatku semakin hari semakin menjadi-jadi membayangkan hal-hal cabul yang tidak pantas dibayangkan seorang anak terhadap ibu kandungnya sendiri. Apalagi Kaa-chan termasuk orang yang cuek kalau berpakaian di dalam rumah. Tak jarang aku sering melihatnya hanya mengenakan daster tanpa bra, ataupun keluyuran di dalam rumah dengan hanya mengenakan handuk. Jadilah onaniku semakin menjadi-jadi. Bejatnya diriku, seorang anak yang onani sambil membayangkan wajah dan tubuh ibu kandungnya sendiri!
Tentunya aku tidak bisa berbuat lebih selain hanya bisa mengkhayal. Oleh karena itu aku sangat menantikan datangnya malam ketika akan tidur, karena di saat itulah aku bisa mendapatkan waktu berduaan dengan Kaa-chan. Mendapatkan hangatnya ciuman dari Kaa-chan meskipun hanya ciuman di kening dan di pipi. Namun itu sudah cukup bagiku.
Dulu memang tidak merasakan apapun, namun sekali lagi aku katakan seiring dengan bertambahnya usia juga dengan masa-masa pubertas yang cukup di bantu oleh teman-teman bejadnya di sekolahanku membuat aku menjadi seperti ini.
Aiyaayayayayayaya~
Oke, alarmku khas 'Awaken - Pillar men di Jojo' berdering, yang berarti pertanda sudah jam setengah sepuluh. Ini saatnya pergi ke ruangan kamar ibuku. Akupun bergegas keluar dari kamarku, langsung melangkahkan kakiku menuju kamar orang tuaku. Untuk menemui ibuku tercinta tentunya.
Tok tok tok!
"Kaa-chan," Panggilku dari balik pintu kamar orang tuaku.
"Masuk aja Naru-chan," Sahut Kaa-chan. Akupun masuk ke dalam kamarnya. Kudapati ibu sedang tiduran di atas tempat tidurnya sambil menonton tv. Tampak seluruh tubuhnya kecuali kepalanya sudah masuk ke dalam selimut
"Sudah mau tidur ya?" Tanyanya.
"Iya Kaa-chan," Jawabku yang dibalas ibu dengan tersenyum.
Ibu kemudian bangkit dari posisi berbaringnya untuk kemudian duduk, selimutnya jadi turun sehingga memperlihatkan daster hitam yang dia kenakan yang menurutku cukup tipis dan seksi. Andaikan saja warnanya putih, pasti tubuh montok ibu akan lebih terlihat. Aku lalu berjalan mendekat ke arah Kaa-chan, membungkuk, dan kemudian memberikan keningku untuk dikecup olehnya.
"Muach… Selamat tidur sayang mimpi indah yah," Ucap Kaa-chan lembut memanjakan telingaku.
"Selamat tidur juga Kaa-chan," Balasku. Aku sebenarnya ingin berlama-lama di sini demi melihat kecantikan Kaa-chan. Tapi karena tidak ada alasanku untuk berlama-lama, akupun jadi harus segera bergegas kembali ke kamarku agar Kaa-chan tidak curiga.
Sebelum menutup pintu aku melihat ke arah Kaa-chan lagi. Dia tersenyum manis lagi padaku. Begitu indah. Senyuman Kaa-chan begitu menenangkan. Aku harap aku akan mimpi indah karena melihat senyumnya itu.
Kalau aku sedang beruntung, aku bisa mendapatkan ciuman berkali-kali dan sangat lama darinya. Kadang aku menemukan Kaa-chan hanya mengenakan pakaian dalam saja di balik selimutnya. Posisiku kadang hanya berdiri sambil membungkukkan badan menghadapkan keningku ke arah Kaa-chan, kadang aku duduk di sebelahnya, tapi sesekali aku pernah nekat ikut berbaring di sampingnya ataupun menindih tubuhnya dengan modus ingin bermanja-manjaan. Kaa-chan biasanya hanya memprotes tubuhku yang sudah semakin berat ketika aku menindihnya. Dan setelah mendapatkan ciuman dari Kaa-chan, aku pasti akan langsung lanjut onani di dalam kamarku.
