Original Story by Alter Youko

Disclaimer: Not own anything

.

.

Nami no kuni, adalah negara yang terletak di sebuah pulau dekat Hi no kuni. Nami no kuni memiliki banyak sungai yang mengalir melewatinya dan terkenal karena hutan bakau, yang dipenuhi dengan segala macam bentuk kehidupan.

Meskipun sebuah pulau terpencil yang mengandalkan pengiriman untuk jual beli, negeri itu cukup makmur. Namun. hal ini berubah ketika Gato mengarahkan perhatiannya pada negara ini dan melanggar kehendak rakyat serta memonopoli industri pelayaran.

Dalam rangka untuk mematahkan monopoli tersebut, Tazuna, warga Nami no kuni, melaksanakan pembangunan jembatan yang menghubungkan pulau ke daratan. Tazuna menuju Konoha dengan membawa kertas harapan bahwa desa itu bisa menolongnya. Namun, dengan kebenaran yang ia sembunyikan.

Setelah itu, diutuslah tim 7 yang diketuai oleh Hatake Kakashi, dan memiliki anggota antara lain; Uzumaki Menma, Uchiha Sasuke, dan Haruno Sakura, untuk pergi memenuhi permohonan Tazuna.

Setelah mengetahui kebenaran yang disembunyikan dalam misi yang mereka jalani, tim 7 mengalami situasi sulit yang mengharuskan mereka menentukan pilihan antara kemungkinan untuk melanjutkan misi atau tidak.

Akhirnya, dengan simpati dan rasa tak ingin terkalahkan Menma, tim 7 dipaksa untuk mengikuti kehendaknya untuk tetap menjalankan misi itu.

Menma menentang untuk menghentikan misi dengan bertindak sok pahlawan. Dengan ekspresi menyakiti dirinya sendiri, ia melawan ketakutannya untuk mengajak teman-teman tetap menjalankan misi.

Saat ini, tim 7 yang telah menetapkan akan meneruskan misi mereka mengawal Tazuna, sedang berkumpul di tepi sungai yang cukup besar.

"Sekarang kita harus melewati sungai ini dahulu, kemudian setelah itu kita akan melewati hutan, barulah kita akan sampai ke rumahku." Ujar Tazuna.

"Lalu, kita sekarang naik apa?" Tanya Menma.

"Tenanglah, temanku mempunyai perahu yang akan dipinjamkan pada kita untuk melawati sungai ini." Jawab Tazuna.

Tim 7 yang mendengar apa yang dikatakan oleh Tazuna pun hanya mengangguk. Mereka pun akhirnya bersama-sama berjalan mendekati dermaga kecil di depan mereka, untuk menunggui teman Tazuna yang akan menumpangi mereka.

Setelah mereka sampai di atas dermaga itu, Sakura merasakan hawa aneh yang berada di balik dirinya. Ia pun segera membalikkan tubuhnya dengan penasaran. Sontak, setelah tubuhnya berbalik, kedua matanya terbelalak lebar.

"Kakashi-sensei!"

Sakura berseru panik memanggil gurunya ketika melihat perairan di hadapannya, ada seseorang yang tenggelam dengan hanya menyisakan kedua kakinya yang membalik gravitasi dengan kaku.

Semua orang di sana yang mendengar seruan panik Sakura pun, serentak menoleh kepada Sakura, yang juga membuat mereka dapat melihat seseorang yang tenggelam itu. Mereka semua sontak melotot panik menyaksikan itu.

Orang yang tenggelam itu, tubuhnya tampak hanyut perlahan, yang kedua kaki berputar-putar pelan dan kaki kirinya yang kejang-kejang. Suara orang itu terdengar seperti sedakan yang tertahan, juga memunculkan buih-buih oksigen pada perairan di sekitar tubuhnya yang setengah tenggelam.

Kakashi yang melihat cara tenggelamnya orang itu mengerutkan alisnya, ia tampak mengenal gelegat tak biasa dari orang yang tenggelam itu. Setelah beberapa saat berpikir, ia kemudian membuang napas lelah. Kakashi mengetahui siapa yang sedang tenggelam itu, membuatnya tak berniat untuk menyelamatkan orang itu.

Pandangan Kakashi semakin lesu ketika beberapa burung gagak mulai bertengger di kedua kaki orang yang tenggelam itu. Bahkan, hingga gagak-gagak itu mulai mematuk-matuki kaki orang itu. sebutir besar keringat menggantung di kepala Kakashi.

