Is This The Time To say Goodbye?

Rate: T (biar aman)

DCMK milik Aoyama Gosho-sensei. Aku pinjam karakternya untuk membuat sesuatu untuk seseorang yang berharga.

Pair: 404 not found /ga.

No pairing. Just a friendship between Kuroba Kaito, Kudo Shinichi and Hattori Heiji. (Kalaupun ada paling juga cuman nyerempet dikit.)

Warning! Typo yang manusiawi, OOC yang tetap diusahakan tetap IC, ENDING GANTUNG. Kutekankan sekali lagi, ENDING GANTUNG. Tidak suka silahkan tekan tombol back.

Fanfiksi ini dibuat khusus untuk Liliana Pelangi-san.

Penjelasan mengapa memiliki ending seperti ini akan dijelaskan di a/n.

.

.

.

Happy Reading, semoga perasaan ini tersampaikan padamu dimanapun kamu berada.

.

.

.

Kota Ekoda, Ekoda High School.

Tawa mengudara, bersamaan dengan celotehan para gadis yang sibuk bergosip. Beberapa yang lain duduk tenang di bangku mereka masing-masing dengan Handphone ditangan dan earphone tergantung ditelinga. Yang tidak menampakkan batang hidung mungkin sudah ngacir lebih dulu kekantin. Ya, ini adalah jam istirahat.

Kuroba Kaito, pesulap amatir sekaligus murid paling jahil di sekolah tentu saja tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menjahili Hakuba Saguru yang sedang menatap tajam padanya.

Tentu saja. Karena Hakuba memiliki pemikiran aneh. Pemuda pirang itu selalu saja menyebut–nyebutnya sebagai KID. Si pencuri internasional yan tidak pernah tertangkap dan selalu berpakaian putih-putih di setiap aksinya.

Yah, memang dia adalah KID. Tapi bisakah Hakuba tidak mengganggu hidupnya? Ia bukan KID saat ini. Toh, ia juga tidak pernah penasaran akan hidup Hakuba kan.

Dengan jentikan jari dan seringai iseng, Kaito menjahili Hakuba dengan mengubah rambutnya menjadi hijau dan memakaikan seragam wanita padanya.

Pooft!

Asap putih menyebar disekeliling Hakuba yang tengah berdiri untuk menintrogasi Kaito. Taklama kemudian tawa cekikikan mengudara bersamaan dengan teriakan Aoko dan Hakuba yang kesal.

"BAKAITOOOO!/KUROBA-KUN!"

Kaito yang sudah melarikan diri dengan melompat melalui jendela disebelahnya hanya nyengir mendengar teriakan dibelakangnya. Ia baru saja ingin bersembunyi di gudang belakang saat Akako menghalangi jalannya.

"Kuroba-kun,"

Kaito berusaha untuk tidak memutar mata. Sungguh. Ia malas berurusan dengan gadis seram yang mengaku-aku sebagai penyihir. "Apa?"

"Sebaiknya kau mulai melakukan sesuatu untuk kekosongan disana. Pertunjukanmu terasa mati." Ujarnya lalu berbaik pergi. Meninggalkan Kaito yang mematung.

"Kekosongan... ya?" gumamnya murung.

Kaito tidak mengerti. Namun rasanya jiwanya sendiri mulai menjerit pilu. Ia hilang arah. Snake memang sudah masuk kebalik jeruji besi untuk selamanya, kejahatannya sudah terungkap. Pun orang yang menjadi atasannya. Kaito kini bisa melakukan pertunjukan dengan tenang.

Tapi Pandora belum ditemukan. Itu sebabnya identitas gandanya sebagai KID masih tetap berlanjut.

Ia tidak ingin. Ia hanya ingin tenang dan menjalani hari dengan biasa sebagai seorang warga biasa. Tapi keadaan tidak memungkinkan. Ia harus tetap menjadi KID hingga Pandora ditemukan. Ia yang awalnya senang menjadi KID dan melakukan pertunjukkan juga memainkan para polisi, entah kenapa lama kelamaan menjadi terpaksa melakukannya.

Bahkan KID sudah tidak melakukan aksinya sejak dua bulan ini (dan itu pula yang membuat Hakuba tidak bosan untuk mengintrogasinya setiap hari.)

Drrt... drrtt..

Merasakan getaran di sakunya, Kaito mengambil ponselnya dan membuka pesan dari seorang detektif dikota sebelah.

'Kai, ayo refreshing. Kebetulan Hattori datang dan beberapa hari lagi sudah mulai libur musim panas. Lagipula kita sudah lulus.

Kami berniat ke Yokohama lalu melanjutkan perjalanan ke Nagoya. Tapi rute perjalanan bisa saja berubah. Sekali-kali berkeliling jepang bukanlah hal yang buruk kan?

Apa kau mau ikut?

-Kudo Shinichi-'

Sepertinya menarik. Sudah lama ia tidak bertemu dengan detektif manis yang menjadi kritikus favoritnya. Dan apakah Hattori yang dikatakan Shinichi itu adalah tantei-han?