Hari demi hari terus berganti. Tiap malam aku selalu mendapatkan ciuman selamat tidur dari Kaa-chan. Dan tiap malamnya aku selalu memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Aku selalu berusaha mencoba agar setiap malam aku mendapatkan hal yang lebih dari apa yang aku dapatkan di malam-malam sebelumnya. Hal itu tidak sia-sia, karena beberapa malam belakangan ini justru posisi menindih Kaa-chan yang selalu aku praktekkan. Kaa-chan tidak pernah mengeluh lagi karena berat badanku. Malah kadang dia merentangkan tangannya seakan menyambutku untuk memeluk dan menindihnya, untuk kemudian mencium kening dan juga pipiku.
Tentunya semua itu hanya bisa ku dapatkan kalau tidak ada ayah di rumah. Kalau ada ayah di rumah biasanya aku hanya mendapatkan ciuman di ruang keluarga saja dari Kaa-chan. Ayah memang jarang pulang karena dia sibuk mengurusi pekerjaannya di luar kota. Pekerjaan ayahku memang membuatnya jadi sering berpergian baik ke luar kota maupun ke luar negeri, sehingga membuat Kaa-chanku jadi sering tidur sendirian saat malam. Karena ayahku yang jarang di rumah itu jugalah yang membuatku jadi lebih akrab dengan Kaa-chan dibandingkan dengan ayahku.
Malam ini, setelah aku selesai mengerjakan tugas rumahku, akupun melangkah ke kamar Kaa-chan untuk mendapatkan ciuman selamat malam darinya lagi. Selama beberapa malam ini Kaa-chanku memang hanya tidur sendirian karena ayahku sedang ada pekerjaan di luar kota. Malam ini aku ke kamar Kaa-chan hanya dengan mengenakan celana pendek tanpa memakai celana dalam lagi di baliknya, sama seperti beberapa malam kemaren. Saat pertama kali Kaa-chan memang agak heran melihatku masuk ke kamarnya dengan hanya memakai celana pendek saja, tapi aku beralasan karena kepanasan saat tidur. Maka jadilah aku selalu datang ke kamarnya tiap malam dengan hanya memakai celana pendek saja seperti saat sekarang ini.
Tok tok tok!
"Kaa-chan..."
"Iya Sochi, masuk aja."
Akupun masuk. Seperti biasa, kamar Kaa-chan terasa begitu nyaman dan sejuk karena mempunyai AC. Apalagi dengan keberadaan Kaa-chan di tempat tidur yang siap memberikan ciuman selamat malam untukku. Tentunya membuatku sangat betah dan selalu ingin kembali lagi ke sini.
"Sudah mau tidur?"
"Iya."
"Tugasnya sudah selesai belum?"
"Udah kok Kaa-chan" jawabku. Kaa-chan tersenyum manis, kemudian dengan isyarat tangan memintaku untuk mendekat ke arahnya. Dadaku lagi-lagi berdebar-debar tak sabar untuk mendapatkan ciuman dari Kaa-chan. Dengan tak sabaran akupun mendorong pelan tubuh Kaa-chan hingga tubuhnya tertindih olehku.
"Nnnggghhh... Sochi~ Pelan-pelan!" Kaa-chan menjerit kecil karena perbuatanku. Aku cuek saja. Karena hal ini sebenarnya cukup sering juga kulakukan pada Kaa-chan, dan semuanya hanya Kaa-chan balas dengan menjerit kecil seperti itu. Tentunya mendengar teriakan kecil dan manja seperti itu tak membuatku berhenti.
Ku posisikan wajahku sejajar dengan wajah Kaa-chan, sehingga membuatku dapat merasakan tarikan nafasnya. Kedua tanganku kini berusaha memeluk tubuhnya yang dihimpit olehku. Dadaku bergesekan dengan daster tipisnya, dapat kurasakan kalau Kaa-chan tidak mengenakan bra seperti malam-malam kemaren. Ah... Sungguh suasana ini begitu erotis bagiku. Penisku berdiri dengan tegangnya. Karena tubuhku yang lebih pendek, penisku hanya sejajar dengan perutnya. Tentunya tanpa aku yang memakai celana dalam penisku jadi semakin bebas berdiri di bawah sana. Aku tidak tahu apakah Kaa-chan merasakannya atau tidak, karena masih ada selimut yang cukup tebal memisahkan bagian bawah tubuh kami.
"Selamat malam sochi~," ucap Kaa-chan gemas sambil menciumku tepat di kening, kemudian kedua pipiku.
