Difference May Take You and I to Us

Katanya ... perbedaan itu menyatukan.

A Fanfiction of Team Seven (Naruto)

Disclaimer

[All Naruto Character, Setting, and Plot was adapted from Naruto]

[Naruto belongs to Masashi Kishimoto]

I don't take any profit from this fanfiction

.

A story by maggiellezk

.

Canon, Oneshoot, In Chara


Tim Tujuh terbentuk atas keputusan Sandaime Hokage, bukan keinginan mereka. Sejak pertemuan pertama, tak ada sedikitpun chemistry di antara mereka. Keempatnya adalah orang-orang dengan latar belakang berbeda. Tujuan yang berbeda. Namun, disatukan dalam wadah yang dinamakan Tim Tujuh.

"Sandaime-sama, aku mengerti!" celetuk Iruka yang baru saja membaca pembagian tim Rookie 9. "Naruto adalah murid dengan prestasi terendah di antara 27 siswa dan Sasuke adalah murid dengan prestasi tertinggi di antara 27 siswa. Ini soal keseimbangan. Dengan adanya Sasuke, dapat mengimbangi Naruto sehingga tim ini dikatakan seimbang."

Sandaime cukup kagum dengan analisis Iruka. Ia menghisap cerutunya dalam dan menghembuskan asap. Sejujurnya, pemikiran Sandaime tidak sampai ke sana.

Kakashi Hatake, selaku ketua sekaligus pembimbing Tim Tujuh ini merasa sangsi atas amanah yang diberikan Sandaime padanya. Dua tim di tahun kemarin telah ia kirim kembali ke akademi karena tidak sesuai dengan standarnya, membuat banyak gosip berseliweran di antara Rookie 9 tentang betapa kejamnya ia. Terlebih ketika Kakashi merasakan deja vu yang kuat.

Seorang anak dari klan Uchiha, Sasuke Uchiha. Sama dengan rekan lamanya, Obito Uchiha. Anak dari sang sensei yang sangat ia hormati, Naruto Uzumaki. Dan seorang gadis dengan kecerdasan pengendalian chakra, Sakura Haruno. Sekilas, Kakashi memandang remeh mereka.

"Kesan pertamaku pada kalian ... sangat buruk," ujar Kakashi.

"Aku dulu!" pemuda kuning itu menyergah. Seolah merasa tak merasa bersalah setelah membubuhkan sisa kapur pada kepala sang sensei. "Namaku Uzumaki Naruto, cita-citaku menjadi Hokage yang lebih hebat dari Hokage sebelumnya. Aku sangat menyukai ramen dan membenci ketika harus menunggu 3 menit ketika menyeduh ramen. Tapi juga suka ketika ditraktir oleh Iruka-sensei."

Kakashi melihat sekelebat bayangan Obito di dalam anak unik ini.

"Namaku Sasuke Uchiha. Tak ada yang kusukai dan aku membenci banyak hal. Tidak ingin kusebut sebagai cita-cita, tapi aku memiliki ambisi untuk membunuh seseorang dan membangun klan Uchiha."

Kali ini, Kakashi seolah melihat replika dirinya di masa lalu.

"Namaku Sakura Haruno, yang kubenci ..." Gadis itu mendelik pada Naruto, lalu beralih pada Sasuke. Ada perubahan ekspresi yang sangat jelas. "Dan yang kusukai ..." Berakhir dengan pekikan jiwa fangirl-nya.

Rin memang tidak seekspresif itu, tapi gadis ini memiliki potensi yang sama dengannya.

Replika Tim Minato, eh? Pikir Kakashi. Ya, itu ketika mereka berhasil membuktikan hal itu.

Kakashi. Ia melihat banyak kematian sepanjang perjalanan hidupnya. Rekan-rekan Kakashi meninggalkannya seorang diri, sang ayah yang sangat dihormati turut pergi menjadikannya sebatang kara. Kakashi Hatake telah banyak mengarungi kegelapan dan cerita kelam shinobi. Tentang keterlambatan yang selalu ia sesali.

Mengapa Obito harus pergi ketika mereka mulai akrab?

Pertanyaan itu berakhir menjadi retorik. Saking seringnya berputar di dalam kepala Kakashi Hatake. Mengapa Rin harus menjadi korban? Mengapa Minato harus mati melindunginya dan desa?

Naruto mengalami masa kecil yang kelam. Hidup tanpa orang tua, dibenci seluruh warga desa, tidak sepintar teman-temannya yang lain. Ia terus berulah dan membuat warga desa memerhatikannya walau hanya akan dicap sebagai pembawa masalah. Bertekad membuktikan bahwa ia akan menjadi orang yang diakui.

Sasuke hidup dalam elitnya klan Uchiha. Ia digemari meskipun membawa stigma bahwa penyerangan Konoha dilatarbelakangi oleh kemampuan mata terkutuk klannya. Ia bagaikan tolak bagi Naruto. Pintar, dihargai dan pernah memiliki ikatan hingga ikatan itu membawa Sasuke pada kegelapan.

Sakura. Ia lebih beruntung memiliki orang tua. Namun, selalu mengalami krisis percaya diri. Ia tekun dan pintar. Tapi kadang menyesal harus menjadikan Naruto dan Sasuke sebagai pelindungnya.

Mereka hidup dalam masalah masing-masing. Tak ada satupun benang merah kecuali keinginan mereka menciptakan benang merah itu. Mereka dituang dalam satu wadah, saling berbagi rasa senang, sakit dan peduli.

Bahkan ketika Sasuke hampir membunuh kedua rekannya, Naruto dan Sakura tetap mengakuinya.

Bahkan ketika Sasuke adalah biang masalah terbesar, Naruto dan Sakura tetap yakin mereka akan membawa Sasuke yang dulu pulang.

Bukan soal mereka satu tim, tapi tentang keterbiasaan membagi luka. Mereka saling terhubung satu sama lain meski seribu perbedaan memisahkan mereka.

Kakashi menatap bangga ketiga muridnya yang kini telah beranjak dewasa itu. Menyegel sang Dewi Chakra meski kekuatan mereka sampai kapanpun tak akan sebanding dengan lawan.

Dan kini, dari atas tebing lembah tempat pertarungan akhir Naruto dan Sasuke, Kakashi Hatake tersenyum.

"Akhirnya ...," gumamnya.

Perbedaan itu berhasil mereka rajut menjadi benang dengan segala warna. Ada senang, pedih, dan berbagai perasaan lain yang turut menyertai. Benang itu kuat, tak mampu dihancurkan oleh siapapun. Karena sejatinya, itu terbentuk dari perasaan yang terhubung satu sama lain.

Sama halnya dengan tujuan diciptakan chakra.

Perbedaan itu ... menyatukan.

FIN