Disclaimer: Saya tidak memiliki hak atas kepemilikan semua karakter yang ada di dalam cerita. Cerita ini akan memiliki unsur dari anime Naruto, DxD, dan sebagainya.


Chap 1 - Naruto Phenex!

Waktu berjalan dengan cepat.

Itulah yang dipikirkan oleh Naruto saat ini.

Ia duduk di atas kursi goyang yang terbuat dari kayu. Memandang ke atas langit, Naruto kembali teringat dengan masa lalunya.

Dulu ia pernah berpikir dirinya hanyalah seorang pencundang yang haus akan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. Ia hampir putus asa ketika Mizuki mengatakan kalau dirinya adalah Jinchuriki Kyubi, seorang monster yang kejam. Hingga, kata-kata dari gurunya, Iruka, yang telah mengakui Naruto bukan sebagai monster, melainkan sebagai murid yang hebat dan bangga dengan dirinya.

Lulus dari akademi, bergabung ke dalam tim 7, bertarung bersama rekan-rekannya, berlatih dengan Ero-Sennin, menjalin ikatan baru dengan banyak orang, menempati janji yang pernah dibuatnya, menikah dengan perempuan cantik, menjadi seorang Hokage, namun yang paling penting dirinya berhasil menjadi seorang ayah yang hebat.

"Ayah ..., Ibu ..., Ero-Sennin ..., Hinata ..., tampaknya sebentar lagi aku akan segera menyusul kalian. Kurama, tampaknya ini akan menjadi perpisahan terakhir kita berdua ..."

Naruto memasuki alam bawah sadarnya dan berdiri di hadapan rubah yang telah menjadi sahabatnya sejak lama.

"Tampaknya begitu, Naruto ..."

"Hei, apa-apaan wajah itu? Apakah kau sedih karena aku akan meninggalkanmu," Canda Naruto.

"Berhentilah mengejekku, Sialan! Aku hanya sedang melamun sambil memikirkan hal-hal menyenangkan ketika aku berhasil keluar dari segel menyebalkan ini."

"Huft, berhentilah menjadi seorang tsundere, Kurama."

"Siapa yang kau panggil tsundere, Monyet?"

"Apakah kau mulai bodoh, Furball? Tentu saja itu kau."

"Bahkan ketika hampir mati, kau masih saja membuatku jengkel."

"..."

"..."

"..."

"..."

""Ngahahahahahahahahahahah ...""

Mereka berdua saling tertawa satu sama lain, setelah puas tertawa Naruto berjalan ke arah Kurama sambil mengarahkan tinjunya ke depan.

"Ini akan menjadi brofist terakhir kita, Kurama. Setelah ini aku akan mengeluarkanmu keluar dari segel. Bersenang-senanglah!"

Naruto mengeryitkan wajahnya dengan kebingungan, melihat Kurama hanya diam saja.

"Apakah ada yang salah, Kurama?"

"Naruto, aku kira akan lebih baik kalau kita mati bersama-sama saja ...," Gumam Kurama.

"Huh? Bisakah kau mengulanginya? Aku pasti salah dengarkan."

"Cih, aku bilang kau tidak perlu repot-repot mengeluarkanku dari sini!"

"T-tapikan, ini keinginanmu sejak lama?"

"Aku melakukan ini karena aku menghormatimu sebagai Jinchuriki ku. Lagipula, aku hanya akan terombang-ambing sebagai kabut chakra dan dalam beberapa tahun tubuhku akan kembali kebentuk awal."

"Heh, tentu saja, Tuan Tsundere."

"Kenapa kau begitu menyebal--!"

"Semua perjalanan ini sangat menyenangkan. Bukankah begitu, sahabatku?" Ucap Naruto sambil tersenyum ke arah Kurama.

Kurama mengerjapkan matanya beberapa kali dan membalas senyuman Naruto.

"Tentu saja, Sahabatku ..."

Naruto keluar dari alam bawah sadarnya dan kembali ke dunia nyata. Mengambil nafas dalam-dalam, Naruto bisa merasakan seluruh tubuhnya mulai mati rasa dan membiarkan jiwanya tertarik oleh sesuatu yang tidak kasat mata.

'Sepertinya Shinigami sedang melakukan pekerjaannya. Sebentar lagi aku akan pulang, Hinata ...'

