BIG NEWS! Kami, para author yang tergabung ke dalam komunitas grup WA:Fanfiction Indonesia telah mengadakan collaboration sekaligus challenge. Fic ini adalah hasil collaboration dari 8 author berbeda dengan sistem satu author mengerjakan satu chapter. Berikut urutan gilirannya:

Giliran 1: FI. BijiBapakMu

Giliran 2: FI. Antonio no Emperor

Giliran 3: FI. BijiShiraki

Giliran 4: 4kagiSetsu

Giliran 5: Jangkryx

Giliran 6: FI. AkaRyuu666

Giliran 7: FI. AllenaRida

Giliran 8: FI. Shiroyukki

Chapter satu ditulis oleh author FI. BijiBapakMu.


Lifetime: The Prince Horizon's Adventure

Naruto © Masashi Kishimoto

High School DxD © Ichiei Ishibumi

Serta character dari anime lain milik pengarangnya

Warning: Alternative Universe, Out of Character, Over Power Naru!

Summary: Menjadi seorang adventurer bukanlah keinginannya, tetapi ia harus melakukan itu demi bertahan hidup di kerajaan asing, kota asing, setelah ia dibuang oleh kerajaannya sendiri. Naruto, takdir apa yang telah menunggumu di ujung sana?


.

© Fanfiction Indonesia (FI)

.


Arc I: Member Party

Chapter 1: Imperium Guild


Thrace, sebuah kerajaan cukup besar yang terkenal dengan arena petarungannya, Colosseum. Setiap hari, tempat yang dijuluki kuburan para ksatria ini selalu dipenuhi oleh warga yang ingin melihat pertarungan hebat dari beragam jenis orang. Ada dua kategori di sini, algojo dan penantang.

Sebenarnya Colosseum adalah tempat hukuman untuk mereka yang berbuat jahat di kerajaan ini. Tapi tidak semua penjahat dimasukan ke sini, para petinggi kerajaan yang menentukan siapa saja yang akan dibawa ke Colosseum. Tentu saja, mereka memilih para penjahat yang memiliki keahlian bertarung hebat untuk menghibur warga.

Salah satu di antara penantang itu bernama Naruto. Seorang pemuda tampan berusia 20 tahun dengan mata birunya yang indah. Dalam beberapa bulan terakhir ini ia menjadi penantang kesukaan warga. Sejak pertama kali Naruto bertarung di arena Colosseum ia tak pernah kalah.

Ada satu peraturan yang bisa membuat para penantang lepas dari segala kejahatannya, yaitu menang 100 kali berturut-turut maka ia akan mendapatkan kebebasan. Lalu hari ini, di hari yang terik ini Naruto akan melaksanakan pertarungannya yang ke 100. Satu langkah lagi ia akan mendapatkan kebebasannya.

Di salah satu sudut ruang tunggu Colosseum, pemuda berambur pirang lurus itu sedang mengasah pedangnya. Jemarinya lihai memainkan alat pengasah pedang sehingga tak butuh waktu lama untuk membuat senjatanya kembali tajam. Ia tersenyum singkat. Kebebasan telah menantinya di luar sana.

Sudut pandangnya berubah saat ia merasakan seseorang tengah menghampirinya. Lelaki paruh baya yang menggenggam dua gelas air minum.

"Kau pasti lelah, ini air minum untukmu." Pria tua itu menyodorkan satu gelas berisi air putih.

"Ossan, terima kasih karena telah membantuku begitu banyak," kata Naruto yang tanpa ragu mengambil gelas itu lalu meminum isinya hingga habis. "Ini segar."

"Baguslah kalau kau bicara seperti itu. Ngomong-ngomong, selamat karena kau sebentar lagi akan bebas. Aku turut bahagia."

Naruto tersenyum. Pria tua di sampingnya ini adalah orang yang selalu membantu Naruto saat pertama kali di kirim ke Colosseum. Ia mengajarkan banyak tentang hal yang penting untuk bertahan di tempat terkutuk ini. Namun, Naruto cukup sedih karena tidak bisa membantu pria itu agar bebas dari Colosseum.

