The Life of Namikaze Family
Author : Crezix
Disclaimer : Semua chara di karya ini bukanlah milik saya. Saya tidak mengambil keuntungan sekecil apapun dalam membuat karya ini
Rate : T
Genre : Family, Hurt-Comfort, Angst, Comedy, Romance, Drama
Pair : Naruto U. x ?
Chapter 1
Semua tampak sama dimataku, orang orang berbicara dengan teman-temannya membentuk kelompok kecil. Bukan salah mereka sih, hanya saja aku murid pindahan ketika semester baru dimulai jadi tidak ada yang mengenalku disana. Sepertinya kehidupan SMA-ku harus berakhir menjadi penyendiri.
Aku Namikaze Naruto, umur 17 tahun, dengan rambut berwarna pirang, tinggi seperti rata-rata anak SMA disertai 3 whisker di masing-masing pipiku. Ayahku adalah Namikaze Minato, Lelaki berambut pirang yang merupakan seorang karyawan di perusahaan besar. Yah penuh perjuangan juga dia bisa seperti itu dari yang hanya menjadi pegawai biasa di sebuah cabang perusahaan, lalu suatu hari bos ayahku dari pusat datang untuk memantau kinerja karyawan di tempat ayahku bekerja, kemudian dia melihat kinerja ayahku yang menurutnya luar biasa dan berakhir dengan ditariknya ayahku untuk menjadi tangan kanan bos ayahku, otomatis kami harus pindah ke kota dimana perusahaan pusat berada, untunglah bos ayahku memberikan sebuah rumah sederhana miliknya. Kalau tidak salah, perusahaan dimana ayahku bekerja adalah Himejima Corp. Ayahku keren bukan? Hahaha
Ibuku? hmm ayahku belum menikah lagi, jadi aku tidak punya Ibu saat ini. Aku tahu ayah tidak lagi memikirkan hubungan romansa mengingat dia harus bekerja untuk menghidupi kami. Tapi sebenarnya aku juga seorang pekerja part-time. Yah, mengingat kondisi kami sebelum ayah bekerja di Himejima Corp. tentu saja aku tidak bisa tinggal diam melihat keadaan kami kala itu. Saat itu ayahku melarang keras aku untuk bekerja, setelah kami membicarakannya ayah setuju juga dengan syarat agar aku tetap fokus sekolah dan ku setujui tanpa ragu. Tapi setelah ayahku bekerja disana, aku jadi kebiasaan kerja part-time dan akhirnya tetap bekerja walaupun kebutuhan pokok kami sudah bisa ditampung dengan gaji ayahku.
Teng Teng Teng
Karna bel masuk istirahat sudah berbunyi, waktunya ke tempat favoritku.
Normal POV
Naruto saat ini sedang berada di perpustakaan sendirian. Ia tidak punya teman karena dia baru di sekolah ini, jadi dia lebih memilih menyendiri di perpustakaan, lagipula perpustakaan adalah tempat yang nyaman untuknya. Setelah memilih beberapa buku untuk dibaca, dia lalu duduk dengan disebuah kursi yang kosong lalu membaca dengan tenang. Di depan Naruto, ada seorang gadis berkacamata yang keheranan melihat seorang siswa berada di perpustakaan
"Hei, kau dari kelas mana?"
"..."
"Aku bicara denganmu pirang." Merasa dirinya yang dimaksud, Naruto lalu mengangkat pandangannya
"Ada apa?"
"Tidak ada, hanya sedikit bingung melihat masih ada yang ingin ke tempat ini."
"Ohh tidak apa, hiraukan saja aku. Aku hanya ingin sendiri." ucap Naruto sambil tersenyum tipis lalu fokus kembali ke bukunya
"Aku Sona, Sona Sitri dari kelas 3-1. Siapa namamu?"
Mendengar gadis di depannya ini mengenalkan dirinya, Naruto lalu kembali mengangkat pandangannya
"Namikaze Naruto dari kelas 2-1."
"Jadi Namikaze-san, kenapa kau menyendiri disini?" tanya Sona karena biasanya siswa disini jika ingin menyendiri selalu datang ke atap, bukan perpustakaan
"Memangnya salah ya? aku hanya ingin ke sini karena di sekolah lamaku, aku selalu ke perpustakaan jika ingin menyendiri."
"Ohh, kau murid baru yang masuk bertepatan dengan awal semester. Pantas saja tidak ke atap."
Naruto hanya tersenyum akhirnya mengetahui maksud pembicaraan ini
"Aku paham, jadi biasanya mereka ke atap ya. Maaf membuatmu bingung."
"Tidak perlu minta maaf, aku hanya sedikit heran saja."
"Benarkah? kalau begitu maukah kau jadi temanku, Sitri-senpai?"
Sona sedikit terkejut mendengar perkataan Naruto
"Kau menarik, Namikaze-san. Tentu aku mau, kau boleh memanggilku Sona."
"Kalau begitu panggil aku dengan nama depanku juga, sona-senpai."
"Tentu, jadi kau murid baru kan? sudah menentukan mau ikut klub mana?"
"Aku belum melihat sekolah ini, jadi mungkin aku ingin melihat-lihat dulu saat pulang sekolah nanti."
"Begitu ya, kalau begitu selamat datang di Kuoh Gakuen."
"Terima kasih, ahh boleh aku lanjut membaca ini."
"Tentu, maaf sudah menganggumu."
Naruto mengangguk lalu mengalihkan pandangannya ke buku di tangannya
.
.
.
