Deadly Monarch

Disclaimer: Naruto and DxD not mine

Warning: AU, AR, OOC, Typo(s), and many more…

Rate: M

.

GearPhantom97


Untuk kasus Naruto saat ini, dia sedang berada pada kondisi krisis pemahaman akan daratan es yang sedang dihuninya. Ingin sekali dia bertanya tentang ini dan itu, namun kondisi di mana dia yang dipuja di sini sebagai makhluk yang menurut mereka suci, membuat harga dirinya untuk bertanya tentang daratan ini menjadi ciut.

Satu-satunya cara yang ia lakukan adalah menemukan celah di mana mereka akan menjelaskan secara sendiri mengenai keadaan di daratan es ini. Bukan hal mudah untuk bersandiwara seakan tahu segalanya, Naruto terkadang berhenti mengobrol di tengah percakapan untuk memikirkan perkataan selanjutnya yang akan dia katakan.

Untuk sekarang, informasi yang dia ketahui mengenai daratan ini adalah bagian dari salah satu empat kerajaan terbesar di benua Pendulum, yaitu Kerajaan Cyan. Kerajaan ini sendiri menurut Baruka berdiri akibat Revolusi besar-besaran oleh sejumlah tokoh ternama yang dulunya pernah menjelajahi Tower of Abyss, salah satunya adalah sang peramal yang ternyata berperan penting dalam pembentukan ulang sistem pemerintahan di Kerajaan Cyan ini.

Namanya juga politik dan kekuasaan, keduanya tidak selamanya baik untuk dikonsumsi oleh para rakyat yang hanya bisa menggonggong patuh dengan goyangan ekor mereka kepada sang majikan. Permainan para orang besar memang tidak bisa dianggap remeh.

Janji awal memang mereka menetapkan beberapa aturan seperti ras lain akan diterima di Kerajaan Cyan, namun beberapa tahun kemudian setelah melihat dan meneliti ras mereka yang ternyata memiliki nilai tersendiri membuat beberapa jajaran politikus nakal mulai mengeluarkan sifat sejatinya yang kotor.

Mereka itu pintar, berbekal sugesti yang diberikan atas dasar Undang-Undang Kerajaan membuat beberapa dari ras demi-human tertarik untuk mengunjungi dan menetap di Kerajaan Cyan yang memiliki hak atas Frozen Land ini. Layaknya burung yang melihat pasangannya di kurungan terbuka, mereka akhirnya mulai mendekati dan memasuki kurungan tersebut yang pada akhirnya membuat mereka terperangkap selamanya.

Manusia memang seperti itu—lebih tepatnya manusia di daratan es ini, mereka cenderung memandang makhluk lain yang berbeda dengan dirinya dengan sudut pandang yang berbeda. Melihat ras demi-human yang memiliki keanehan dalam bentuk fisik juga dalam bentuk tingkah laku membuat mereka sendiri sebagai manusia yang di gadang sebagai makhluk sempurna menjadi risih.

Senyuman mereka palsu, sapaan mereka kaku, dan salaman mereka begitu ragu—adalah bentuk perilaku yang dilakukan manusia di daratan es ini. Hati kecil mereka hanya berpengaruh kecil, sebagian besar lebih terdominasi oleh kehendak dan ego mereka sendiri sebagai manusia yang berdiri di atas segalanya.

Menurut keterangan yang SilverAsh katakan kepadanya, bahwa semasa dia hidup sebagai salah satu bangsawan di antara bangsawan pendukung Kerajaan Cyan merupakan sesuatu yang membuatnya geram, mereka pertama-tama memberikan beban kepada kedua orang tuanya untuk menyelesaikan permasalahan di daerah utara yang akan diberlakukan sistem otonom, selanjutnya pada pematokan pajak yang melebihi batas wajar untuk beberapa kaum demi-human, dan yang lebih parah lagi adalah mengatasi sumber pangan yang meradang gila di pemukiman sebelah selatan dengan tanpa bantuan sepeser pun dari pihak kerajaan.

Tentu saja semua itu membuat keluarganya mengalami kegagalan, dan hal itu mungkin sudah terencana oleh otak-otak politikus kotor seperti mereka yang benci dengan kinerja orang tuanya yang selalu selangkah lebih maju dari mereka. SilverAsh yang sudah berumur 17 tahun kala itu mulai paham, bahwa keluarganya sudah dipermainkan.

Melihat sendiri kebiadaban yang dilakukan oleh beberapa manusia di daratan ini, membuat SilverAsh tumbuh menjadi pemuda yang sangat dingin. Pemuda berjenis Snow Leopard itu pada akhirnya berhasil kabur dari teater orang besar yang mengakibatkan kedua orang tuanya harus meninggal.

Bersama dengan satu adiknya yang selamat, ia mulai bepergian tak tentu arah hingga pada akhirnya bertemu dengan kawanan Ice Elf di hutan es ini. Oh, hal ini perlu digaris bawahi bahwa sebenarnya SilverAsh dapat berbicara normal dengan manusia lainnya—karena dia bukanlah sosok monster seperti para Ice Elf, Yeti, dan Ice Bear yang ada di sini.

Jadi bisa dikatakan bahwa SilverAsh mendapatkan anugerah memahami bahasa Ice Elf tetapi tidak bisa memahami bahasa monster lainnya seperti Yeti dan Ice Bear, yang mana dirinya sendiri mengetahui bahasa yang mereka katakan. Tentu saja ini membuatnya berpikir kritis mengenai satu hal yang tidak bisa ia jangkau untuk sekarang, yang jelas untuk saat ini dia akan membiarkan semua ini berjalan dengan sendirinya.

"Aku benci dengan manusia!" rasa bencinya terhadap manusia, dan tidak bisa meluapkannya kepadanya secara langsung membuat SilverAsh mengambil inisiatif lain dengan mengajaknya adu pedang.

"Begitu ya," masih dengan takaran yang sama, dibalik sebuah serangan pasti akan ada tangkisan. Senjata yang bisa ia yakini sebagai tongkat runcing yang mengalih guna menjadi pedang itu berhasil Naruto tahan dengan sebuah ranting pohon.

