L'AMORE (CHANBAEK)

BOYSLOVE/YAOI

Main Cast :

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

Summary :

Baekhyun tak terima jika kekasihnya harus menikah dengan orang lain, sementara Chanyeol berniat melindungi pernikahan adiknya dari segala macam gangguan termasuk dengan adanya kehadiran seorang lelaki mungil.

~Keseluruhan cerita berasal dari imajinasiku sendiri~

.

.

BB922020


L'AMORE : Chapter 11

Lembutnya seprai menyambut punggung telanjang Baekhyun yang jatuh di atasnya. Ranjang besar itu menenggelamkan tubuh mungil tersebut dengan nyaman.

Iris yang berkabut terpancar dari kedua bola mata Baekhyun. Pikirannya tak bisa menemukan jalan lurus untuk saat ini. Bibir bawahnya ia gigit dengan resah seraya memperhatikan seorang pria yang setengah duduk di antara kedua kakinya sibuk melepas satu per satu kancing kemeja.

Mata mereka bertemu. Jantung mereka berdebar kencang. Chanyeol langsung melempar asal kemejanya dan mendekat perlahan untuk meraih bibir tipis milik Baekhyun. Mereka saling melumat dengan lembut ketika Baekhyun melingkari tangannya di leher pria itu.

"Nghh.."

Tangan kasar Chanyeol bergerak turun menyusuri permukaan kulit halus Baekhyun, memberi usapan singkat di perut mulus itu. Bibirnya kini telah berpindah mencumbu leher jenjang Baekhyun membuat Baekhyun sontak mendongak diiringi desahan kecil.

Bibir tebal Chanyeol bermain lihai mengecupi dan memberi banyak tanda kemerahan di leher putih itu lalu bergerak menjumpai puting kemerahan yang mencuat menggodanya. Ia mengulum, menjilat, dan memberi gigitan kecil di sana.

"Ohh—Chan.." Baekhyun semakin memeluk kepala Chanyeol, membawa pria itu untuk mengulum keras titik sensitifnya. Chanyeol melirik dan memperhatikan ekspresi lelaki cantik itu sembari tetap melakukan kegiatannya. Tangannya telah masuk ke dalam celana Baekhyun dan meraba bagian privat lelaki itu. Jemarinya mengurut dengan pelan sesuatu di dalam sana.

Baekhyun meremang, tubuhnya bergetar menerima sentuhan tangan besar itu yang panas. Jemarinya bergerak gelisah mengusap lengan kokoh milik Chanyeol dengan wajah penuh hasrat seakan meminta lebih. Ia tak ingin pria itu berhenti.

Chanyeol kembali mempertemukan bibir mereka lalu berbisik tepat di depan wajah sang lelaki sambil menatap lekat. "Kau sangat basah, Baekhyun."

"C-Chan.."

Tanpa menunggu lama, Chanyeol melepaskan semua helai yang tersisa di tubuh Baekhyun. Kini seluruh bagian tubuh itu terekspos bebas hanya untuk Chanyeol. Setiap incinya terlihat indah, membuat Chanyeol bertanya-tanya tentang identitas lelaki itu sesungguhnya. Mungkin saja Baekhyun bukanlah manusia dengan tubuh yang semolek itu.

Baekhyun menggigit bibirnya sambil memperhatikan ekspresi terpesona Chanyeol dan pria itu lantas memberi senyuman tampan padanya. Rasanya Baekhyun ingin sekali menenggelamkan dirinya di dada bidang pria itu sekarang. Bahkan di saat seperti ini, Chanyeol masih memberinya debaran gugup.

Chanyeol mendekat untuk mengecup dahi Baekhyun cukup lama lalu beralih melumat bibir itu dengan lembut dan sedikit mengajaknya berperang lidah. Suara decakan yang tercipta berbisik di telinga mereka masing-masing.

"Biarkan aku menyentuhmu di sini, Baekhyun." Tangan berurat itu bergerak perlahan dengan jari tengah yang berkunjung pada lubang kemerahan Baekhyun. Lelaki itu sedikit berjengit dan memejamkan mata saat merasakan Chanyeol menambah jarinya dan bergerak liar di sana menghancurkan dirinya.

"Ngh.. Ahh.. Chanyeol.."