Ketika sekolah sudah usai, Naruto berkeliling melihat-lihat klub yang ada di Kuoh Gakuen
'Tidak ada yang menarik, yah lagipula tidak mungkin aku masuk klub padahal aku akan kerja-part time. Sebaiknya aku pergi mencari pekerjaan.' batin Naruto setelah berkeliling sekolah
"Ohh Naruto-kun, sudah memutuskan mau masuk klub mana?" sebuah suara dari belakang Naruto membuatnya menoleh ke belakang
"Ohh Sona-senpai, maaf mungkin aku tidak ikut klub sekolah. Aku lebih memilih bekerja part-time."
"Begitu ya, mau bekerja di kafe milik kakakku?"
"Benarkah? aku terbantu, dimana kafe kakakmu?"
"Dekat taman disekitar sini, ayo ku antarkan."
Sona lalu keluar sekolah diikuti Naruto. Mereka berjalan dengan tenang, karena Naruto fokus melihat sekitar dan Sona yang memang menyukai ketenangan hingga Naruto berbicara
"Omong-omong kau masuk klub apa, Sona-senpai?"
"Aku masuk OSIS."
"Ohh- Ehh, kau ikut OSIS?" Sona lalu mengangguk
"Begitu ya, itu menjelaskan kenapa kau menanyakan aku masuk klub mana tadi siang." Sona mengangguk lagi sebagai respon
Mendapat respon anggukan lagi, Naruto lalu menghentikan pembicaraan dan memilih kembali melihat sekitar, sedangkan Sona fokus melihat kedepan. Tiba-tiba sebuah suara memanggil Sona
"So-tan!" seorang gadis dengan rambut diikat twin-tails berambut hitam dan berpakaian seperti cosplay penyihir berwarna pink muncul dari belakang dan langsung memeluk Sona
"Nee-chan, bisa l-lepas dulu pelukanmu?"
"Mouuu, aku hanya rindu So-tan."
"Kita hanya belum bertemu selama beberapa jam." Naruto yang mendengarnya jadi sweatdrop
"Ehh, ini siapa So-tan?"
"Dia-"
"Dengar yaa, kalau kau membuat So-tan menangis akan ku buat kau sengsara." ucap gadis itu
"Ehh...anuu... umm... baiklah." jawab Naruto kaku sambil sedikit menganggukkan kepalanya
"Sera-nee ngomong apa?"
"Huh? dia pacarmu kan?"
"Tentu saja bukan." sanggah sona ceoat dengan wajah memerah
"Ohhh jadi kau teman baru So-tan?"
"Benar, Namaku Namikaze Naruto. Senang bertemu denganmu... anuu."
"Serafall Sitri. Senang bertemu denganmu Naru-tan."
"Naru-tan?"
"Umm, imut kan?"
'Niat sekali.' batin Naruto sambil menggaruk pipinya mendengar ucapan Serafall yang benar-benar meniru penyihir dari sebuah manga
"Nee-san, Naruto ingin bekerja di kafemu. Ada yang kosong kan?"
"Hmm aku butuh pegawai tetap sih, tapi sepertinya menarik memiliki satu atau dua pekerja part-time. Baiklah, ayo kita pergi ke kafeku Naru-tan." ucap Serafall sambil menarik tangan Naruto. Naruto yang baru ditarik hanya bisa pasrah karena mengetahui perempuan di depannya ini adalah bos ditempatnya akan bekerja. Sedangkan Sona yang merasa ditinggal langsung menyusul mereka
.
.
.
Didepan Naruto, Sona, dan Serafall kini terlihat kafe bertuliskan Levia-tan diatas pintunya
'Benar-benar seperti Sona-senpai.' batin Naruto melihat tulisannya diatas
"Ayo masuk, Naru-tan."
"Baik Sitri-san."
"Serafall saja, pakai -chan yaa."
"Baiklah Serafall-chan." Serafall lalu mengangguk dan masuk duluan
"Aku paham, kau pasti bingung melihat sikapku dan sikapnya yang bertolak-belakang." ucap Sona mengambil alih pandangan Naruto
"Jujur aku hanya sedikit terkejut, Sona-senpai. Tapi kau punya kakak yang sangat penyayang. Jangan sampai hilang ya."
"Maksudmu?"
"Entahlah, hanya pengalaman." ucap Naruto dengan senyum lebar lalu berjalan masuk mengikuti Serafall
'Apa arti senyummu itu Naruto-san?' batin Sona bertanya-tanya lalu mengikuti Naruto dari belakang
Naruto yang baru masuk ke kafe milik Serafall lalu melihat-lihat sekitarnya
"Wooahh, benar-benar tempat yang hebat." takjub Naruto melihat sekitarnya yang ramai
"Hehehe, selamat datang di kafe Levia-tan."
"Selamat datang, tuan." Sebuah suara yang berasal dari perempuan berambut biru yang perkiraan Naruto hanya berbeda 3 tahun darinya mengambil perhatiannya. Gadis itu memakai kemeja putih dengan rok hitam seperti waitres pada umumnya
"Ko-tan, dia pegawai baru kita. Namanya Naru-tan." ucap Serafall mengambil pandangan perempuan yang bernama Konan itu
Konan lalu mengangguk menatap Naruto sambil tersenyum
"Panggil saja Konan, senang bertemu denganmu."
"Namikaze Naruto, senang bertemu denganmu Konan-san."
"Oke ayoo kita ke bagian dapurnya." ucap Serafall membawa Naruto ke dapur meninggalkan Sona dan Konan
"Apa dia temanmu, Sona-chan?"
"Umm aku baru bertemu dengannya beberapa jam yang lalu di sekolah."