"Tsk!" dari decihan itu, sekiranya Naruto mulai mengetahui alasan kenapa SilverAsh yang memiliki nama asli Enciodas ini begitu membenci manusia.

Karena ulah manusialah, kedua orang tuanya, juga dengan satu adiknya harus mati mengenaskan di tangan mereka.

"Sial!"

"Kau tidak apa-apa?"

"Tsk, aku tidak apa-apa, santailah," Naruto menghela nafasnya, ini sudah kesekian kalinya SilverAsh selalu memintanya untuk berlatih tanding, dan sudah seminggu lamanya sistem masih mengunci kekuatannya. Entah maintenance ini akan berlangsung sampai kapan, namun ia sendiri tidak akan memusingkannya karena kekuatan dan ketangkasan tubuhnya sendiri sudah melebihi dari cukup untuk membuat SilverAsh meringkuk tak berdaya melawannya.

"Mau sparring lagi?"

"Tidak terima kasih, aku tidak ingin melukai jiwa ksatriaku lebih dalam lagi," ujar SilverAsh sambil menegakkan tubuhnya kembali.

Mendengar itu, Naruto hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak begitu keberatan dengan membuang sebilah ranting pohon yang kebetulan ia jadikan sebagai senjata untuk melawan SilverAsh.

"Baiklah, jika itu maumu," dan mulai berjalan pergi bersama dengan SilverAsh menuju ke tempat peristirahatan mereka.

"Omong-omong, kenapa kau selalu menggunakan ranting ketika melawanku? Bukankah kau mempunyai pedang hitam itu bukan?"

"Ah, ada sesuatu yang membuatnya jadi susah untuk digunakan," benar, Greed entah kenapa tidak bisa ia ayunkan dengan benar. Pedang itu langsung saja melilitnya dengan suluran mana penyetrum ketika dirinya sendiri hendak menggunakan pedang itu untuk memotong pohon yang tumbang.

Namun Greed tidak menyetrumnya tatkala ia membawa pedang itu dengan tanpa niatan bertarung atau pun menggunakannya untuk memotong suatu benda.

"Maksudmu?"

"Pedang itu sedang ngambek, dan hanya akan dicabut jika lawannya sepadan denganku," perkataan dari Naruto sukses menciptakan perempatan siku-siku yang ada di dahi SilverAsh.

"Kau ini, setidaknya hargailah jiwa Ksatriaku! Mau bagaimana pun juga, kenapa bisa kau begitu kuat sih! Dan apa-apaan ranting yang kau pegang itu? Kenapa jadi keras banget!"

"Hmm, entahlah, aku juga tidak tahu,"

"Ya ampun, hal ini semakin membuatku sadar bahwa kekuatanmu memang tak bisa ditandingi dengan pengalaman 4 tahun bertarungku,"

"Aahahaha, kau bisa saja," pikirannya mengawang kembali, mencoba menebak dan sebisa mungkin mencari arti kenapa golongan ras seperti mereka ini begitu dipandang rendah oleh kalangan manusia di daratan ini.

Memang pepatah manis di awal dan pahit di akhiran adalah nyata adanya, manusia dan beberapa makhluk jenis lain dulunya memang bisa hidup berdampingan, namun akibat ada beberapa tokoh yang nakal di jajaran pemerintahan pusat, serta beberapa sikap rasis yang begitu kental terbangun di setiap manusia di daratan es ini, membuat nasib mereka sebagai demi-human menjadi sangat suram.

Hal itu dikarenakan politikus-politikus kerajaan yang bertugas di ruang lingkup hukum membuat kebijakan baru kepada para makhluk lain seperti demi-human, yang pada akhirnya harus menderita akibat sistem kasta yang diberlakukan dan disetujui oleh Raja Es.

Mereka yang konon katanya tidak bisa menghasilkan keturunan yang pantas membuat beberapa ras demi-human berkelamin watina diculik dan diperjualbelikan di pasar sebagai budak. Tidak berhenti sampai di situ, beberapa ras lain juga mendapatkan perilaku serupa seperti yang SilverAsh rasakan.

Berdasarkan apa yang sudah SilverAsh intai, sekiranya tercatat lebih dari seribu ras demi-human yang terbunuh akibat ulah manusia yang nakal, dan sebanyak 50% wanita berjenis Demi-human—Nekomata, Beastmen, dan Elf—diculik dan dipaksa untuk melayani nafsu bejad yang dimiliki oleh beberapa politikus di tempat kerjanya.

Makanya tidak heran kalau di Kerajaan Cyan sendiri menjadi momok yang menakutkan bagi ras demi-human seperti mereka. Sayangnya, akibat permainan para orang besar, permasalahan seperti ini harus kandas di tengah jalan dan tidak akan pernah tersampaikan oleh pihak luar kerajaan.

Jadinya orang luar dari daratan es ini tidak tahu menahu mengenai permasalahan yang ada, dan sama sekali tidak akan tahu mengenai tertindasnya kaum demi-human yang hidup di sini.

Semua permasalahan itu memunculkan sebuah pertanyaan klasik.

Kenapa mereka tidak kabur saja ke daratan lain?

Ada beberapa alasan kenapa mereka hanya bisa bersembunyi dan terkunci selamanya di daratan es ini. Baruka dalam pidatonya sudah menyinggung beberapa hal mengapa mereka hanya bisa bersembunyi dan terpuruk di sini.

Pertama, mereka tidak akan bisa menembus atau pun menyusup ke celah perbatasan negara yang sudah dijaga oleh pengawal kerajaan. Selain itu juga ada beberapa Hunter yang magang di situ. Dengan demikian meskipun mereka berhasil lolos maka akan ada banyak korban jiwa akibat penyusupan itu.

Kedua, mereka tidak bisa keluar dengan tanpa izin dari sang Raja Es yang memiliki kuasa atas daratan ini. Hal ini perlu diketahui bahwa setiap perbatasan ke negara lain akan ada sebuah dinding sihir yang sangat kuat di mana fungsinya sendiri sama persis seperti Premium Access Card. Dinding sihir itu biasanya akan mendeteksi degan sendirinya siapa-siapa saja yang membawa surat izin yang bertanda tangan raja dengan yang tidak bertanda tangan raja.

