.

.

.

Malam yang sunyi di perkotaan yang bisa dikatakan cukup maju. Tidak, bukan sunyi yang mengandung arti ketenangan, tapi lebih tepat jika dikatakan "mencekam".

Kumpulan remaja itu menatap dengan pandangan berbeda-beda pada beberapa makhluk yang saat ini sedang mengurung mereka dari berbagai arah. Mereka "semua" saat ini sedang berada di tempat luas, dengan bagian bawah yang beralaskan beton dan bagian atas yang di payungi oleh taburan bintang, tapi tentu saja hal itu tidak bisa membuat keadaan menjadi lebih indah karena keadaan para remaja itu yang tidak bisa kemana-mana.

"Cih. Kita sudah terkepung!" ucap Naruto, seorang pemuda yang memiliki rambut jabrik pirang. "Bagaimana menurutmu, Sasuke?" Pemuda itu bertanya pada teman di sebelahnya yang memiliki rambut raven dengan model Chicken-butt.

Laki-laki itu melirik sebentar pada orang yang sudah menjadi temannya sedari mereka kecil, kemudian kembali menatap sekelilingnya dengan waspada. "Entahlah, aku tidak melihat celah sedikitpun untuk melewati mereka." jawab Sasuke. Naruto yang mendengar itu mendecih pelan.

"Maafkan aku, Naruto-kun."

Naruto memandang Kaguya, perempuan yang menjadi kekasih sekaligus tunangannya, yang saat ini berada di sampingnya. Cairan bening terus mengalir dari kedua mata amesthist itu, seakan tidak ada habisnya.

Si pemuda pirang menghadap pada gadis berambut silver. "Apa maksudmu, Kaguya?" Naruto bertanya, meskipun dia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu.

"Ini semua salahku, Naruto-kun."

"Tidak. Ini bukan sal–"

"Ini salahku!" Kaguya menatap tajam mata safir di depannya. "Karena itu, izinkan aku untuk menebusnya!"

Dengan sekuat tenaga, Kaguya memukul ulu hati Naruto, sehingga membuat remaja laki-laki itu berlutut sambil mengerang kesakitan. Setelah itu, tanah beton di sekitar kumpulan remaja itu menjadi beku, membuat kaki mereka tidak bisa digerakkan karena es yang menutupi kaki mereka sampai setinggi lutut. Bahkan kedua tangan Naruto juga ikut membeku karena dia gunakan sebagai penopang tubuh agar tidak jatuh.

Kaguya tersenyum singkat kearah Naruto. Setelah mengucapkan kata "gomen", dia pun berbalik dan berlari kearah kumpulan makhluk didepanya. Remaja pirang itu menatap terkejut dengan apa yang akan dilakukan oleh perempuan yang menjadi tunangannya.

"Tidak, Kaguya! Teman-teman, cepat hentikan Kaguya!" Naruto berteriak dengan panik kepada teman-teman nya yang juga sedang terkejut akan apa yang dilakukan oleh gadis berambut silver itu.

"Tidak bisa, Naruto! Kaki kami juga membeku, kau lihat?! Sial." ucap Sasuke sambil mencoba menghancurkan es yang sedang mengunci kedua kakinya, dengan sebuah pedang ditangan kanannya.

Naruto yang mendengar itu menggertakkan giginya dengan kuat. Wajahnya mengeras, dia memandang kearah Kaguya dengan mata melebar sempurna.

"KAGUYAAAA!"

.

.

.

...A Havoc?...

Summary: Bercerita tentang kemunculan makhluk yang dikatakan mitos oleh orang-orang zaman sekarang. Naruto dan kawan-kawan terus berusaha untuk tetap bertahan hidup dari bahaya yang mengancam kenormalan mereka. Mereka juga berusaha mencari cara agar semua orang di dunia kembali menjadi normal. Tapi apa itu akan berjalan lancar?

Disclaimer: [Naruto] by Masashi Kishimoto | [High School DxD] by Ichie Ishibumi.

This Story by Me

Genre: Horror, Mystery, Fantasy, Survival, and Comedy(?)(Maybe).

Pair: Naruto x Kaguya

Rated: M (For Save)

Warning: Alternative Universe, Magic-World, Future-World, OOC(s), OC(s)(mungkin), GaJe, PUEBI Salah, Penggunaan Kata Tidak Tepat, Typo(s), Miss-Typo(s), Alur Berantakan, And Many More.

Happy Reading, Minna-san~

Enjoy It~


Prologue


Chapter 1: Kemunculan Dari Makhluk Yang Tidak Pernah Terduga


.

.

.

Siang Hari, Stasiun Kereta, Tokyo, Jepang.

Mari kembali ke awal cerita, sebelum kejadian di atas terjadi ...

Naruto Namikaze. Itulah nama dari seorang pemuda pirang yang saat ini sedang berada di depan stasiun. Di samping kakinya ada sebuah koper berwarna hitam cukup besar. Dia merenggangkan kedua tangan nya untuk melemaskan tubuhnya yang kaku, setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang untuk sampai disini dari kediamannya.