"Ohh, jadi dia pria yang menarik perhatian Sona-chan yaa." goda Konan dengan mengedipkan sebelah matanya. Sona hanya diam, tapi tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah
"Baiklah aku lanjut kerja dulu." ucap Konan
Sona mengangguk dan berjalan menuju dapur menyusul kakaknya
.
.
.
"Oke Naru-tan, mulai besok kau bekerja disini sepulang sekolah yaa."
"Baik, terima kasih sudah menerimaku Serafall-chan."
"Hehehehe tentu-tentu. Jadi sudah berapa lama kau mengenal So-tan?" tanya Serafall
Naruto yang mulai paham arah pembicaraan menjadi kikuk
"U-umm tadi siang d-di Perpus."
"Hah?" Serafall tidak mendengar perkataan Naruto karena suaranya pelan
"Tadi siang di Perpus."
"Ehhh maksudmu baru kenal tadi siang di sekolah?"
Naruto mengangguk
"Ketika dia di Perpus?"
Naruto mengangguk lagi
"Saat jam istirahat?"
Naruto mengangguk lagi
"Apa dia yang menyapamu duluan?"
Naruto mengangguk lagi dan lagi
Serafall langsung menatap adiknya yang ada disebelah Naruto dengan terkejut. Ia lalu mendekatinya dan membisikkan beberapa perkataan yang membuat Naruto bingung
"Tenanglah, Nee-san. Dia lebih baik dari yang kau duga."
"Maksudnya?"
"Walau rambutnya seperti preman, tapi tidak ada orang yang akan ke Perpustakaan ketika jam istirahat. Artinya dia anak baik-baik," ucap Sona membetulkan kacamatanya
"Ohh kukira kau membantunya karena kau jatuh cinta pandangan pertama dengannya."
"Itu hanya ada difilm, Nee-san."
"Oke kalau So-tan percaya padamu, aku juga akan percaya padamu, Naru-tan," kata Serafall mengacungkan jempolnya
'Jadi aku tadi diragukan ya?' batin Naruto sweatdrop melihat pose Serafall
"Hehehe terima kasih, Serafall-chan," sahut Naruto mencoba menghilangkan sweatdropnya
"Kuharap kau tidak lupa belajarmu, Naruto-kun."
"Tentu, Sona-senpai. Sekali lagi terima kasih sudah mengenalkanku tempat ini."
"Santai saja, Naruto-kun. Hanya membantu teman."
"Kalau begitu aku pulang duluan, Terima kasih, Serafall-chan, Sona-senpai.
"Ya hati-hati dijalan Naru-tan," kata Serafall sambil melambaikan tangannya sedangkan Sona hanya mengangguk
Setelah Naruto pergi, Serafall lalu memandang Sona
"Teman barumu menarik, So-tan."
"Aku bahkan terkejut ada yang menawarkan diri menjadi temanku."
"Hee kukira kau yang ingin berteman dengannya."
Sona hanya mengangguk menanggapinya. Serafall lalu melihat pimtu keluar cafenya
"Tapi maksudku bukanlah itu."
Sona lalu memandang kakaknya dengan bingung
"Maa mungkin kau tidak melihatnya. Aku saja tahu hal ini setelah menjadi pemilik cafe ini."
"Aku pulang."
Naruto akhirnya sampai di rumahnya. Rasa senangnya mendapatkan pekerjaan tidak bisa ditahan yang diekspresikan dengan senyuman sedari pulang dari cafe Levia-tan tadi.
'Walaupun arahnya berlawanan dengan rumahku, tapi dekat sekolah. Jadi tidak terlalu membebani, apalagi didekatnya ada taman yang bagus. Tempat kerja yang ideal,' batin Naruto gembira sambil mengingat jalan ke cafe tempatnya akan kerja besok
"Yosh, waktunya mandi lalu memasak sambil menunggu tou-san pulang," ucap Naruto ke kamarnya mengambil handuk
Setelah mandi dan memasak, Naruto lalu menyiapkan masakannya di meja makan
Kriiet
"Aku pulang," ucap seorang pria berambut pirang seperti Naruto tetapi lebih panjang dengan pakaian kantor melekat dibadannya
"Selamat datang, Tou-san."
"Harum seperti biasa, hari ini apa?"
"Omurice."
"Wah tidak sabar." Ayah naruto, Minato lalu melepas jas kantornya lalu duduk di meja makan
"Mandi dulu, Tou-san. Kau bau tahu."
"Ayolah jangan seperti Ibu-ibu anjay, Naruto." Tangan Minato mencoba mengambil makanannya
Ctak
"Mandi woi, kau bau dasar pirang."
"Cih kau juga pirang, anak kampret."
"Kau memang kampret, Tou-san. Mandi sana, aku lapar menunggumu."
"Cih kau menang, bocah. Awas kalau aku datang udah habis." Minato lalu menuju kamarnya mengambil handuk
"Ya, cepatlah."
Setelah mengambil handuk Minato bergegas menuju kamar mandi dan menyalakan shower
Naruto dan Minato memang sering lempar umpatan sembari bercanda ria. Yah, awalnya Minato duluan yang memulai ini semua agar Naruto bisa membuka diri kepadanya juga sekaligus melepas stress mereka. Ia tidak masalah bersikap konyol didepan anaknya yang membuat dirinya tidak tegas dan berwibawa daripada anaknya menanggap dirinya ayah yang tidak perhatian mengingat anaknya tidak memiliki kasih sayang ibu. Ia yang dulunya yatim piatu tidak ingin anaknya bernasib sama atau bahkan lebih buruk darinya. Ia akan rela melakukan apapun bahkan menukar nyawanya agar anaknya bisa bahagia dan tidak menganggap rumah hanya sebagai tempat tinggal, tapi sebagai tempat berteduh disegala hujan yang dikenal pahitnya hidup.
