Jakarta, 9 April 2039

Markas Tentara Nasional Angkatan Darat Indonesia


"Kalian semua! Cepat bergerak atau aku akan membuat kalian mengelilingi lapangan ini 20 kali!"

"Siap Pak!"

Salah satu rutinitas yang tidak pernah terlewat menjadi seorang prajurit adalah latihan dan latihan setiap harinya.

Disini di Komando Daerah Militer Jayakarta, Seorang Prajurit dengan Pangkat Prajurit Satu/Pratu menjalani rutinitasnya yang biasa tanpa ada hal yang menarik.

Namanya adalah, Andika Pratama Suwandi atau orang-orang biasa memanggilnya dengan Andika.

"Hah... Hah... Capek"

Setelah selesai pelatihan rutin, ia berteduh sebentar dibawah pohon sambil mengembalikan tenaga nya yang terkuras habis.

'Kalau begini terus, aku bisa mati'

Pikirnya saat membayangkan rutinitas latihan yang tiap hari harus dijalani.

Yah walaupun sebenarnya dibandingkan dengan yang ia alami saat masa rekrutmen, ini masih dikatakan mudah

Umurku saat ini 27 tahun dan sudah genap 6 tahun aku menjadi prajurit TNI.

Sejujurnya aku tidak mau bergabung menjadi tentara, namun semenjak Undang-Undang Wajib Militer kembali di perbaharui, semua yang berusia 18 hingga 35 tahun wajib melayani negara sebagai prajurit setidaknya 5/8 tahun.

'Tinggal dua tahun lagi dan aku cabut dari sini'

Belakangan ini banyak hal yang aneh terjadi di negara ini dimulai dari huru-hara soal pandemi, ribut soal pemilu dan banyak lagi yang aku tidak bisa ingat lagi.

'Apa tidak ada hal yang menarik yang bisa terjadi?'

Aku mendesah saat memikirkan hal-hal yang mustahil, misalnya perang melawan monster atau sejenisnya.

Aku kembali membayangkan diriku sebagai protagonis di sebuah game RPG.

'Man! Pasti keren kalau itu beneran'

(Semua Personel, diharapkan kembali ke Barak dan tunggu instruksi selanjutnya)

'Hm? kok tumben ada briefing?'

Aku berjalan kearah barak dimana ku lihat beragam prajurit dari divisi berbeda sedang sibuk akan sesuatu. Mereka kelihatannya akan melakukan sesuatu, tapi apa?

Latihan tempur di tengah kota?

'Heh... Paling mau sok-sokan di depan publik'

Aku tertawa kecil memikirkan ekspresi Prajurit-prajurit ketika di sorak-soraki oleh banyak warga saat parade militer 17 Agustus tahun kemarin.

"Kalian semua, cepat bergerak!"

'hm?'

Apa perasaanku saja yang mengatakan kalau mereka semua membawa senjata api sungguhan?

Normalnya saat patroli ataupun saat pengawalan ke Istana Negara, para prajurit hanya diberikan airsoft demi menghindari kejadian-kejadian tak terduga.

Tapi entahlah

Saat aku di barak, Sersan yang memimpin unit kami berdiri di depan pintu masuk barak. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, yang jelas aku harus bergerak cepat dan bersiap sebelum dia memakiku dengan kasar.

Di Unit, aku berperan sebagai Rifleman yang jika di imajinasikan sebagai formasi tempur aku berada di garis terdepan dengan Gunner dan Machine Gunner.

Saat squad selesai bersiap-siap, kami berkumpul di depan barak dengan pakaian tempur BDU lengkap.

"Bagus kalian semua sudah selesai. Dengar, saat ini ada situasi genting yang terjadi di dekat Monas"

"Laporan mengatakan kalau ada semacam fenomena aneh yang terjadi, demi mencegah situasi terburuk seperti kejadian 21/22 Mei. Kita di terjunkan sebagai garda terdepan, Sebaiknya kalian cepat ambil senjata kalian dan cepatlah naik ke truk jika kalian selesai"

Aku tidak tahu sebenarnya ada apa, yah setidaknya ini lebih baik daripada terdiam tanpa melakukan sesuatu di markas.