Tidak ingin terlalu membuang waktu, dia pun berjalan menjauhi stasiun itu dan pergi mencari sebuah mobil taksi, tidak lupa menarik koper miliknya. Berjalan sambil memerhatikan daerah sekitar, dia pun bergumam sendiri, "Hmm, cukup lama aku tidak mampir kesini, sepertinya tidak ada yang berubah."

Terdiam tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk beberapa saat, pemuda itu langsung terkekeh pelan saat memimikirkan ucapannya barusan. "Yaah ... lagipula, apa lagi yang harus ditambahkan pada kota yang sudah sangat maju ini. Meskipun ada, itu juga tidak akan terlalu mencolok bagi orang-orang sekitar." gumamnya pelan pada dirinya sendiri.

Mata safir pemuda itu menatap gedung-gedung besar di kota Tokyo. Kota yang merupakan salah satu prefektur di negara Jepang, sekaligus ibukota dari negara itu sendiri. Kota ini yang berada di kepulauan Honshu, juga masuk sebagai kota termaju dan teraman di dunia. Selain itu, kota Tokyo yang memiliki nama resmi Metropolis Tokyo, juga merupakan tempat bertahtanya Kaisar Jepang, pemerintahan Jepang, serta parlemen Jepang.

Mata pemuda itu yang melihat sebuah mobil taksi sedang bergerak kearah jalan di sampingnya, langsung membawa kakinya untuk bergerak ke tepi jalan sambil merentangkan dan menggerakkan tangan kanannya. Supir taksi yang sepertinya mengerti, langsung mendekatkan mobil nya kearah remaja laki-laki itu.

Setelah sampai disampingnya, Naruto langsung masuk kedalam taksi itu dengan koper miliknya.

"Tujuan Anda, Tuan?" tanya sang supir, sambil melihat penumpangnya lewat kaca kecil di atasnya.

"Akademi Tokyo." jawab Naruto singkat.

Tanpa bertanya lebih lanjut, sang supir langsung menancap gas untuk segera pergi ke tempat yang menjadi tujuan dari penumpangnya.

"Apa sekarang Anda sedang belajar menjadi ahli sihir?" tanya supir itu. Matanya tidak lepas dari jalanan kota Tokyo.

"A-ah ya, begitulah." jawab Naruto. "Hm, mungkin kita tidak usah terlalu formal. Lagipula, disini Paman yang lebih tua kan?" ucapnya sambil tersenyum kearah pria di depannya yang kira-kira berumur sekitar 30-an.

"Haha. Jarang sekali ada remaja yang berkata sepertimu, Nak." Pria itu tertawa kecil menaggapi ucapan penumpangnya yang berumur lebih muda darinya itu. "Kebanyakan remaja sekarang mungkin lebih memilih untuk di hormati oleh orang lain, tapi kau berbeda dari mereka."

"A-ah, begitu ya?"

Si supir mengangguk sekali. "Apa ini tahun pertamamu di Akademi Tokyo?" tanyanya. Dia membelokkan setir mobil kearah kiri saat melihat ada sebuah perempatan jalan, sehingga membuat mobil itu berbelok kearah yang sama dari gerakan setir mobil.

Pemuda pirang itu menggeleng, kemudian berkata, "Tidak, ini tahun kedua ku di Akademi Tokyo sebenarnya."

Pria itupun mengangguk paham. Setelah itu, sang supir pun fokus kearah jalanan kota, agar tidak salah mengambil rute yang menuju Akademi Tokyo. Dia menjalankan mobil taksi itu santai, agar membuat penumpangnya merasa nyaman dengan pelayanan yang dia berikan.

Naruto sendiri memandang kearah luar kaca mobil. Pemuda Namikaze itu melihat banyak bangunan yang menjulang tinggi, suatu hal yang biasa jika kau memang berasal dari kota ini. Begitupula pada Naruto yang memang sudah biasa melihat bangunan yang bernama gedung itu. Tentu saja itu berlaku beda pada orang yang memang belum pernah ke kota besar sekalipun.

Di perjalanan menuju Akademi, Naruto melihat banyak orang-orang yang menciptakan sesuatu seperti lingkaran aneh dengan warna yang berbeda. Tentu saja Naruto tidak terlalu kaget, dia memang tahu apa itu. Namanya lingkaran sihir, suatu garis-garis magis yang diciptakan menggunakan Mana. Mana sendiri merupakan suatu energi magis yang berada di dalam tubuh setiap makhluk hidup. Meskipun di beberapa kasus, ada juga suatu benda yang memiliki Mana.

Dengan lingkaran sihir atau yang biasa disebut sebagai Magic Circle, orang-orang bisa melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan Sihir. Seperti menciptakan unsur alam, menguatkan tubuh, dan masih banyak lagi.