Meskipun dalam beberapa kasus ada yang berhasil mengelabui petugas dengan surat izin palsu, namun mereka tidak bisa mengelabui kekuatan sihir pembatas suatu negara yang sudah membentuk suatu aturan mutlak bagi siapa saja untuk mematuhinya.

Sadisnya, mereka yang ketahuan memalsukan tanda tangan raja juga dengan yang tidak mendapatkan izin dari raja lalu nekad keluar dari perbatasan negara, maka orang itu akan mati oleh dinding sihir itu sendiri.

Tidak ada keringanan, dan juga tidak akan ada ampunan. Jangan heran, karena dinding sihir tersebut adalah gabungan dari empat kekuatan Kerajaan Pusat yang ada di benua Pendulum ini.

Ketiga,yang terpenting dari segalanya adalah ras seperti mereka ini hanya bisa hidup di iklim yang bersalju saja, jikalau mereka dipaksa hidup di tengah gurun pasir ataupun di padang rerumputan hijau maka mereka sendiri pun tidak akan bisa bertahan. Sangat logis memang, perkumpulan ini juga sebagian besar berisi ras Ice Elf, dan Yeti, maka akan sangat mustahil bagi mereka untuk hidup di lingkungan yang tropis seperti di Kerajaan Crimson.

Berbeda dengan kedua ras yang disinggung tadi, SilverAsh sebagai keturunan Nekoshou langka berjenis Snow Leopard bisa hidup di dua iklim yang berbeda, akan tetapi pastinya akan ada efek yang berlaku ketika dirinya sendiri berpindah haluan ke iklim yang berbeda dengan nama rasnya sendiri.

Hal ini menjadi dasar dari segalanya kalau takdir mereka tidak akan jauh dari daratan es ini.

"Naruto-san, apakah kau ingin memakan daging?"

"Ah ya, tentu saja! Makanan apa pun aku akan menerimanya," tak terasa sudah dua minggu lamanya Naruto beradaptasi dengan lingkungan liarnya ini, hidup sebagai manusia satu-satunya di antara ratusan monster bukanlah hal yang mudah.

Adat dan adab mereka sangatlah berbeda dengan manusia, maka dengan begitu dia terkadang mendapatkan perlakuan yang terkadang kurang pas untuk manusia sepertinya. Waktu itu dia sempat ditawarkan daging rusa mentah tanpa di masak apa pun sebelum Baruka mengetahui bahwa manusia sepertinya harus memakan daging dengan di masak terlebih dahulu—hal ini mengindikasikan bahwa mereka ini tidak pernah berbaur bersama dengan manusia.

Perlakuan mereka juga kadang berbeda, namun setelah sebulan di sini dan mengalami hal itu membuat Naruto jadi terbiasa. Selama itu juga, sistem masih saja maintenance beserta dengan Greed yang masih belum bisa dia gunakan untuk bertempur.

Entah apa yang terjadi, yang jelas untuk saat ini dia harus bertahan hidup dan kembali ke Kerajaan Crimson. Seperti jenisnya sendiri, si pengkhianat itu tidak layak untuk menghirup udara bebas di dunia ini!

"Naruto, biarkan aku saja yang membawa batangan pohon itu,"

"Tak perlu," untuk seorang manusia yang hidup dengan takdir keterbasan keekuatan mereka membuat Naruto terkadang takjub akan kondisi fisiknya sendiri yang melakukan pekerjaan berat namun tidak merasa lelah. Mungkin ini adalah efek selama ini dia berlatih dan melakukan misi harian laknat yang selalu menyuruhnya untuk push-up dan lain sebagainya.

Dia dengan mudahnya menumbangkan pohon besar dan mengangkatnya seakan mengangkat sebuah bolpoin, dia juga mampu berlari untuk beberapa jam tanpa rasa lelah berarti. Pun ketangkasan tubuhnya yang mana ternyata memiliki kekebalan tersendiri terhadap beberapa jenis sihir seperti sihir es yang dikeluarkan oleh SilverAsh dan Baruka.

"Pramanix, aku akan jalan-jalan sebentar ke arah sungai, beritahukan ini pada SilverAsh dan Baruka agar tidak khawatir mencariku," Naruto berdiri dari duduknya dan melenggang pergi setelah selesai melakukan tugas hariannya, yaitu membantu mengangkat beberapa batang pohon yang digunakan untuk membangun beberapa perabotan atau pun penyangga rumah yang sekarang ini mereka tempati.

Tak heran, setiap sebulan sekali mereka akan berpindah tempat agar tidak tercium oleh Hunter Kerajaan yang ditugaskan untuk menangkap mereka semua.


Hutan Es Hantu, bagian dalam.

Ini sudah kesekian kalinya Naruto melewati jalanan tanpa jejak seperti ini, dan dia sudah terbiasa oleh karenanya. Salju yang menumpuk setinggi mata kaki memang tidak bisa dianggap remeh, namun Naruto masih dengan sigap dan santai melewati jalanan yang tidak ada di peta itu dengan kaki-kaki yang dibalut sepatu musim dinginnya.

Dan dengan sepatu itu, ia bisa melewati ini semuanya dengan tanpa halangan berarti. Dengan demikian, ia pun bisa sampai ke tempat tujuan dengan perkiraan waktu yang sudah ia catat sendiri di otaknya. Tak heran kenapa dia harus memikirkan kalkulasi waktunya sendiri, karena Naruto itu sesungguhnya telah berbohong untuk berpamitan menuju ke sungai yang mana tujuan sebenarnya adalah bukan ke tempat itu.

Perlu diketahui, bahwa alasan Naruto yang sesungguhnya adalah untuk pergi ke hutan es hantu bagian dalam.

Lalu kenapa Naruto harus berbohong hanya untuk pergi ke bagian dalam dari hutan es hantu ini? Ahh, tentunya itu ada alasannya sendiri.

.


Dulu Baruka sempat memperingatinya agar tidak terlalu ikut campur dengan hutan bagian dalam yang menurutnya sangat berbahaya untuk di akses. Dia sempat menyinggung beberapa hal mengapa hutan bagian dalam menjadi momok yang sangat mengerikan bagi sekelas mereka yang kuat.