Beberapa menit kemudian kami tiba di lokasi, dan cukup mengejutkan ku ketika melihat banyaknya reporter dan orang-orang yang panik akan sesuatu.

"SEMUANYA BERKUMPUL!"

'... Ada apa?'

"Dengar kalian! Pihak kepolisian melaporkan ada penyerangan teroris skala besar di Monas. Kita tidak tahu apa dan bagaimana cara mereka melakukannya yang jelas aku ingin kalian bersama dengan Detasemen Anti Teroris menyisir dan memukul mundur musuh secepatnya. Apa kalian jelas?!"

"""""Ya pak!"""""

Situasi disekitarku sangat kacau, imajinasiku semakin liar ketika tim kami berjalan melewati beberapa korban luka yang tidak sedikit diantaranya adalah anak-anak.

'Kenapa ini terjadi?'

Saat kami bertemu dengan Detasemen Anti Terorisme, tim kami mulai membentuk formasi bersiap menyerang balik.

"Kobra 14, Kobra 14. Disini Infanteri 7, kami sudah di loksi bersama dengan tim 88. Bagaimana situasinya? Over"

Letnan di tim kami melaporkan situasi pada tim Kobra yang kemungkinan besar merupakan tim Helikopter Penyerang.

'Kalau sampai mengerahkan heli, tidak mungkin ini cuma serangan teroris'

Aku mulai berpikir kalau ini merupakan invasi militer, tapi bagaimana caranya negara lain menyusup sampai jauh kesini?

Tak lama, sepasang Helikopter AH-64 terbang mengelilingi sekitaran Monas dengan helikopter berita dari CNN mengikuti dari ketinggian.

(Kobra ke Infanteri 7. Kami melihat ada ribuan musuh bersiap di depan kalian, oh my god. Infanteri 7! Musuh dalam jumlah besar datang! Graah!)

Aku membeku ketika melihat helikopter penyerang meledak di udara oleh serangan semacam rudal udara.

'Apa itu?'

Saat aku melihat dengan baik apa itu yang mengarah kearah kami, aku langsung berlari menjauh.

"SEMUANYA LARI!!"

Teriakku pada tim

Saat mereka menyadari serangan itu, tim langsung berpencar.

Ledakan besar pun menghantam tempat kami berkumpul tadi.

'Serangan itu... Tidak salah lagi, itu bola api!"

"Gyaaah!"

"Menjauh dariku!"

"Aaah!"

Teriakan keras disekitar ku membuatku langsung siaga namun aku tidak siap akan apa yang ada di depanku atau lebih tepatnya aku tidak pernah menduga Makhluk apa yang ada di hadapanku.

'I...Itu...'

'Orc!'

"Gra? Gaaa!!"

'Sialan!'

Orc itu menyadari aku ada disini

Orc. Makhluk raksasa yang bisa mencapai tinggi hingga 7 meter dengan karakteristik hampir mirip dengan goblin dengan brutal membunuh semua tim ku bahkan mereka tidak pandang bulu pada warga tak bersenjata yang ada disekitar.

"Bangsat kau!"

Rasa marahku tak tertahankan ketika melihat kebrutalan yang ada di depanku.

"MATI KAU!"

Aku terus menembakkan semua peluruku

Clik

"Ah!"

Peluruku habis sepenuhnya tapi makhluk ini masih bisa berdiri!

"Grrrhh!"

'Sialan!'

Orc itu langsung berlari kearahku dengan kayu besar. aku berhasil mengelak dari serangan itu namun aku terlalu cepat lengah

"Kah!"