Cepat-cepat Kaito membalas pesan sahabat merangkap rivalnya itu.

'Aku mau. Beritahu aku tanggalnya.

-Kuroba Kaito-'

Barangkali.. dengan bertemu mereka, Kaito bisa menghilangkan kekosongan dalam hatinya dan menemukan apa yang ia cari.

.

.

.

.

Sinar matahari pagi menyentuh kulit, memberi kehangatan.

Waktu sudah berjalan tanpa disadari. Mereka sudah lulus dan akan segera mendaftar ke universitas secara online. Tapi toh, Kaito belum menemukan universitas yang ingin dimasukinya. Jadi ia menahan diri dan memilih untuk refreshing.

Hari yang ditentukan telah tiba dan Kaito sudah siap dengan tas dan koper. Shinichi bilang bahwa Hattori akan menyetir mobilnya dan nantinya mereka akan menyetir secara bergantian.

Ibunya sudah lama tinggal di Vegas dan mengabaikannya. Ayahnya sudah meninggal dan Jii-chan ternyata memiliki cucu dari adiknya yang telah tiada. Jadi Kaito tidak terlalu peduli dengan izin pada orang tuanya untuk pergi. Ia bahkan tidak izin untuk pergi.

Din din!

"Kaitooo! Apa kau sudah siap?" Shinichi melambaikan tangan, turun dari mobil hitam dengan sedikit hiasan stiker waterproof berbentuk bunga warna putih di sampingnya. Sungguh Kaito yakin bahwa mobil itu pasti milik Kudo Yukiko.

Kaito mengunci rumahnya, lalu meletakkan sebuah amplop putih dibawah karpet. "Aku sudah siap. Kita akan kemana saja?" Kaito mengangkat tas dan kopernya, memasukkannya kedalam bagasi yang ternyata sudah dipenuhi dengan barang-barang mereka berdua. "Apa saja ini? Banyak sekali?"

"Itu perlengkapan berkemah! Lalu ada senapan dan pistol—jangan memandangku begitu! Itu hanya untuk berjaga-jaga!" Hattori tertawa kecil melihat wajah Kaito yang tidak santuy. "Ada perlengkapan memasak juga. Lalu beberapa bahan makanan kalengan."

Shinichi disamping Kaito tertawa, "Aku sudah bilang padanya agar tidak membawa terlalu banyak barang. Tapi karena kita menaiki mobil pribadi, kurasa tidak ada salahnya."

"Hei! Lihat siapa yang bicara. Kau sendiri membawa buku-buku holmesmu itu, Kudo!" Hattori menyeringai, membuat Shinichi sedikit memberengut.

Kaito mengangguk mengerti, "Ayo berangkat jika begitu! Pertama, kita akan kemana?"

"Biei dan Furano! Ayo kita ke kebun lavender!" Hattori menyarankan. Mereka tidak memperdulikan soal biaya ataupun lama waktu yang akan ditempuh. Toh, orang tua mereka sama-sama berpunya.

"Bukankah itu terlalu jauh?" Kaito bertanya dari bangku belakang. Karena Shinichi duduk di sebelah Hattori dan Hattori sendiri yang menyetir, maka Kaito duduk sendirian di belakang ditemani oleh bekal mereka untuk diperjalanan. "Itu akan memakan waktu sedikit lebih lama karena kita naik mobil."

"Kurasa tidak masalah, kita punya waktu satu bulan penuh. Kau sudah daftar universitas kan, Kaito? Jika sudah kan kita tinggal menunggu hasil."

"Sudah sih. Kalau begitu ayo berangkat!" yah, Kaito terpaksa berbohong. Entahlah ia hanya tidak ingin mengacaukan rencana kedua sahabatnya itu.

"Oke! Let's gooo!" Hattori tersenyum, melajukan mobil Shinichi menuju tol agar perjalanan mereka lebih cepat.

Bahkan untuk sejenak, Kaito merasakan kekosongannya sudah terisi.

'Seperti ini pun tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin kembali merasakan kekosongan itu.'

"Kaito, bagaimana sekolahmu? Pertunjukanmu?" Shinichi bertanya, Kaito langsung mengerti jika pertunjukkan yang dimaksud adalah Heist Kaito KID. Yah, tak apa jika Hattori mendengar. Pemuda itu juga pastinya sudah dapat menebak identitas gandanya.

"Seperti biasa. Aku belum menemukannya." Kaito menghembuskan nafas lelah, "Tolong jangan membahasnya dulu."

Shinichi mengangguk, "Baiklah.. jika kau butuh bantuan, aku dan Hattori siap membantu. Ya kan, Hattori?"

"Tentu saja. Aku dan Kuroba tidak terlalu dekat. Tapi semoga kita bisa lebih dekat ya!"

.

.

.

.

Mereka sampai di pusat kota Hokkaido setelah beberapa jam berada didalam mobil.

