"Kaizo, tolong jemput Fang donk. Udah mau jam pulang ini."

Kaizo yang tengah bermalas-malasan di depan televisi mulai berwajah masam. Aduhh, padahal dia mau di rumah saja. Mana panas lagi di luar.

Tapi kalau nolak permintaan ibunya juga bahaya. Bisa-bisa lagu kebangsaan berkumandang. Kaizo tidak mau itu terjadi.

"Iya Bun..."

Jadi Kaizo mematikan televisi. Bangkit dari duduk, merenggangkan badan sebelum dia mengambil jaket dan kunci motornya.

Kaizo menetapkan hati untuk panas-panasan sebentar daripada jatah makan malamnya berkurang.


.

.

BoboiBoy milik Animonsta

beberapa karakter saya pinjam dan penulis tidak mendapat apapun selain imajinasi tertuang disini

Warn: AU! ooc (jelaslah) bahasa tidak baku, penggunaan eyd yang salah, typo(s), humor garing terkesan dipaksakan, dan segala lainnya, mohon maaf

Enjoy~ ;)

.

.


Cuaca lagi panas-panasnya. Kaizo menyandarkan diri pada tembok gerbang sekolah. Dia tidak sendiri. Ada beberapa orang tua yang niatnya sama dengannya. Menjemput anak mereka. Kalau Kaizo menjemput adiknya.

Kaizo memakai earphone jadi dia bisa mengalihkan perhatian dari lirikan dan bisikan ibu-ibu di sekitarnya. Kurang lebih membicarakan anak mereka dan kadang teralihkan membicarakan Kaizo yang ganteng.

Iya, Kaizo akui dia ganteng, gagah, rajin olahraga, rajin menabung. Jadi daripada dia naik langit ke tujuh atau hidungnya makin mancung seperti pinokio yang sering dibaca Fang, mending dia pakai earphone. Itu paksaan ibunya sih.

Dering bel sekolah berbunyi. Menandakan kelas telah usai. Kaizo akhirnya bernapas lega. Dia mencopot earphone nya. Lima belas menit di sana sudah seperti di gurun Sahara. Panas eu.

Dia menunggu sedikit lagi. Anak-anak umur segini itu agak lelet membereskan barangnya. Kaizo masih sabar kok.

Kemudian dari setiap kelas berhamburan anak keluar. Mereka berteriak girang menyambut kepulangan mereka dan juga induk, eh maksudnya orang tua yang menjemput mereka.

Ada yang langsung berhambur memeluk ibunya. Ada yang biasa saja. Ada yang bermain jahil dengan temannya.

Kaizo menatapi setiap anak yang keluar melewatinya. Kemana adiknya? Biasanya dia akan langsung berlari ke arahnya kalau melihat Kaizo yang menjemput. Lalu akan bercerita seperti anak bebek yang dikejar kucing. Cerewet. Tapi Kaizo suka.

"Fang kemana sih?" Kaizo mulai kesal. Perasaan adiknya itu tidak sampai lima menit sudah keluar kelas. Apa iya dia piket dulu? Emang TK udah ada jadwal piketnya?

"Loh, Bang Kai?" sebuah panggilan membuat Kaizo mengalihkan pandangan dulu dari memelototi anak yang berlalu di depannya, ke arah si pemanggil.

"Bang Kai ngapain di sini? Malah melototin anak orang, serem ih kek pedopil," kata si pemanggil dengan sangat tidak sopannya.

"Api?" Tidak, Kaizo sedang memanggil nama orang. Bukan bertanya ada api atau tidak. Nama yang memanggilnya tadi memang Api.

"Iya. Bang Kai ngapain di sini?" tanya Api lagi.

Kaizo menatap bingung. Si Api ini gimana, ya udah jelas donk tujuan dia ngapain di sekolah ini.

"Jemput Fang lah. Masih nanya," katanya ketus diakhiri tawa meremehkan.

Api menatap tidak percaya dan aneh.