Meskipun di zaman yang serba modern ini, orang-orang memang masih sering melakukan sesuatu dengan menggunakan sihir. Entah itu untuk pekerjaan atau cuma sebagai hiburan. Tidak peduli kalau itu anak-anak ataupun orang dewasa, semua menggunakan sihir.

Naruto sendiri hanya terkekeh pelan memikirkan semua hal itu. "Meskipun dunia sudah berada pada masa modern, menusia memang tidak bisa lepas dari yang namanya sihir, ya?" gumam pemuda Namikaze itu dengan pelan.

Setelah itu, mobil taksi yang ditumpangi Naruto Namikaze pun, terus melaju dengan tenang menuju Akademi Tokyo.

.

.

...[A–H–?]...

.

.

Pagi hari, Asrama Laki-laki, Akademi Tokyo.

Sudah dua hari seorang Naruto Namikaze berada di Akademi Tokyo dan hari ini merupakan awal dari tahun pelajaran dimulai. Kenapa baru sekarang? Karena satu minggu yang lalu digunakan pihak sekolah untuk mengadakan acara MPLS para murid tahun pertama. Dan sudah dijelaskan di awal, bahwa Naruto sendiri sekarang berada di tahun ajaran kedua Akademi Tokyo.

Seperti yang sudah diketahui, bahwa sekarang ini dunia sudah mencapai tahap puncaknya. Tahap dimana seluruh dunia sudah berkembang menjadi negara modern. Tidak hanya berfokus pada alat-alat canggih saja, para manusia juga mulai mengembangkan inovasi untuk menggabungkan antara Energi Sihir atau Mana dengan alat-alat modern.

Sihir sendiri memang warisan dari Nenek Moyang manusia. Sudah sangat lama sihir diturunkan dari generasi ke generasi, sampai saat ini. Bahkan puluhan tahun yang lalu, negara-negara besar menciptakan sekolah khusus bagi orang-orang yang berminat pada sihir. Dan salah satunya adalah Akademi Tokyo.

Akademi Tokyo merupakan salah satu Akademi sihir terbesar sekaligus terkenal di dunia. Banyak orang yang ingin sekali bersekolah disitu, tapi tentu saja seleksi untuk masuk Akademi ini sangatlah ketat, sehingga tidak mungkin sembarang orang yang bisa masuk Akademi ini.

Baiklah, mungkin sudah cukup tentang perkenalan akan sejarah yang ada di dunia. Mari kita kembali fokus pada cerita ini.

Naruto saat ini sudah memakai pakaian lengkap khas Akademi Tokyo. Sebuah kemeja putih yang dibalut oleh blazer warna hitam juga celana panjang hitam. Di bagian dada kiri blazer terdapat lambang dari Akademi Tokyo, juga garis-garis putih yang menghiasi blazer di beberapa bagian. Lalu sebuah dasi berwarna merah yang melilit lehernya dengan sempurna. Tidak lupa sepatu berwarna hitam mengkilat terlihat pas dikedua kakinya.

Pemuda itu melihat sebentar penampilannya di cermin lemari, kemudian mengangguk mantap. "Yosh, saatnya berangkat." ucapnya dengan semangat. Setelah itu, Namikaze muda itu pun berjalan keluar kamar miliknya.

.

.

.

Naruto saat ini sedang berjalan di lorong Akademi. Suara telapak kakinya tidak terdengar karena memang di lorong itu sedang banyak murid dari semua tahun ajaran Akademi, dan tentu saja sangat ramai.

Pemuda itu berjalan dengan santai, sampai perhatiannya teralihkan pada kerumunan yang ada di depan gerbang Akademi Tokyo. "Ada apa itu?" Karena Naruto sudah di kuasai oleh ke-ingintahu-annya, ia pun berjalan kearah kerumunan itu.

Saat sudah dekat, mata safirnya tidak sengaja melihat sesosok gadis berambut silver panjang, tengah baru saja keluar dari kerumunan. Si remaja pirang itu pun menyapa gadis tadi. "Yo, Kaguya."

Nama perempuan yang dipanggil Naruto tadi adalah Kaguya Ootsutsuki. Mereka berdua memang sudah saling mengenal sejak kecil, berkat hubungan dari orang tua mereka. Bahkan sebenarnya, mereka berdua sudah di tunangkan sejak berumur 15 tahun, jadi tidak mengherankan kalau mereka selalu bersikap seperti sepasang kekasih. Meskipun memang tidak salah kalau ada yang kaget jika melihat kedekatan mereka berdua, karena pertunangan itu sendiri masih dirahasiakan oleh keluarga besar Namikaze dan Ootsutsuki. Mungkin yang tahu kalau mereka sudah bertunagan hanya beberapa keluarga besar saja.

Gadis tadi yang mendengar ada yang memanggil namanya, langsung menoleh kesamping kirinya dan dapat dia lihat seorang remaja laki-laki yang sangat di kenalinya sedari kecil. "Oh, Naruto-kun. Ada apa?" ucap Kaguya saat Naruto sudah ada di sampingnya.