Shinichi sudah memesan kamar hotel saat dijalan tadi. Jadi mereka tinggal check-in dan beristirahat sebelum besoknya berkeliling kota.

"Haah! Lega sekali setelah beberapa jam hanya bisa duduk didalam mobil!" Hattori menghempaskan diri diatas ranjang King size, merenggangkan tangan dan memeluk guling empuk.

"Hattori, setidaknya ganti dulu bajumu! Cuci muka minimal!" Shinichi mengomel, dan Kaito hanya tertawa saat Hattori memandangnya meminta pertolongan. "Kai! Kau juga sana cuci muka dulu sebelum tiduran diatas ranjang!"

Kaito tertawa, mengambil baju gantinya dan masuk kedalam kamar mandi. "Iya-iya Shinichi okaasan, anak-anakmu ini akan cuci muka dulu~"

Hattori tertawa geli, lalu cepat-cepat bangkit dan menyusul Kaito sebelum Shinichi menendangnya. "Shinichi okaasan jangan galak-galak~"

Wajah Shinichi merah padam, malu karena diejek. Ia bertekad akan menendang kedua temannya yang jahil itu nanti malam.

"Shinichi, ayo kita susun rencana untuk besok!" Kaito dengan bersemangat naik keatas ranjang, memantul-mantulkan diri dengan childish dan memeluk bantal. Hattori menyusul beberapa detik kemudian sambil mengusap wajah menggunakan handuk hotel.

Shinichi memandang Kaito agak lama, lalu seolah tersadar, ia memalingkan padangan. "Aku akan cuci muka dulu."

"Hum? Apa baru saja dia memperhatikanku dengan intens, Hattori?"

Hattori yang ditanya ikut memperhatikan Shinichi yang masuk kedalam kamar mandi dengan sedikit terburu seolah salah tingkah. "Kurasa Kudo hanya mencemaskanmu."

"Nah, nah, tidak ada yang perlu di khawatirkan~" Kaito membalas dengan riang, "Aku baik-baik saja~"

Shinichi mendengarnya. Ia mendengarnya dengan jelas. Tapi jika Shinichi boleh jujur, ia agak khawatir dengan Kaito. Sahabatnya itu terlihat jelas sedang kehilangan semangat kehidupannya perlahan-lahan.

'Kuperhatikan dari tadi, auranya agak suram dan tidak secerah terakhir kali aku berjumpa dengannya.'

Katakanlah Shinichi terlalu parno. Tapi itulah kenyataannya. Kaito tampak seperti bukan Kaito.

"Shinichi, kau lama sekali~! Apa saja yang kau lakukan?" suara Kaito menyambut Shinichi saat ia baru saja keluar.

"Aku sekalian mencuci mulut. Kalian sudah menyusun rencana?" Shinichi memperhatikan Kaito yang menutup tubuhnya dengan selimut, persis kepompong. "Apa yang kau lakukan?"

Hattori cekikikan, "Aku menemukan titik kelemahannya."

"Hentikan!" Kaito mengerucutkan bibir, "Itu tidak lucu!"

Shinichi ikut bergabung keatas kasur, menarik selimut dan membuat Kaito nyaris terjungkal. "Shin-chan! Jahatnya kau!"

Tawa Hattori makin keras, sepertinya ia suka sekali saat Kaito dijahili. "Buahaha! Kuroba! Kau harus lihat wajahmu sendiri! Hahaha!"

Sedangkan Shinichi terdiam, menghembuskan nafas lega dan tersenyum manis hingga Kaito silau. "Yokatta, kau benar-benar baik-baik saja.."

Kaito membeku, 'apa Shinichi tahu? Tentang keadaanku sekarang?'

Hattori menyela sebelum mereka memasuki dunia mereka sendiri. Hey! Ia tidak ingin menjadi nyamuk! Ia juga ingin dekat dengan sahabat-sahabatnya.

"Kalian jangan OOT! Ayo kita membuat rencana untuk besok! Kita bisa ke Shirogane Blue Pond, mungkin akan memakan waktu sampai sore. Tapi waktunya sangat pas jika ingin melanjutkan ke Ashikawa. Kita bisa naik ke Nicholas Tower."

"Boleh, kita bisa ke kebun lavender pagi-pagi. Lalu dilanjut ke Shirogane saat siang." Shinichi menjawab. Ia menghempaskan diri dan menarik selimut. "Aku akan tidur di tengah. Bisa-bisa aku jatuh jika tidur di pinggir."

"Lavender ya... aku jadi ingin membuat heist dengan tema utamanya lavender." Kaito tiduran berbantalkan kedua tangan. Indigonya memperhatikan langit-langit yang mulai terlihat samar. "Aah, aku mengantuk..."

Hattori mengikuti dengan mengambil tempat di sebelah kanan Shinichi, hijaunya memperhatikan Kaito yang sudah terkantuk-kantuk. Tampaknya begitu lelah.

"Kudo, kau tidak ingin memakai sumpal telinga atau semacamnya?" bisik Heiji yang tidak ditanggapi Shinichi. "...Kudo?"