Baekhyun meremas bahu Chanyeol, sementara pria itu kembali menelusup di lehernya. Menjilat bahunya dengan mesra sambil tetap menggerakan tangannya cepat di bawah sana.

"Kau sangat cantik, Baekhyun. Terlebih saat ini, di bawahku." Bisik Chanyeol.

Jemari lentik Baekhyun turun menjamah dada bidang pria itu. Melarikan sentuhan yang menggoda dari jari telunjuknya dan tatapan sayu yang bertatapan dengan iris Chanyeol. Mereka hanyut dalam hawa nafsu dan aliran darah yang berdesir.

Baekhyun kira Chanyeol tak akan menghancurkannya lebih dari ini, tetapi ia salah. Pria itu bergerak ke bawah menuju pusat gairahnya berkumpul. Pria itu mengecup ujung kepala penisnya yang basah lalu menemui lubangnya dengan lidah pria itu yang menelusup tanpa ijin.

Baekhyun sontak meremas kuat seprai dan mendesah dibuatnya. Napasnya memburu hebat merasakan lidah panas Chanyeol terus menggodanya. Sesekali memberi kecupan di sana. Kepalanya pening. Chanyeol benar-benar ingin ia hancur. "Anghh.. Chanyeol.. A-Akh.." Dadanya membusung ketika ia merasa akan menjemput pelepasannya.

Baekhyun mengatur napas setelah memuntahkan cairan ke perutnya sendiri. Dadanya naik turun dengan peluh membasahi dahi. Tapi tak cukup sampai di sana, Chanyeol segera menanggalkan celananya yang tersisa dan menunjukan pada Baekhyun bagaimana bentuk kebanggaannya yang besar dan berurat. Pria itu sudah berdiri tegak dan keras sejak tadi.

Chanyeol kembali menatap Baekhyun dan menyatukan dahi mereka. Jantung Baekhyun berdebar dan wajahnya semakin memerah, terlebih lagi ia bisa merasakan sesuatu di bawah sana bersentuhan dengan lubangnya. Menciptakan aliran listrik di seluruh tubuh.

"Kau menginginkannya, Baek?" Bisik Chanyeol rendah.

Ini membuat Baekhyun frustasi. Ia dengan senang hati telah menyambut kedatangan Chanyeol dengan melebarkan pahanya, namun pria itu hanya bermain di depan pintunya. Menggesekan miliknya pada lubang Baekhyun tanpa berniat untuk melesakannya dengan kencang. Baekhyun mendesis pelan merasakan ujung milik pria itu terus menciumnya lembut.

"Aku tanya apa kau menginginkan ini, Baekhyun?"

Tubuh Baekhyun bergetar. "Y-Ya.."

"Kau ingin aku memasukimu?" Ulang Chanyeol.

"Ya.. Aku mohon, Chanyeolh.."

Chanyeol tersenyum lembut lalu mencumbu rahang Baekhyun. Tak memikirkan Baekhyun yang sudah kesulitan menahan gejolak dalam dirinya. Ia menginginkan pria itu sekarang. Ia ingin Chanyeol ada di dalamnya.

"Kau yang meminta, Baek."

"Ssh.. Ohh, C-Chanyeol..!" Baekhyun mendesah tertahan ketika Chanyeol memasukinya perlahan-lahan. Baekhyun tak tahu kapan terakhir kali ia berhubungan badan namun saat ini ia merasa sangat sempit. Milik Chanyeol memenuhi dirinya hingga ia berpikir Chanyeol mungkin akan merobeknya.

"Astaga Chanyeol! Ngghh.. Ah aahhh!" Baekhyun terkejut bukan main ketika Chanyeol menumbuknya dengan keras dan cepat, berbeda dengan saat pria itu datang memasukinya. Tempo Chanyeol semakin cepat membuat Baekhyun memejamkan mata erat dengan mulut yang terbuka. Tubuhnya berguncang naik turun.

Chanyeol bergerak merangkak ke hadapannya untuk memberi kecupan-kecupan lembut. Baekhyun langsung saja memeluk erat leher Chanyeol dan meremas rambut pria itu sebagai pelampiasan. Bibirnya tak bisa berhenti mengeluarkan suara-suara berisik penuh kenikmatan.