"Ossan, setelah aku bebas dari sini, aku akan mencari cara untuk membawamu keluar," kata Naruto serius. Ia ngin sekali membalas kebaikan pria di sampingnya.

Orang yang dipanggil ossan itu hanya tersenyum. Ia meraih tangan Naruto dengan lembut. "Kau tidak perlu mencemaskan keadaanku. Buatlah lembaran baru dan hiduplah bagaia di luar sana. Itu saja sudah cukup untuk membuatku bahagia."

"Ossan, aku …." Naruto tak mampu menahan air matanya yang hendak jatuh.

"Kuatkanlah hatimu, Naruto. Lihat, sebentar lagi pertandinganmu akan dimulai. Menanglah untukku."

"Aku berjanji akan memenangkan pertandingan ini."

"Oh iya, aku lupa bertanya sesuatu kepadamu. Sebenarnya apa yang membuatmu bisa masuk ke sini. Apa kejahatanmu?"

Naruto diam sesaat. Kembali mengingat seseorang yang amat dicintainya. "Aku membunuh pangeran termuda kerajaan ini," jawab Naruto.

Ossan itu membulatkan mata sesaat. Terkejut. "Kenapa kau melakukan itu?"

"Ada seorang gadis yang kucintai dan dia juga mencintaiku. Kami lahir di keluarga yang miskin. Suatu hari rombongan kerajaan datang ke desaku. Pangeran termuda kerajaan ini juga datang, kami bersemangat ingin melihat rombongan itu memasuki desa." Naruto menjeda penjelasannya. Ia teringat kejadian yang menjadi inti dari permasalahan ini.

"Sampai hari ini aku masih mengingat momen saat si Pangeran memandang kekasihku begitu lama. Awalnya aku tidak memikirkan apa-apa tapi hari berikutnya, di malam bulan purnama si Pangeran Bangsat itu datang ke rumah kekasihku dan memperkosanya." Naruto mengeratkan kepalan tangannya. Kemarahannya naik pesat setelah mengingat bagaimana raut wajah dari kekasihnya; sedih, berdosa seakan ia adalah wanita paling kotor di dunia, marah.

"Aku yang sudah diliputi amarah tidak berpikir panjang dan membunuh lelaki itu. Keesokan harinya aku diseret ke istana untuk dijatuhi hukuman, lalu aku berakhir di sini."

"Aku turut berduka atas nasibmu. Bagaimana keadaan kekasihmu?"

"Aku mendapat kabar kalau dia bunuh diri."

Ossan itu tidak dapat mengeluarkan sepatah kata. Takdir ini terlalu kejam untuk orang seumur jagung seperti Naruto.

Kesedihan yang melanda dirinya ia singkiran. Naruto tersenyum. "Kalau begitu aku berangkat dulu. Aku pasti akan memenangkan pertarungan ini."

Pria itu mengangguk. "Berhati-hatilah, lawanmu kali ini adalah algojo terkuat. Dia tidak memiliki nama tapi ia sering dijuluki dengan nama Hawkeye."

"Entah siapa pun orangnya, pedangku tidak akan pernah gagal menebas mereka," kata Naruto dengan wajah penuh keyakinan. Ia melangkah menuju lorong untuk sampai di arena. Sementara pria paruh baya itu hanya tersenyum misterius.


Lorong ini memiliki jarak yang cukup panjang. Naruto terlihat berjalan sendiri. Setiap langkahnya penuh keyakinan jika ia akan menang. Seandainya Naruto keluar sebagai pemenang maka ia akan menjadi orang pertama yang menang 100 kali perturut-turut.

"Menang, menanglah, aku pasti menang dan memulai hidup baru."

Saat ia hendak melangkah untuk yang kesekian kalinya, tubuhnya tiba-tiba mendapatkan tekanan hebat hingga Naruto terjatuh. Napasnya tiba-tiba sesak, bulir keringat dingin membanjiri setiap inchi tubuhnya.

"A-apa yang terjadi padaku?" Naruto merasakan jika tekanan mananya kian menurun hingga titik di mana ia tak bisa membangunkan mananya lagi.