Oh, dia sudah memasangnya lebih dulu sebagai antisipasi rupanya.

"Oyasumi..."

.

.

.

.

Mereka terbangun saat fajar menjelang.

Yah, sebenarnya hanya Heiji saja yang bangun. Mengingat hanya dirinya yang jatuh dari atas ranjang.

Ingin mengumpat pun percuma. Kata-katanya tertelan begitu saja saat melihat betapa lucunya wajah Kaito dan Shinichi. Karena ia iseng, ia memotret wajah-wajah itu, bahkan sempat-sempatnya selfie dan mengirimkannya pada Yukiko-neesan...

Melalui ponsel Shinichi.

Tidak tanggung-tanggung, ia menghapusnya setelah memberi pesan singkat agar tidak membalas apa yang dikirimnya. Ah, Heiji cekikikan sendiri saat menjalankan aksinya. Foto-foto itu juga dikirimkannya ke ponselnya sendiri sebagai kenang-kenangan. Hihi, mungkin saja saat dewasa nanti mereka tidak bisa seperti ini lagi kan?

Setelah semuanya beres, ia mengambil baju dan pergi mandi.

Terbiasa mandi dengan cepat, Heiji selesai dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Ia mengguncang Shinichi dan Kaito agar dua pemalas itu bangun.

"Ayo bangun! Kita mau ke kebun lavender kan?!"

"Mmm.. satu jam lagi..."—Shinichi.

"Tinggalkan saja aku...nyam nyam nyam..."—Kaito.

... oke Heiji kesal.

"Bangun kalian berdua!" teriaknya sambil menarik selimut tebal yang menutupi kedua sabahatnya itu. Kaito yang masih tersangkut dengan selimut bahkan sampai ikut tertarik. Sedangkan Shinichi dengan wajah polos bangun dan mengusap mata.

"Berisik sekali Hattori..." Kaito memberengut. Pada akhirnya bangkit sambil menggaruk perutnya. "Ini masih terlalu pagi..." ujarnya dengan mata terpejam.

Sungguh, jika saja Heiji tidak menyadari tatapan hampa Kaito, ia sudah menimpuk kepala pemuda itu menggunakan guling. "Oi, Kuroba—"

"Hattoriii izinkan aku tidak ikutt..." gumaman Shinichi memotong ucapannya. Dilihatnya sahabatnya yang lain itu nyaris jatuh tertidur sebelum Heiji naik keatas kasur dan mengguncangnya kuat-kuat. Membuat Kaito diam-diam merasa ngeri.

"Oi Kudo! Bangun kau! Bangun atau kubuang buku Holmes-mu yang kau paksa bawa itu!"

Kaito yang tidak ingin ikut kena serangan langsung cepat-cepat masuk kamar mandi. Ia sudah lapar dan ingin makan.

"Arggh! Iya-iya aku bangun! Kenapa sih kau semangat sekali!?" Shinichi mengacak rambutnya yang sudah berantakan, menguap lebar sebelum mengambil sebotol air diatas nakas.

"Hei, Kudo..." Heiji memelankan suara, berharap suara gemericik air didalam kamar mandi dapat mencegah suaranya terdengar di telinga Kaito. "Apa kau merasakan perubahan Kuroba?"

Aktivitas minum Shinichi terhenti, "Kau juga merasakannya?"

"Tatapannya tadi... sesaat terlihat begitu hampa seolah kehilangan sesuatu." Heiji berbisik, "Apa ada sesuatu yang mengganggunya?"

Shinichi menggeleng, "Aku tidak tahu apa yang mengganggunya. Auranya juga tidak secerah terakhir kali aku bertemu dengannya."

"Mungkinkah ia hanya kelelahan? Kau tahu, pandora sampai sekarang belum ditemukan bukan?" Heiji terdiam saat melihat Shinichi yang menggeleng. Ah.. apa yang harus mereka lakukan agar Kaito bisa kembali bersemangat?

Sementara itu, Kaito membasuh tubuhnya dengan sabun yang disediakan.

Harumnya membuat pikirannya tenang. Rasanya nyaman sekali. Tapi rasa hampa itu tetap saja terasa. Ia selalu merasakannya walau sudah mencoba melupakannya.

Seperti.. kau tahu, kehilangan arah, berputar-putar dalam kebingungan. Ingin segera pergi namun tidak ingin bunuh diri. Kepercayaan diri dan kebahagiaannya lenyap, seolah-olah digerogoti oleh sesuatu tak kasat mata. Melakukan heist menjadi beban baginya.

Ini menyakitkan. Melelahkan.

"Aku rasa aku akan berhenti melakukan heist..."

.

.

.

.

"Whoooa! Luas sekali!" Heiji menarik nafas, "udaranya segarrr!"

Pemuda berkulit tan itu menarik-narik kedua temannya dan berkeliling diantara bunga-bunga lavender yang menenangkan. Indigo terlihat sangat menyejukkan mata, sama seperti iris milik Kaito.