Chanyeol menggeram pelan dengan pinggul yang terus menghujamkan miliknya mencari kepuasan di dalam sana. "Aku ingin melihatmu, Baek."

Baekhyun menggeleng pelan dan semakin mengeratkan pelukannya di leher Chanyeol. Menatap Chanyeol hanya akan memperburuk keadaannya. Tatapan mata Chanyeol hanya akan semakin membuatnya gelisah dan basah.

Tetapi Chanyeol dan gairahnya adalah hal yang tak bisa ditolak. Pria itu melepas pelukan Baekhyun dan mengunci pergelangan tangan lelaki itu di antara kepalanya. Ia menusukan miliknya semakin dalam dan Baekhyun merasa sangat tak berdaya. Seolah pengalamannya selama ini tak berguna sama sekali ketika dihadapkan oleh Chanyeol.

"Ahh!" Baekhyun berjengit dengan mata terpejam ketika Chanyeol menemukan titik kenikmatannya. Chanyeol yang mengetahui itu semakin mengejarnya dan menumbuk berkali-kali tepat di sana. Baekhyun bergelinjang hebat. Kondisinya sudah tak karuan dan Chanyeol senang menyaksikan itu.

Baekhyun membuka matanya dan menatap manik Chanyeol yang sedari tadi memperhatikannya. Lelaki itu menggeleng dan merengek pelan. Merasa tubuhnya benar-benar panas dan ia tak bisa menahan lebih lama.

"Ak-Aku tidak tahan lagi.."

"Keluarkan saja, Baek."

Baekhyun menyemburkan cairannya untuk yang kedua kali. Ia bernapas tersendat-sendat dan Chanyeol menghentikan gerakannya untuk memberi Baekhyun waktu menikmati pelepasannya.

Chanyeol menghujani Baekhyun dengan kecupan di seluruh wajah yang membuat Baekhyun menggeliat kegelian. Lelaki cantik itu hampir terkekeh, lalu menangkup wajah Chanyeol dan mempertemukan mata mereka dalam tatapan berbeda. Ia tersenyum kecil dan memberi usapan halus pada rahang tegas pria itu.

Chanyeol menangkap satu tangan Baekhyun dan mencium lembut dimana nadi Baekhyun berdetak. Ia memejamkan mata, meresapi aroma manis yang menguar dan menghapalnya. Chanyeol mengecup cukup lama, membuat pandangan Baekhyun meredup untuk sesaat bersama debaran hangat menjalari hatinya sampai ketika Chanyeol berbicara,

"Berbaliklah, Baek." Dan Baekhyun ingat bahwa Chanyeol belum sama sekali menjemput orgasme.

"Nggh!" Baekhyun memeluk erat bantalnya ketika posisi mereka kini benar-benar intim. Ia bisa merasakan milik Chanyeol berada sangat dalam dan langsung menyentuh titiknya dengan posisi menungging seperti ini.

Chanyeol di belakang sana kembali menusuknya. Memegang kedua pinggul Baekhyun dan menggerakan miliknya sangat cepat sampai Baekhyun tak bisa memintanya untuk lebih cepat. Baekhyun mengulum dua jarinya sendiri, mencoba menyalurkan hasratnya yang membara oleh perlakuan Chanyeol di belakang sana yang terus membakar libidonya.

Tak ada yang bisa Baekhyun lakukan selain mendesah dengan keras memenuhi satu ruangan. Ia menyerah dan pasrah di bawah kendali pria yang kini menguasai seluruh bagian dirinya.

"Arggh Baekhyun.."

Baekhyun sangat terangsang ketika mendengar Chanyeol mengerangkan namanya. Tubuhnya menjadi semakin sensitif. Ia tak menyukai posisi ini jika itu artinya ia tak bisa melihat ekspresi Chanyeol yang memanggil namanya dengan seksi.

Baekhyun lantas menolehkan kepalanya ke belakang dengan kedua jari yang masih setia menggantung di mulut. Ia sangat ingin mengintip Chanyeol. Yang ternyata pria itu juga tengah menatapnya dengan alis tebal yang berkerut sambil terus menghajar bagian bawahnya.

"Chann.." Baekhyun merengek pelan, menatap Chanyeol sambil terus menghisap jarinya. Ia mungkin akan mengutuk dirinya sendiri jika sadar apa yang sedang ia lakukan saat ini.