Dengan susah payah ia meraih dinding lorong dan berusaha menyenderkan tubuhnya. Apa yang terjadi padanya? Ia sedang mencoba tenang untuk menganalisis keadaan. Seharian ini ia tidak melakukan sesuatu yang aneh. Makanan yang ia makan juga sama seperti penantang lainnya.

Detik berikutnya, tubuhnya kembali menegang. Hanya ada satu kejadian yang mungkin adalah penyebabnya. "J-Jangan-jangan minuman tadi itu …."

Naruto mencoba untuk menangkal pikirannya. Tidak mungkin pria baik seperti Ossan melakukan hal seperti ini. Namun, mau bagaimanapun berpikir tetap tidak ada hal lain yang lebih mencurigakan dari pada ini.

"Kuso! Dasar pria tua itu, aku sudah dikhianati."

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari dikhianati. Saat kau sudah percaya kepada seseorang dan ternyata orang itu menusukmu dari belakang, bukan hanya tubuh saja yang sakit, tetapi hati juga. Naruto berusaha bangkit. Racun yang ada dalam tubuhnya memaksa mananya untuk tertidur serta melemaskan otot-ototnya.

Meski begitu, Naruto tetap melangkah ke depan sekuat tenaga. Meski tubuhnya dibalut dengan sejuta kesakitan, ia tak akan mundur dari pertempuran. Ia akan maju sampai darah penghabisan. Lalu, satu ketetapan telah hinggap di hatinya. Ia tak akan menjadi naïf dan mudah percaya pada orang lain lagi.

"Aku akan mempercayai diri sendiri dan kekuatanku. Jika seandainya ada orang yang ingin kupercaya, maka aku akan menolak semua itu. Aku …."

Kemudian, cayaha matahari muncul menyinari raganya di atas arena. Seorang lelaki berukuran tubuh besar dan tingginya lebih dari dua meter sudah siap di hadapan Naruto. Ia memakai helm algojo dengan kapak dan palu di masing-masing tangannya.

Naruto melirik ke bangku VIP yang sudah ada keluarga bangsawan seperti raja dan beberapa pangerannya. Aturan pertandingan ke-100 ini mudah. Jika penantang menang maka ia akan bebas dan jika kalah maka ia akan diusir dari kerajaan dan dijual ke human shop.

Bunyi dari terompet pertanda pertandingan sudah dimulai diiringi dengan teriakan heboh dari penonton membalut seisi Colosseum. Sang Algojo maju tanpa ragu sambil memainkan kapaknya.

Di sisi lain, tubuh Naruto masih belum pulih. Tangannya bergetar menggenggam pedang yang belum keluar dari sarungnya.

"Napasku sesak. Aku tak bisa melakukan teknik pernapasan."

"HUAAAARRRRGHHH!"

Algojo itu berteriak tatkala sebuah kapak terayun cepat menuju Naruto. pemuda itu berhasil menghindar meski harus mengerahkan seluruh kekuatannya hingga ia terguling di arena berpasir ini. Sang Algojo menyerang secara membabi-buta. Meski berhasil menghindari setiap serangan, tetapi tubuh Naruto sudah tak sanggup bergerak. Ototnya telah dipaksa bekerja keras saat dalam pengaruh racun. Ia tak bisa menahannya lagi.

Naruto menjaga jarak. Napasnya memburu hebat. Kedua lututnya bergetar. Pedang itu belum terlepas dari sarungnya. Para penonton mulai heran akan kelakuan Naruto. Mereka yang sudah pasti berpikir Naruto akan menang dan memasang taruhan besar pada beberapa penyelenggara judi mulai emosi. Satu per satu benda mereka lempar pada Naruto sebagai bentuk ketidakpuasan.

"Hah hah hah hah … jika terus begini aku akan kalah. Ayolah tubuhku, manaku, bangunlah! Bangunlah!"

Naruto memaksakan mananya untuk bangun. Terus hingga struktur mana Naruto menjadi kacau dan mengakibatkan pembulu darahnya pecah di beberapa bagian. Tetesan darah mulai keluar dari pori-pori kulir Naruto bersamaan dengan muntah darah.