Tulang belakangku dipukul oleh sesuatu dan saat aku bisa melihat siapa yang menyerangku, rasa kagetku tidak berhenti.

'... Ma...nusia?'

Kesadaranku langsung hilang sesaat setelah serangan benda tumpul berikutnya menghantamku.

'Sialan'


"Ugh!"

Pukulan, hal itu yang kurasakan

Bahasa yang tak ku kenali

"Ughk!"

Kali ini wajahku kembali di pukul sangat kuat membuatku tersadar seketika.

'Di...Dimana aku?'

Ruangan gelap sangat gelap dengan aroma busuk menusuk ke hidungku.

Suara dengan bahasa yang tak pernah ku dengar

Bam

"Kah!"

Kali ini pukulan itu sangat kuat sekali hingga aku bisa merasakan kalau tulangku retak.

"Siapa kalian!"

Aku membentak siapapun itu yang memukulku.

Bam

Wajahku kembali di pukul dengan keras

Butuh beberapa saat untukku bisa terbiasa dengan cahaya redup di ruangan ini

Saat pukulan berikutnya yang kusiapkan tak kunjung datang, aku berusaha menggerakkan tubuhku namun aku tidak bisa bergerak.

'Rantai?'

Kedua tangan dan kakiku di rantai ke dinding membuatku seolah-olah seorang tahanan di penjara terburuk yang ada.

'Dimana aku?'

Saat mataku sepenuhnya bisa melihat di kegelapan ruangan ini, seseorang yang tak ku ketahui masuk ke ruangan penjara ini dengan suara kunci yang nyaring menggema di seluruh tempat.

'Apa yang dia katakan?'

Pikirku lagi ketika orang ini berbicara dengan bahasa asing.

"Tolong jangan!"

"Kumohon!"

Aku dapat mendengar beberapa teriakan dengan bahasa Indonesia.

'Apa kami tahanan?'

Pikirku lagi

'Sebaiknya aku menunggu kesempatan'

Teriakan demi teriakan dapat ku dengar dan aku hanya bisa diam menunggu walau suara teriakan itu sangat membuatku terganggu.

Salah satu orang itu mendatangiku dan dengan cara paksa ia melepaskan rantai yang mengikatku.

"Chance!"

Aku langsung memukul kepala pria itu dan dengan cepat aku mengambil pisau yang ada di pinggang pria itu.

Stab

Pisau itu langsung aku tusukan tepat ke tubuhnya. Untuk sesaat aku sedikit kesulitan berdiri dan saat aku berhasil mengendalikan tubuhku, aku langsung bergerak cepat mencari jalan keluar.

Disela aku berlari keluar, aku membuka beberapa penjara dan membebaskan tahanan yang bernasib sama sepertiku.

"Jangan ribut, kita akan keluar dari sini"

Ucapku sambil menenangkan para tahanan yang terdiri dari para wanita.

"Terima kasih banyak!"

"Jika kami boleh tahu, kamu siapa?"

Aku mengecek situasi sebentar sebelum menjawab pertanyaannya.

"Namaku, Andika Pratama. Aku TNI pangkat Pratu"

Mendengar jawabanku mereka langsung menangis bahagia.

"Kalian tunggu sebentar disini. Aku akan mencari jalan keluar"

Sebelum aku pergi, lengan bajuku militerku yang robek ditarik oleh salah satu tahanan dengan ekspresi wajah penuh ketakutan.

"K..Kau tidak akan meninggalkan kami kan?"

Melihat mereka yang khawatir seperti itu membuatku sedikit bangga menjadi prajurit yang terlatih.

Smile "Jangan takut, aku pasti kembali"

Mereka langsung tersenyum lega saat mendengar jawabanku.

'Nah, sekarang'

Aku berusaha sebaik mungkin menyelinap tanpa menimbulkan keributan apapun. Dari situasi sekitar, nampaknya ini adalah penjara bawah tanah dan pintu masuk atau pintu keluar hanya ada satu akses.