"Ngapain jemput Fang di sini Bang? Bang Kai aneh sumpah," katanya. Kaizo mendelik tidak suka karena daritadi si Api memanggilnya demikian. Dia kira Kaizo ini apaan?

"Sekali lagi kau panggil aku dengan sebutan itu, kugantung kau di pohon sana. Ya emang mau dimana? Jemput Fang ya di sini," balas Kaizo. Kesal.

Api menahan tawa. Detik kemudian pecah membuat Kaizo makin tidak menyukainya.

"Ya Allah Bang. Bang Kai lupa apa pikun sih?" tanya Api tanpa harus mendapat jawaban. Anak kecil di sampingnya menatap Api dengan datar. Adiknya.

"Kau-- sudah kubilang jangan manggil kayak gitu. Dan kenapa kau tertawa? Gak ada yang lucu!"

"Ya lucu lah!" sergah Api masih sedikit tertawa, ngakak dia. Api melihat adiknya yang dia gandeng sebentar.

"Orang si Fang udah pulang daritadi," kata Api. Mengejutkan Kaizo yang menganga tidak elit.

"Hah? Kok aku gak tau?"

"Bang Kaizo salah tempat," Api tertawa lagi. "Bang Kaizo berapa tahun kuliah sih? Masa adek sendiri udah pindah sekolah gak nyadar?"

"Fang? Pindah sekolah?" Kaizo terkejut luar biasa. Lah, kapan si Fang pindah sekolah? Kok ibunya gak beritahu?

Kaizo menggelengkan kepalanya yang masih pusing kebingungan. Dia menatap Api kembali.

"Kok kau tau dia udah pulang daritadi? Di mana sekolahnya?"

Api menatap tidak percaya Kaizo. Ini dia beneran pikun apa akting? Sumpah, Api pingin ngakak di tengah jalan tapi juga gak mau dikira gila.

"Udah pulang dari setengah jam yang lalu Bang Kai. Ya iyalah aku tahu," kata Api. Dia menatap lurus ke arah Kaizo.

"Serius deh, Bang Kai gak nyadar kalau Fang udah pindah sekolah? Bang, si Fang udah SD, Bang. Udah kelas tiga. Yakali Bang Kaizo jemput di TK, gak nyambung donk, Ya Allah!" kata Api menohok Kaizo tepat di ulu hati. Yang bersangkutan menatap tidak percaya, syok, dan kaget pada anak di depannya ini.

"Hah?! Serius?!"

"Serius lah! Orang aku sekelas!" kata Api kembali. Kaizo sudah menganga lebar. Dia benar-benar tidak percaya. Tapi Api dan adiknya dihadapan Kaizo ini adalah bukti kongrit.

Beberapa detik selanjutnya dering telepon Kaizo berbunyi. Kaizo segera panik ketika melihat nama 'Nyonya Absolute' tertera di layar utama.

Mom push cow, Kai.

Dengan gemetar Kaizo menjawab panggilan ibunya.

"Halo?"

Ada jeda. Kaizo menunggu waswas. Api masih ada di depannya dan melihat reaksi selanjutnya.

"Halo, Kaizo?" suara ibunya terdengar manis. Ehm, manis sekali.

"Iya, Bun?"

"Kaizo? Kaizo kemana aja? Masa Fang udah sampe rumah Kaizo malah kelayapan?"

"Em... Kaizo jemput Fang kok Bun. Tapi Fang nya udah gak ada," katanya masih berupaya tenang.

"Udah gak ada atau Kaizo nyasar? Hm?"

Kaizo kicep dibuat.

"Udah, Kaizo pulang sekarang. Kita bicara empat mata," Kaizo meneguk ludah.

"Iya Bun."

Sambungan telepon di tutup.

"Gimana? Percaya sekarang?" Api menatap menyebalkan pada Kaizo. Pemuda itu mendesis.

"Awas kau kompor gas," desisnya. Api menatap tidak terima.

"Lah kok aku? Aku bukan kompor gas ya!"