Naruto menggeleng. "Bukan apa-apa ... " matanya memandang kerumunan orang-orang disitu " ... apa yang sebenarnya terjadi disini?" Dia bertanya dengan mata yang masih fokus pada objek didepannya.

Kaguya juga mengalihkan pandangannya ketempat yang sama, seperti yang sedang Naruto tatap. "Tadi ada orang aneh yang membuat kekacauan di sini."

Naruto menatap Kaguya dengan sebelah alis terangkat, kemudian bergumam, "Orang aneh?"

Kaguya melirik sekilas pemuda yang menjadi tunangannya itu, kemudian mengangguk. "Benar. Kalau kulihat dari pakaiannya ... sepertinya dia seperti preman jalanan-lah." ucapnya masih menatap kerumunan didepannya yang sudah mulai membubarkan diri.

Naruto dan Kaguya yang sudah tidak melihat satu orang pun lagi didepan gerbang, mulai membalikkan tubuh mereka dan berjalan menuju bangunan gedung Akademi. Keduanya terus berjalan dengan tenang, mengabaikan beberapa pasang mata yang menatap kagum pada dua orang yang memiliki beda gender itu.

Naruto tampak berpikir, kemudian bertanya, "Memangnya apa yang dilakukan orang itu?" Dia menatap wajah cantik milik si gadis berambut silver.

Kaguya mengangkat kedua bahunya. Mata amesthist miliknya tetap memandang kedepan, menghiraukan pemuda disampingnya yang menatap dirinya dengan penuh tanda tanya. Sedangkan Naruto tetap terus memandang wajah gadis itu untuk beberapa saat.

Gadis Ootsutsuki itu menatap sebal pada si Namikaze muda, karena si remaja pirang yang terus menatapnya dengan pandangan bertanya. Ya, Kaguya paham, kalau Naruto sudah ingin mengetahui sesuatu, pasti si pirang itu akan melakukan apapun agar rasa ke-ingintahu-annya terpenuhi. Seperti tadi contohnya.

Kaguya menghela nafas pasrah, menyerah akan kegigihan dari tunangannya itu. Dia menatap Naruto yang berjalan disampingnya. "Sebenarnya aku tidak terlalu paham, tapi kata murid-murid yang melihat kejadian itu bilang, bahwa orang aneh yang sepertinya preman itu menggigit dua murid Akademi ini, yang masing-masing merupakan murid tahun kedua dan ketiga." ucapnya masih menatap wajah pemuda itu, yang memiliki tiga kumis kucing di masing-masing pipinya. Entah mengapa, si gadis Ootsutsuki merasa gemas saat melihat tanda lahir milik si pirang.

Naruto berpikir sejenak dengan tangan kanannya memegang dagu miliknya. "Apa mungkin preman itu sedang mabuk?" tanyanya pada Kaguya.

Keduanya berbelok kearah kanan, masuk kedalam pintu yang menuju bagian dalam gedung.

Kaguya menggeleng pelan, kemudian berkata, "Aku tidak tahu. Saat aku sampai, orang itu sudah diamankan oleh warga sekitar." Si Namikaze muda yang mendengar itu hanya mengangguk beberapa kali.

Naruto dan Kaguya yang kadang berseberangan dengan guru saat berjalan, membungkuk kan badannya sedikit kearah sang guru sebagai tanda untuk menghormatinya.

"Lalu, bagaimana dengan keadaan dua murid yang digigit?" tanya Naruto sangat penasaran. Mereka berdua saat ini sedang berhenti di pertigaan lorong dalam Akademi. Pemuda itu bersandar pada dinding dibelakangnya dengan tangan yang dilipat didepan dadanya. Kelopak matanya tertutup, membuat kedua mata safir seindah langit itu tidak terlihat. Sementara Kaguya, dia hanya berdiri di depan Naruto sambil sesekali melirik beberapa murid yang lewat disamping keduanya.

"Karena mereka berdua pikir itu hanya luka ringan, jadi keduanya hanya meminta izin ke UKS saja." ucap si gadis berambut perak dengan tenang. Matanya melirik jam kecil di tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 07.48.

"Sudahlah, cepat pergi ke kelasmu. Pelajaran akan dimulai sebentar lagi." ucap Kaguya. Mata amesthist miliknya menatap tajam Naruto yang malah terkekeh pelan.

Remaja laki-laki itu yang sadar bahwa tunangannya sedang menatap tajam dirinya, hanya menggaruk belakang kepalanya sambil tertawa garing. "Ha'i ha'i Kaichou-sama." ucap Naruto. Dia tertawa kecil saat melihat raut wajah tidak suka milik Kaguya saat ia panggil dengan sebutan Ketua.

Ya, Kaguya merupakan Ketua OSIS di Akademi Tokyo ini. Meskipun sebenarnya yang harus memegang jabatan itu adalah Naruto, tapi karena dia tidak suka dengan hal-hal seperti itu, jadinya si pemuda pirang langsung mengundurkan diri dari pencalonan ketua OSIS.