Pintu itu pun di jaga oleh dua orang dengan baju besi seperti prajurit abad pertengahan.

'Kalau dugaanku benar. Seharusnya mereka bisa aku kalahkan dengan mudah'

'Apa aku harus nekat?'

Apa boleh buat

"Ah! Awas"

Salah satu dari penjaga itu langsung berteriak ketika melihatku bergerak cepat.

'Jangan remehkan aku'

Mereka berusaha membunuhku dengan ayunan pedang yang bahkan sangat mudah ku tebak. Mengandalkan kemampuan bela diri dari pelatihan, aku dengan mudah mengalahkan mereka berdua dengan tangan kosong.

"Sebaiknya aku pakai senjata mereka"

Aku jujur sangat tidak suka dengan hal ini, tapi apa boleh buat senjataku hilang entah kemana dan satu-satunya yang ku punya cuma stiker anime yang ada di saku celanaku.

'Kalau tahu bakal gini jadinya, aku mending beli pisau kecil itu dari online'

Aku sedikit menyesalkan sikapku dulu.

'hm?'

Aku mengintip dari pintu melihat apakah ada musuh atau apapun disekitar. Suasana saat ini malam, dan aku tidak melihat adanya penerangan lampu listrik di manapun membuat dugaan ku mengenai ini adalah dunia lain cukup kuat.

'Siapa sangka kalau aku berakhir di genre isekai'

Aku sedikit melawak ditengah situasi ku yang suram.

'Ah, kereta tarik ya? nampaknya berguna untuk lari dari sini'

Sesaat setelah aku mengecek kembali situasi sekitarku, aku langsung kembali ke ruang bawah tanah menggiring para tahanan ke kereta itu.

"Baiklah, sekarang tinggal pergi..."

Setelah semua tahanan berhasil masuk kedalam kereta, aku menjalankan kereta ini dengan pelan-pelan berusaha menghindari setiap penjaga yang sadar ada yang aneh.

'Untung mereka tidak punya sensor alarm atau sejenisnya'

Aku berhasil menjalankan kereta keluar dari wilayah itu. Untuk saat ini aku tidak punya tujuan akan kemana, mengingat aku saat ini di entah dimana.

'Kira-kira aku bisa pulang gak ya?'

Aku hanya bisa berharap ada bala bantuan yang sampai kesini.

Malam berlalu begitu saja, Prajurit Satu Andika terus menjalankan kereta tanpa henti menjauh dari tempat ia di tahan tadi sambil berharap jika para musuh tidak akan mengejar mereka sejauh ini.


Hingga pagi pun tiba

"Oh? Sudah pagi ya? berarti aku sudah cukup jauh dari mereka"

Ucap Andika dengan senyuman saat melihat sinar matahari pagi.

"Ok, sebaiknya aku mencari sesuatu"

Andika, sebagai seorang prajurit terlatih dalam medan sulit seperti hutan dan wilayah kering, bertahan hidup bukanlah hal yang sulit baginya.

Indonesia merupakan negara dengan hutan yang sangat luas serta medan yang cukup ekstrim sehingga kemampuan bertahan hidup para prajurit sangat ditekankan untuk mengantisipasi pertempuran di segala skenario.

Hal pertama yang harus dilakukan para prajurit adalah mencari sumber air karena air merupakan hal paling penting dalam bertahan hidup. Beruntung dalam perjalanan ini, ia menemukan sungai yang sangat bersih dan jernih bahkan dapat langsung di minum.

Sekarang yang ia perlukan adalah makanan, melihat tidak ada tumbuhan yang ia kenali disini, Andika memilih berburu hewan demi menghindari memakan tumbuhan beracun.

"Phew! Akhirnya selesai"

Andika menghela nafas lega ketika ia selesai berburu hewan untuk di makanan dan tentu saja ia tidak mungkin akan memakan daging begitu saja tanpa di masak.