Pertama, ada berbagai monster salju yang bermutasi mengerikan, salah satunya adalah gerombolan Yeti yang bermutasi menjadi Demon Yeti. Menurut keterangan yang monster Yeti berikan kepadanya, ras mutasi yang bernama Demon Yeti ini tidak bisa diajak komunikasi, mereka hanya berkomunikasi pada satu hal saja, yaitu dengan bertarung.

Selain alasan itu, ada satu alasan lagi kenapa Baruka dan gerombolannya begitu melarangnya untuk memasuki hutan bagian dalam, alasan itu adalah adanya sesosok penyihir jahat yang dulunya pernah mengguncang dunia ini dengan kekuatannya.

Karena tertarik dengan kisah yang Baruka ceritakan mengenai penyihir tersebut, membuat Naruto secara tidak sadar ingin bertemu dengannya. Memang sudah menjadi kodrat manusia untuk mencari tahu sesuatu yang menarik perhatiannya, dan Naruto pun pada akhirnya pergi seorang diri menuju hutan bagian dalam yang pernah ditunjuk oleh Baruka pada waktu itu.

Manusia tidak akan puas apabila yang ingin diketahuinya tidak terjawab atau belum melihatnya secara langsung bukan? Maka dari itu jangan salahkan Naruto yang pada akhirnya membandel dengan pergi menuju ke hutan bagian dalam dengan dirinya seorang saja.

Setelah meniatkan dirinya sendiri untuk bertemu sosok mengerikan itu, Naruto pada akhirnya mulai melangkah menelusuri jalanan tanpa jejak dengan instingnya yang mengatakan bahwa hutan bagian dalam adalah ada di depan matanya sendiri.

"Kyaaaa! Tolooong!" namun perjalanan tenang Naruto harus terganggu oleh sebuah teriakan minta tolong yang datang dari depan. Dengan tanpa bertindak gegabah, Naruto mulai mempercepat laju langkah kakinya dan mulai melihat tiga manusia yang ia yakini sebagai satu keluarga, anehnya mereka bisa ada di hutan ini tentunya dengan Demon Yeti yang menjadi alasan kenapa mereka berteriak minta tolong.

Melihat itu, Naruto pun mulai menaruh tas yang bawa di salah satu pohon dan mulai berjalan ke depan sebelum sebuah teriakan dari seorang gadis berambut putih mulai menghentikan langkah kakinya untuk menatap ke arah sosoknya.

"Berhenti!" gadis itu berdiri dengan pakaian yang seadanya—tanpa mantel, tanpa jubah, juga tanpa sarung tangan. Dia memakai dress sepaha dengan tambahan stocking putih yang ditahan dengan garter belt, untuk beberapa alasan hal itu membuatnya terlihat sedikit seksi.

Mengesampingkan masalah pakaian yang gadis itu kenakan, Naruto pada akhirnya mengurungkan niatnya untuk ikut campur dalam kejadian ini dan bertugas sebagai pengamat yang menilai ke mana ini akan berjalan.

"Grraahhh!" monster bernama Demon Yeti itu berteriak dan mulai mengubah targetnya. Dengan tubuh gempalnya, dia mendekati gadis berambut seputih salju itu dengan ganas yang pada akhirnya disambut sebuah tembakan sihir dari gadis itu.

Namun ia rasa semua itu hanya sia-sia saja ketika sihir tembakan energi yang gadis itu luncurkan kepada Demon Yeti sangatlah kecil, membuat tubuh besar itu pada akhirnya sampai di depan gadis itu dan mulai menyerangnya secara membabi buta.

"Ho~" namun reflek gadis itu sedikit membuatnya terkejut untuk beberapa saat, ia tidak menyangkanya kalau gadis yang terlihat polos itu ternyata jago dalam bertarung seperti ini.

Naruto tersenyum, kemudian dia mulai duduk memerhatikan ini lebih lanjut. Gadis yang tidak diketahui namanya itu mulai mengambil jarak dari musuhnya lalu mulai sekali lagi menembaki Demon Yeti itu dengan sihirnya yang berwarna biru.

Sedikit setidaknya dari beberapa serangan itu membuat Demon Yeti mulai geram, dia dengan mampu mulai menggores tubuh gempal monster itu untuk mengeluarkan darahnya dengan serangan sihirnya yang menurutnya sangatlah kecil.

"Oh?!" namun karena tubuh besarnya itulah yang membuat Demon Yeti berhasil menerobos serangan gadis itu dengan menangkap secara paksa kedua kakinya.

Gadis itu sedikit meringis tatkala kondisi tubuhnya terbalik akibat cengkraman dari Demon Yeti, yang berhasil mengunci kedua kakinya untuk berdiam diri.

"Hmm, kukira dia hanya memakai cawet, ternyata memakai celana mini toh…aku sedikit kecewa," memang tidak sepatutnya Naruto berkomentar seperti ini ketika seseorang sedang dalam bahaya, namun entah kenapa dia malah berkomentar absurd seperti tadi.

"Saatnya bergerak..." mengesampingkan semua itu, dan melihat kondisi yang tidak memungkinkan bagi sang gadis berambut putih untuk bergerak, pada akhirnya Naruto mulai berdiri dari duduknya dan sekali lagi mulai berjalan sebelum pada akhirnya ia berhenti ketika sekali lagi…

Gadis itu berhasil mengejutkannya dengan sebuah serangan sihir yang membuatnya terlepas dari cengkraman sang Demon Yeti.

"Ahh!" namun naas, tubuh ramping gadis itu harus terlempar dan terseret sedemikian meter akibat dilempar secara paksa oleh monster itu. Yang pada akhirnya membuat sang gadis berambut putih hanya bisa terpuruk meringis merasakan lemparan tadi.

"Berhenti! To—ukh!" melihat tidak adanya perlawanan lagi membuat Demon Yeti mulai mengubah targetnya kembali ke arah tiga manusia yang ada di depannya.

"Kumohon! Berhenti!" tidak tahan melihat semua itu, pada akhirnya Naruto mulai bergerak cepat. Namun sekali lagi ia harus diam mematung ketika melihat keanehan pada tubuh sang Demon Yeti—lebih tepatnya pada luka yang dihasilkan oleh sang gadis itu.