Menma yang mendengar hembusan lelah dari Kakashi, dengan cepat menoleh kepada gurunya itu. Kedua matanya bertambah lebar karena melihat reaksi tak peduli dari gurunya itu mengenai orang yang tenggelam di sana.

"Kakashi-sensei! Apa-apaan reaksimu itu?! orang itu tenggelam." Seru Menma.

Kakashi menoleh malas ke arah Menma, dengan sebelah matanya yang terbuka letih, ia memandang Menma.

"Kau tidak perlu menyelamatkan dia, itu hanya akan membuatmu menyesal."

Menma tersentak mendengar pernyataan Kakashi itu. Kemudian ia mendelik tajam kepada gurunya itu, sembari mengeraskan rahangnya.

"Apa maksudmu?!"

Menma tampak menentang keras pernyataan gurunya itu. Dan ia semakin melihat tampang masa bodo gurunya, membuatnya menggertakkan gigi-giginya. Ia pun menoleh cepat ke arah orang yang tenggelam itu, dan mengepalkan kedua tangannya erat.

"Aku akan menyelamatkannya."

Setelah mengatakan itu, Menma melompatkan dirinya ke dalam sungai, kemudian langsung berenang cepat menuju orang itu untuk menyelamatkannya.

Kakashi yang melihat Menma menceburkan dirinya untuk menyelamatkan orang itu, kembali menghela napas lelah.

"Apa kau mengenal orang itu, Kakashi-sensei?"

Kakashi menoleh ke arah di sebelahnya yang bertanya kepadanya. Ia memandang malas kepada muridnya, kemudian menoleh kembali ke arah perairan di sana, yang terlihat Menma sedang membawa tubuh orang itu menuju tepi sungai.

"Ya … begitulah."

Sasuke menaikkan sebelah alisnya mendengar penuturan tak yakin dari Kakashi. Setelah itu, ia melihat Kakashi berlalu dari hadapannya menuju tepi sungai tempat Naruto menaikkan tubuh orang yang tenggelam tadi. Ia pun memutuskan untuk ikut melangkah ke sana.

Menma tertunduk dan terengah-engah setelah ia berenang di perairan tadi untuk menyelamat orang tadi, kemudian membawanya ke tepian. Mengesampingkan dirinya yang cukup kelelehan, ia menoleh cepat ke arah orang yang ia selamatkan itu, yang terbaring kaku di sisinya.

Kemudian yang lainnya, tiba di dekat Menma dan saling berdiri mengeliling Menma dan orang itu. Mereka semua tampak tak memedulikan keadaan Menma, dan hanya memfokuskan pandangan mereka kepada orang yang diselamatkannya.

Mereka semua kecuali Kakashi terkejut, karena melihat pakaian yang digunakan oleh orang itu sama seperti pakaian yang dikenakan oleh Kakashi, seragam jonin Konoha. Bahkan mereka melihat ada hitai-ate Konoha berukuran kecil yang menggantung dari leher orang itu. Dia, adalah Naruto.

Naruto masih terbaring kaku di atas tanah selama beberapa saat. Di wajahnya, terlihat lilitan perban yang melingkari kepalanya. Perban itu menutupi dahi hingga mata kanannya. Rambut hitamnya yang lebat, layu karena air yang belum mengering di sana.

Tidak hanya itu, setengah leher Naruto juga dililiti oleh perban yang merambah hingga ke dalam pakaian yang ia kenakan. Kedua tangannya pun terlihat dililiti juga oleh perban, hingga menutupi setengah punggung tangannya.

Setelah beberapa saat, tangan kanan Naruto tampak menunjukkan reaksi kehidupan. Kelopak mata kiri Naruto terlihat gemetar, mencoba untuk membuka matanya itu.

Kemudian, kelopak mata kiri Naruto pun terbuka sayu. Memperlihatkan iris violet yang tampak berbinar-binar lemah. Ia dengan tertatih mencoba mendudukkan dirinya, sembari tangan kanannya mencengkram sisi kepalanya. Naruto mengerang.

Setelah menduduki dirinya, Naruto merasakan pusing di kepalanya selama beberapa saat, sebelum kemudian ia melebarkan mata kirinya. Kepalanya mendongak lurus dengan mata kirinya yang memandang terkejut.

"Aku selamat, ya?"

"Eh?" respon Menma di sebelahnya tak mengerti.

Ekspresi Naruto kemudian berubah jengkel. "Cih."