Setelah selesai memikirkan Naruto, Minato segera menyabuni badannya
.
.
.
Setelah mandi, Minato dan Naruto pun segera makan
"Tou-san, aku dah dapat kerjaan loh," kata Naruto ditengah makannya
"Dimana?"
"Dekat sekolah, yah walau nggak sejalur sama rumah tapi tempatnya benar-benar bagus."
"Aku tidak masalah, Naruto. Asal itu tidak menganggu sekolahmu, just do it."
"..."
"..."
"Sok inggris."
Twichh
Seketika perempatan muncul di kening Minato
"Padahal aku udah baik-baik gini, malah ngeledek lu bocah."
"Ehehehe woles-woles. Tapi...terima kasih sudah membiarkanku kerja part-time, Tou-san," kata Naruto sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"..."
"..."
"Bacot lu, Pirang."
Twichh
Gantian kini jidat Naruto yang timbul perempatan mendengar perkataan ayahnya
"Oke selesai makan kita selesaikan di tempat biasa."
"Hmm aku takut kau kalah lagi, Bocah."
"Cepat makan, Orang tua."
Begitulah keseharian Minato dan Naruto. Saling lempar ejekan yang malah mempererat hubungan keduanya
"Hubungan tertinggi dari persahabatan adalah cacian dan makian." —Anonymus
Setelah makan, mereka ke depan televisi. Minato dan Naruto tampak asik memainkan benda ditangannya
"Kau akan kalah kali ini, Orang tua. Pemainku dalam kondisi fit."
"Cih, liat saja. Ayahmu ini jenius yang tak terkalahkan dari dulu hingga sekarang kalau masalah game seperti ini."
Naruto dan Minato ternyata sedang memainkan permainan game sepak bola yang menggunakan cd player lengkap dengan konsol. Konsol game yang didapat Naruto ketika temannya memainkan gatcha. Karena temannya sudah memilikinya, jadi ia memberikannya pada Naruto.
Tentu saja ketika Minato mencetak gol, ia memainkan replaynya hingga Naruto jengkel
"Hei Naruto, lihat replaynya dulu. Tendangan overhead-kick, djjaarrr, gooolll," ucap Minato heboh dengan suara yang dibuat-buatnya membuat Naruto tambah jengkel
"Cepat pencet start woii."
"Sabar dulu, ini epic moment."
"Heiis cepatlah."
"Woles, Bro."
"Tou-san kampret, ku balas kau nanti."
Setelah beberapa saat, pemain Minato mencetak gol lagi dengan sundulan.
"Liat replaynya dulu. Hiattt umpan silang dari sudut lapangan, dengan akurat sampai di area jangkauan pemain. Sundulan yang tajam, duarr, goollll," ucap Minato mencoba menjadi komentator yang membuat muka Naruto merah
"Sudah cepat pencet startnya."
"Dah 2-0 nih. Yakin lanjut nih?"
"Bentar ku balas."
Permainan kembali dilanjutkan, hingga memasuki menit-menit terakhir pemain Minato melakukan tendangan keras dari luar kotak penalty dan berbuah gol kembali.
"Golll. Hatt-trick kali ini bung. Bagaimana pelatih, apakah ini hasil arahan anda?" kata Minato berpura-pura memegang konsol seperti memegang mic kesamping kemudian mengarahkan kembali ke mulutnya
"Yaa, ini juga berkat pemain yang hebat. Walaupun kondisi mereka kurang fit, tapi masih bisa membuat tim kami menang 3-0."
Melihat tingkah Minato, Naruto benar-benar jengkel
"Konsolnya jelek, makanya kalah."
"Kau masih terlalu cepat seratus tahun mengalahkan ayahmu ini, Nak. Hahahaha."
"Tau ahh, capek. Aku mau tidur."
"Ohh iya, Naruto. Sebelum tidur, kunci pintu luar dulu ya."
"Yaa, tolong bereskan konsolnya, Tou-san."
"Wokeh. Kurasa bakal mimpi indah malam ini, hahahaha."
Naruto yang mendengarnya menutup pintu dengan keras yang malah membuat tawa Minato semakin nyaring.
"Tou-san kampret. Masa nggak mau mengalah sama anaknya," ucap Naruto kesal begitu sampai di kamarnya dan berbaring. Namun seketika dia tersenyum bahagia
"Kurasa aku juga akan mimpi indah, Tou-san." Naruto menarik selimutnya dan terlelap dalam tidurnya
.
.
.
"Hari ini piket kebersihan ya." Hari ini Naruto berangkat lebih pagi dari biasanya karena ia kena giliran piket kebersihan.
Saat di perempatan jalan, ada yang memanggilnya dari sisi kiri
"Selamat pagi, Naruto-kun." Mendengar seseorang memanggilnya, Naruto segera melihat ke sumber suara
"Ohh Sona-senpai, selamat pagi."
"Jadi rumahmu dari arah sana ya?"
"Ya, kukira rumah Sona-senpai dekat dengan cafe milik Serafall-chan."
"Memang rumahku ke arah sana."
"Lalu?"
"Disini apartemenku."
"Err Sona-senpai, kenapa tinggal berjauhan dari orang tuamu."
"Hanya ingin hidup mandiri."
"Nanti ketika pulang sekolah barengan ya."
"Aku kan kerja dulu."
"Aku juga sepulang sekolah terkadang kesana dulu."
"Oke boleh saja."