Naruto berlutut, memuntahkan darah sangat banyak. Algojo itu tak mau melewatkan kesempatan emas ini dan melayangkan palunya.

Satu hal yang Naruto ingat. Ia terkena benturan keras di kepala. Kesadarannya mulai hilang. Sang Raja yang memberi keputusan bahwa Naruto akan diusir dari kerajaan dan dijual ke human shop. Terakhir sebelum kesadarannya benar-benar hilang, beberapa orang menyeret tubuhnya dengan kasar.

"Sial!"


Mulai merasakan kesadarannya kembali pulih, hal pertama yang ia tangkap adalah guncangan. Guncangan itu terjadi beberapa kali. Ia hapal guncangan ini yang artinya ia sedang di dalam kereta kuda. Pandangannya gelap. Sesuatu menutupi kepala dan wajahnya. Ini kain. Terakhir, ia merasakan lapar yang luar biasa pada perutnya hingga perih.

"Aku- sedang berada di dalam … kereta kuda menuju suatu tempat."

Naruto masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tetapi mana yang ada di dalam sudah kembali normal. Dengan begini ia bisa bertarung. Ia mencoba menganalisis keadaan di sekitarnya meski ia tak dapat melihat. Ia berkonsentrasi, merasakan hawa keberadaan seseorang.

"Dua, lima, delapan, tidak, sebelas dengan seseorang yang berada di luar."

Dalam kondisi tangan yang diikat di belakang, ia meraba-raba di sekitarnya berharap menemukan suatu benda tajam. Tangannya berhenti meraba saat mendapatkan kayu yang ujungnya berbentuk runcing. Ini sudah cukup baginya untuk melepaskan ikatan.

Tak perlu usaha keras untuk lepas dari sampul sederhana ini. Kedua tangannya telah bebas, ia kemudian melepaskan kain yang menutupi pandangannya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah beberapa orang–kebanyakan anak kecil–bernasib sama sepertinya. Mereka diam dalam kesedihan yang tak berujung.

Naruto tiba-tiba ingat tentang human shop, mungkinkah ia sudah dijual oleh kerajaannya dan sekarang sedang menuju sang pembeli? Apa pun itu ia tak mau jadi budak. Naruto memeriksa seluruh tubuhnya mencari symbol yang tak ingin ia lihat. Untunglah para pekerja human shop belum menanamkan segel tuan-budak pada dirinya.

Kembali fokus pada apa yang ada di depan, dengan langkah pelan ia mendekati pintu dan membukanya perlahan. Seorang pria paruh baya terlihat sedang menjadi kusir sepasang kuda dalam perjalanan malam. Ia yang sadar jika pintu di depannya terbuka seketika kaget.

"K-kau, kenapa kau bisa ada di sini- ghhhhh arkhhhh!"

Tanpa memberi kesempatan pria itu menyelesaikan omongannya Naruto lebih dulu menggorok leher itu menggunakan batang kayu tadi. Tubuh pria itu jatuh dari kereta menyebabkan dua kuda itu tak terkendali. Buru-buru Naruto mengendalikan kuda itu hingga mereka berhenti.

Naruto kemudian memeriksa tubuh pria yang sudah tak ada nyawanya itu. Mencari apa pun yang bisa dijadikan petunjuk. Ia mengambil satu buah map dan sekantung uang. Beberapa pakaian ia juga ambil yang menurutnya cocok. Setelah selesai Naruto balik ke kereta kuda.

Pemuda itu memutuskan untuk membebaskan semua manusia yang telah dijual. Setidaknya Naruto puas melihat raut wajah bahagia yang terpancar dari mereka yang kebanyakan wanita. Naruto menyuruh mereka lari sejauh mungkin dari lokasi ini setelah mengambil beberapa persediaan makanan dan sedikit uang.

Naruto melirik satu orang yang masih di dalam kereta kuda sambil meringkuk di sudut ruangan dan bergumam 'takut' berulang kali.

"Hei, sampai kapan kau berkata takut seperti itu. Sudahlah, tempat ini sudah aman untuk beberapa waktu. Kau juga harus segela lari dari sini," kata Naruto setelah mendekat.