Selama ini memang kening dan pipiku saja yang dicium oleh Kaa-chan. Namun malam ini aku berencana untuk juga mendapatkan ciuman di bibir darinya. Aku penasaran bagaimana rasanya. Aku sudah menahan-nahannya cukup lama, dan aku ingin mendapatkannya malam ini. Tapi Kaa-chan sepertinya tidak akan mencium bibirku. Jadi ku beranikan saja aku yang memulai, karena aku yakin aku tidak akan dimarahi olehnya. Dengan cepat akupun mengecup bibir Kaa-chanku.
Kaa-chan tampak sedikit terkejut. Dia terlihat heran dengan tingkahku, tentu saja dia heran! Tapi untungnya dia tidak marah. Akupun menciumnya sekali lagi, kali ini sedikit lebih lama. Dia masih tetap membiarkan. Aku cium bibirnya lagi dan lagi. Meskipun Kaa-chan terlihat ragu, namun dia terus membiarkan bibirnya diciumi olehku berkali-kali. Setelah beberapa kali aku mencium bibirnya, barulah Kaa-chan angkat suara.
"Naru-chan, kenapa jadi manja banget seperti ini?"
"Memang tidak boleh ya aku manja-manjaan sama Kaa-chan?" Aku balik bertanya.
"Boleh sih, Kaa-chan cuma tidak nyangka aja kalau kamu bakal nyium bibir Kaa-chan. Dulu kan kamu risih banget kalau Kaa-chan cium, katanya malu anak laki-laki udah gede masih dicium Kaa-channya, tapi sekarang malah nyium bibir Kaa-chan. Ada apa sebenarnya? Coba cerita ke Kaa-chan, Tebbane~"
"Ti-tidak kenapa-kenapa kok, setelah Naru pikir-pikir sepertinya gak ada salahnya deh Naru dicium sama Kaa-chan sendiri, hehe," Aku sedikit grogi menjawabnya. Kaa-chan tersenyum kecil. Aku hanya berharap Kaa-chan tidak curiga.
"Jadi boleh kan? Naru cium bibir Kaa-chan?" tanyaku lagi.
"Hmm... Ya boleh, gak papa kok."
"Nyium bibir Kaa-chan terus-terusan boleh juga kan? Hehehe," tanyaku lagi.
"Ara~ ara~ kok kedengarannya agak gimana ya gitu... Hmm Iya-iya. Boleh kok sayang, kamu boleh cium bibir Kaa-chanmu ini selama yang kamu mau dan kapanpun kamu pengin cium." Balasnya sambil tersenyum, namun kali ini senyumannya terlihat sedikit nakal di mataku. Seakan sengaja ingin menggodaku. Apakah Kaa-chan tahu kalau aku punya pikiran nakal terhadapnya? Entahlah, yang pasti saat ini aku sangat senang karena ternyata Kaa-chan membolehkan aku mencium bibirnya sesuka hatiku.
Akupun dengan cepat kembali menciumi bibir Kaa-chan berkali-kali. Kaa-chan menjerit tertahan, membuatku semakin bersemangat menciumi Kaa-chan. Dia tidak terlihat ragu-ragu lagi menerima ciumanku. Tentunya tidak hanya bibirnya yang aku cium, tetapi juga kening dan pipinya. Meskipun ciumanku masih sekedar mengecup saja, tapi aku senang karena akhirnya sudah bisa menciumi wajah Kaa-chan dengan bebas, apalagi dengan posisi menindih tubuhnya seperti ini. Kaa-chan juga sesekali membalas ciumanku, baik di kening, pipi dan juga bibirku. Tentunya membuat perasaanku makin melayang. Aku horni berat, tapi aku mencoba untuk mengontrol diri agar tidak berbuat lebih jauh dulu agar Kaa-chan tidak berbalik marah dan menghentikan perbuatanku.
Cukup lama juga ternyata kami saling berciuman. Ini ciuman selamat malam terlama dan paling menyenangkan yang pernah aku dapatkan. Andai Kaa-chan tidak menyuruhku berhenti dan kembali ke kamarku untuk tidur, aku pasti akan terus menciumi Kaa-chan hingga pagi.
Saat kembali ke kamarku, akupun melanjutkan dengan onani. Spermaku keluar dengan banyaknya karena membayangkan apa yang barusan terjadi bersama Kaa-chan. Tentunya ku berharap malam-malam selanjutnya tetap akan seperti ini. Bahkan semoga akan semakin heboh dan lebih panas lagi.