"Jangan memanggilku begitu. Seharusnya itu kan tugasmu, Naruto-kun." Kaguya berucap dengan nada yang terdengar sebal. Matanya tertutup dengan alis yang bergerak-gerak terus, sementara kedua tangannya terlipat di bawah dadanya.

"Oh ayolah, Kaguya. Kau tahu kan kalau aku malas jika melakukan sesuatu seperti itu." Naruto hanya menghela nafas saat dia kembali mendapatkan tatapan tajam dari gadis yang saat ini sedang berada di depannya. Matanya melirik kearah lain sambil bergumam, "Lagipula ada Sona yang membantumu. Dia itu Wakil Ketua OSIS kan?"

Kaguya menunjuk Naruto dengan jari telunjuk tangan kanannya, kemudian berucap, "Asal kau tahu, Naruto-kun. Kau pikir aku tidak kerepotan melakukan tugas-tugas Ketua OSIS, aku juga tidak mau selalu merepotkan Sona-chan. Seharusnya kan kau yang mengemban tugas ini." Kaguya menghela nafas lelah, saat memikirkan kembali tugas-tugas nya yang masih menumpuk cukup banyak di ruang OSIS.

Si Namikaze muda pun tersenyum kecil saat mendengar keluhan dari perempuan yang merupakan tunangan sekaligus kekasihnya itu. Tangan kanannya bergerak keatas dan mengelus surai perak milik gadis itu. "Baiklah, aku minta maaf, Kaguya. Maaf sudah membuatmu kerepotan karena aku yang tidak mau bertanggung jawab dengan amanah yang diberikan semua guru kepadaku." ucapnya sambil tersenyum lembut kearah Kaguya.

Sedangkan si gadis Ootsutsuki, entah mengapa merasakan kedua pipinya sedikit menghangat. Jarang sekali dia bisa melihat sifat gentle Naruto yang mau meminta maaf pada seorang gadis, bahkan kepada dirinya sekalipun.

Kaguya menggembungkan pipinya sambil memalingkan kepalanya ke samping kanan. "Sudahlah, pergi sana! Aku mau kembali keruang OSIS." ucapnya yang terkesan galak, karena dia memang sedang malu. Setelah itu, ia pun berjalan kearah lorong sebelah kanan, meniggalkan Naruto yang hanya terkekeh karena melihat tingkah dari gadis itu yang terkesan Tsundere. Menghela nafas senang, pemuda pirang itu kemudian berjalan kearah lorong sebelah kiri untuk pergi ketempat kelasnya berada.

.

.

...[A–H–?]...

.

.

Kelas 2-A

Naruto Namikaze saat ini sudah sampai di depan kelasnya. Tangan berkulit tan miliknya memegang knop pintu dan memutarnya pelan, sehingga membuat pintu itu terbuka. Dengan langkah pelan, kakinya bergerak kearah tempat duduknya yang ada di bagian pojok dekat jendela kelas yang mengarah keluar, mengabaikan beberapa pasang mata dari para gadis yang memandang dirinya dengan wajah yang bersemu merah.

Saat sudah sampai, dia hanya memandang datar kearah teman sebangkunya yang sudah tidur di atas meja mereka berdua. 'Baru hari pertama dan dia sudah melakukan rutinitas hariannya. Kau benar-benar pemalas, Shikamaru.' batin Naruto sweatdrop. Mencoba untuk tidak me-mermasalah-kannya, pemuda pirang itu pun duduk di kursi miliknya yang di bagian kiri.

Pemuda pirang itu melirik kesamping saat merasa ada yang mendekati mejanya. Dan dapat dia lihat seorang remaja laki-laki berambut raven dengan model chicken-butt. Mata onyx milik remaja tadi memandang si pirang dengan datar. Ya, Naruto kenal siapa pemuda itu. Namanya adalah Sasuke Uchiha, salah satu temannya semasa dia kecil. Bersama dengan Kaguya, ketiganya tumbuh bersama-sama dari semasa kanak-kanak sampai remaja.

"Ada apa, Teme?" Begitulah cara Naruto untuk memanggil temannya yang selalu memasang muka tembok dimana dan kapan saja.

"Hn. Kau ingat tentang berita jatuhnya sebuah meteor ke bumi dua minggu yang lalu?" tanya Sasuke. Matanya melirik sebentar pada Shikamaru yang tertidur di mejanya, kemudian kembali memandang Naruto.

Si Namikaze muda berpikir sejenak, kemudian berucap, "Hmm, maksudmu meteor yang jatuh di kepulauan Hokkaido, Jepang?" Sasuke mengangguk. Naruto kembali bertanya, "Lalu apa masalahnya?"