Mengandalkan semua pelatihan yang ia ingat, Andika membuat api unggun dan memasak daging itu diatas batu panas.

"Akhirnya selesai"

"Sebaiknya aku membangunkan mereka"

Dengan begitu Andika membangunkan mereka semua yang tertidur di dalam kereta. Saat melihat ekspresi ragu di wajah mereka, Andika hanya bisa tersenyum sambil menyakinkan pada mereka bahwa ia tidak berniat melakukan apapun pada mereka, malah ia ingin mencari jalan pulang kerumahnya bersama dengan mereka semua.

Suasana makan pagi pun terasa ringan ketika melihat Andika tertawa puas saat berhasil menangkap ikan di pinggir sungai.

Siang itu, perjalanan kembali di lanjutkan. Saat ini, Andika hanya mengikuti arah instingnya pergi.

'Jika begini terus, kami akan tersesat'

Pikirnya sambil mengemudikan kereta.

Saat ia terus mengemudikan kereta, sesuatu di kejauhan membuatnya sedikit waspada.

'Apa itu? manusia?'

Pikirnya saat melihat 5 manusia di kejauhan berjalan kearah mereka.

"Ada apa, Andika?"

Salah satunya bertanya pada Andika ketika mereka melihat ada sosok di kejauhan.

Andika tidak berbicara apapun untuk beberapa detik, ia kemudian berbalik menatap kearah mereka dengan senyuman lebar.

"Kalian, sebentar lagi kita akan pulang"


Rumah Sakit Militer Jakarta Utara

"ou!"

"Tahan sebentar ya, Saya akan menyuntikkan anda sekali lagi"

"Apapun itu yang penting cepat"

Andika, 27 Tahun.

Setelah melarikan diri dari penjara bawah tanah, ia berhasil bertemu dengan pasukan ekspedisi Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat secara kebetulan.

Dari apa yang ia dengar, ia sudah seminggu menghilang sejak insiden mematikan yang terjadi di Monumen Nasional Indonesia. Korban yang ia bawa totalnya 10 orang, semuanya tidak menderita luka apapun dan dapat dipulangkan ke keluarga mereka masing-masing

"Ahhhh... Akhirnya bisa sepi"

Andika mendesah ketika ia sejak tiba di negaranya, ia mendapat perawatan intensif bahkan bisa di bilang ia di karantina penuh demi menghindari penyakit menular dari dunia lain.

Saat ini, ia akhirnya bisa sendirian sepenuhnya walaupun ruangannya masih ruangan karantina tapi setidaknya ini lebih baik daripada harus di ruangan yang penuh dengan pasien lain.

Ketukan pintu

"Ya, silahkan masuk"

Saat pintu terbuka, seseorang dengan pakaian militer pangkat perwira masuk dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Maaf jika saya menggangu"

"Tidak masalah"

"Terimakasih. Baiklah, saya akan langsung ke intinya"

"Prajurit Satu Andika Pratama Suwandi. Anda diharapkan untuk datang ke gedung DPR pukul 13.00 di Kalimantan Timur, Ibu Kota Baru"

"Jemputan anda akan tiba sebentar lagi, sebaiknya anda pakai pakaian anda"

Perwira itu kemudian menyerahkan seragam militer formalnya sebelum akhirnya ia permisi keluar dari ruangan.

"Ada apa kira-kira ya?"

Pikirnya sambil mengganti pakaian.

Andika setelah selesai mengganti pakaian ia berjalan keluar dari ruangan perawatan.

"Eh?!"

Beragam rangkaian bunga memenuhi koridor rumah sakit bahkan bunga-bunga tersebut tertulis dengan jelas ucapan semoga sehat namun ucapan-ucapan itu sangat jelas ditujukan pada siapa

"Eh? Ini semua..."