Chanyeol segera mendekat, melingkarkan sebelah tangannya memeluk pinggang Baekhyun dengan bibir yang mengecupi bahu mulus lelaki itu. Pinggulnya masih menghentak Baekhyun. "Hm?" Tanyanya pelan.

"Aku.. nggh.. m-mau keluar.." Setelah mengucap itu, Baekhyun kembali menembakan spermanya hingga ia jatuh lemas. Beruntung Chanyeol segera menangkapnya dengan lembut.

"Kau lelah, hm?" Tanya Chanyeol seraya mencium pipi lelaki itu. Baekhyun mengangguk lemah. Tubuhnya benar-benar sudah lemas sekarang.

"Sebentar lagi, Baek."

Baekhyun hanya bisa pasrah ketika Chanyeol kembali membalik tubuhnya dan menghujamnya. Sekujur tubuh pria itu berkeringat, menciptakan pemandangan luar biasa indah yang sayang untuk dilewatkan oleh Baekhyun. Otot pria itu membuat tubuh Baekhyun meremang dan garis pinggulnya mungkin adalah bagian kesukaan Baekhyun. Chanyeol benar-benar menggoda.

Baekhyun bisa merasakannya kini ketika kenikmatan telah menguasai Chanyeol sepenuhnya dari milik pria itu yang semakin membesar di dalam sana. Ia mengetatkan lubangnya, membantu Chanyeol untuk segera menemui surganya sendiri. Chanyeol menggeram, menekan pinggul Baekhyun seiring gerakannya yang semakin menggila.

Baekhyun terus mendesah dan meracau hebat. Ia berpikir tak pernah ada seseorang yang mampu membawanya setinggi ini. Chanyeol satu-satunya. Pria itu sangat lembut namun juga kasar di saat yang bersamaan, benar-benar membuatnya frustasi.

"Sshh.. Baek.."

"J-Jangan di dalam.. Aahh.." Baekhyun memegang lengan pria itu. Baru teringat bahwa Chanyeol tidak memakai pengaman saat ini. Baekhyun tak mau jika hal yang tak diinginkan terjadi karena kecerobohan mereka.

Chanyeol segera mengerti tanpa perlu banyak bertanya. Maka ketika mereka telah akan menemui orgasmenya, Chanyeol segera mengeluarkan miliknya dan menempelkannya pada penis Baekhyun yang juga telah menegak sempurna dan bergetar. Mereka berdua mendesis keras ketika rasa itu datang dan cairan mereka pun bercampur menjadi satu. Milik Chanyeol yang paling banyak membanjiri tubuh Baekhyun.

Mereka terengah-engah. Chanyeol segera menahan tubuhnya yang hampir menindih lelaki mungil di bawahnya. Mereka bertatapan sejenak, dan Chanyeol tersenyum memperhatikan wajah cantik Baekhyun yang menatapnya dengan wajah mengantuk.

"Tidurlah, Baek." Chanyeol mengecup singkat bibir merah lelaki itu yang nampaknya masih ingin bertatap mata dengan Chanyeol lebih lama. Mereka menyukai perasaan ini. Perasaan ketika mereka saling menatap setelah waktu panjang percintaan mereka.

"Ng, Chaan.."

Baekhyun mengerang pelan. Meski tak ingin, ia sudah tak bisa lagi menahan rasa kantuk dan membiarkan dirinya terlelap lebih dulu. Meninggalkan Chanyeol yang masih memperhatikan setiap inci dari wajahnya.

"Selamat malam, Baekhyun." Chanyeol mendaratkan ciuman terakhir di dahi Baekhyun dengan hati yang penuh oleh lelaki itu.

ㅡ《•••》ㅡ

Sinar mentari terlihat menyapa ruangan besar yang tampak acak-acakan dengan helai pakaian mengotori lantai. Tak peduli jika matahari sudah melakukan tugasnya sejak beberapa jam lalu, kedua insan yang masih bergelung dengan selimut tetap berada di dalam mimpi indah mereka masing-masing.

Bunyi keras nada dering akhirnya mengganggu salah satu dari orang yang masih terlelap. Lelaki yang lebih mungil mengerutkan dahi ketika bunyi itu tak kunjung berhenti, seolah memaksanya untuk segera membuka mata.