"Kuroba, warnanya sama seperti matamu! Waah ini keren!"

Shinichi tertawa kecil, "Kau seperti anak-anak saja, Hattori."

Yang disindir langsung cemberut, sedangkan Kaito tanpa sadar (lagi-lagi) menatap hampa padang bunga yang luas itu.

"Kai, Kaito!" Shinichi menarik Kaito, membuatnya tersentak dan sadar bahwa Shinichi mengajaknya untuk berfoto. "Hattori tolong foto kami!"

Heiji mengangkat kamera, siap memberi aba-aba.

Kaito memasang ekspresi bingung saat Shinichi menarik pipinya, "Senyum, Kai!" ujarnya, memaksa Kaito untuk tersenyum lebar.

"Yak! Satu, dua, ti...ga!"

Dan foto diambil dengan Kaito yang merangkul Shinichi dan Shinichi yang menarik kedua pipi Kaito agar tersenyum manis.

"Hum! Hasilnya bagus!" Heiji mengacungkan jempol, "Kuroba harus lebih sering tersenyum! Kuperhatikan dari kemarin kau jarang tersenyum, padahal aku mendengar bahwa Kuroba Kaito adalah orang yang charming. Apa kau ada masalah?"

Shinichi langsung menyikut rusuk Heiji, membuatnya sadar akan ucapannya yang ceplas-ceplos. "Ah-maaf, aku tidak bermaksud... tidak apa-apa jika kau belum ingin cerita, Kuroba."

"Aku akan berhenti melakukan heist." Diluar dugaan Kaito malah menjawab dengan raut... yang sulit dijelaskan. "Tujuanku belum tercapai. Tapi aku ingin berhenti. Aku.. aku merasa sudah terlalu lama menjadi KID dan melewatkan hidupku."

Kedua temannya berpandang-pandangan. Aura Kaito terasa suram, mugkin memang benar jika mereka menarik kesimpulan bahwa Kaito mungkin sedang kehilangan dirinya.

"Kau yakin? Setelah usahamu selama ini?" Shinichi agak tidak terima. Bagaimanapun Kaito KID selalu membantunya hingga ia bisa kembali seperti sekarang. "Kau ingin berhenti begitu saja?"

"Shinichi," Kaito menatap Shinichi dengan pandangan... yang begitu kosong. "aku sudah banyak melakukan pertunjukan. Ini adalah saatnya aku berhenti. Bahkan bukannya tidak mungkin jika permata bernama pandora itu hanyalah sebuah mitos belaka. Tidak nyata."

Pemuda bermarga Kudo itu terpaksa bungkam. Ia tidak berhak untuk menghalangi keinginan Kaito. Pun ia tidak dapat membalas perkataannya. Karena itu semua benar. Pandora hanyalah sebuah permata spesial diantara ribuan permata. Bukannya mustahil jika permata itu sebenarnya tidak benar-benar ada.

"Bagaimana dengan fans-mu? Atau KID palsu nantinya yang akan muncul?"

"Aku akan mengirim surat pada Nakamori-keibu dan melakukan heist terakhirku... entah kapan. Kaito KID secara resmi akan mengumumkan pengunduran dirinya nanti." Kaito tersenyum, tampak sedikit lega. "Dengan begitu aktivitas ganda-ku akan terhenti dan tidak akan ada yang bisa melakukan aksi dengan nama KID lagi."

Heiji dan Shinichi berpandangan, mereka tidak setuju, sebenarnya. Tapi jika melihat reaksi Kaito yang tampak lega, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menghalanginya. Mereka tidak akan bisa membelenggu Kaito dalam identitasnya untuk waktu yang lebih lama.

Angin berhembus dan aroma lavender yang pekat tercium, Kaito memeluk Shinichi dan Heiji dengan erat dan berbisik, "Mungkin setelahnya aku bisa bebas kemanapun..."

Membuat kedua temannya itu membeku dengan lidah kelu. Tanpa dapat menjawab ucapan itu.

.

.

.

.

Seperti yang biasa dikatakan, waktu berjalan begitu cepat saat kau sedang bersama sahabatmu. Apalagi jika kau sedang bersenang-senang.

Sudah terhitung dua minggu sejak mereka berangkat. Dan saat ini mereka sedang ada di Tottori. Mereka berniat ikut dalam pengamatan astronomi dan melihat langit berbintang yang disebut-sebut sangat indah.

Tapi hal itu bersamaan dengan surat tantangan dari Suzuki. Mereka akan mengadakan pameran barang antik di sekitar wilayah Daisen. Tentunya hal itu tidak luput dari pameran permata yang dinamai Shooting Star. Kabarnya jika permata itu di arahkan ke cahaya bulan, akan terlihat bintang didalamnya.

"Kau akan menerimanya, Kai?" Shinichi bertanya saat melihat Kaito yang membaca berita tentang permata itu. Ia bahkan menghubungi Jii-chan tentang keputusannya. "Kau membawa kostum KID?"