Dari luka itu, kini mengeluarkan butiran-butiran es yang kemudian mulai bercabang menjadi besar hingga membentuk sebuah bunga es yang sangat runcing. Pada akhirnya, sang Demon Yeti tumbang mengenaskan dengan bunga es yang tumbuh di sela-sela lukanya.

"Apa kalian tidak apa-apa?" gadis itu kembali berdiri dan berjalan terpincang-pincang ke arah tiga manusia yang terlihat masih ketakutan.

"Ja-jangan mendekat! Tolong!"

"Ano, aku tid—" Naruto menyipitkan matanya. Ada yang aneh, namun ia tidak bisa untuk berkomentar karena jarak pandangnya yang lumayan jauh dari posisi mereka berdiri.

"HAAA! MENJAUHLAH!" karena penasaran, kini Naruto mulai bergerak cepat dan bersembunyi dibalik pohon untuk melihat keanehan ini lebih lanjut.

"I-itu, tanganmu! Apa tidak apa-apa?!"

"KUMOHON JANGAN MENDEKAT! DASAR KAU… PENYIHIR!" penyihir? Siapa? Gadis itu?!

"Penyihir!" dahi Naruto mengkerut, apa-apaan raut wajah ibu dan anak itu?! Kenapa mereka menatap ke arah gadis itu dengan tatapan yang jijik dan terkesan marah!

"Penyihir!" kenapa mereka berlaku seperti itu kepada penyelamat hidup mereka!

"Tidak! Aku… bukan—"

"Penyihir!" seharusnya mereka berterima kasih! Bukan malah menghujatnya dengan perkataan tak pantas seperti itu!

"PENYIHIR!"

"TIDAAAKKKKK!"

Srassshhh!

Tak tahan dengan semua itu, pada akhirnya Naruto keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menebas ketiga manusia yang ada di depannya dengan sebuah pedang yang ia ambil di penyimpanan.

'Manusia seperti mereka ini, tidaklah layak untuk hidup. Jika gadis sepertimu tidak bisa mendapatkan ucapan terima kasih atas segala jasamu tadi. Maka biarkanlah aku memberitahukanmu satu hal yang pasti, bahwa mereka harus aku bunuh dengan tanganku sendiri!'

"Ke-kenapa?!" Naruto mengibaskan pedang dua sisinya kesamping, berusaha membuang darah yang mengotori bilah tajamnya.

"Kenapa kau… membunuh mereka?" ia terdiam, tak bisa menjawab untuk beberapa detik yang pada akhirnya membuat mata Naruto harus beradu pandang dengan mata indah yang dimiliki gadis itu.

"Mereka tidak layak untuk hidup,"

"Ta-tapi, mereka adalah manusia! Aku, aku pada akhirnya berhasil menyelamatkan mereka dari monster, tapi kenapa kamu membunuhnya!"

"Kau bodoh atau bagaimana?!"

"Aku tidak bodoh! Aku… aku hanya ingin berdekatan dengan mereka!"

"Dengarkan aku gadis aneh, mereka yang kau sebut manusia ini sangatlah tidak layak disebut sebagai manusia!" mata ungu gadis itu membola.

"Jika mereka mengaku sebagai manusia, maka sudah seharusnya mereka mengucapkan kata terima kasih dan tersenyum kepadamu! Bukan malah menghujatmu dengan nama penyihir!"

"Tapi…"

"Tapi kenapa?"

"Aku… memanglah penyihir itu," lirihnya, Naruto pun hanya bisa dibuat terdiam oleh karenanya.

"Aku… adalah seorang penyihir," dan hari-hari Naruto ke depannya pun akan diwarnai dengan warna baru yang dimiliki sang penyihir yang konon katanya menjadi awal mula terciptanya Tower of Abyss.


.

Setelah sampai di tempat yang ia tuju, Naruto mulai tersenyum kecil ketika dirinya melihat sesosok gadis berambut putih yang sedang sibuk dengan rutinitasnya sendiri. Ia tersenyum tatkala atensi gadis itu masih saja terpaku kepada kegiatannya yang mana menurutnya sangatlah tidak berarti.

"Hey,"

"Ah! Naruto-san?"

"Kau masih membersihkan patung es itu dari salju?"

"Um," gadis itu mengangguk, sedikit mengibarkan helaian putih rembulannya akibat ulah angin-angin nakal yang begitu dingin mengembus. Hal ini terkadang membuatnya sempat berpikir dengan cara berpakaian yang dikenakan oleh gadis itu.

Entah bagaimana tubuh itu terbentuk, yang jelas dengan pakaian dress sepaha yang gadis itu kenakan sekiranya tidak akan mampu menahan dinginnya cuaca ini bukan? Apalagi gadis itu hanya memakai tambahan berupa jubah hijau tosca yang tipis, stocking putih sepaha, juga dengan… tanpa sarung tangan?!

Oh ya ampun, entah bagaimana dia bisa bertahan dari kedinginan ini dengan pakaian yang tidak sepatutnya ada di sini, namun faktanya gadis itu masih sehat bugar bahkan tidak nampak raut kedinginan yang menghinggapi wajah ayunya.

"Mau kubantu?"

"Ah, tidak, terima kasih…" Naruto mendengus lalu tersenyum, ia kemudian membiarkan gadis itu membersihkan beberapa patung es yang tersisa dengan dirinya yang hanya duduk memerhatikan semuanya. Dalam duduknya, Naruto mulai memikirkan beberapa hal yang tidak pernah terlintas sebelumnya, namun ia harus mengurungkan niatnya untuk bersuara tatkala gadis itu sendiri menyudahi acara bersih-bersihnya dan datang mendekat ke arahnya.

"Apa Naruto-san sudah makan?"

"Hum, kau sendiri?" gadis itu mengangguk ragu.

"Sudah kok," Naruto pun hanya bisa dibuat tersenyum oleh karenanya.

"Ini, ambillah," dengan tanpa membuang etikanya terhadap perempuan, Naruto melemparkan sebuah gumpalan kantong kain yang berwarna biru laut ke arah gadis itu.

"A-ah!" dia menangkap pemberian dari Naruto dengan kedua tangan putihnya. Matanya yang berwarna ungu terang mulai menatap Naruto bingung, mempertanyakan apa isi kantong yang dibawa Naruto dengan tatapan lunaknya.