"T-tidak, aku tidak mau, aku takut."

"Hah? Tadi aku bilang kau sudah aman, jadi jangan takut lagi."

Orang itu tiba-tiba memeluk kaki Naruto dan meronta meminta pertolongan. "Hiks hiks kumohon, Tuan. Lindungi aku dengan nyawamu. Aku tidak mau mati sebelum menikah."

Urat pelipis Naruto sedikit menonjol. "Oi! Jauh-jauh dari kakiku, Bocah!"

"Nggak mau! Aku akan terus seperti ini sampai kau mengatakan iya, Tuan. Huaaaa hiks hiks."

"Ck! Dasar, baiklah-baiklah kau menang kali ini. Jadi, cepat menjauh dari kakiku."

Orang itu melepaskan pelukannya dengan air mata kebahagiaan. "Terima kasih banyak, Tuan. Kau rela mengorbankan nyawamu untukku."

"Hei siapa juga yang ingin berkorban nyawa untuk bocah sepertimu!"

"T-tapi kau kan sudah bilang iya."

"Ah terserah kau saja."

Setelah hening beberapa saat sampai mereka berdua tenang. Naruto kembali menganalisis keadaan. Dengan melihat map yang ia ambil, nama-nama kota di map ini ia tidak tahu. Naruto tahu semua nama kota dan desa di kerajannnya, begitu pun di kerajaan tetangga karena ia dulu diajari oleh guru berpedangnya.

Naruto melirik bocah di sampingnya yang masih sesegukan sehabis nangis. "Bocah, kau tahu kota-kota ini?" tanya Naruto sambil memperlihatkan map itu.

Bocah itu menggeleng pelan. "Aku tidak tahu. Sebelumnya terima kasih, namaku Zenitsu."

"Naruto."

"Terima kasih Naruto-san."

Naruto memperhatikan pakaian yang digunakan Zenitsu. Sangat berbeda dan tidak ada di kerajaannya. "Pakaian itu … apa namanya?"

"Eh? Apa kau tidak tau? Ini kimono."

"Kimono? Aku tidak pernah mendengar itu sebelumnya."

"Hah? Memang Naruto-san penduduk mana sih? Semua orang tahu ini kimono."

"Kerajaan Thrace."

Zenitsu diam dengan posisi mematung. Melongo. "Aku dari kekaisaran Nippon."

"Aku tidak tahu Nippon dan kau tidak tahu Thrace. Mungkinkah kita berbeda benua? Tunggu- jika begitu mungkin saja kita berada di benua yang berbeda." Naruto melihat dengan teliti setiap nama-nama kota dan desa di map itu. Ia meremas pelan ujung map lalu mendecih.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Zenitsu.

"Kita akan ke kota terdekat, dilihat dari arah jalannya maka sepertinya kereta ini berniat pergi ke kota itu juga. Kau, Zenitsu. Sebaiknya cepat pergi dari sini agar aman. Gunakanlah kuda itu. aku akan menggunakan yang satunya." Naruto menggulung map dan memasukannya ke dalam tas yang ia ambil.

"Tunggu dulu! Naruto-san sudah berjanji padaku untuk melindungiku dengan nyawamu. Jadi, aku akan ikut denganmu."

"Hei siapa juga yang berjanji hal konyol itu. Ah terserah, jangan menjadi beban. Cepat kumpulkan persediaan makanan sebelum aku membakar kereta ini."

"Baiklah."

Zenitsu melakukannya dengan cepat tak lupa ia mengambil barang miliknya. Naruto membakar habis kereta kuda itu menggunakan elemen apinya. Ia melepaskan satu kuda ke alam liar dan satunya lagi akan ia gunakan sebagai kendaraan menuju kota tujuan. Naruto sedikit penasaran dengan benda yang dipegang Zenitsu. Benda berukuran panjang yang dibalut kain hitam.

"Kau membawa apa di tanganmu?"

"Oh, ini katana. Senjataku."

"Katana? Ah lupakan, ayo kita pergi."