'Rumahnya dengan cafe Serafall-chan kan tidak terlalu jauh, kenapa malah menyewa apartemen disekitar sini?' batin Naruto sweatdrop
"Bukannya ini masih terlalu pagi ya, Naruto-kun?"
"Ohh aku giliran piket kebersihan hari ini. Sona-senpai sendiri kenapa berangkat pagi-pagi?"
"Tugas OSIS."
"Ohh."
Percakapan mereka pun berhenti sampai situ, hanya keheningan menemani mereka hingga ketika hampir sampai di gerbang sekolah
"Sona-senpai."
"hmm?"
"Aku mau tanya, kenapa kau masuk OSIS?"
"Hanya cari kerjaan."
"Bukankah ada banyak klub di sekolah."
"Aku tidak suka berkeringat, aku lebih suka kerja depan meja daripada berada dilapangan atau di ruang musik."
"Hmm aku paham."
Tiba-tiba Sona melihat kearah Naruto
"Ngomong-ngomong, boleh tanya sesuatu juga?"
"Ya ada apa?" Naruto lalu memandang balik Sona
"Kenapa pindah kemari?"
"Ohh ayahku dipindah tugaskan kesini jadi aku juga ikut dengannya."
"Dimana dia bekerja?"
"Himejima Corp."
"Sepertinya ayahmu orang yang hebat sampai bisa dilirik Himejima-sama."
"Kau kenal bos ayahku?"
"Ayahku dan Himejima-sama berteman, keluargaku juga terkadang mengunjungi mereka."
"Wah ayahmu pasti hebat."
"Tentu."
"Apa kau bangga dengannya?"
"Entahlah."
Merasa suasana menjadi canggung, Naruto segera memahami pertanyaannya
"Maaf."
"Tidak perlu minta maaf, kau hanya tidak tahu."
Suasana mereka menjadi semakin canggung hingga sampai di gerbang sekolah
"Sona-senpai, mau makan siang denganku?"
Seketika Sona menatap Naruto
"Apa ini ajakan kencan?"
"Bu-bukan, kau bisa mengajak temanmu kalau mau."
"Boleh saja, mungkin aku akan membawa seseorang. Tidak apa kan?"
"Tentu, lebih banyak lebih asik. Ketemu di perpustakaan ya."
"Perpustakaan bukan tempat untuk makan siang."
"Ehh."
"Kita makan di atap saja, disana udaranya sejuk."
"Ba-baiklah, kalau begitu sampai jumpa, Sona-senpai."
"Yaa, sampai jumpa, Naruto-kun."
Mereka pun berpisah menuju tujuannya masing-masing. Setelah Naruto sampai di kelasnya, ia terkejut melihat seseorang berambut putih memakai seragam yang duduk di pojokan dekat jendela.
"Anoo permisi."
Tidak ada jawaban dari orang tersebut, orang itu hanya menatap Naruto sebentar lalu mengangguk dan menatap keluar lagi
Merasa diabaikan, Naruto lalu menyimpan tasnya dan mengambil peralatan kebersihan di kelasnya
Naruto pun segera mendekati siswa
"Bisa geser sedikit, aku mau menyapu."
"Ohh oke."
"Terima kasih. Ohh iya, kenapa sepagi ini?"
"Hanya bosan dirumah."
"Ohh. Aku Naruto Uzumaki, siapa namamu?"
"Vali, Vali Lucifer."
"Senang mengenalmu, Lucifer-san."
Naruto pun segera menyapu dan bersih-bersih mencoba mengabaikan Vali yang malah menatapnya
"Kenapa tidak kemarin sore saja?" ucap Vali menatap Naruto
"Ohh kemarin aku mencari pekerjaan part time. Lagian aku juga sama sepertimu, bosan dirumah ketika pagi," sahut Naruto menghentikan acara menyapunya dan menatap balik Vali dengan tersenyum
"Kau sering bangun pagi?"
"Udah jadi kebiasaan, kau sendiri?"
"Baru hari ini, entah kenapa aku terbangun saat subuh padahal masih mengantuk."
"Kenapa tidak lanjut tidur saja?"
"Dan dimarahi kakekku? Tidak terima kasih."
"Hmm aku mengerti."
Merasa tidak ada yang dibicarakan lagi, Naruto lalu melanjutkan bersih-bersihnya hingga selesai kemudian duduk di kursinya yang berjarak tiga kursi dari milik Vali
Beberapa menit kemudian, beberapa teman kelas Naruto mulai memasuki kelas dan membentuk kelompok bicara sendiri. Naruto lekas berdiri dan mencoba berkeliling sekolah hingga jam pelajaran mulai
Teng Teng Teng
Setelah jam istirahat berbunyi, Naruto segera ke atap sambil membawa bekalnya dari rumah
'Mungkin Sona-senpai belum datang,' batin Naruto tidak melihat Sona
'Disini lumayan ramai ya,' batin Naruto melihat atap sekolahnya yang memiliki beberapa kursi panjang serta beberapa siswa-siswi disana
"Loh Uzumaki-san, kau sedang apa disana?" Merasa ada yang memanggil, Naruto segera melihat siapa yang memanggilnya
"Ohh Lucifer-san, aku sedang mencari Sona-senpai dari kelas 3-1. Apa kau mengenalnya?" tanya Naruto melihat Vali sedang makan bersama teman-temannya
"Ohh kenapa mencari—"
"Ohh kau sudah sampai, Naruto-kun. Maaf aku dan temanku sedikit lama karena guru kami lambat keluar."
"Ohh tidak apa. Lucifer-san aku pergi dulu."