Kaito mengangguk. Tatapannya berbinar seolah sudah lama menantikan hal ini. "Shin-chan, apa yang harus aku katakan nanti?"

Heiji yang melihat perubahan emosi pada diri Kaito hanya dapat tersenyum pasrah. "Kenapa kau tidak meminta maaf sebelum melakukan pertunjukanmu? Dengan kamera live dimana-mana, pasti kabarnya akan langsung tersiar."

Kaito menjentikkan jari, "Briliant! Aku akan melakukannya. Dan bisakah aku meminta waktu untuk sendirian?"

Kedua temannya hanya mengangguk dan pergi keluar. Meninggalkan Kaito sendirian didalam kamar hotel yang mereka pesan.

"Kau yakin Kuroba akan baik-baik saja?" Heiji bertanya dengan khawatir. Bagaimanapun, kondisi mental Kaito yang jadi taruhan. "Tapi ia terlihat bahagia saat mendapat tantangan itu. Seolah-olah ia telah menemukan kebebasannya."

"Aku tidak yakin." Shinichi menggeleng pasrah. "Tapi jika itu yang memang dia inginkan, kita hanya bisa mendukungnya dari belakang. Aku tidak ingin mengekangnya dan memintanya agar bersabar lebih lama agar pandora ditemukan."

Manik hijau Heiji menerawang, "Tampaknya ini benar-benar akan menjadi heist terakhir dari seorang Kaito KID ya." Gumamnya, "Aku sedikit sedih karena pertunjukannya harus berakhir begitu saja."

"Ya.. walaupun dia mencuri permata, aku selalu terhibur dengan pertunjukannya yang begitu menakjubkan." Tatapannya menyendu, "Kudengar setelah ini ia tidak akan melanjutkan pendidikannya di Jepang."

"Eh? Lalu apakah ia akan sekolah di luar negri?" Heiji yang baru mengetahui bahwa Kaito akan pergi dari Jepang langsung menghentikan langkah. "Ia akan meninggalkan kita?"

Shinichi menggeleng pasrah. "Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Tapi jika itu bisa membuatnya bahagia, maka biarkan saja."

Mereka lagi-lagi terdiam karena khawatir dengan keadaan Kaito.

"...Aku ingin Kuroba bahagia. Aku tidak ingin sahabatku tertekan seperti itu." Heiji memecah hening yang terjadi. "Maka jika menghentikan pencariannya dan berhenti menjadi Kaito KID adalah cara agar ia bahagia, aku akan menerimanya."

Pemuda disampingnya tidak mengatakan apapun.

Sebagai sahabat sejak kecil sekaligus rivalnya, ia memang belum bisa menerima keputusan Kaito. Tapi mungkin Kaito akan melakukan hal yang sama dengan Heiji saat Shinichi berkata akan berhenti menjadi detektif.

"Kudo, saat aku nanti berhenti menjadi detektif dan mengejar mimpiku menjadi polisi, bagaimana menurutmu?"

Shinichi terkejut, apa Heiji baru saja membaca pikirannya? Sepertinya tidak. Mungkin itu hanya kalimat absurd tanpa makna yang terucap begitu saja.

"...Tidak ada yang abadi. Aku juga tidak selamanya akan menjadi detektif. Suatu saat aku juga pasti akan berhenti."

Kini gantian Heiji yang tidak tahu harus mengucapkan apa.

"Mungkin bukan dalam waktu dekat, tapi aku tahu, suatu saat aku juga akan berhenti."

.

.

.

.

Malam datang, ditemani oleh gelapnya langit yang ditaburi bintang layaknya pernak-pernik berkilau yang selalu membuat kagum bagi yang melihatnya.

Tepuk tangan bagi Kaito KID yang dengan luar biasanya mampu menyiapkan pertunjukan dalam waktu kurang dari tujuh jam.

Balasan mendadaknya mengundang tanya bagi Nakamori. Biasanya KID akan membalas di hari itu juga dengan jadwal pertunjukan sehari setelahnya atau lebih. Kali ini berbeda. KID akan melakukan pertunjukannya malam ini juga.

Karena Jirokichi Suzuki sudah menduganya, pria tua itu sudah menyiapkan jebakan untuk KID. Disertai bantuan Shinichi dan Heiji yang tidak sengaja ditemuinya.

"Riddle ini mengatakan 'Aku akan datang untuk memberi malam tak terlupakan dalam sejarah.' Bukankah ini agak aneh? Lalu 'Aku akan mengambil permata disertai dengan badai yang akan mengundang kesedihan.' Apa maksudnya ini? Badai apa?" Jirokichi bertanya. Sedikit heran dengan riddle dari KID kali ini.

Heiji maupun Shinichi bungkam. Mereka mengerti maksudnya. Tapi biarlah Kaito sendiri yang memberitahunya nanti.

"Hm, tidak dijelaskan jam berapa Kaito KID akan muncul. Mungkinkah kemunculannya akan mendadak?" Nakamori-keibu bertanya-tanya. "Jangan-jangan ada rahasia dibalik riddle ini?!"