Butuh satu malam untuk Naruto sampai di kota ujuannya dengan kecepatan penuh. Ia sekarang sedang mengamati dari jarak jauh kota yang terdapat benteng besar untuk pertahannnya. Zenitsu terlihat tidur pulas di belakang.

"Jadi itu kotanya, ada beberapa penjaga dengan armor lengkap di gerbang sana. Baiklah, lakukan ini dengan pelan dan hati-hati."

Naruto mendekat ke pintu gerbang itu. Para penjaga yang melihat kedatangan Naruto segera bersiap di pos masing-masing. Ia dihentikan oleh salah satu prajurit yang memberikan hormat duluan sebelum berbicara.

"Namaku Hyoudou Issei, pangkatku prajurit kelas bawah. Tuan, ada yang bisa aku bantu?"

"Ah iya, tentu. Sebenarnya aku adalah pengembara dari satu kota ke kota lain."

"Pengembara? Siapa orang di belakangmu? Oh saudaramu kah?"

"Hmm, ya. Anggap saja begitu," jawab Naruto agak ragu.

"Baiklah, biaya pajaknya 1 koin perak untuk 10 hari. Kalau lebih dari itu akan dikenakan biaya lagi," kata Issei sambil menyodorkan telapak tangannya.

"Koin perak?"

Naruto memeriksa kantung uangnya. Di sana terdapat tumpukan koin berbeda warna. Ada emas, perak, dan perunggu. Ia membuat senyum sahabat pada Issei. "Bagaimana dengan 3 koin emas dan lupakan masa berkunjungnya?"

"T-tiga koin emas? Baiklah akan kuurus semuanya dengan Kapten," kata Issei sambil tersenyum jahat.

"Bagus, aku suka kau."

"Selamat datang di kota indah ini, etto …."

"Naruto. Namaku Naruto."

"Naruto-san."


Sudah seharian Naruto berada di kota ini dan mencari informasi. Tapi ia selalu kekurangan informasi. Naruto sedikit tertarik dengan seseorang yang menyangka dirinya adalah adventurer. Setelah ia bertanya-tanya pada penduduk sekitar adventurer adalah mereka yang bekerja menyelesaikan quest. Organisasi yang menaungi mereka disebut guild. Di kota ini hanya ada satu guild. Namanya Imperium Guild. Naruto beserta Zenitsu sudah berada di depan bangunan markas utama guild. Bangunan luas yang memiliki 5 lantai.

"Ayo kita masuk," kata Naruto yang diberi anggukan oleh Zenitsu. Setelah berada di depan pintu, Zenitsu tiba-tiba melangkah lebih cepat dan dengan sekali hentakan dia membuka pintu keras.

"Sumimasen, Kyuubi wa dokoda?"

"Bodoh! Apa yang kau katakan? Bicaramu ngawur!" Naruto menjitak kepala Zenitsu dengan keras hingga benjolan kecil tumbuh dengan indah di pucuk kepala kuning itu.

"Ekhem! Selamat datang di Imperium Guild ada yang bisa saya bantu?"

Naruto membenarkan sikapnya setelah nona resepsionis meliriknya dengan sedikit tajam. Ia baru sadar jika semua pasang mata mengarah padanya. Ini semua salah Zenitsu. Naruto berjalan ke meja resepsionis. "Emm ya."

"Begitu, apa Tuan ingin membuat quest atau mendaftar jadi petualang?"

"Sebenarnya aku sedang mencari pekerjaan dan ya, menjadi petualang tidak terlalu buruk. Benarkan, Zenitsu?" Naruto melirik Zenitsu dengan hawa membunuh. Ia sudah tahu bocah ini akan menolak dan merengek minta perlindungan. Karena itu ia mengancam duluan sebelum Zenitsu menolak.

"I-i-i-i-iya."

"Baiklah, aku akan mengambil formulir pendaftarannya dulu. Mohon tunggu sebentar."

"Tentu."

Tidak lama kemudian nona resepsionis kembali dengan dua lembar formulir. Naruto dan Zenitsu mengisi formulir itu lalu diserahkan lagi. Gadis itu memeriksa kembali isi formulirnya. "Naruto dan Zenitsu. 20 tahun dan 15 tahun. Dengan begini kalian resmi menjadi adventurer imperium guild. Nama saya Sona Sitri. Mohon kerja samanya."