Naruto, Sona dan teman Sona yang berambut hitam panjang juga memakai kacamata seperti Sona mencari tempat duduk yang sepi sementara Vali dan teman-temannya melihat mereka
"Bukannya tadi kaichou dan fuku-kaichou ya?" kata seorang gadis berambut Hitam disamping Vali
"Sepertinya dia berteman dengan mereka," ucap pria berambut hitam lurus
"Entahlah, aku pun baru mengenalnya tadi pagi," ucap cuek Vali mengalihkan pandangannya ke bekalnya
"Ayo makan."
Sementara itu, Sona dan yang lain akhirnya duduk di dekat pagar pembatas di pojokan.
"Aku Naruto Uzumaki dari kelas 2-1, siapa namamu?" tanya Naruto pada orang disamping Sona
"Tsubaki Shinra, kelas 3-1."
"Jadi kau sekelas dengan Sona-senpai yaa, Shinra-senpai."
"Tsubaki saja, aku dan Kaichou memang sekelas sejak tahun pertama," kata Tsubaki sambil membenarkan kacamatanya
"Panggil juga aku dengan namaku ya Tsubaki sen— tunggu, Kaichou? Kau Ketua OSISnya?" tanya Naruto terkejut
"Ahh maaf tidak pernah bilang. Aku adalah ketua OSIS di Kuoh Gakuen ini. Dan dia adalah wakilku," kata Sona sambil menunjuk Tsubaki
"Err kurasa salahku tidak menanyakannya. Maaf Sona-kaichou," ucap Naruto sedikit menundukkan kepalanya
"Santai saja, panggil saja seperti biasa."
'Ehh, Kaichou?' batin Tsubaki bingung
"Err panggil juga aku sama seperti Kaichou," kata Tsubaki
"Baik, Sona-senpai, Tsubaki-senpai."
"Ngomong-ngomong Kaichou, seberapa dekat kau dengan Naruto-kun."
"Dia bekerja di cafe kakakku. Akan merepotkan jika ia terbiasa memanggilku Kaichou nantinya."
"Kau kerja part time?" tanya Tsubaki terkejut karena sangat jarang bahkan hampir tidak ada satupun siswa di sekolah ini yang ia tahu kerja part time
"Yah walaupun aku tetap mengincar beasiswa sih, hehehe," jawab Naruto cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya
"Ohh aku paham." Tsubaki mengangguk
"Ayo makan, sebentar lagi mau masuk," ucap Sona melihat jam tangannya
Mereka pun segera memakan bekal mereka dengan diselingi percakapan ringan
Teng Teng Teng
Jam pulang sekolah akhirnya berbunyi, Naruto yang sudah membereskan peralatan tulisnya segera keluar menuju kelas Sona
Ketika berjalan ke kelas Sona, Naruto melihat dua orang gadis, yang satunya berambut merah panjang dan yang lain memiliki rambut berwarna hitam panjang yang diikat dengan sebuah pita
'D-dia—'
"Rias, ayo malam ke rumahku," ucap gadis berambut hitam
"Okee, aku juga bosan dirumah. Ohh iya Akeno, ke klub bentar ya, ada barangku yang kelupaan disana," jawab gadis berambut merah
Mereka berdua lalu melewati Naruto seakan tidak melihatnya. Naruto yang melihat keduanya hanya berlalu seketika melamun
"Loh Naruto-kun, ada apa?"
"Ohh Naruto-kun, ayo pulang," kata Sona membuyarkan lamunan Naruto
"Ohh—ayo, Sona-senpai."
"Kalian pulang bareng?"
"Ya, ke cafe kakakku."
"Ohh baiklah. Jaga Kaichou yaa, Naruto-kun," kata Tsubaki lalu meninggalkan keduanya
Naruto lalu mengangguk
Keduanya lalu berjalan keluar sekolah. Ketika sampai di halaman sekolah, murid-murid yang melihat keduanya lalu berbisik-bisik
"Hei lihat, itu Kaichou kan?"
"Ehh siapa yang ada disebelah Kaichou?"
"Ehh iya, apa itu pacarnya Kaichou ya?"
"Mungkin saja, mereka terlihat serasi."
"Menurutku sih tidak, dia tidak tampan sama sekali."
"Iya sih, dia tampak seperti preman."
"Ehh kalau tidak salah, dia dari kelasku."
"Hah?"
"Yang benar?"
"Aku tidak pernah melihatnya tahun kemarin."
"Aku juga baru beberapa hari melihatnya."
Mendengar dirinya menjadi bahan pembicaraan, Naruto hanya memasang muka datar seakan tidak terganggu dengan gosip-gosip disekelilingnya, begitu juga dengan Sona.
"Disini berisik ya," ucap Sona dengan suara kecil, menghentikan jalannya sambil menundukkan kepalanya tapi perkataanya didengar semua orang. Seketika mereka mengalihkan pandagannya kearah lain, ada yang bersiul-siul, berpura-pura mengaet leher temannya, bahkan ada yang hanya pura-pura bermain smartphonenya padahal tidak ada notifikasi sama sekali.
'Sona-senpai dihormati sekali ya,' batin Naruto melihat sekitarnya walau sebenarnya ia tidak peduli
"Hah akhirnya tenang kembali, ayo Naruto-kun," ujar Sona berjalan kembali sambil menarik tangan Naruto
"Hei kubilang juga apa kan, mereka itu pacaran."
"Tutup mulutmu atau kau diperingatkan Kaichou lagi."
Saat sudah jauh dari sekolah seketika Sona menghentikan langkahnya, membuat Naruto juga ikut berhenti.