Dengan kepala berat, Baekhyun bangkit mendudukan dirinya. Ia meringis saat merasakan pusing menyerang kepala bersama suara yang terus bersenandung mengganggu ketenangan. Ia bertanya-tanya, apa yang membuat kepalanya bisa sesakit ini?

Lelaki itu menoleh ke sumber suara dan menatap jas hitam yang tergeletak di lantai di samping tempat tidur. Tangannya terjulur dengan sedikit kesulitan, mencoba meraih ponselnya di balik jas itu. Ia kembali meringis saat merasakan nyeri berpindah ke bagian pinggangnya. Sangat membingungkan.

"Halo?" Sapa Baekhyun parau kepada seseorang di seberang telepon.

"Astaga, Baek. Jangan bilang kau baru saja bangun tidur setelah aku meneleponmu puluhan kali!" Suara Minseok menyambut dengan tidak sabaran.

Baekhyun mengabaikan nada suara lelaki itu. "Ada apa?"

Minseok menghela napasnya. "Aku yakin kau belum melihat berita saat ini. Tapi yang perlu kau tahu, wartawan terus meneleponku dan mendatangi kantor kita." Minseok terdengar sangat serius. "Segera kabari aku setelah kau membaca semua berita tentangmu. Aku menunggu, Baek."

Baekhyun mengernyit bingung ketika Minseok memutus panggilan. Ia baru saja bangun dan kepalanya masih sedikit pusing tetapi sang manager sudah membuatnya harus berpikir keras. Dengan sedikit linglung, lelaki itu mengecek ponselnya dan melihat sebuah link artikel yang Minseok kirimkan.

Untuk sesaat ia masih terdiam membaca dengan seksama. Ia baru ingat bahwa kemarin dirinya pergi ke pesta bersama Chanyeol. 'Tunggu. Apa?!'

Matanya membulat kaget. Artikel itu memuat tentang dirinya yang berciuman dengan Chanyeol di pesta. Entah bagaimana bisa hal tersebut tersebar dari pesta yang telah dijaga ketat. Sepertinya foto itu diambil oleh salah satu tamu undangan menggunakan kamera ponsel.

Baekhyun terkejut bukan main. Kepalanya menjadi berpuluh kali lipat pusing sekarang. Ia baru ingat tentang ciuman itu. Jemarinya segera beralih membuka dan membaca berita-berita lain tentang dirinya yang mendadak hangat untuk dibahas. Kini orang-orang mulai berspekulasi jika dirinya menjalin hubungan dengan orang paling berpengaruh di Korea Selatan.

'Aku bahkan tidak bisa cemburu jika prianya setampan itu T.T hiks'

'Bukankah itu Park Chanyeol CEO dari LEOY CORP? Mereka berdua dekat?'

'Wow, mereka sangat cocok!'

'Apa dia orang yang selalu menyampirkan jas di bahu Baekhyun kita?'

'Seseorang tolong konfirmasi hubungan mereka segera!'

Baekhyun meremas rambutnya sendiri. Ia sangat bingung sekarang. Selama perjalanan karirnya, belum pernah ia terlibat dalam skandal seperti ini.

"Ada apa?" Suara berat yang serak khas bangun tidur itu membuat Baekhyun terlonjak.

Ia lantas menoleh kaku dengan perlahan dan jantungnya seakan berhenti saat menemukan sosok Chanyeol berbaring di sebelahnya dengan bertelanjang dada. Ia terkejut luar biasa tak bisa menemukan alasan mengapa Chanyeol bisa berada satu tempat tidur dengannya.

"C-Chanyeol..?" Baekhyun terlihat sangat syok. Air mukanya pucat.

Pria itu kemudian ikut duduk hingga selimut jatuh ke pinggangnya yang polos tanpa pakaian.

"A-Apa yang.." Tubuh Baekhyun membatu. Ia beralih menatap ke tubuhnya sendiri dan otaknya buntu untuk beberapa saat. Ia telanjang.

Kepalanya sudah cukup dibuat sakit oleh berita, tetapi sekarang beban bertambah saat tahu bahwa dirinya dan Chanyeol tidur bersama tanpa mengenakan sehelai busana. Kini penciuman Baekhyun pun mulai menemukan aroma lain dari tubuhnya. Sesuatu yang memperjelas apa yang telah terjadi semalam.