"Cih?" Menma tanpa sadar mengulangi apa yang disuarakan oleh Naruto, dengan ekspresi yang bahkan tampak lebih jengkel.

Naruto menoleh ke arah Menma, dan pandangannya bertambah jengkel ketika melihatnya.

"Apa kau yang menganggu proses penenggelamanku?" tanya Naruto sembari menegakkan dirinya dengan santai.

Menma sontak memutar balik tubuhnya, dan melotot kepada Naruto yang berdiri di hadapannya.

"Haaah?! Penenggelaman?"

Naruto menoleh sedikit ke belakang untuk melihat Menma yang terduduk di permukaan tanah itu.

"Kau tidak tahu apa maksudku?"

Ia setengah membalikkan badannya sembari tetap memandang Menma, dengan datar.

"Aku mencoba bunuh diri."

"B-bunuh diri?!" Menma terlonjak dan sekujur tubuhnya merinding mendengar apa yang dikatakan oleh Naruto.

Naruto menutup matanya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia kemudian menghembuskan napas bosan.

"Aku mencoba bunuh diri, tapi kau malah menganggu."

Mata kirinya Naruto kembali terbuka dan langsung memandang jengkel ke arah Menma, disertai bibirnya yang mencibir.

Menma memandang horor ke arah Naruto. Bulir-bulir peluh memenuhi wajahnya.

'Tunggu, apa dia memarahiku karena telah menyelamatkannya?'

"Haah … sudah kubilang kau akan menyesal, Menma."

Menma kemudian menoleh ke arah Kakashi yang baru saja berbicara padanya itu. Ia memandang gurunya itu dengan kedua mata yang memelas.

Kakashi kemudian beralih menatap Naruto. "Apa yang kau lakukan di sini, kuso-Naruto?"

Naruto terlonjak mendengar pertanyaan Kakashi disertai dengan caranya bertanya itu yang menusuk.

"Ceh. Ternyata bocah ini muridmu, Kakashi."

Menma tampak membolak-balikkan pandangannya kepada Kakashi dan Naruto, yang menunjukkan ia semakin kebingungan. Sedangkan yang lain, memasang tampang melongo melihat bagaimana prilaku Naruto itu.

Kakashi menghembuskan napas lelah untuk yang ke sekian kalinya, karena orang yang sama. Ia memandang malas kepada Naruto.

"Jadi, apa sandaime-sama mengirimmu ke sini untuk membantu kami?"

Naruto yang ditanya mencondongkan kepala serta memicingkan matanya ke arah Kakashi, kemudian beralih ke arah Tazuna yang berada tepat di sebelah Kakashi selama beberapa saat. Setelah itu, ia menegakkan kepala dan juga menutup mata kirinya.

"Tidak. Kudengar ada pembangunan jembatan yang tinggi sekali di sini, jadi aku berpikir mungkin bisa menggunakannya untuk bunuh diri."

Segenggam keringat langsung menggantung di belakang kepala Tazuna setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Naruto itu.

"Sensei, sebenarnya siapa orang ini?"

Sasuke dengan jengkel bertanya kepada gurunya itu. Ia merasa seperti terganggu dengan kehadiran Naruto di sini.

Kakashi menuduk dan kembali membuang napas lelah, lagi. "Dia adala—"

Mata Kakashi melotot ketika ia ingin melihat Naruto, namun orang itu telah menghilang dari tempatnya tadi berada.

"Yaa … matee."

Kakashi sontak menoleh ke arah suara itu, dan diikuti oleh yang lainnya.

Terlihat Naruto sedang membungkuk di belakang Sakura, sembari memegang surai merah jambunya serta mengelus-elus surai itu dengan tangan kiri.

"Hmm … rambut ini lembut sekali, dan juga seperti ditenun dengan sutra dari kelopak-kelopak sakura."

Sakura menoleh ke belakangnya karena merasa rambutnya sedang dimainkan oleh seseorang. Ketika ia telah menoleh ke sana, ia tak mendapati siapapun selain rambut panjangnya yang sedikit mengibar.

"Kemudian, wajah ayu ini …"

Sakura dengan cepat mengembalikan pandangannya ke depan, dan terkejut mendapati Naruto yang tiba-tiba berada tepat di hadapannya. Naruto terlihat memperhatikan wajah Sakura dengan intens, dengan dua jari tangan kanan yang mencubit dagunya. Sontak, hal itupun membuat Sakura bersemu.

Naruto menjauhkan wajahnya dari hadapan Sakura, sembari kedua tangannya merentang lebar disertai mata kirinya yang menutup.