Kaizo segera memakai helm motornya. Menyalakan mesinnya, mengacuhkan Api yang mulai meracau tidak terima dipanggil seperti tadi. Padahal daritadi dia juga manggil tidak sopan pada Kaizo.

"Hmph, dasar bodoh. Padahal dia sendiri yang pikun, nyalahin orang lain. Hmph, ayo Air, kita pulang aja," kata Api menarik adiknya yang daritadi diam di sebelahnya. Anak itu mengangguk, masih diam anteng. Ngantuk sepertinya.

Sementara Kaizo langsung tancap gas menuju rumahnya. Dalam hati dia sudah waswas. Ini sih bukan hanya jatah makan malamnya yang berkurang. Makan siang pun keknya dia gak dapat.

Aduhh... malangnya nasibmu Kai.

.

.

.

.

.


Pojok (bacot) penulis:

Kapan lagi bisa nistain si abang kassim :")

Aduh bang, adik sendiri dilupain. Jahat kamu ya, wwww XD

Gak kok, jadi sebenernya tuh si Kaizo emang lupa. Dia kuliah di luar kota. Jarang pulang karena kost di sana. Kalau pulang itu bisa dua bulan sekali, itupun gak sampai seminggu.

Jadi agak wajar kesibukan dia bisa ngebuat sulung Gogobugi brothers ini lupa sama kelas berapa adeknya. Aku sendiri aja kadang masih anggep adekku kelas enam, padahal dia udah smp. Sabar ya Kai, hehehe.

Ada omake? Sesekali ada lah ya. Muehe.


.

.

.

.

.

Omake

Kaizo dihadapkan sang nyonya negara yang memasang wajah datar dihadapannya. Dia kicep kalau sudah berhadapan dengan wanita luar biasa ini.

"Kaizo darimana?"

"Jemput Fang, Bun," jawabnya hati-hati.

"Tapi Fang udah pulang dari tadi. Kaizo jemput Fang di mana emang?"

Kaizo meneguk ludahnya. Dia malu sumpah mau jawab.

"Di TK Bun."

Wanita itu menepuk dahinya sendiri. Kaizo melirik ke sana ke mari.

"Bunda kenapa gak beritahu kalau Fang udah SD?" tanya Kaizo, menutupi rasa malunya.

"Kamu gak tanya, Kaizo. Mana Bunda tahu kalau kamu juga gak tahu. Bunda kira kamu udah tahu soalnya kamu diem aja waktu berangkat," kata Bundanya menatap tajam. Kaizo diam di tempat.

Aduh dia harus bales apa ini coba?

"Makanya tanya. Adik sendiri udah kelas tiga dikira masih anak TK. Lupa boleh Kaizo, tapi gak gini juga," kata ibunya. Kaizo menggaruk kepala belakangnya. Antara malu, kesal, dan tidak tahu harus bagaimana.

Malu lebih mendominasi sih.

"Maaf Bun."

"Ya sudah sana masuk rumah. Tapi jatah makan siangmu Bunda kurangi. Salah sendiri gak tanya," kata ibunya dan berbalik pergi dari tempat sidang. Kaizo menatap nelangsa.

"Bunda... jangan makan siang..." Kaizo berkata pada pintu rumah yang dibanting ibunya. Aduh, pms kali ya.

"Hihihihi," Kaizo melirik ke arah balkon. Di sana Fang dengan sengaja mengintip persidangan Kaizo dengan bundanya di depan rumah.

"Kau! Setan kecil! Kemari kau!" Kaizo menunjuk Fang sebal. Anak itu terkaget dan segera masuk ke dalam.

Kaizo segera menyusul masuk rumah dan mengejar adiknya di lantai atas.

"Fang kemari kau!!"

"Hwaaa Bundaa, Abang jahatttt!!" Fang berteriak dengan sengaja. Senyum jahil dan sedikit geli tergambar di wajahnya.

"Gak Bun! Fang bohong! Dusta!!"

"Kaizo! Fang! Jangan kejar-kejaran di dalam rumahh!!"

.

.

.

.

.


End beneran.