"Tidak ada arti khusus. Mungkin ia hanya ingin memberi pengumuman. Atau bahkan mungkin sekarang ia sudah melakukan pencuriannya." Shinichi menjawab. Ia juga tidak bisa memprediksi kedatangan Kaito kali ini. Begitupun Heiji.

BLAAR!

Sebuah cahaya disertai letusan kecil muncul, membuat Jirokichi, Nakamori dan beberapa orang lainnya termasuk Shinichi dan Heiji berlari keluar.

"Apa itu tadi?!"

"Ekhem, tes, tes, okay. Good night, ladies and gentleman!" KID muncul diatas sebuah patung jam yang ada di tengah-tengah pameran.

Nakamori tampak begitu kesal. Urat-uratnya bahkan menonjol. "Kaito KID! Kali ini kau tidak akan bisa kabur!"

KID tertawa, "aku hanya akan memberi pengumuman, keibu. Lagipula," ia memperlihatkan berlian yang dipamerkan, "Ini bukanlah yang aku cari."

Shinichi dan Heiji hanya memperhatikan. Diam-diam sedikit menjauh dari Jirokichi dan Nakamori.

Kaito KID tampil dengan memukau kali ini. Walaupun sulapnya hanya sebatas jentikan jari dan kemudian guguran bunga lavender jatuh bersamaan dengan kartu-kartu dengan tanda KID. Baik Shinichi maupun heiji dapat melihat dengan jelas, kelegaan yang terpancar dari poker face yang rusak.

"Sorede! Aku sebagai Kaito KID memberi pengumuman!" KID menyeringai dan membungkuk, "Bahwa aku akan berhenti menjadi Kaito KID dan ini adalah pertunjukan terakhirku."

"NANI?!" teriakan kecewa menggema, Nakamori-keibu tampak makin kesal.

"Eeh? Kenapa KID-sama ingin berhenti?!"

"KID-sama! Apakah ada yang mengganggumu?"

Sonoko dan Ran yang ikut memperhatikan dari jauh berpandang-pandangan dengan bingung. Begitupun Aoko yang ikut dengan ayahnya.

"OI TEME! JIKA KAU HANYA BERCANDA, INI KETERLALUAN!" Nakamori-keibu mengacungkan borgol. Tapi ia tidak bisa mendekat karena fans seorang KID yang berdesakan di bawah KID sendiri.

"Aku tidak bercanda, Keibu. Mulai malam ini Kaito KID resmi berhenti dan tidak akan melakukan pertunjukannya lagi." Kaito menaruh telunjuknya di bibir, meminta fans-nya untuk tenang. "Aku ingin hidup biasa, tanpa identitas ganda KID sebagai warga biasa. Tujuanku sudah tercapai, dan ini adalah perpisahan kita. Terimakasih karena kalian sudah mendukungku selama ini."

Kericuhan terdengar, lalu KID mengakhiri pertunjukannya dengan merpati dan menghilang begitu saja.

Permata yang diambil dikembalikan oleh seekor merpati yang hinggap di bahu Jirokichi beserta sepucuk surat di paruhnya.

Penasehat Suzuki itu langsung mengambil permatanya dan sepucuk surat itu. Membiarkan merpati itu kembali terbang bebas. "Oii! Nakamori! Kemarilah! Aku ingin membicarakan sesuatu!"

Nakamori-keibu dengan susah payah kembali keluar dari kerumunan yang menyayangkan mundurnya Kaito KID. Bahkan mereka membuat kericuhan dengan berkata tetap mendukung KID lewat berita yang ditayangkan secara live. "Apa?"

Jirokichi menunjukkan surat dari Kaito KID, "Ini, bacalah."

"Hm?" dengan ragu dibacanya surat dari KID, didengar oleh Jirokichi dan beberapa orang bawahannya. Shinichi dan Heiji juga diam-diam mendengarkan.

"'Teruntuk Nakamori-keibu,

Maaf karena aku berhenti begitu saja. Tapi tujuanku telah tercapai. Aku akan hidup menjadi warga biasa setelah ini.

Bagaimanapun, aku lelah menjadi KID. Mengerjaimu dan para detektif memang menyenangkan. Tapi kurasa aku harus berhenti.

Jangan mencariku lagi. Aku hanya ingin mendapatkan ketenangan.

Salam, Kaito KID.' Apa-apaan ini?!" Nakamori-keibu meremas kertas itu. "Setelah semuanya, dia berhenti begitu saja?!"

Shinichi bungkam. Ia tidak ingin berkata apapun. Hattori sudah lebih dulu pergi karena cukup merasakan kekecewaan Nakamori-keibu.

'Pada akhirnya kau mendapatkan kebebasanmu ya... lalu apa yang akan kau lakukan sekarang, Kaito?'

.

.

.

.

Setelah heist Kaito KID yang terakhir beserta pengumumannya itu, Kaito memutuskan untuk pergi ke Spanyol. Ia ingin menghilang dan tidak lagi berperan sebagai Kaito KID. Jadi ia memutuskan untuk memulai hidup barunya disana. Sekalian mencari universitas disana, katanya.