Sejak malam itu aku tidak hanya mendapatkan ciuman di kening dan di pipi saja dari Kaa-chan, tapi juga di bibirku. Dan juga yang mana biasanya hanya Kaa-chan yang akan menciumku, kini juga telah berubah dengan aku yang juga aktif menciumi seluruh wajah Kaa-chan termasuk bibirnya. Kaa-chan dengan senang hati akan menyambut kedatanganku untuk memberikan bibirnya untuk ku nikmati di atas tempat tidurnya. Kebiasan itu terus kami lakukan setiap malam.
Hingga pada suatu malam saat ayah tidak pulang, aku meminta Kaa-chan untuk tidur bareng dengannya. Kaa-chan setuju.
"Mau di kamar Kaa-chan atau di kamarmu?" tanya Kaa-chan.
"Dimana ya bagusnya? Di kamar Kaa-chan saja deh, sejuk ada AC-nya," jawabku.
"Oke Sochi, Kaa-chan tunggu ya di kamar buruan selesaikan tugas rumahnya ya!" ucap Kaa-chan sambil tersenyum manis. Aku gregetan melihat senyum manisnya yang lagi-lagi terlihat nakal itu. Belum apa-apa kontolku sudah ngaceng. Dengan cepat ku selesaikan tugas dari Kurenai-sensei laknat ini. Aku tidak sabar ingin berduaan dengan Kaa-chan sepanjang malam.
Saat tugasku sudah selesai, akupun segera ke kamar Kaa-chan. Seperti biasa, aku hanya mengenakan celana pendek saja. Saat masuk ke kamarnya. Ku lihat Kaa-chan sedang duduk di tepi tempat tidur. Dia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur berwarna hitam. Sungguh Kaa-chan terlihat sangat cantik dengan gaun tidur yang dia kenakannya itu. Kaa-chan terlihat sangat menggairahkan.
"Gaun Kaa-chan cantik. Gaun baru yah?" tanyaku dengan mata terus menikmati memandang indahnya sosok ibu kandungku itu.
"Yup kamu suka sochi?" Kaa-chan bertanya sambil berpose dan bergaya di depanku. Seakan mempersilahkan mataku menatap dirinya sepuas-puasnya. Ingin rasanya ku onani saat itu juga. Membuka celanaku dan mengocok kontolku di depan ibu kandungku ini.
"Su-suka... Kaa-chan cantik, seksi, sempurna," jawabku. Kaa-chan hanya tertawa kecil mendengar ucapanku.
Aku sangat senang Kaa-chan membeli gaun tidur baru dan khusus mengenakannya untukku. Kaa-chan masih bergaya di depanku. Aku selalu menahan nafas dan menelan ludah berkali-kali tiap Kaa-chan berganti pose. Kontolku betul-betul tegak dengan tegangnya dan terlihat sangat menonjol dari celana. Aku yakin Kaa-chan bisa melihatnya, tapi dia seperti tidak ingin mempedulikan.
"Kamu mau berdiri sampai kapan sih Naru? Yuk buruan tidur." ajak Kaa-chan manja dengan isyarat tangan menepuk tempat tidur.
"I-iya Kaa-chan"
Gila sensasi luar biasa menjalar di seluruh tubuhku karenanya. Ternyata ayahku memang sangat beruntung bisa menikahi Kaa-chan, namun sayang dia tidak bisa tiap malam mendapatkan indahnya malam seperti saat ini. Untuk malam ini, Kaa-chan khusus untukku, anak kandungnya lah yang akan menikmati Kaa-chan malam ini.
"Sochi~." ucap Kaa-chan lagi. Tidak ingin tunggu disuruh lagi, akupun segera menarik tangan Kaa-chan dan menghempaskannya ke tempat tidur. Ku tindih tubuh moleknya. Kuciumi seluruh wajahnya tanpa ampun, termasuk bibirnya. Kaa-chan hanya menjerit tertahan sambil sesekali tertawa geli. Membuatku jadi semakin bernafsu padanya.
Aktifitas yang dulunya hanya sekedar kecupan di kening dari Kaa-chan, kini telah menjadi pencumbuan yang panas antara aku dan Kaa-chan. Kami saling berciuman. Menciumi wajah satu sama lain. Aku tidak lagi hanya sekedar mencium, lidahku juga bermain-main menjilati halusnya wajah ibu kandungku ini. Wajah Kaa-chan yang cantik dan putih mulus sampai basah oleh liurku. Kening, pipi, hidung hingga bibirnya kuciumi dan kujilati sepuas hatiku. Lidahku kini juga sudah berani masuk ke dalam mulut Kaa-chan, berusaha menggapai lidahnya untuk saling berpagutan. Awalnya Kaa-chan seperti ingin berontak karena terkejut, namun lama kelamaan Kaa-chanpun membalas permainan lidahku di mulutnya.