Pemuda Uchiha itu menghela nafas lelah, kemudian menarik sebuah kursi didekatnya dan ia gunakan untuk duduk. "Begini ... empat hari kemarin saat aku sudah berada di Akademi, aku merasakan pancaran energi yang sangat kuat dari arah pulau Hokkaido. Apa kau tidak merasakannya?" Dia berucap dengan heran. Sementara yang ditanya hanya mengeleng pelan sambil berucap, "Aku belum sampai disini waktu itu."

Si Namikaze muda tertawa geli saat melihat raut khawatir dari orang yang selalu memasang wajah datar itu. "Mungkin saja kan, itu akibat dari penelitian para ilmuan jepang. Kau kan tahu, kalau Pulau Hokkaido digunakan pemerintah sebagai pusat penelitian Negara kita. Entah itu tentang sihir ataupun alat-alat modern lainnya. Kita beruntung karena meteor yang jatuh sangat kecil, sehingga ke-rusakkan-nya tidak terlalu besar." ucap Naruto santai. Dia benar-benar tidak peduli dengan raut wajah khawatir dari temannya itu. Si pirang melanjukan, "Sudahlah ... tidak perlu khawatir, Sasuke."

Remaja berambut raven itu menghela nafas, yang kemudian merilekskan tubuhnya. "Hn. Kurasa kau benar." ucap Sasuke. Setelah itu, dia pun kembali ke meja miliknya. Naruto yang melihat itu hanya mengangkat kedua bahunya.

Beberapa menit berlalu, pelajaran pun dimulai. Naruto memerhatikan penjelasan dari gurunya dengan tenang. Ia juga sesekali mencatat sesuatu yang penting pada bukunya. Menit demi menit mulai berlalu, sampai pelajaran pun selesai.

"Baru hari pertama sudah diawali dengan pelajaran ... " Naruto bergumam pada dirinya sendiri " ... seharusnya kan ini hari tenang. Haahh." Mata safir pemuda itu melirik pada remaja di samping kanannya yang memiliki rambut seperti daun nanas.

"Dia ini mau sampai kapan sih tidur terus." gerutu si pirang. Dia tidak habis pikir dengan guru tadi, padahal sang guru tahu kalau Shikamaru sedang tidur tapi tidak dibangunkan. Yaah, Naruto paham kalau Shikamaru itu punya IQ diatas rata-rata, tapi tetap saja kan itu tidak adil bagi murid lainnya.

Menghela nafas pelan, Naruto pun menyangga kepalanya dengan tangan kirinya. Matanya melirik kearah luar jendela saat telinganya mendengar sebuah keributan yang berasal dari gerbang Akademi. Dan seketika, mata safir itu membulat sempurna saat melihat ada beberapa orang yang melewati gerbang Akademi dengan cara berjalan yang cukup aneh menurut Naruto. Tidak, dia bukan terkejut akan banyaknya orang yang ingin masuk ke Akademi, tapi yang paling membuatnya terkejut adalah salah satu dari mereka yang sedang menggigit penjaga gerbang Akademi pada bagian lehernya, bahkan sampai membuat orang yang digigit tadi menjadi pingsan. Setelah melihat itu, dia pun langsung paham dengan apa yang sedang terjadi.

Naruto pun langsung menggoyangkan bahu Shikamaru dengan keras, berharap agar si pemalas itu cepat bangun, dan tanpa menuggu lama hal itu terjadi juga. "Ada apa sih~ kau mengganggu tidurku." ucap remaja bernama lengkap Shikamaru Nara itu sambil menguap lebar. Dia memandang orang di sampingnya, kemudian melanjutkan bicaranya, "Ada apa, Naruto?"

"Dasar. Kau itu terlalu banyak bermalas-malas-an, Shikamaru ... " gerutu Naruto, yang kemudian dia lanjutkan, " ... lihatlah keluar! Kau pasti akan langsung mengerti apa yang sedang terjadi." Naruto bangkit dari kursinya kemudian berjalan kedepan kelas, dan hal itu pun langsung mendapat perhatian dari seluruh teman kelasnya.

Dengan perasaan malas, Shikamaru menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat sesuatu di luar. Dan betapa terkejutnya dia saat mengerti apa maksud dari ucapan teman pirangnya barusan. "O-oi Naruto. Mereka itu ..." Shikamaru bahkan sampai tergagap karena masih dalam keadaan syok.

"Ya, kau benar." jawabnya tanpa menoleh kebelakang, dengan suaranya terdengar sedikit menggeram. Dia tetap berjalan sampai tepat berada di depan semua teman kelasnya.

"Teman-teman cepat keluar dari sini. Saat ini kita benar-benar berada dalam masalah besar!" ucap pemuda pirang itu dengan suara yang sangat keras.

"Memangnya ada apa, Namikaze-kun?"

"Apa yang sedang terjadi, Naruto-san?"

"Apa terjadi sesuatu, Naruto-kun?"

"A—"

"KYAAAAA!"

Naruto menolehkan kepalanya saat mendengar teriakan dari ruang kelas lainnya. "Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Cepat keluar dan pergi sejauh mungkin dari Akademi ini!" teriak Naruto dengan lantang.