"Maafkan aku, Naruto-kun. Orang-orang malah salah mengartikan hubungan kita," kata Sona sambil menundukkan kepalanya
"Tidak apa-apa, jujur saja aku sudah kebal dengan gosip-gosip seperti itu."
"Maksudnya?"
"Aku pernah dibully dulu, jadi segitu saja tidak mungkin bisa ku ambil hati kan?" kata Naruto dengan senyum lebar
"Dibully?"
"Ahh hanya masa lalu, lagipula sudah terjadi juga kan," sahut balik Naruto tidak ingin membicarakan masa lalunya
"Aku paham, sekali lagi maafkan aku."
"Sudah tidak apa," ucap Naruto memegang pundak Sona
"Ohh iya, ngomong-ngomong kenapa melamun di depan kelasku?"
"Hah?"
"Kau melamun di depan kelasku."
"Ohh bukan, aku hanya memikirkan kurasa sedikit tidak enak menunggu senpaiku didepan kelasnya hanya untuk pulang bareng."
"Maksudnya?"
"Yah, contohnya kejadian di halaman tadi, hehehe."
Seketika mata Sona membola kemudian menyipitkan matanya memandang Naruto
"Kau lebih memikirkan reputasiku ya?" selidik Sona
"Ya kira-kira begitu," kata Naruto menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum kikuk
"...kau orang baik, Naruto-san. Kurasa aku tidak perlu mengatakan apapun kepada nee-san."
"Hah?"
"Tidak apa, hanya kekhawatiran seorang kakak siscon ke adiknya," balas Sona membenarkan kacamatanya yang sedikit turun
Naruto seketika tersenyum senang mendengar perkataan
"Aku tidak tahu, tapi sepertinya berita bagus."
"Yah, bisa dibilang begitu."
"Jadi berita bagus apa itu?"
"Jangan memancingku, Naruto-kun. Aku tidaklah sebodoh itu."
Naruto pun cemberut mendengar jawaban Sona, ia kemudian memegang tangan Sona dan berjalan ke depan tempat kerja barunya
"Ayo cepat, kita ke cafe."
Sona yang dipegang tangannya seketika memerah. Dirinya tidak pernah disentuh lawan jenis ditangan kecuali dia yang memulainya
'Ughh kurasa ini karena perkataan nee-san,' batin Sona dengan pipinya yang merona
"Anuu Naruto-kun, tanganku tidak perlu kau pegang juga kan," kata Sona mencoba mengendalikan diri
"Ohh maaf, hanya saja sebentar lagi mau masuk shiftku. Aku tidak mau terlambat dihari pertama kerja, hehehe." Naruto melepas pegangannya pada tangan Sona
"Tidak apa, ayo lanjutkan."
Kini Naruto dan Sona sudah sampai di cafe Levia-tan. Mereka kemudian menemui Serafall diruangannya
"So-tan, aku rindu!" Tiba-tiba dari arah depan, ada sosok yang ingin menyengsarakan Sona lagi. Sona seketika berlindung dibelakakang Naruto.
"Mou So-tan, jangan ke belakang Naru-tan. Aku tidak bisa memelukmu."
"Kita hanya tidak bertemu beberapa jam saja Nee-san."
"Tapi aku benar-benar rindu."
'Benar-benar kakak yang siscon,' batin Naruto sweatdrop
"Anuu Serafall-chan, aku ditugaskan dibagian apa ya?" kata Naruto mengalihkan perhatian Serafall
"Ohh kau dibagian dapur dulu ya, bantu cuci piring sekalian bantu Ko-tan kalau dia butuh bantuan didepan."
"Oke." Naruto segera pergi dari sana, meninggalkan Sona dan Serafall yang saling pandang
"So-tan." Terdengar suara dari dalam ruangan Serafall membuat Naruto tersenyum
'Benar-benar saudara yang akur.'
.
.
.
"Konan-san, ada yang bisa ku bantu?" tanya Naruto setelah ia mencuci piring
"Ohh bisa kau bantu layani pelanggan?"
"Tentu. Serahkan padaku."
Naruto melihat beberapa pelanggan sedang membaca daftar menu, ia lalu mendatangi mereka satu persatu sambil menulis pesanan mereka
"Konan-san, tolong berikan ke koki," kata Naruto menyodorkan kertas pesanan
"Okee kau layani pelanggan, aku yang membawakan makanannya." Konan mengambil kertas pesanan lalu memberikannya ke koki sembari mengambil piring berisi pesanan pelanggan dan mengantarnya sesuai nomor yang diberikan
Setelah beberapa saat, Naruto lalu melihat pelanggan sudah mulai berkurang, ia lalu mencoba duduk dan istirahat sejenak sambil memperhatikan suasana cafe.
'Tempat yang benar-benar bagus untuk sebuah cafe. Pemandangan luar yang menuju ke taman, interior yang cantik serta bersih dan rapi, juga—" tahan Naruto menatap Konan
"Pegawai yang lumayan, yang kurang dari tempat ini hanyalah band agar pelanggan tidak bosan," gumam Naruto sambil kembali melihat sekitar
"Itu tidak bisa." Suara dari sebelah kanannya membuat Naruto terkejut
"Konan-san."
"Serafall-chan tidak suka keramaian, dia lebih suka seperti ini."
"Maa tenanglah, aku hanya mengeluarkan pemikiranku."
"Tidak, maksudku dia benar-benar tidak boleh ada dalam keramaian seperti itu."
"Maksudnya?"
"Kau akan segera tahu, Naruto-san. Ufufufufu."
Perkataan Konan membuat Naruto memikirkan alasan bosnya tidak boleh dikaitkan dengan sejenis band atau apapun itu
.