"Kamu mau nyium Kaa-chan sampai kapan sih? Buruan tidur gih," ucap Kaa-chan akhirnya dengan nafas terengah-engah. Dadanya naik turun. Tampak Kaa-chan sudah berkeringat. Belahan dadanya terlihat semakin indah karena mengkilap oleh keringat. Ingin rasanya ku benamkan wajahku di sana.
"Lihat udah jam berapa tuh? Besok kamu sekolah kan?" Ucap Kaa-chan sekali lagi. Ku lihat jam di dinding, ternyata sudah lewat setengah jam lidahku bermain-main di wajah ibu kandungku ini. Tapi tentunya aku masih belum ingin berhenti. Rasanya tidak ada puasnya menikmati indahnya wajah Kaa-chan.
"Bentar lagi dong... Kaa-chan tidur aja duluan, aku masih pengen cium-cium Kaa-chan"
"Hihihi, mana bisa Kaa-chan tidur kalau kamu nyiumin Kaa-chan terus," balas Kaa-chan sambil menowel keningku. Aku cengengesan mesum dan kembali menciumi seluruh wajahnya.
"Dasar nakal, nnghhh~" Kaa-chan melenguh. Entah karena kesal karena aku tidak mau berhenti atau karena horni, aku tak tahu. Yang jelas kini Kaa-chan hanya pasrah diciumi putranya.
Tubuhku kutempel erat ke tubuh Kaa-chan sambil terus mengajaknya berciuman. Tanganku menggerayangi punggungnya, kakiku juga mengapit erat kaki Kaa-chan. Dan tentu saja penis tegangku yang masih tertutup celana juga bergesek-gesekan dengan perut Kaa-chan.
Entah bagaimana awalnya, sekarang gaun tidur yang Kaa-chan kenakan sudah tidak melekat sempurna lagi di tubuhnya. Sambil terus menerima ciumanku, Kaa-chan juga berusaha untuk membetulkan posisi pakaiannya. Tapi tentunya tidak mudah karena tubuhnya tertindih olehku yang masih terus menciuminya dengan buas. Justru aku yang berusaha membuat gaun tidur Kaa-chan semakin tak karuan. Hingga akhirnya sebelah buah dadanya terbuka dan terpampang jelas di mataku, barulah kemudian Kaa-chan mendorong tubuhku dengan kuat.
"Udah ah, bandel," ucapnya cemberut.
Aku bangkit dan duduk di sebelah Kaa-chan. Ku perhatikan kondisi Kaa-chan. Pundak Kaa-chan yang licin sudah terbebas dari tali gaun tidurnya. Sebelah buah dadanya terekspos. Bagian bawah gaun tidurnya juga sudah tersingkap sampai ke perut hingga memperlihatkan celana dalamnya. Kaa-chan terlihat sangat seksi dengan kondisi seperti ini. Tapi Kaa-chan segera membetulkan kondisi gaunnya, tentunya aku kecewa.
"Kaa-chan"
"Apa?"
"Kalau Kaa-chan kepanasan, buka aja bajunya keringatan gitu," ujarku berharap.
"Huuum... mau mu, enak aja," tolak Kaa-chan sambil memeletkan lidah lalu tertawa kecil, seakan senang membiarkan anak kandungnya ini mupeng berat terhadapnya.
Aku terus merengek meminta Kaa-chan melepaskan gaun tidurnya, tapi Kaa-chan tetap tidak mau membukanya. Akupun akhirnya mengalah. Yah, tidak apalah, aku tidak ingin juga memaksanya saat ini. Bisa-bisa Kaa-chan nanti marah dan aku tidak diperbolehkan melakukan hal cabul seperti ini lagi padanya.