Braak!

Tiba-tiba pintu kelas mereka roboh dan menciptakan suara yang sangat keras. Dari balik pintu yang roboh, muncul seseorang dengan keadaan yang sangat menyeramkan. Mata orang itu berwarna putih tanpa adanya warna iris mata. Kulit orang itu berwarna putih dengan banyak bekas gigitan di beberapa tubuhnya. Bajunya sudah compang-camping memerlihatkan beberapa bercak darah yang sepertinya masih baru. Bahkan kepala orang itu terus mengeluarkan darah sampai membuatnya menetes diatas lantai.

"Grraaa!" Makhluk itu berjalan kearah Naruto dengan kedua tangan yang terangkat.

"Sepertinya terlambat, ya?" gumam remaja pirang itu pelan. Dengan segera Naruto berlari kearah makhluk didepannya dan langsung menyarangkan tendangan kaki kanannya yang sudah dia aliri Mana ke dada orang itu. Terdengar bunyi "Duaagh!" yang sangat keras, sebelum makhluk tadi terpental keluar kelas dan menabrak dinding cukup keras.

Duaarrr!

"Cepat keluar, teman-teman!"

Semua orang pun dengan segera berlari keluar kelas, hingga hanya menyisakan beberapa orang saja di kelas itu.

"Bagaimana sekarang, Dobe?" Naruto yang ditanya pun menolehkan kepalanya kearah Sasuke. "Entahlah, Teme." jawabnya, kemudian beralih pada Shikamaru. "Menurutmu ... apa yang harus kita lakukan, Shikamaru?" tanya si pemuda pirang kepada temannya yang memiliki rambut nanas.

Shikamaru menghela nafas kemudian berucap, "Menurutku, kita harus mencari tempat persembunyian sambil menyusun rencana untuk kedepannya."

"Dan dimana itu?"

Shikamaru berpikir sejenak, kemudian menatap orang-orang di dalam kelas yang berjumlah lima orang termasuk dirinya. "Kita harus ke atap Akademi." ucapnya mantap.

"Tunggu dulu, kenapa harus ke atap? Kenapa tidak langsung keluar dari Akademi?"

Shikamaru menatap malas pada seorang gadis berambut hitam panjang. Gadis itu memakai sebuah kacamata, yang bertengger manis di wajah cantiknya, sehingga menutupi iris matanya yang berwarna orange . Namanya adalah Tsubaki Shinra, salah satu murid perempuan pintar di Akademi Tokyo.

"U-Um, Shinra-san benar. K-Kenapa tidak pergi dari A-Akademi saja, Shikamaru-san?"

Pemuda berambut nanas itu kembali menoleh, kali ini pada seorang gadis berambut indigo panjang yang memiliki mata amesthist seperti mata milik Ketua OSIS Akademi Tokyo. Namanya adalah Hinata Hyuuga.

Shikamaru memandang secara bergantian pada Tsubaki dan Hinata, kemudian menghela nafas lelah. "Tadi 'kan sudah kubilang, kita harus mencari tempat persembunyian sekaligus menyusun rencana. Memangnya, dimana tempat disekitar sini yang sudah pasti aman? ... " si kuncir nanas menatap kedua gadis yang ada di dalam kelas mereka dengan tajam, kemudian ia melanjutkan, " ... lagipula, apa kalian berdua tahu makhluk apa tadi?" Shikamaru masih belum melepaskan pandangannya dari kedua gadis itu.

Tsubaki dan Hinata saling berpandangan sejenak, kemudian kembali menatap Shikamaru. Keduanya pun menggeleng secara bersamaan. Ketiga laki-laki disitu pun menepuk jidat mereka sendiri-sendiri secara bersamaan.

"Ya ampun ... " Naruto menggaruk belakang kepalanya " ... makhluk itu sebenarnya adalah Zombie." ucapnya pada kedua gadis itu. Dia menatap "mayat" yang ada di depan kelas mereka. Mata safirnya sedikit menajam saat melihat tubuh makhluk itu sedikit bergerak.

"Zombie?! Itu hanya ada di dalam film. Tidak mungkin makhluk seperti itu ada di dunia nyata!" bantah Tsubaki. Dia tidak mungkin percaya pada hal seperti itu.

Sasuke menatap waspada pada tubuh Zombie yang tadi di serang Naruto, kini sudah kembali berdiri. Dia yang sedari tadi diam mulai kembali berbicara, "Kalau begitu, bukalah matamu dan lihat apa yang saat ini ada di depan kita." Mulut pemuda raven itu mulai merapalkan mantra untuk mengaktifkan sihirnya.

Shikamaru yang melihat Zombie tadi kembali bangkit hanya mendecih pelan. Sedangkan kedua gadis itu menatap terkejut pada sebuah tubuh dihadapan mereka.