Naruto menutup matanya dengan perlahan dan mengukir senyum bahagia di wajahnya. Naruto Uzumaki, sang pahlawan shinobi yang hebat telah pergi dari dunia ini.


'Di sini sangat gelap, di mana aku?' Naruto berusaha menengok ke kanan dan ke kiri, dan tidak melihat apa pun, kecuali kegelapan belaka.

'Kenapa di sini sangat sempit sih?' Pikir kesal Naruto sambil berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa aneh sejak ia memasuki tempat ini.

'Tidak hanya sempit, di sini juga terasa hangat dan lembab? Hampir seperti aku sedang di telan perut Gamakich--! Uwahh, kenapa ada sesuatu yang tiba-tiba menarikku keluar?!'

Di tengah kepanikannya, tubuh Naruto tertelan oleh cahaya putih dan pergi meninggalkan tempat gelap tersebut.


"ARGGHHH ..., INI SANGAT SAKIT SEKALI ...!!"

"Sayang bertahanlah, sebentar lagi anak kita akan keluar."

Di sebuah rumah sakit yang ada di dunia bawah, Underworld. Di suatu ruangan ada 2 orang pelayan medis yang sedang membantu proses kelahiran dari seorang wanita berambut pirang. Wanita cantik ini bernama Layla Phenex, keluarga bangsawan dari 72 Pillar Iblis. Di sampingnya ada seorang pria yang tengah memegang tangan dari perempuan tersebut dan menatapnya dengan pandangan khawatir, dia juga sama-sama memiliki rambut berwarna pirang.

"Raven-Kun, b-bisakah aku memegang kedua tanganmu?"

"Tentu saja, Sayan-- AUCHHH!" Tangan Raven dicakar habis-habisan oleh istrinya Layla, tidak hanya itu saja, tangan Raven mulai kepanasan saat merasakan tangannya secara perlahan mulai tertelan oleh api phenex milik istrinya.

"S-sayang, cepatlah selesaikan ini ...," Ucap Raven meringis kesakitan.

Layla tidak bisa mendengar ucapan suaminya dengan jelas, ketika ia merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari dalam dirinya.

"AYOLAH NARUTO CEPAT KELUAR!"

"Tunggu, bukankah seharusnya namanya Ruv--! IYA, IYA AKU MENGERTI SAYANG! NARUTO CEPATLAH KELUAR!"

Dengan tenaganya yang tersisa, Layla berteriak dengan keras dan mendesah lega saat seluruh tubuhnya terasa lebih ringan. Tampaknya proses kelahiran berjalan dengan baik dan lancar.

"Selamat Lord Phenex, Lady Phenex anak Anda telah lahir dengan keadaan sehat."

Layla yang mendengar itu menyuruh mereka untuk memperlihatkan Naruto kepadanya, tentu Raven juga sama antusiasnya dengan istrinya dan bahagia tangannya tidak berubah menjadi abu.

"Cobalah lihat anak kita, Raven. Dia terlihat sangat imut sekali."

"Oh, tentu. Ia mendapatkannya dariku dan aku bertaruh di masa depan Naruto akan menjadi seorang Lady Killer," Ucap Raven sambil menyeringai ke arahnya.

"Huft, Naruto tidak mungkin menjadi orang brengsek sepertimu!"

"Hoh, tapi pada akhirnya kau jatuh cinta juga denganku, Sayang." Layla tidak mengucapkan apa-apa dan mengalihkan perhatiannya ke anaknya.

"Aneh, biasanya bayi pada umumnya cenderung akan menangis."

"Bukankah itu berita baik. Kau tahu, kurasa anak kita adalah seorang pria tangguh jika ia tidak menangis."

Layla yang mendengar perkataan Suaminya hanya tersenyum hangat, "Ya, sepertinya kau benar. Anak kita benar-benar pria yang sangat tangguh."

Di tengah-tengah kebahagian itu, ada seseorang yang tengah kebingungan dan bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.

'Ya Tuhan, apa yang sebenarnya telah terjad--!!'

"UWAHHHH ...!!" Raven dan Layla dikejutkan dengan suara tangisan Naruto yang muncul secara tiba-tiba.

"Hahahah, sepertinya ia masih bocah yang belum tangguh."

"Cup.. cup.. mama ada disini, Naruto."

Iblis seharusnya tidak mengucapkan kata Tuhan, bukan?


Enam tahun kemudian ...