.
.
"Sona-senpai, ayo pulang," kata Naruto di luar cafe menunggu Sona.
"Tunggu, So-tan. Pulanglah sering-sering ya."
"..."
"..."
"Aku tidak janji, Nee-san." Sona menundukkan kepalanya, tidak mau menatap ekspresi yang dibuat kakaknya.
"..."
"..."
"Aku mengerti, hati-hati dijalan ya."
Sona hanya menjawabnya dengan anggukan dan menyusul Naruto keluar. Serafall benar-benar memandang sona dengan pandangan yang sulit diartikan. Jujur dirinya lebih paham dari siapapun alasan Sona lebih memilih menyewa apartemen daripada tinggal di rumahnya yang nyaman bagi orang lain.
Setelah mereka berdua pergi, Serafall lalu menatap Konan.
"Kita tutup, Ko-tan."
Konan hanya mengangguk karena paham suasana hati bosnya itu. Ia lalu pamit pulang meninggalkan Serafall setelah membantunya menutup cafe.
.
.
.
Naruto dan Sona kini berjalan pulang dalam diam. Naruto paham Sona tidak ingin diajak bicara saat ini, ia bahkan hanya memandang Sona sebentar lalu memandang ke depan. Hingga diperempatan jalan dimana mereka bertemu tadi pagi, Naruto sama sekali tidak berpisah dengan Sona, ia berniat mengantarnya hingga pulang ke apartemennya.
"Naruto-kun," kata Sona mulai pembicaraan setelah sekian lama
"Ya?"
"Seperti apa ayahmu?"
"Dia luar biasa. Kenapa bertanya?"
"Kau beruntung ya."
"..." Naruto hanya diam tidak menanggapi perkataan Sona
"Ohh iya, bagaimana dengan ibumu?"
"Ayah tidak menikah lagi, jadi aku tidak punya ibu."
Seketika Sona terdiam kaku berhenti berjalan.
"Kali ini kurasa aku bingung harus merasa beruntung atau tidak."
"...kenapa?" ucap Naruto bertanya-tanya
"Ahh bukan apa-apa."
"Maksudku kenapa bertanya?" tanya Naruto mencoba usil membuat Sona sedikit kesal
"Tidak ada apa-apa."
Naruto yang mendengar nada bicara Sona sedikit tersenyum
"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli masalahmu apa, yang aku pedulikan hanyalah jangan sampai berubah hanya karena suatu masalah, Kau tetap teman pertamaku di Kuoh. Paham?" ujar Naruto sambil memandang Sona dengan tersenyum menutup matanya
"Kau pikir aku siapa, Bodoh?"
"Entahlah, aku kan baru mengenalmu 2 hari." Ucapan Naruto membuat Sona tersenyum aneh
"Bahkan aku sendiri terkejut kenapa bisa dekat denganmu."
"Entahlah. Ngomong-ngomong kenapa kau ke cafe Serafall-chan pulang sekolah."
"Hanya menyapa kakakku, kau lihat tiap saat dia melihatku seperti apa padahal hanya tidak bertemu beberapa jam. Mungkin kalau tidak bertemu sebulan, aku jadi bantal gulingnya malam itu juga, hahahaha."
"Aku tidak bisa membantahnya, aahahahaha."
Keduanya melanjutkan pembicaraan diselingi canda tawa hingga sampai di depan apartemen Sona.
"Oke ini apartemenku. Terima kasih, Naruto-kun," ucap Sona tersenyum kepada Naruto
"Ya, aku akan pulang sekarang."
Sona lalu menunduk sedikit lalu melihat Naruto bersiap pergi. Ia lalu melambaikan tangannya dengan pelan
"Hati-hati dijalan, Naruto-kun."
Naruto hanya mengangguk lalu segera berlalu
'Kau tidak mengerti, Naruto-kun. Seandainya masalahku benar-benar seenteng itu,' batin Sona memandang Naruto yang sudah jauh
"Aku pulang," ucap Naruto ketika memasuki rumahnya. Tentu tidak akan ada yang menjawabnya karena Minato masih bekerja, ia akan pulang beberapa menit lagi.
Naruto segera masuk ke kamarnya. Ia segera mengambil handuk lalu segera ke kamar mandi dan menyalakan shower setelah melepas bajunya.
"Ibu ya?"
TBC
Yo, ada yang ingat aku? Nggak ya? Sabar dah, aku lagi kehabisan ide buat fict yang satunya jadi malas ngerjain
Seperti biasa Crezix selalu muncul dalam word sebanyak 5k, biar di chapter 1 aja udah masuk filter gitu wkwkwk
Aku memutuskan mencoba menulis kembali karena lagi bosan. Dan parahnya, malah ide seperti ini yang muncul walau jengkel juga.
Kenapa balik ke genre romance? Hidupku penuh drama walau aku nggak mau kek gini juga. Jadi ya mencoba melupakan aja walau hasilnya bahkan nggak sebagus yang dulu. Aku sendiri aja sebetulnya bingung, makin melupakan malah makin diingat gitu. Heran
Terus fict yang satunya gimana? Aman, aku cuma malas ngerjainnya. Seperti kataku diawal, aku kehabisan ide buat kejadian selanjutnya, dan yang muncul malah ide yang lain. Aku memang bego kalau berurusan dengan adventure ama fantasy, tapi aku suka cerita seperti itu. Iyaa kayak menonjolkan kebodohan diri gitu, wkwkwk.
Ohh iya yang tanya aku ngapain aja, ya review karya orang lah wkwkwk.
Kurasa segitu aja, see you next time