"Aaa … sungguh wajahmu bagaikan cerahnya bunga musim semi yang mekar dengan manis …"

Kemudian Naruto bersimpuh di hadapan Sakura, dan ia langsung menangkup tangan kanan Sakura dengan kedua tangannya. Naruto memandang sayu ke arah wajah Sakura dengan mata kirinya yang berbinar.

"Jika kau telah dewasa nanti, maukah kau bunuh diri denganku?"

"Eh?" beberapa bulir keringat tampak menggantung di pelipis Sakura.

Kakashi lagi-lagi menghembus napas lelah, dengan tubuhnya menunduk lesu disertai kedua tangan yang menjuntai-juntai.

Sedangkan Menma wajahnya langsung berubah sewot. Ia langsung melompat ke arah Naruto, kemudian menarik kerah belakang rompi jonin Naruto. Setelah itu ia beralih mencengkram kerah depan rompi Naruto.

"Tunggu ojisan! Apa maksudmu mengajak Sakura-chan bunuh diri haah?!"

Menma menguncang-guncang tubuh Naruto dengan kedua tangannya. Sedangkan Naruto hanya menunjukkan ekspresi halu dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

Sasuke dan Tazuna semakin melongo memperhatikan tingkah laku Naruto yang konyol itu. Dan Sakura masih tersipu, sibuk dengan berbagai imajinasi tentang Naruto di dalam kepalanya.

"Haah … sudahlah Naruto. Hentikan tingkah konyolmu itu, kami sedang buru-buru dalam misi ini."

Kakashi berjalan mendekati Naruto yang tubuhnya masih diguncang-guncang oleh Menma.

"Ehehehe … Kakashi, tunggu sebentar lagi."

Alis mata kiri Kakashi berkedut-kedut mendengar respon santai dari Naruto, dan lagi-lagi membuatnya menghela napas.

"Aku kali ini akan benar-benar bertanya, Naruto."

Kakashi menjeda kalimatnya untuk memandang ke arah Naruto yang tubuhnya sudah tidak diguncang-gucangkan lagi oleh Menma.

"Kau datang ke sini, karena mengetahui perubahan level misi kami, kan? Bahkan sebelum anjing yang kukirim menyampaikannya kepada sandaime-sama."

Mata kiri Naruto berkedip-kedip kepada Kakashi karena dirinya ditanyai seperti itu. Ia menutup matanya, kemudian dengan santai mendorong kepala Menma dengan tangan kiri untuk melepaskan cengkraman Menma pada diri. Membuatnya mendapat teriakan protes dari bocah itu.

Setelah melepaskan dirinya dari Menma, Naruto berlalu santai dari hadapan Kakashi menuju dermaga kecil tadi, yang di sana baru saja menepi teman Tazuna yang akan menumpangi tim 7 beserta Tazuna sendiri untuk menyebrangi sungai.

"Sudah kubilangkan, aku ke sini hanya ingin melihat jembatan."

Kakashi hanya memandang datar ke arah ruang udara kosong di hadapannya, yang baru saja dilalui Naruto selama beberapa saat. Kemudian ia menoleh ke belakang untuk melihat Naruto yang sendirian berjalan menuju dermaga kecil sana.

Menma semakin membuat ekspresinya menjadi sewot, dan sergap mengejar Naruto sembari menggeram.

"Matee ojisan! Urusan kita belum selesai."

Naruto menggeser pelan tubuhnya untuk menghindari Menma yang mencoba untuk mencengkramnya lagi. Akibatnya, alih-alih berhasil menangkap Naruto, Menma malah meluncur bebas yang kemudian wajahnya menabrak permukaan tanah.

Naruto berkecak pinggang. "Hm … hmm. Kau perlu miliyaran tahun lagi untuk mengalahkanku dengan kekuatanmu sendiri, bocah."

Naruto tertawa keras, membuat Menma memandangnya jengkel dengan permukaan wajah yang memerah penuh.

"Urusaii!"

Menma melompat ke arah Naruto untuk mencoba menangkapnya, lagi. Hal itu terus terjadi sembari Naruto tetap menuntun langkahnya menuju dermaga sana.

Sasuke mendekati Kakashi, untuk berdiri sejajar dengan gurunya itu yang masih memandang datar ke arah Naruto di sana.

"Sensei?"

Kakashi mengalihkan direksinya kepada Sasuke di sebelahnya, yang memandang bingung kepadanya.

"Ada apa?"