"Kau benar-benar tidak akan kembali?" Shinichi bertanya. Cukup kecewa karena Kaito berkata bahwa ia akan menghilang.

Mereka baru saja menyelesaikan acara liburan mereka. Dan Kaito secara mendadak bilang akan pergi untuk kuliah di luar negri.

Kaito tersenyum, auranya sedikit berat. "Aku tidak tahu apakah aku akan kembali ke Jepang. Dan mungkin aku juga tidak akan tinggal lama di Spanyol."

"Tapi kami masih bisa menghubungimu kan?" kali ini Hattori yang bertanya. "Aku tidak ingin kita terputus begitu saja."

Dengan berat Kaito menggeleng. Ia ingin memulai hidup baru dan melupakan masalalu. Ia tidak ingin berhubungan dengan apapun yang akan mengingatkannya dengan masa lalu. Tapi bagaimana dengan kenangan yang telah mereka rangkai bersama?

"Aku memang tidak akan kembali. Kita akan terputus, tapi bukan berarti aku akan melupakan kalian."

Kaito membeku saat Shinichi dan Hattori memeluknya bersamaan. "Kami akan merindukanmu."

"Dan kapan pun kau ingin kembali, kami akan selalu menyambut kedatanganmu."

Tiada kata yang dapat terucap. Bahkan ia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Ia tidak ingin pergi. Tapi ia ingin pergi dan melupakan semuanya. Mungkin kalian berkata bahwa Kaito melarikan diri. Tapi itu tidak benar. Kaito hanya ingin tenang. Ia ingin mencari tujuannya yang sebenarnya.

Shinichi mengusap pipinya yang basah, melepaskan pelukan mereka dan memberikan Kaito sebuah album foto. "Ini foto kita bertiga saat liburan kemarin. Bawalah, Kaito. Setidaknya agar kau tidak merasa sendirian karena kami selalu bersamamu."

"Kami selalu bersamamu, didalam hatimu, Kuroba. Jadi dimanapun, jangan lupakan kami dan jangan pernah merasa bahwa kau sendirian." Heiji tersenyum dan menepuk bahu Kaito. Pemuda itu sudah berpamitan dengan Nakamori dan Aoko tadi. Berdalih ia sudah lama ingin berkuliah di Spanyol.

Dan sekarang matanya panas. Hatinya lagi-lagi kembali meragu tapi Shinichi dan Heiji tersenyum padanya.

Mereka tidak akan bertemu kembali. Kaito bahkan tidak tahu apakah ia akan kembali.

Tapi satu hal yang pasti, persahabatan dan kenangan bersama mereka tidak akan pernah hilang. Semuanya akan selalu tersimpan didalam lubuk hati yang paling dalam.

Dengan senyum tulus, walau pipi sudah basah oleh butiran airmata, mereka mengucapkan selamat tinggal.

.

.

.

.

End.

A/n;

Fanfiksi ini dibuat berdasarkan tiga pandangan berbeda dan Author menempatkan diri pada posisi Heiji. Kalian pasti sudah mengerti siapa yang kutempatkan pada Shinichi dan Kaito.

Mengenai ending...

Sudah kubilang bukan? Endingnya akan gantung. Kaito akan kembali atau tidaknya semua ada ditangannya. Semua ada pada pilihannya sendiri.

Sepertimu, yang terkasih, aku membuat ending seperti ini karena kita tidak tau apa yang akan terjadi. Apa kau akan kembali? Apa kau akan membuang semuanya? Apa kau tidak ingin meninggalkan sebuah 'kenangan' pada kami? Apa kau akan menghapus semuanya? Semua kerja kerasmu selama bertahun-tahun? Apa yang sudah kau lalui selama ini? Apakah kehidupanmu begitu sulit hingga kau ingin segera pulang? Apa yang kau rasakan sekarang? Kenapa kau berkata akan pergi? Ketenangan seperti apa yang kau cari? Kekosongan seperti apa yang kau rasakan?

Jujur, aku ingin menanyakannya dan mengetahui jawabannya. Tapi itu melanggar privasimu dan aku tidak ingin melakukannya jika kau tidak ingin membicarakannya.

Semoga perasaanku ini sampai padamu. Semoga kau bahagia. Semoga kau menemukan apa yang kau cari. Aku sangat mencintai karyamu. Kita baru saja dekat, dan kita banyak berinteraksi karena adanya 'Shinichi' yang mencairkan suasana.

Apapun yang akan terjadi nantinya, kuharap itu yang terbaik untukmu. Ini hidupmu, dan kamu berhak bahagia. Kami tidak ingin mengikatmu dengan semua ini. Kau bisa kembali kapanpun kau ingin, dan kami akan selalu menyambutmu kembali. Kau tau itu kan?

Jadi.. selamat tinggal. Semoga kau bahagia dan menemukan apa yang kau cari selama ini.

Salam,

Penggemarmu.