"Aku tahu kau belum makan dari tadi pagi, makanya aku bawakan makanan untukmu," mendengar itu, si gadis berambut putih hanya bisa terdiam. Ia kemudian mulai membuka ikatan yang menyimpul di kantong yang sekarang ini digenggamnya.

"Kenapa Naruto-san… selalu baik kepadaku?" dan mulai menunduk tatkala melihat beberapa buah-buahan juga dengan beberapa roti yang dibawa Naruto untuknya.

"Aku hanya melakukan tugasku sebagai seorang manusia, apakah aku salah?"

"Tidak! Maksudku, Naruto-san tahu bukan kalau aku itu—"

"Penyihir? Hey, sudah berapa kali aku bilang kepadamu kalau semua yang ada di dunia ini juga para penyihir tahu, mereka juga sama-sama bisa menggunakan sihir, juga sama-sama menjijikkan seperti para penyihir," Naruto berdiri.

"Tapi, aku adalah penyihir yang jahat! Aku… aku—" sekali lagi, Naruto membungkam mulut gadis itu dengan perkataannya yang sedingin musim salju.

"Jika kau penyihir yang jahat, lalu kenapa kau menyelamatkan manusia itu dari Demon Yeti?" gadis itu terdiam.

"Kita memang belum terlalu lama berkenalan, tapi dari kejadian waktu itu aku jadi yakin bahwa kau adalah orang yang baik,"

"Naruto-san…"

"Jadi jangan pernah sekali-kali kau merendahkan dirimu sendiri di hadapanku, karena aku adalah sosok yang akan meninggikan mu di mata semua orang," Naruto berjalan mendekat ke arah gadis itu, sedikit mempersempit jarak di antara mereka dengan langkah kakinya yang lebar.

"Maka dari itu, tersenyumlah…" dan mulai membelai pelan pipi sehalus salju milik gadis itu dengan salah satu tangannya. Mencoba, sebisa mungkin memberikan rangsangan hangat dari tangan seorang lelaki yang mungkin baru kali ini gadis itu rasakan.

Naruto pun hanya bisa berharap, bahwa gadis ini…

"Emilia," bisa tersenyum ceria tanpa ada beban di dalamnya.


Benua Pendulum dengan ragam entitas negara kerajaan, membuntangkan sebuah paham yang mana saling mengenal dan bekerja sama adalah segalanya dalam hal diplomasi. Bagi mereka, hal itu seperti amandemen penting yang perlu mereka legitimasi bersama-sama sebagai tuntutan sang empat kerajaan besar, yang tentunya digambarkan seperti empat pendulum saling mengayun satu sama lain agar dapat bergerak dan memantul selamanya.

Salah satu hasil dari kerja sama mereka adalah dengan adanya dinding sihir pembatas suatu negara, yang mana fungsinya sendiri sudah tercatat di setiap perbatasan yang ada. Tidak hanya itu, setiap negara kerajaan juga berhak mengirimkan beberapa Hunter dari daerahnya untuk lebih mengenal hubungan antar para hunter yang ada di benua Pendulum. Tentunya hal ini membuahkan sebuah hubungan timbal balik yang akan membantu menciptakan harmoni antarpenduduk di seluruh benua.

Hal inilah yang membuat Hunter dari Kerajaan Crimson, spesifiknya dari Guild White Dragon Emperor, yang dipimpin oleh Vali Lucifer harus datang berkunjung ke Kerajaan Cyan demi tersukseskannya sebuah hubungan khusus yang tentunya akan mempererat ikatan kedua belah pihak kerajaan—terutama pada bagian Akademi Hunter yang akan semakin terkenal.

Namun dikarenakan adanya sebuah skandal antara Bikou dan Kuroka yang kepergok berduaan di hotel cinta membuat Vali harus berurusan ribet dengan bagian hukum tata krama di Akademi Hunter, yang pada akhirnya mengharuskannya untuk mengurus masalah keduanya seorang diri.

Seharusnya masalah ini tidak akan menjadi besar kalau saja dalam skandal itu bukanlah orang penting yang menjadi pelakunya, akan tetapi yang jadi pelakunya itu Bikou dan Kuroka, mereka itu orang penting dari Akademi Hunter juga dari guild White Dragon Emperor yang sudah dikenal namanya di seluruh tujuh lautan!—oke, ini sedikit berlebihan.

Maka dari itu sebagai hukumannya, pihak kerajaan yang merangkak sebagai salah satu pengurus di Akademi Hunter membuat sebuah keputusan sulit yang mana pada akhirnya mereka di tugaskan untuk membantu permasalahan di Kerajaan Cyan yang sedang dialaminya.

Vali yang kesal pada akhirnya membiarkan Bikou dan Kuroka untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan mereka berdua saja, namun karena pemikiran Arthur yang mana sudah berpikiran maju akan jadi seperti apa kalau hanya mengirimkan mereka berdua saja—yang dia yakini sedang berselisih, membuat Vali pada akhirnya mengirimkan Bikou dan Arthur beserta dengan member guild WDE-nya untuk pergi ke Kerajaan Cyan—meninggalkan dirinya bersama dengan Kuroka yang masih terlihat murung, walau sudah dipisahkan dari Bikou di Kerajaan Crimson.

Entah apa yang terjadi kepada mereka berdua, yang jelas untuk saat ini peran yang harus Arthur dan Vali ambil adalah menyehatkan mereka kembali dengan memisahkan mereka berdua untuk beberapa waktu.

"Bikou, kau seriusan begituan dengan Kuroka?"

"Sudah kubilang, kalau aku belum melakukan apa pun pada Kuroka!"

"Lalu kenapa kau bisa ada di hotel cinta bersama dengannya, dan kenapa bisa ketahuan?" mata Bikou menyendu tatkala ia mengingat kembali perlakuan Kuroka yang menolaknya untuk di sentuh. Gadis kucing itu malah menamparnya dan mengatakan bahwa Naruto sedang melihatnya, maka dari itu Kuroka tidak jadi ia sentuh, padahal dirinya sendiri sudah lagi on fire!

Kurang ajar memang. Yang jelas hal itu membuat Bikou marah yang pada akhirnya menciptakan sebuah kegaduhan di hotel itu.