Zombie itu pun berlari kearah Naruto dan kawan-kawan dengan mulut yang terbuka lebar, siap menggigit manusia di depannya agar bisa menjadi salah satu dari dirinya. "Grraaah!"

"[Element Magic, Fire: Fire Ball]"

Blaaarr

Tubuh Zombie itu pun jatuh tertelungkup di atas lantai dengan keadaan hangus setelah terkena serangan sihir api milik Sasuke. "A-Apa berhasil?" tanya Hinata.

"Kurasa belum." ucap Shikamaru saat melihat sedikit pergerakan jari milik Zombie itu.

Naruto menjentikkan jarinya dan seketika muncul enam lingkaran sihir di atas tubuh si Zombie. Dari lingkaran sihir yang diciptakan si pemuda pirang, muncul masing-masing sebuah pedang dan langsung menghujam tubuh itu tanpa ampun. Tubuh Zombie itupun "terpaku" di atas lantai kelas dengan darah yang mulai merembes keluar dari luka yang dimilikinya.

"Wah wah ... aku tidak menyangka, dia masih bisa hidup setelah tubuhnya kuserang tepat pada titik vitalnya." ucap Naruto dengan senang saat melihat tubuh Zombie itu masih tetap bergerak, walaupun sudah menerima serangan berkali-kali.

"Ini bukan waktunya untuk kagum, Naruto-san!" bentak Tsubaki pada pemuda Namikaze itu. Naruto yang mendengar itu tertawa pelan sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya.

"Tsubaki benar, Naruto." ucap Shikamaru serius. Matanya menatap tubuh Zombie didepannya yang masih "bergerak", kemudian menatap satu persatu orang-orang yang ada disitu. "Kita harus cepat ke atap, tidak perlu membuang-buang waktu. Jangan lupa beritahu yang lainnya untuk ke atap juga, jika masih ada yang selamat."

Kelima orang yang berbeda gender itu mengangguk satu sama lain, kemudian mulai berlari keluar kelas mereka untuk menuju atap Akademi Tokyo.

"Ayo pergi!"

"Ha'i!"

Awal dari segala mimpi buruk, dimulai!

.

.

.

.

.

To Be Continued


Penjelasan singkat sihir di fic ini.

Magic Maker. Sihir yang dapat digunakan untuk menciptakan segala sesuatu, tapi tidak termasuk makhluk hidup.

Element Magic. Sihir untuk menciptakan segala unsur alam yang ada di bumi.

Body Magic. Sihir yang di khususkan untuk memperkuat tubuh pengguna.

Teleportation Magic. Sihir yang digunakan untuk mengendalikan ruang dan waktu.

Healing Magic. Sihir yang di khususkan untuk penyembuhan, baik untuk diri pengguna ataupun orang lain.

Forbidden Magic. Sihir yang dapat melakukan hal-hal diluar akal sehat manusia.


[A/N]:

Haloha! Saya kembali dengan fic baru!

Kali ini aku mencoba cerita dengan genre Horor dan Misteri, meskipun dengan penambahan unsur-unsur sihir sih. Yahh ... sebenarnya genre ini bukanlah keahlianku. Aku lebih suka jika membuat fic comedy sih, meskipun nantinya tidak lucu juga *wkwkwk XD*. Tapi ... aku juga ingin mengasah tehknik menulisku dalam bidang misteri, siapa tahu nantinya cocok kan?!

Oke, di fic ini sihir nya aku buat lebih simpel dari fic ku yang TGMS, karena ini juga cuma crossover sama DxD kagak terlalu luas, mungkin karakternya nanti juga cuma dikit dan semakin dikit hingga habis deh *#Plak*. Abaikan saja yang tadi. Oh iya, disini sudah kelihatan jelas ya walaupun tidak kutulis secara langsung, bahwa Naruto punya sihir Magic Maker. Dan sihirnya nanti aku akan pakai milik King of Heroes, Gilgamesh.

Lalu untuk Zombie nya, bisa lihat kan kalau Zombie itu kagak mudah mati. Udah diserang berkali-kali tapi tetep juga hidup. Kira-kira apa kelemahannya? Coba tebak deh di kolom Review ya...aku pengen tahu apa jawaban kalian *heheheh—uhuk uhuk! #Plak*.

Oke segitu aja dulu dari saya. Sampai jumpa di Chapter selanjutnya. Ciao!

.

.

.

Please favorite and follow me..!

Give me a Review..?


Tolong berikan saya kritik, saran, dan dukungan yang baik, agar saya bisa memerbaiki cerita ini untuk kedepan nya.

Jika ada kesalahan penulisan, kata yang kurang/hilang dan tanda baca yang salah, saya mohon maaf.

Jika readers-san ingin bertanya atau ingin menyalurkan ide, kalian boleh kok coret-coret di kolom Review asalkan menggunakan kata-kata yang baik, dan di Chapter selanjutnya akan saya usahakan untuk menjawabnya.


Tertanda. [FI. AkaRyuu666]. (18-4-2020).