"Apa yang.. B-Bagaimana bisa—"

Chanyeol mengerutkan dahi. Ia bisa menangkap raut kebingungan Baekhyun. Lalu perasaan kecewa mulai memasuki hatinya saat terpikir mungkin Baekhyun tak mengingat kejadian semalam.

"Baekhyun."

"A-Apa.. k-kita melakukannya?" Baekhyun bertanya dengan suara gemetar. Kepalanya sangat sakit berusaha memproses apa yang terjadi.

"Baekhyun, aku bisa menjelaskannya padamu."

Tapi Chanyeol tak perlu menjelaskan apapun karena Baekhyun sudah mulai mengingat perlahan-lahan kejadian semalam. Tentang dirinya yang bodoh untuk melakukan cinta satu malam dengan seseorang. Baekhyun tak pernah seceroboh ini.

Wajahnya memerah sampai ke telinga. Lelaki mungil itu memegang dahinya dan memejamkan mata dengan segala macam hal yang mulai menyerang pikirannya saat ini. Ia mengumpati dirinya sendiri.

"M-Maaf, a-aku harus pergi." Baekhyun menundukan kepala dan beralih menarik selimut di pinggang untuk menutupi dadanya yang polos. Matanya bergetar tak fokus, jujur ia kebingungan.

"Baek—"

"Tolong balikan badanmu, Chanyeol."

Chanyeol diam untuk sesaat memandangi Baekhyun yang setia menundukan kepalanya. Meski enggan, Chanyeol menurut tanpa bantahan dan Baekhyun segera turun dari tempat tidur untuk memungut kembali seluruh pakaiannya dan memakainya dengan tergesa-gesa. Mengabaikan tubuhnya yang lengket atau semua rasa sakit yang ia rasakan.

"Baekhyun, kuharap kau mau mendengarkan penjelasanku lebih dulu dan tidak membuat kesimpulan sendiri." Ucap Chanyeol.

Tapi pikiran Baekhyun terlalu kalut untuk menerima apapun sekarang. Tanpa membalas, ia segera beranjak pergi dari kamar pria itu. Chanyeol yang mendengar suara langkah kaki lantas menoleh dan segera memakai asal boxernya lalu mengejar lelaki tersebut.

"Baekhyun." Chanyeol menangkap lengannya dan membalik tubuh lelaki itu yang telah menyentuh gagang pintu.

Baekhyun membelalak saat dada bidang Chanyeol adalah pemandangan yang pertama kali ia lihat. Ia langsung menolehkan kepalanya ke arah lain dengan wajah merona. Bayangan percintaan panas mereka mendadak masuk tanpa permisi bersama ekspresi wajah Chanyeol yang paling tak bisa ia lupakan.

"A-Apa yang kau lakukan?" Jantung Baekhyun berdenyut gugup.

"Kumohon dengarkan aku dulu." Chanyeol bernapas tenang. "Aku tahu ini mengejutkan untukmu, tapi semalam kita melakukannya tanpa paksaan. Kau dan aku menyukainya. Kau dan aku menginginkannya, Baek." Penuturan itu membuat telinga Baekhyun memerah. Chanyeol tak perlu mengingatkan apapun karena Baekhyun sudah mengingatnya dengan jelas. Untuk setiap detiknya.

"Dan atas apa yang terjadi, aku tidak sebrengsek itu untuk menyetubuhimu tanpa perasaan. Cinta satu malam sama sekali bukan gayaku." Chanyeol menghela napas. Ia menjeda ucapannya untuk memperhatikan wajah lelaki tersebut. "Aku melakukannya karena aku mencintaimu, Baekhyun. Aku menyukaimu."

Tubuh Baekhyun seketika mematung. Ekspresinya luruh. Detak jantungnya hampir rusak karena berdetak terlalu cepat. Ia tak menduga Chanyeol akan membuat pernyataan mengejutkan dalam situasi ini.

Baekhyun meremas ujung kemejanya dengan perasaan meletup-letup. Lelaki itu menatap balik wajah Chanyeol dengan ekspresi tak yakin lalu kembali mengalihkan pandangannya seraya menggeleng pelan. Baekhyun sangat bingung.