Andika hanya bisa kaget melihat banyaknya bunga-bunga yang tertuju untuknya bahkan banyak dari bunga itu tertulis 'Pahlawan Nasional' dan lain sebagainya

'Siapa sih pahlawan'

Andika sekali lagi mendesah sambil berjalan menuju pintu keluar dari rumah sakit.

"Itu dia!"

"Pahlawan Nasional"

Andika tak membayangkan jika hal ini akan terjadi sama sekali kalau bakalan ada ratusan orang yang akan memenuhi pintu keluar menunggunya bagaikan artis yang sangat terkenal.

'Eh?? Apa-apaan ini?!'

'Kenapa banyak orang di luar?'

Andika mulai panik ketika tatapan itu semuanya tertuju kearahnya.

"Kau nampak terkejut ya?"

Seseorang tiba-tiba saja mengejutkannya dari belakang.

"P..Pak Menteri?!"

"Maafkan kelancangan saya!"

"Hahaha... Jangan terlalu kaku seperti itu"

"Ayo kita pergi"

"Pergi?"

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, tersenyum kearahnya.

"Ke tempat pelantikan kenaikan pangkatmu"

"Eh!"


(Breaking News)

(Sudah satu bulan pasca insiden Monas di Jakarta, Pemerintah bersama dengan TNI masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana sebuah Gerbang itu terbentuk)

(Hingga saat ini jumlah korban hilang saat insiden monas kembali bertambah dari sebelumnya 2467 jiwa menjadi 2589 korban)

(Dari keterangan pers Juru Bicara Menteri Pertahanan Bapak Sukmadi, Indonesia resmi menyatakan bahwa dibalik gerbang misterius itu merupakan tempat yang tidak ada di peta manapun)

(Banyak anggota parlemen DPR RI dari beragam fraksi menyuarakan pendapat mereka mengenai deklarasi perang kepada lawan yang ada di balik gerbang)

(Sejauh ini Presiden, masih belum menyatakan apapun mengenai tuntutan suara dari DPR mengenai deklarasi perang ini)

(Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa makhluk-makhluk misterius itu menyerang? Dan apa yang mereka inginkan?)

(pemirsa, saya Asmadi Guntur. Kami akan membahas selengkapnya bersama dengan para ahli tetaplah bersama kami di Breaking News)

TV dimatikan

"Ahhhh!!!! Kenapa harus seperti ini jadinya!"

Aku hanya berteriak putus asa melihat bagaimana kacaunya situasi ini.

Aku dipaksa oleh Jenderal untuk naik pangkat di depan seluruh parlemen partai politik serta figur-figur dunia yang ikut menyaksikan.

Gedung Parlemen DPR RI Indonesia saat ini terletak di Kalimantan lebih tepatnya di Ibu Kota Baru pasca penyerangan di Jakarta satu bulan lalu.

Acara akan dilaksanakan pukul 13.00 dan sekarang masih jam 10, tapi entah kenapa seluruh tubuhku tak berhenti bergetar membayangkan bagaimana rasanya di perhatikan oleh seluruh dunia.

'Siapa sangka akan gini jadinya'

Sesaat setelah aku berhasil melarikan diri dari penjara bawah tanah bersama dengan para tahanan yang ku selamatkan, aku awalnya tidak tahu mau kemana kami akan lari.

Dan anehnya kami bertemu dengan pasukan khusus Angkatan Darat TNI yang ternyata menjalankan misi pengintaian.

Ternyata TNI bersama dengan Pasukan Aliansi Darurat Asia, menjalankan misi rahasia dibalik gerbang.

Ketika pasukan pengintia bertemu dengan kami, mereka berpikir kalau kami adalah penduduk lokal sampai ...

Aku berbicara pada pasukan khusus itu dengan keterangan lengkap mengenai identitas ku.

Spontan mereka langsung memanggil bala bantuan dan mengevakuasi kami dari dunia itu.