Di sebuah tempat di mana keluarga bangsawan Phenex berada, ada seorang bocah berambut pirang yang sedang duduk di atas bangku taman sambil memegang sebuah buku yang berisi tentang sejarah iblis.

Bocah ini tidak lain adalah Naruto Uzumaki yang sekarang dikenal sebagai, Naruto Phenex. Ia menyadari dirinya tidak berada di dunia yang sama dengan Elemental Nation, tempat ia pernah hidup sebelumnya.

Rasanya agak aneh menjadi seorang bayi untuk yang kedua kalinya. Maksudku Naruto memiliki mental seorang pria berumur 100 tahun lebih, dimandikan oleh ibunya bersama para pelayan lainnya membuat Naruto merasa ngeri. Mungkin jika dirinya sama mesumnya dengan Ero-Sennin maka ia akan sangat menikmatinya.

Ia cukup terkejut bahasa yang digunakan dunia ini hampir sama dengan dunia asalnya, tapi banyak aspek yang menjadikan dunia ini sangat berbeda.

Di dunia ini terdapat fraksi yang berasal dari berbagai macam mitologi yang ada di dunia. Fraksi Alkitabiah adalah yang paling menonjol yang terdiri dari Fraksi malaikat, malaikat jatuh, dan iblis. Meskipun begitu, hubungan mereka tidak pernah akur. satu-satunya alasan kenapa 3 Fraksi ini mau berdamai karena kerugian besar yang mereka dapatkan setelah mengalami Great War pertama.

Mungkin kata yang lebih tepat adalah gencatan senjata.

"Di manapun aku berada pasti saja ada peperangan bodoh seperti ini," Ucap Naruto.

Ia memutuskan menutup bukunya dan memasukkannya kembali ke dalam penyimpanan sihir. Naruto berjalan ke arah pohon dan melompat ke arahnya. Ia dengan santai membaringkan tubuhnya sambil mengambil buah apel yang ada di pohon tersebut.

Ada beberapa hal yang tidak Naruto mengerti, "Kenapa aku bisa reinkarnasi ke tempat ini yah? Maksudku kebanyakan orang mengatakan saat kau mengalami reinkarnasi, ingatanmu di kehidupan sebelumnya akan hilang, tapi kenapa aku masih ingat yah? Yah, siapa yang peduli."

"Naruto, bisakah kau datang kemari? Ibu dan Ayah ingin berbicara denganmu."

"Tentu, Bu." Naruto melompat ke bawah tanpa ragu dan berjalan ke arah orang tuanya.

"Hai Bu, Yah!"

"Hai juga, bocah nakal," Ucap Raven yang dihadiahi tatapan tajam dari istrinya.

"Tenanglah sayang, aku hanya bercanda saja."

Naruto yang melihat adegan itu hanya tertawa dan berusaha menenangkan ibunya, "Sudahlah bu, ayah hanya bercanda saja. Jadi, ada apa kalian memanggilku?"

"Ibu hanya ingin memberitahumu, nanti malam kita akan pergi ke istana Lucifer. Lucifer-Sama ingin mengumumkan sesuatu kepada semua anak Iblis muda."

"Woah benarkah? itu tidak biasa. Aku pikir dia hanyalah seorang pria aneh yang suka berdiskusi dengan orang seperti kalian dan membicarakan omong kosong seperti polit--! Ouch!"

"Jaga sikapmu, Naruto. Kau itu masih kecil, tapi kenapa kau bisa mengetahui semua kalimat kasar itu?"

"Hmm, mungkin karena ayah?"

"Naruto?! A-a ... dia hanya bercanda saja, Sayang. Tidak mungkinkan aku mengajari sesuatu yang bur--!" Tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara, Layla menarik telinga Raven dan memberinya ceramah panjang lebar.

"Lain kali jangan gunakan kata tidak senonoh itu yah, ibu akan pergi dengan ayahmu ini untuk membicarakan sesuatu, sampai jumpa sayang~~"

"Hehe, sampai jumpa juga Bu," Ucap Naruto terkekeh geli.


Naruto saat ini tengah berdiri di lapangan terbuka. Mengambil nafas dengan perlahan lalu masuk ke dalam mode meditasi. Naruto tengah mencoba membangunkan kekuatan api phenexnya, akhir-akhir ini ia agak tertarik untuk mempelajari sihir api, di samping proyeknya dalam mempelajari array sihir. Bung, itu hampir sama dengan seni Fuinjutsu yang ada di dunia asalnya, jadi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak segera mempelajarinya saat tiba di dunia ini.