Pernyataan Chanyeol membuat kepala Baekhyun semakin berat. Kini menjadi lebih banyak hal yang memenuhi pikirannya, seperti semua tentang dirinya dan Chanyeol yang tak mungkin bersama. Mereka tak mungkin bisa. Baekhyun masih sadar bahwa Park Chanyeol adalah kakak Luhan. Mereka tak seharusnya terlibat lebih jauh, meski hatinya kini telah meneriakan hal yang sama. Bahwa ia juga mencintai Chanyeol.

"I-Itu.. kesalahan."

Genggaman Chanyeol perlahan melonggar saat mendengarnya. "Apa?" Tanyanya tak percaya.

"Semalam adalah kesalahan. A-Aku mabuk. Aku tak bisa berpikir jernih hingga melakukan itu denganmu, hal yang tak seharusnya kita lakukan." Baekhyun menundukan kepalanya. "Maaf, aku tak bisa.."

"Baek.."

Tak bisa dipungkiri jika Baekhyun sungguh mabuk semalam. Beberapa tetes alkohol saja sudah cukup untuk membuat kepalanya berputar. Tetapi sesungguhnya itu hanyalah alibi. Kadar alkohol yang ia minum tak bisa mengambil seluruh kesadarannya. Baekhyun jelas menginginkan pria itu dengan nalurinya sendiri.

Chanyeol terdiam. Kata-kata Baekhyun sungguh menyakiti hatinya. Baekhyun benar-benar menerangkan bahwa ia tak memiliki rasa yang sama pada Chanyeol.

"Maafkan aku. A-Aku harus pergi." Baekhyun kembali membalik tubuhnya. Mencoba kabur membuka pintu, tetapi jemari Chanyeol berhasil menahan tangannya sekali lagi.

"Chanyeol—"

"Aku antar kau pulang."

"H-Huh?"

Tetapi tak seperti yang diduga, ternyata Chanyeol tak berusaha membahas hal yang sedang Baekhyun coba hindari. Lelaki itu tertegun sejenak. Rasa bersalah muncul di hatinya karena bahkan setelah ia menolak Chanyeol, pria itu tetap tak berubah.

Baekhyun memandang resah jemarinya yang berada dalam genggaman Chanyeol. "Aku.. Aku bisa pulang sendiri."

"Dan meski kau bisa, aku tak mungkin membiarkanmu pulang sendirian."

Baekhyun terenyuh. Ia menatap Chanyeol yang tengah menatapnya begitu lembut. Hatinya semakin tak menentu.

"Aku antar kau pulang. Setelah itu kau bisa membenciku sepuasmu, Baek." Ucap Chanyeol. "Maaf jika aku egois bahkan setelah mengetahui perasaanmu. Hanya beri aku ijin untuk mengantarmu pulang saat ini. Hanya itu."

Baekhyun bungkam. Chanyeol semakin mengacaukan hatinya dan itu sulit untuknya karena ia tak henti berpikir bahwa mereka tak mungkin bersama. Mereka tak bisa.

ㅡ《•••》ㅡ

"Hebat sekali. Nama kalian berdua berada di pencarian teratas selama 24 jam terakhir." Jemari Jongin menari dengan lihai di layar iPadnya. "Kalian sungguh menjadi bintang utama sekarang. Sang CEO dan sang penulis."

"Apa kau sudah lihat bagaimana saham kita melonjak berkat berita ini?" Jongin tak hentinya berceloteh tentang ini dan itu. Sementara Chanyeol sedari tadi hanya sibuk berdiri memandang ke luar jendela kaca dengan perasaan bercampur aduk dan rasa tak bersemangat untuk melakukan apapun.

"Take down semua berita itu." Titah Chanyeol pelan seraya kembali menyesap winenya dengan pandangan kosong. Perintah tersebut membuat Jongin mengerutkan dahi.

"Apa? Tapi kenapa? Bukankah ini menguntungkan untuk kita?"

"Itu akan membuat Baekhyun tidak nyaman." Balas Chanyeol. Ia hanya khawatir wartawan akan menyerbu lelaki itu.