"Ah terima kasih banyak, Sona. Pertama-tama aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan, boleh?"

Gadis bernama Sona itu tersenyum tipis. "Tentu."

"Apa nama kota ini?"

Eh?" Sona sedikit terkejut dengan pertanyaan yang tak pernah ia duga sebelumnya, tetapi ia tetap menjawab dengan singkat. "Kota Asylum."

"Apa nama kerajaan ini?"

"Imperial Kingdom."

"Apa nama benua ini?"

"Alvarez."

Naruto diam mematung. Alvarez. Alvarez. Itu benua yang letaknya di sisi lain tempat kelahiran Naruto! Sial!

"Baiklah, aku mengerti. Satu lagi." Naruto mengambil kantung uang dan mengeluarkan isinya lalu dijajarkan di atas meja sesuai warna. "Aku ingin tahu bagaimana cara kerja uang di sini."

"Kerajaan Imperial memiliki 3 mata uang utama yaitu koin emas, koin perak, dan koin perunggu. Masing-masing nilai tukarnya berbeda. Satu koin perak setara dengan 10 koin perunggu. Satu koin emas setara dengan sepuluh koin perak."

"Dan satu koin emas setara dengan 100 koin perunggu?"

Sona mengangguk.

"Terima kasih Sona, untuk saat ini itu saja yang ingin kutanyakan." Naruto memberi hormat.

"Jika tidak menyinggung sebenarnya Naruto-san berasal dari mana?"

"Hmm, dari kerajaan yang jauh. Sangat jauh."

"Begitu. Aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi. Mulai sekarang aku akan menjelaskan sistem guild. Naruto-san lihat papan besar yang penuh kertas itu? Itu adalah papan quest. Tiap petualang mengambil quest yang diinginkan dan sesuai peringkat. Selesaikan quest dan Anda akan mendapat imbalan."

"Peringkat?"

"Serikat Imperium memiliki beberapa peringkat untuk membedakan antar satu petualang dengan petualang lain. sederhananya pangkat. Dimulai dari yang terendah; Bronze, Silver, Gold, Diamond, Platinum, Oricle, dan peringkat paling tinggi adalah Adamantite."

"Ini." Sona menyerahkan dua kalung bronze. "Itu adalah tanpa pengenal kalian sebagai petualang kelas Bronze."

Naruto dan Zenitsu mengambil kalung itu tak lupa mengucapkan terima kasih. Mereka memakaikannya langsung dan terlihat logo guild di belakang plat bronze.

"Satu hal lagi saran dariku, sebaiknya untuk petualang pemula bergabung dalam party."

"Party?"

Sona mengangguk, ia membenarkan kaca matanya yang sediki melorot membuat Zenitsu terbuai dengan dalamnya imajinasi liar. "Kelompok petualang atau kata lainnya party berisi beberapa petualang yang bertujuan menyelesaikan quest bersama-sama. Sisi baiknya tingkat keselamatan mereka bertambah, sisi buruknya upah dari menyelesaikan quest harus dibagi rata. Tapi nyawa lebih penting bukan untuk petualang pemula? Jadi aku sarankan Naruto ikut dalam party atau membentuknya."

"Party ya … itu berarti aku akan bekerja sama dengan orang yang tidak kukenal. Ck! Kenapa aku teringat Ossan keparat itu? Sigh! Akan sulit untukku bergabung dalam party."

Kehidupan Naruto sebagai seorang petualang dimulai!

.

.

.

.

.

.

.

"Sumimasen, Kyuubi wa dokoda?"

"OI ZENITSU APA YANG KAU LAKUKAN?"

Bersambung


AN: Chapter 1 done! Sampai jumpa kembali dengan saya di chapter 9 huahahahahah. Antonio no Emperor silahkan pikirkan kelanjutan chapter 2 berdasarkan chapter 1. Challenge dimulai!

#MajukanPerfanfiksianIndonesia2020

[09/04/2020]