Beruntung, orang tuanya tidak mencurigainya sama sekali. Mana ada yang percaya bocah seperti dirinya bisa mempelajari manipulasi array sihir dengan mudah, kalau pun ada itu hanya akan menarik perhatian orang banyak dan Naruto sama sekali tidak menginginkan hal remeh seperti itu.

Kembali ke topik awal, Naruto berusaha mencari titik pemicu dalam membangkitkan kekuatan yang ada di dalam tubuhnya. Perlahan Naruto bisa merasakan perasaan panas merambat di sekitar perutnya. Ia ingin memicunya tapi tidak bisa. Itu terlalu berbahaya jika dipicu secara paksa. Jadi, saat ini yang ia lakukan hanyalah menunggu energi yang tengah berkecamuk menjadi tenang.

Dan inilah dia!

Ketika Naruto berusaha menyebarkan energi sihirnya, ia bisa merasakan perasaan hangat mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Tapi tidak berhenti sampai sana saja, detik demi detik intensitas suhu yang menimpa Naruto semakin tinggi, itu bahkan membuat semua benda atau tumbuhan yang ada di sekitarnya terbakar dan berubah menjadi abu.

'S-sial, apa-apaan ini?! Ini sangat panas dan menyakitkan!' Pikir Naruto sambil berusaha mempertahankan ke sadarannya.

"Enggghhhh ...!!"

Api merah yang mengelilingi Naruto secara perlahan mulai berubah menjadi, api jingga, api kuning, kemudian biru dan seiringnya penumpukan suhu, warna api itu berubah menjadi putih total.

Orang-orang yang ada di dalam rumah Phenex menyadari perubahan suhu dan tekanan sihir ini segera mendatangi tempat Naruto. Mayoritas dari mereka terkejut dengan apa yang sedang terjadi kepada Naruto, terlebih lagi dengan orang tuanya.

Naruto menggertakkan giginya dengan keras hingga membuatnya mengeluarkan darah. Sekarang ini adalah tahap akhirnya!

Lingkaran sihir Phenex tiba-tiba mengeliling Naruto dan menyelimutinya seperti telur. Suara retakan bagaikan telur pecah mewarnai jeritan Naruto.

Jeritan kebangkitan Phenex sejati!

"UuuuuwwWaahhhhhhHHH ...!!"

Jeritan yang tak koheran yang dikeluarkan Naruto, membuat Raven dan Layla semakin khawatir dengan keadaan yang di timpa anaknya. "Keadaan ini bukankah sudah sangat berlebihan?! Kalau Naruto tidak bisa menyesuaikan tubuhnya dengan kekuatan barunya, maka ia akan meledak."

"Raven-Kun, kau pasti bohongkan?!" Raven hanya diam menatap anaknya dengan khawatir.

"Apakah tidak ada cara lain mengeluarkannya dari situasi ini?" Tanya Layla dengan penuh harap.

"Sayangnya tidak. Satu-satunya cara ia bisa keluar dari ini dengan cara mempertahankan kesadarannya hingga proses berakhir."

Setelah jeritan Phenex akhirnya merada, api yang mengelilingi Naruto perlahan menyusut dan berhenti menyakiti tubuhnya. Ia bisa merasakan energi itu perlahan menyembuhkan kerusakan fisik yang dialaminya, namun tidak dengan kelelahan dan kerusakan mentalnya.

Sebelum Naruto pingsan, ia bisa melihat kedua orang tuanya berlari kearahnya dengan raut wajah khawatir.

"Sepertinya aku akan tidur sebentar."


Fiuh, akhirnya ini selesai juga.Ngomong-ngomong peningkatan wordnya akan bertambah seiring bertambahnya chap atau ide yang ada di otak gw ancar.

Untuk jadwal update, yah tidak menentu. Karya tulis Fanfiction Narutod hanyalah projek cerita sampingan saya, jadi jangan terlalu berharap yah.

Ngomong-ngomong kalau ada kekurangan di fanfic ini, jangan ragu untuk memberikan krisar yah.

Lagipula, gw masih pemula, hahaha...

Mungkin hanya itu yang bisa saya katakan untuk chap ini, jadi bay~~