"Kenapa kau melamun?"

Kakashi menutup mata kirinya yang bebas, kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.

"Tak apa."

Sasuke sedikit menautkan kedua alisnya mendengar jawaban Kakashi. Ia kemudian menyusul gurunya itu. Setelah berjalan sejajar dengan Kakashi, ia kembali bertanya.

"Siapa orang itu sebenarnya, sensei?"

"Nanti kau akan tahu." Jawab singkat Kakashi.


Mereka; tim 7 beserta Tazuna dan Naruto, akhirnya sampai ke seberang daratan selama beberapa saat menyebrangi sungai yang cukup luas itu tadi.

Saat ini, mereka sedang melewati hutan yang berselisihan dengan sungai kecil yang airnya tidak mengalir seperti biasanya.

Ketika mereka melewati sebidang tanah, yang di sebelahnya ditumbuhi semak-semakan, tiba-tiba semak-semak di sana bergoyang diiringi suara krusak-kresek. Menma dengan sigap melempar kunai miliknya ke arah semak-semak itu.

Namun, yang keluar adalah kelinci berbulu putih seperti salju. Dari balik semak yang terbelah oleh kunai Menma itu, tampak kelinci itu terkulai kejang-kejang karena syok dengan lemparan kunai, yang kunai itu sekarang menancap di batang pohon di atas kepala si kelinci.

"Apa yang kau lakukan, Baka?!"

Sakura berteriak marah kepada Menma karena tindakan bodohnya itu, sedangkan Menma hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk belakang kepala menerima hal itu.

Naruto berteriak serta berlari histeris menuju kelinci malang itu. ia pun mengambil kelinci itu, kemudian membawa hewan malang itu untuk dielus-eluskan ke pipi kanannya.

"Oh, kelinci musim dingin yang malang, Menma-kun benar-benar jahat sudah berniat melukaimu."

Seketika Naruto tersentak. Ia berhenti mengelus kelinci itu pada pipinya, kemudian kelinci itu ia bawa ke hadapa wajahnya. Naruto memandang kepada kelinci dalam pegangan kedua tangannya itu.

Kakashi tiba-tiba membelalakkan kedua matanya, ketika melihat Naruto yang hanya menatap diam kelinci itu.

"Naruto! Awas!"

Baru saja memperingati Naruto, secara kontan muncul ledakan yang cukup besar dari arah Naruto. Mereka yang berada di dekat sana terpental, dengan Kakashi yang sigap mendekap Tazuna untuk melindunginya.

Setelah ledakan mereda, Kakashi kontan melihat ke arah asal ledakan itu untuk mencari. Namun, ia tak menemukan orang itu di sana. Yang Kakashi lihat hanyalah ruang kosong, dengan api-api kecil bekas ledakan tadi membakar semak-semak juga batang pohon. Ia melotot.

"Satu telah tereleminasi."

Kakashi terkejut mendengar suara asing yang bariton itu, dan cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah asal suara itu. Sontak ia pun semakin membelalakkan matanya.

Momochi Zabuza berdiri tegap di atas dahan pohon sembari tangan kanannya menenteng zanbatou di pundaknya. Ia menatap datar kepada beberapa orang yang tersungkur dan terbatuk-batuk di bawahnya itu.

"Sekarang, aku akan membuat penawaran."

Zabuza melompat dari dahan pohon itu, kemudian mendarat di permukaan tanah yang cukup dekat dengan rombongan tim 7 tersimpuh.

"Serahkan pria tua itu, atau aku akan memenggal kepala kalian untuk merebutnya secara paksa."

Mereka, tim 7 beserta Tazuna terlonjak bukan main mendengar pernyataan dari Zabuza. Bahkan, Sakura yang sudah tak tahan, hampir berteriak untuk menangis, namun suaranya tak mampu untuk keluar. Ia pun hanya menangis takut dalam diam.

Zabuza mendongakkan kepalanya dengan kedua mata yang memandang tajam kepada mereka, dan tangan kirinya yang berkecak pada pinggangnya.

"Mau yang manapun juga boleh."


Kakashi berjalan tertatih dengan tubuh yang basah kuyup menuju Zabuza yang terbujur kaku yang bersandar pada batang pohon di belakangnya. Tangan kanan Kakashi mencengkram lemah sebuah kunai, dan tangan kiri yang memegang lengan kanan atasnya.

Zabuza dengan mata kanan yang setengah sadar melihat Kakashi yang telah berdiri di hadapannya, yang telah bersiap menghunuskan kunai kepadanya.