"Terus sekarang kamu masih pengen nyium Kaa-chan atau udah mau tidur nih?" tanya Kaa-chan kemudian. Tentu saja aku masih pengen menciumi Kaa-chan. Tanpa menjawab akupun kembali menindih Kaa-chan. Kami kembali lanjut berciuman panas, saling berpagutan dan bermain lidah hingga tubuh kami bermandikan keringat. Kadang aku meminta Kaa-chan agar Kaa-chan yang berada di atas. Dengan posisi seperti ini, tanganku lebih leluasa mengelus-elus punggung Kaa-chan. Bahkan tanganku kini juga sudah berani mengelus pantatnya, Kaa-chan tidak memprotes. Berkali-kali gaun tidurnya itu kembali ku buat acak-acakan hingga memperlihatkan sepasang ataupun kedua buah dadanya lagi, tapi berkali-kali juga Kaa-chan akan berhenti menciumku untuk membetulkan gaun tidurnya.
Saat berhenti berciuman untuk mengambil nafas, aku yang horni berat memberanikan diri menurunkan celanaku hingga penisku terbebas di hadapannya. Posisiku masih berbaring saat itu. Sedangkan Kaa-chan duduk di sebelahku.
"Celananya kenapa diturunkan? Ngapain sih?" tanyanya. Wajah Kaa-chan tampak merah.
"Ngeganjal Kaa-chan, gak apa-apa ya?"
"Ya jangan dong, fu fu fu~" balas Kaa-chan tertawa.
"Plis Kaa-chan~ malam ini aja" aku mencoba membujuknya sambil merengek. Akhirnya Kaa-chan membolehkannya juga. Tentunya Kaa-chan sudah tahu kalau aku memang punya niat mesum. Tapi sepertinya dia masih membiarkanku.
"Oke-oke... tapi jangan aneh-aneh ya. Kalau mau dibuka aja celananya, jangan cuma diturunkan gitu" Ujar Kaa-chan kemudian.
"Oke Kaa-chan... bantuin dong, hehe" Ucapku. Dia geleng-geleng kepala sambil tertawa.
"Ya ampun kamu ini," jawab Kaa-chan sambil membantuku melepaskan celanaku. Akhirnya kini akupun beneran telanjang bulat. Meski Kaa-chan sepertinya tahu kalau aku punya niat mesum, tapi Kaa-chan tetap bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa.
Kamipun berciuman lagi. Rasanya sungguh luar biasa saling berciuman dengan Kaa-chan dengan kondisiku telanjang bulat seperti ini. Penis tegangku tidak tertup apa-apa lagi bergesekan dengan perut dan selangkangan Kaa-chan.
Cukup lama kami bermesraan, saling berciuman yang tidak sepatutnya dilakukan oleh ibu dan anak kandungnya. Yang mana aku telanjang bulat sedangkan Kaa-chan mengenakan gaun tidur yang seksi. Sungguh Kaa-chan membuat aku konak bukan main. Kecantikan wajahnya, kemolekan tubuhnya, ditambah dengan gaun yang dia kenakan. Aku mupeng berat, tapi ku coba untuk tidak berbuat lebih dari ini sekarang. Hingga akhirnya Kaa-chan meminta untuk berhenti karena Kaa-chan sudah sangat mengantuk. Aku yang juga sudah mengantukpun setuju. Aku pikir sudah cukup malam ini. Menurutku apa yang baru saja terjadi malam ini sudah sangat luar biasa.
Aku dan Kaa-chan kemudian masuk ke dalam selimut. Dia sempat bertanya apa aku akan tidur telanjang bulat begitu. Aku jawab saja iya. Dia membiarkan.
"Selamat tidur sayang mimpi indah ya" ucap Kaa-chan.
"Selamat tidur juga Kaa-chanku sayang" balasku.
Aku penasaran apa yang akan terjadi malam-malam selanjutnya bersama Kaa-chan. Aku tak sabar ingin mendapatkan ciuman selamat malam lagi darinya.
.
.
.
TBC…
A/N: Fyuh~ di tengah pandemi corona seperti ini memang terkadang kegabutan menguasai segalanya. Pada akhirnya gw adopsi lagi deh cerita gw ama temen gw yang publish di web sebelah ehehe~ Akan selesai di Chapter 2… mungkin hehe~
Selalu jaga diri dan tetap di rumah ya! Dan ingat, kembalilah ke jalan ifrit—maksudku, ke jalan yang benar :v. Efek bermain Arknights gini amat ahahaha. Tapi tetap, walau mereka semua waifuable, Kushina tetap incredible :v
Untuk yg bertanya fic yang nganggur, masih dalam pengerjaan. Berdoalah waktu gabut author lebih lama ahahaha, WFH cukup boring, enakan di kantor ketemu cewe-cewe cakep akwoakwo.
See u~….