Ketika aku kembali ke planet bumi, ternyata informasi soal penyelamatan ku mengenai tahanan yang aku selamatkan sudah bocor duluan ke media

Spontan Media di banjiri beragam reaksi tak terkecuali para partai politik.

Mereka menganggap kalau tindakanku adalah tindakan sangat heroik dan sangat pantas di berikan penghargaan setinggi mungkin.

"Pratu Andika, apa anda sudah siap?"

Suara dibalik pintu itu kembali membuatku sedikit gugup.


Kalimantan Timur, 24 Mei 2039

"Siapa sangka kalau aku akan naik pangkat sejauh itu"

Proses pelantikan dan pemberian penghargaan berjalan dengan lancar. Aku yang mulanya pangkat Prajurit Satu dinaikkan menjadi Sersan Mayor, kenaikan pangkat tak biasa ini sedikit menarik perhatian ku karena aku tidak mau kalau nanti aku harus berususan dengan hal-hal merepotkan lagi.

Dan tebak apa?

Itu terjadi!

(Berdasarkan keputusan serta persetujuan dari semua partai politik. Indonesia secara resmi menyatakan perang melawan mereka yang menyerang negara ini. Dalam waktu dekat, TNI bersama dengan Koalisi Darurat Asia akan menyeret secara paksa dalang dibalik ini semua dan meminta pertanggung jawaban mereka!)

Aku tidak tahu lagi mau bilang apa

Kalau itu keputusan dari pemerintah pusat, mau apa boleh buat lagi.

'Kira-kira aku bisa ambil cuti ga ya?'

Liburan saat malam natal nanti yang ku inginkan


Jakarta, Ground Zero Monas.

"Kepada semua pihak yang mendukung program ekspedisi militer ini, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya"

"Berkat dukungan anda semua, Hari ini. 9 September 2039, Indonesia bersama dengan pasukan Koalisi Darurat Asia, akan menjelajahi dunia dibalik gerbang"

"Dalam beberapa bulan, pasukan khusus sudah melakukan kontak dengan penduduk lokal. Tapi saat kita menyebrang nanti, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi"

"Untuk itu, Tugas ini akan sangat berat untuk kalian emban"

Sesaat setelah Presiden selesai berbicara, sesosok pria dengan BDU militer lengkap diikuti beberapa sosok lainnya mulai angkat suara.

"Namaku, Jenderal John Mayer! Mulai dari sini, Aku akan memimpin pasukan Koalisi. Semua unit segera bersiap!""

"Yes Sir!"

Pasukan Indonesia yang di kirim ke dunia lain sebagai pasukan siap tempur sebanyak 160 Personil dari beragam Divisi berbeda dan sejauh yang ku ketahui terdiri dari

Batalyon Kavaleri (Yonkav) Badak Ceta Cakti 1. Pasukan ini merupakan salah satu dari 3 divisi Tank Khusus yang ikut dalam misi ekspedisi bersama dengan Yonkav 6 Naga Karimata dan Yonkav 13 Satya Lembuswana. Tiga Batalyon Kavaleri dari 3 provinsi membawa kru terbaik mereka dalam Tank Leopard 2 Mod IV sebanyak 7

Lalu ada Batalyon Artileri Medan yang datang dari beragam Divisi wilayah/Kodam berbeda. Mereka semua digabungkan dalam satu Divisi yang sama yaitu Men Armed 1 Putra Yudha dari Divif 2/Kostrad. Tim ini terbagi kedalam 3 kelompok spesial yang berkhusukan dalam bantuan artileri dan roket. Ketiga tim itu merupakan, Yon Armed 1/Roket/Ajusta Yudha, Yon Armed 11/76 Tarik/Guntur Geni Yudha, Yon Armed 12/155 Gerak Sendiri/Angicipi Yudha. Tim ini dianggap cukup krusial untuk menjadi pagar utama menghalau musuh yang akan menembus pertahanan garis 1