"Ini, untuk Naruto."

Kakashi yang hendak menghujamkan kunainya ke tenggorokan Zabuza terhenti. Ia dikejutkan dengan beberapa senbon besi yang lebih dulu menusuki leher kiri Zabuza, membuat orang itu mati dalam sekejap.

Sontak Kakashi langsung melompat mundur menjauhi Zabuza. Kemudian ia dikejutkan dengan muncul seseorang yang mengenakan toper hunter-nin di sisi Zabuza, bersamaan dengan pendengarannya disapa oleh suara seseorang yang ia kenal.

"Yaa … Kakashi, kerja bagus."

Naruto secara tiba-tiba muncul dan langsung menepuk pundak kanan Kakashi menggunakan tangan kirinya.

"Dan aku terharu sekali kau ingin membalaskan dendamku,"

Raut wajah Naruto menampilkan ekspresi haru disertai mrembes mili yang deras mengalir di kedua pipinya. Ia kemudian nyengir dan memandang lebar kepada Kakashi, sembari mengacungkan jempol tangan kanannya.

"Good-tomo."

Kakashi membelalakkan kedua matanya selebar mungkin, ketika melihat Naruto tepat di sebelahnya. Naruto yang ia kira tubuhnya telah hancur karena ledakan tadi, kini tampak terlihat baik-baik saja, bahkan nyaris tanpa debu sedikitpun yang menempel pada pakaian yang dia kenakan.

"N-naruto? B-bagaimana bisa?"

Orang yang ditanyai itu, malah mengabaikan Kakashi dan berjalan dengan santai meninggalkan Kakashi yang masih syok, menuju hunter-nin yang sedang memapah Zabuza yang terlihat seperti telah mati itu.

"Chotto mata … hunter-nin-san!"

Naruto langsung menahan hunter-nin yang hendak pergi langsung itu tanpa pamit. Kemudian ia tersenyum ramah kepada ninja pemburu itu.

"Kenapa tidak kau penggal dulu kepalanya?"

Hunter-nin itu sedikit tersentak ketika ditanya seperti itu oleh Naruto. Dari balik topengnya, ia memandang gentar kepada Naruto yang berdiri santai di depannya itu.

Ia menunduk sebentar untuk meneguk ludah yang tersangkut di tenggorokannya, kemudian kembali mendongak untuk menatap Naruto.

"Aku akan menjual mayatnya secara utuh. Dan itu bisa membuatku mendapat bayaran yang lebih."

Naruto membuka mata kirinya, dan iris violet jernihnya memandang tertarik kepada hunter-nin itu. Ia kemudian menunduk disertai menyeringai kecil.

"Heeh … menarik."

Bisikan Naruto samar-samar masih dapat di dengar oleh hunter-nin itu karena jarak yang tidak terlalu jauh.

"Baiklah …"

Naruto mendongakkan kepalanya menatap tertarik kepada hunter-nin itu, dan tegak dengan tangan kiri yang menyanggah pada pinggangnya.

"… aku serahkan padamu."

Si hunter-nin yang merasa berhasil mengelabui Naruto, hanya mengangguk. Ia langsung saja membentuk segel tangan dengan tangan kirinya yang bebas, membuatnya menghilang dari tempat itu melalui hembusan angin kecil yang membawa dedaunan.

Naruto masih menyeringai setelah melihat hunter-nin itu menghilang dari hadapannya, serta Zabuza yang dia bawa. Setelah itu, ia berbalik kemudian berjalan menuju Kakashi yang masih terdiam di tempatnya tadi berdiri.

"Ayo pergi, Kakashi. Kau butuh istirahat dan makan malam."

Naruto menepuk pundak Kakashi dengan tangan kanannya setelah berdiri di sisi kanan orang itu. Kakashi pun menoleh sedikit ke Naruto, dengan napasnya yang terengah-engah.

"S-sebenarnya, a-apa alasanmu ke sini, Naruto?"

"Justru aku ke sini, untuk mencarinya."

Kakashi menaikkan alis kirinya dengan lemah mendengar penuturan Naruto.

"H-haa …?"

Tubuh Kakashi terhuyung ke belakang. Ia tak sanggup lagi mempertahankan kesadarannya untuk menanyai maksud Naruto mengatakan itu.

Sebelum kesadarannya hilang, melalui mata kiri yang mulai menutup untuk menyusul mata kanannya, Kakashi sempat melihat Naruto yang hanya tersenyum kecil kepadanya.