"Hey Arthur, apakah memang benar ini jalannya?" tidak ingin terlalu lama terlarut ke dalam kenangan pahitnya, Bikou mulai mengubah topiknya secara paksa.

"Hn, kau mengubah topik, tapi ya sudahlah…"

"Tsk, ini benar jalannya apa bukan?!"

"Kau meragukan instingku, Bikou?"

"Tidak juga sih, tapi yang saja! Kenapa kita harus melewati salju tebal ini hanya untuk sampai di Hutan Es Hantu bagian Utara!" saat ini, setelah sampai di Kerajaan Cyan mereka langsung ditugaskan untuk menumpaskan pengkhianat yang menetap di Hutan Es Hantu di bagian Utara. Hal ini diperkuat lagi oleh perkataan sang gadis peramal yang mengatakan bahwa mereka memang ada di sana.

Maka dari itu, dengan beberapa member guild White Dragon Emperor juga dengan bantuan beberapa Hunter Kerajaan Cyan, mereka mulai berangkat menuju ke lokasi yang sudah ditentukan dua hari setelah diumumkan misinya apa.

"Bikou-dono, kau harus sedikit terbiasa dengan keadaan yang ada di sini,"

"Ah, ya, sepertinya memang harus seperti itu, Zabuza-san," mereka yang ikut bersama dengan Bikou dan Arthur adalah Hunter Zabuza dengan asisten pribadinya, yaitu Haku, demi membantu mereka melintasi jalanan penuh salju ini agar tidak tersesat.

"Baguslah, karena Zabuza-sama tidak ingin ada penghambat di tim-nya,"

"Hey Haku! Jangan terlalu kasar pada mereka!"

"Ha'i," mengesampingkan pertikaian kecil tadi, mereka berdua terus berjalan, melewati rintangan dengan keheningan yang tiba-tiba.

Karena mereka tahu, 500 meter dari sekarang adalah pemukian para monster yang cukup sulit untuk dibasmi, yaitu Hyaki dan Yeti. Misi mereka kali ini adalah, harus benar-benar melenyapkan mereka demi keamanan dan kenyamanan di Kerajaan Cyan.

Sosok berwajah dingin dengan kedua matanya yang dibungkus kacamata, Arthur Pendragon bersama dengan satu rekannya mulai berjalan mendekati pemukiman itu dengan senjata mereka masing-masing. Hal ini membuktikan bahwa mereka cukup percaya diri dengan kekuatannya. Buktinya saja mereka langsung saja menyerbu tempat itu dengan tanpa sebuah serangan dadakan atau pun penyergapan.

"Grrraah?!" terlihat salah satu Yeti menyadari keberadaan mereka, dan dengan bergegas dia langsung berteriak untuk memperingatkan seluruh keluarganya—rasnya untuk bersiap menghadapi situasi genting.

"Dia berkomunikasi, sejenis langka kah?" Bikou memainkan tongkatnya, detik berikutnya endapan sihir yang berupa letupan partikel cahaya mulai membungkus tongkatnya hingga membentuk aura.

"Tidak, itu wajar terjadi," Arthur membenarkan letak kacamatanya, dia melihat salah satu sosok ramping dengan kulit birunya sedang berjalan kearah mereka dengan tenang—itu adalah sang Ice Elf, Hyakki, Baruka.

"Dia pemimpin di sini" lanjut Arthur setelah melihat tindak tanduk monter Ice Elf tersebut yang dirasanya mempunyai aura tersendiri.

"Ada yang spesial darinya?" Arthur menutup matanya dengan hembusan nafas kecewa.

"Sayangnya tidak ada, kita mendapatkan misi mudah lagi, ternyata." Bikou menurunkan niat bertarungnya dan membungkuk kecewa, mungkin dia berharap lebih dengan kehebatan monster yang akan mereka basmi ini. Namun ternyata harapannya tidak sesuai.

"Grrraaahh, Grrrraaaaaaahhhhhh, gggrrrrrraaaahhhhuuuu?"

"Hah?!" baik Bikou, Arthur, Zabuza, Haku, dan para rombongan sedikit dibuat terkejut ketika mendapatkan bentuk interaksi yang tidak terduga dari monster besar di depannya. Dia—Yeti, melambaikan kedua tangan ototnya seakan-akan berusaha untuk meyakinkan mereka bahwa dia bukanlah makhluk jahat.

"Hoy Arthur! Apa dia berusaha untuk membodohi kita!"

"Mungkin saja," monster Yeti itu tidak kebahisan akal, sebisa mungkin sang pemimpin—Baruka, yang melihat tidak adanya harapan untuk bisa berkomunikasi mulai terpikir SilverAsh untuk bisa berkomunikasi dengan mereka. Tetapi dia lupa, kalau SilverAsh sedang mengumpulkan beberapa buah-buahan di belakang bersama dengan adiknya.

Dikarenakan perkataan Naruto yang menyuruhnya agar tidak terlebih dahulu membunuh para manusia, membuat Baruka secara tidak langsung berusaha untuk menggunakan bahasa isyarat yang dia harap manusia di depanya ini paham bahwa mereka bersahabat.

"Grraaahhh ggrrrrraaaa, graaaahhh?! (Di mana Naruto berada sekarang?!)"

"Grrraaahhh, Grraaaaaaahhh Grrrraaaaaaaaaa! (Dia sedang pergi ke sungai ketua!)"

"Grrrrraaaahhh! (Panggil dia sekarang!)"

"Grrrrrrrrr! (Baik!)" percakapan para monster yang tidak mereka pahami, akan menjadi sebuah kesalah pahaman yang bisa saja berujung fatal. Dua dari monster bawahan Baruka mencoba untuk segera pergi dan memanggil Naruto namun sayangnya sebuah cahaya pembelah dimensi berhasil membuat tubuh monster itu terbelah dua dengan rapi.

"Bikou, apa pun yang terjadi, jangan pernah mengkendorkan kuda-kudamu,"

"Si-sialan! Aku hanya sedang bingung dengan kelakuan monster di depan kita tahu!" Arthur menyarungkan kembali pedangnya yang berasap setelah dia keluarkan salah satu kemampuannya untuk memotong habis monster Yeti yang mencoba untuk lari itu.