Dan yang terakhir yang paling mendominasi dari semua Batalyon yaitu Batalyon Infanteri. Infanteri sendiri terdiri dari 120 Unit siap tempur yang di bagi kedalam kelompok 10 terpisah. Aku berakhir kedalam Batalyon Infanteri Mekanis 411 yang memiliki tugas utama yaitu pasukan tempur depan serta pasukan mekanik siap pakai untuk mendukung Tank M113 APC

[Leopard 1, kami jalan]

Suara radio pimpinan regu tank Leopard mulai terdengar. Saat aku melirik sekilas kearah penduduk yang menyoraki kami dari kejauhan, entah kenapa sesuatu yang hangat menyerang hatiku.

'Perasaan apa ini?'

Saat mataku mulai melihat dengan jelas dari kejauhan sosok yang ku kenali, sosok itu adalah seorang wanita muda yang ku selamatkan saat kami di culik, aku tidak tahu harus bereaksi apa kecuali tersenyum bangga.

'Selama aku masih bisa melindungi senyuman mereka yang ku sayangi. Aku pasti bisa!'


Disuatu tempat di Jakarta

"Bapak Presiden, Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk datang"

"Tidak masalah. Aku juga ingin tahu bagaimana langkah selanjutnya"

"Seperti yang Presiden ketahui. Pasukan kita sudah sampai di balik gerbang. Sampai saat ini mereka belum menghadapi ataupun berhadapan dengan pasukan musuh sama sekali"

"Berdasarkan hasil pengamatan tim Kopasus yang bekerja sama dengan SFG Jepang, mereka memprediksi pasukan musuh tidak akan sampai di markas garis depan untuk beberapa bulan kedepannya"

Presiden bersama dengan Menteri pertahanan dan beberapa orang lainnya di ruangan mulai membaca laporan dari tim pasukan khusus.

"Bagaimana dengan para korban hilang? Apa ada perkembangan mengenai dimana lokasi mereka?"

"Maaf sekali Presiden, sampai saat ini tim masih belum menemukan titik terang soal dimana para korban. Kemungkinan terburuknya, korban di jual ke pasar budak atau yang paling buruknya..."

Sekretaris wanita itu tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya diam dengan ekspresi rumit di wajahnya.

'Budak sex... Kalau hal ini benar-benar terjadi pada para korban. Aku tidak tahu lagi harus bicara apa pada negara ini'

'Saat insiden itu terjadi, hampir semua rakyat bahkan DPR setuju menyatakan perang. Dan, ketika mereka bahkan melihat sendiri ada korban yang di culik berhasil di selamatkan, semua rakyat langsung memaksaku mendeklarasikan perang. Jika ini terus berlanjut, aku takut kalau ...'

'Dunia dibalik gerbang akan menjadi penyebab munculnya perang sumber daya yang baru'

"Bapak Presiden, Ijinkan saya angkat suara"

Menteri Pertahanan berhasil menginterupsi imajinasinya sebentar.

"Silahkan"

"Mengenai dunia dibalik gerbang. Saya yakin dalam waktu dekat, koalisi ini akan berubah arah. Bagaimana kalau anda menyusun rencana antisipasi jika hal itu terjadi?"

"Sejauh ini, Aku sudah memikirkan hal itu. Saat ini Koalisi yang terdiri dari Jepang, Malaysia, Brunei, dan Filipina masih fokus soal mencari warga mereka yang diculik. Untuk sementara, kita ikuti alur itu dulu daripada menyusun rencana yang berbahaya"

"Selama pasukan ini masih memiliki tujuan dan arah, kita hanya perlu memikirkan bagaimana caranya berurusan dengan para oposisi yang keras menentang"

"Kuharap perang ini dapat berakhir dengan cepat"

Presiden dan para anggota yang berada di ruangan hanya setuju dalam diam ketika memikirkan soal arah dan tujuan perang ini jika dibiarkan berlama-lama