"Selama mereka membawa senjata," Bikou langsung saja tersentak sebentar sebelum dia tersenyum menyeringai.

"Mereka tetap akan menjadi ancaman," dan dengan berakhirnya perkataan Arthur, Bikou langsung saja menyalakan kembali semangat bertarungnya yang sempat hilang tadi.

"GRRRAAAAAHHHHHHH!"

"Arthur! Kau duduk saja! Biarkan aku bersenang-senang sedikit di sini! Aku sudah kesal karena sudah ditolak Kuroka, maka dari itu biarkan aku membereskan mereka!"

"Terserah kau saja,"

"Haku, kita juga harus membantunya!"

"Ha'i, Zabuza-sama!" dan dimulailah, pembantaian para monster yang bernasib malang karena harus menghadapi salah satu dari hunter terkuat di Kerajaan Crimson dan Kerajaan Cyan. Pada akhirnya monster tetaplah monster, salah satu bentuk yang tidak bisa mendapatkan eksistensi baik bagi pandangan dunia.

Baik dari segi mana pun, nama mereka berujung pada deskripsi kebrutalan dan keburukan. Tidak ada dalam sejarah monster membantu dan menjalani hidup baik seperti yang dideskripsikan oleh kitab mereka.

Monster adalah julukan buruk untuk orang yang buruk juga. Itulah kenapa, mereka harus menerima takdir yang dengan suka rela memperkosa mereka secara BDSM. Apabila tidak mampu melawan, maka pasrah dan nikmati adalah pilihan mereka saat ini.

'Naruto, maafkan aku… maafkan aku yang tidak bisa menepati janji untuk terus berdiri disampingmu sebagai penasihat monster,'

"Huahahahaa! Apa hanya segini saja kemampuan kalian para monster bodoh!"

'Naruto, monster tetaplah monster. Eksistensi mereka akan terus dipandang buruk, walaupun kita berbuat baik sekalipun. Diakhir hidupku ini, aku merasa senang sekali bisa bertemu denganmu,'

"Hoy Ketua Monster! Apa kau akan berdiam diri saja dan melamunkan anak buahmu yang mati di tongkatku ini!" Baruka hanya bisa terdiam menatap semuanya.

"Tentu saja tidak bukan?! Balaskan kematian mereka dengan amarahmu dan hiburlah aku! Kha kha kha!"

'Untuk kedepannya, aku akan terus berdoa untuk keselamatanmu. Jadi kumohon kuatkanlah mentalmu ketika kembali kesini! Apapun yang terjadi kau harus kuat menjalani takdirmu,'

'Jangan sampai kau kalah dan menjadi monster seperti kami,'

"Kau lumayan juga untuk ukuran monster yang brutal sepertimu. Tetapi sepertinya waktu bermain sudah berakhir!"

'Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku senang bertemu denganmu, Naruto,'

"Hey, ada apa ini?!" SilverAsh yang baru datang pun langsung dikejutkan oleh pembantaian ini.

"Ada Nekomata langka! Snow Leopard! Dan lihatlah… wanita itu sangat cantik!"

"Jangan sentuh adikku!"

"Muahaha! Serang mereka!" pada akhirnya, sekali lagi, SilverAsh… tidak akan pernah mempercayai manusia, dan akan terus mengutuk mereka, untuk selamanya.

"Matilah!"

.

.

.

To be continued…


A/N: Selamat Hari Raya Idul Adha! Mohon maaf lahir dan batin ya semuanya! Semoga bagi kalian yang berkorban dimudahkan rezekinya dan diluaskan kesabarannya, aamiin. Serta… mohon do'anya ya untuk kesembuhan saya beserta Ibu saya yang ternyata terkena virus corona—sudah hampir dua minggu kurang ini dirawat.

Memang new normal itu tidak efektif sih menurut saya, karena kalau sudah ngantor dan ketemu teman sejawat, pasti bakal larut dengan obrolan dan melupakan segalanya yang pada akhirnya saya di sini membawa sebuah virus hingga menularkan kepada keluarga T.T

Alhamdulillah sekarang sudah mendingan, author pada akhirnya disuruh untuk isolasi mandiri deh. Kalian harus menjaga tubuh dan kesehatan kalian ya! Jangan sampai bepergian! Karena serius, flu dan demamnya bukan main! Sendinya nyeri, menggigil banget, sama sesak! Lidahnya gak ada rasa sama gak ada bau-bau! Pokoknya kalian harus menjaga kesehatan! Ikuti protokol kesehatan setaat mungkin.

Pada chapter kali ini tidak banyak yang bisa saya katakan selain pada akhirnya konflik mulai diperkenalkan untuk chapter ke depannya. Saya juga menjelaskan benua Pendulum hasil kreasi saya sendiri dengan sistem yang terbangun di situ, well, kalian boleh mengkritiknya. Maaf kalau banyak tipo dan kekurangan di sana-sini, karena memang author ngetiknya pun dengan kondisi tubuh yang tidak fit namun dengan imajinasi yang liar entah bagaimana.

Oh iya, mengenai pertanyaan waktu di Tower of Tartarus dengan di dunia aslinya—benua pendulum, sama apa enggak sih? Ini akan terjawab nanti kok, belum saatnya, karena ini termasuk ke dalam misteri X lainnya yang author bangun.

Pokoknya—error 404!

Dan oh iya, sesuai janji Author yang sudah menyusun kerangka ceritanya dan sudah mengatakannya akan membeberkan nasib Kuroka pada 'A/N di chapter 11'… nasib Kuroka pada akhirnya terungkap di chapter 14 ini. Berbahagialah, dia belom jebol!

Yup, hanya itu yang dapat saya sampaikan, terima kasih semuanya sudah memberikan kesan dan pesan kalian sehabis membaca cerita ini, karena dengan jejak kalian lah saya jadi yakin untuk terus mengetik dan merampungkan cerita ini dengan cepat.

Untuk ke depan mungkin update gak akan nentu, author mau fokus nyehatin badan dulu. Minta do'a dan dukungannya ya semuanya!

Tetap jaga kesehatan dan jaga kerukunan di dalam rumah ya! Sampai jumpa!

GearPhantom97, out…