Sesaat Jongin tertegun dengan jawaban tersebut. Ia bergumam pelan seraya melirik pria di hadapannya dengan tatapan aneh. "Ternyata seperti ini ya jika seorang Park Chanyeol sedang jatuh cinta.."

"Aku bisa mendengarmu."

Jongin berdeham kecil lalu mengubah wajahnya menjadi datar. "Apa saya mengatakan sesuatu, Sajangnim?"

Ketukan di pintu mengganggu mereka. Seorang pengawal melangkah masuk bersama lelaki hamil di sebelahnya. Kedatangan Luhan yang tak biasa tentu cukup mengejutkan bagi para pria yang ada di sana. Lelaki cantik itu tak pernah datang tanpa alasan yang penting.

"Sajangnim, anda memiliki tamu."

"Hai, Luhan." Sapa Jongin dengan ramah. Senyumannya dibalas dengan anggukan kecil dari sang lelaki berambut pirang.

"Hai, Hyung." Balas Luhan pada Jongin.

Chanyeol diam sesaat memperhatikan lalu berjalan menuju meja kerjanya. Perasaannya mengatakan ada sesuatu dan itu membuatnya mendadak tidak nyaman.

"Kalau begitu saya pamit undur diri, Sajangnim. Permisi." Jongin segera membungkukan badannya pada Chanyeol lalu menghilang bersama sang pengawal. Menyisakan Luhan dan Chanyeol yang berdiam diri untuk beberapa detik.

"Apa yang kau lakukan di sini, Lu?"

"Hanya berkunjung." Luhan tersenyum simpul lalu berjalan mengitari ruang kerja Chanyeol yang luas.

"Kau mau dibuatkan sesuatu?"

"Aku sudah memesan minuman pada pengawalmu di depan." Jawaban itu mendapat anggukan kecil dari Chanyeol.

"Bagaimana kandunganmu?" Tanya Chanyeol tenang tanpa menatap ke arah lelaki itu. Ia mulai menyibukan diri dengan kertas-kertas membosankan yang selalu sama setiap harinya.

"Sangat sehat." Luhan tersenyum singkat, mengingat perdebatan kecil mereka terakhir kali tak membuat Chanyeol marah berlarut-larut. Pria itu memang sebaik itu pada dirinya.

"Sebenarnya Appa mengajak kita untuk makan malam. Beliau bilang sudah lama sekali keluarga kita tidak berkumpul bersama sejak aku menikah. Apa Hyung ada waktu luang pekan ini?" Luhan berjalan ke arah rak buku tinggi di mana Chanyeol menaruh buku-buku penting di sana. Mata rusanya menatap penuh minat.

"Aku belum melihat jadwalku, tapi aku akan mengabarimu jika aku bisa." Sahut Chanyeol yang balas diangguki oleh Luhan.

Lelaki itu terdiam sejenak dengan mata menerawang ketika sunyi mulai mengambil alih. Hatinya mendadak gelisah karena sebuah alasan yang sebenarnya membuat ia rela datang jauh-jauh ke kantor sang kakak.

"Hyung," Panggilnya dengan jemari yang bergerak cemas. Ia menjeda kata-katanya untuk beberapa saat sebelum berdeham pelan. "Sejak kapan.. kau dekat dengan Baekhyun?"

Gerakan Chanyeol terhenti. Pria itu memandang kosong surat kontrak di tangannya. Seharusnya ia bisa menduga bahwa kedatangan Luhan tak akan mungkin hanya sekadar berkunjung saja. "..Kenapa?"

Luhan menatap ke arah Chanyeol dan tersenyum hambar. "Aku benar-benar terkejut melihat kalian di pesta hari itu, kau tahu? Tak kusangka jika kalian bisa menjadi sangat dekat. Sebenarnya ada hubungan apa di antara kalian? Kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku, Hyung?"

"Itu bukan urusanmu, Luhan."

Luhan mengepalkan tangannya tanpa sadar. Semua tentang Baekhyun selalu membuatnya marah. Ia yakin Baekhyun memiliki rencana busuk dibalik kata 'maaf'nya hari itu. "Apa dia menggodamu? Pasti dia mendekatimu lebih dulu dan merayumu, bukan? Katakan padaku, apa yang sudah lelaki itu lakukan padamu?"

Chanyeol menoleh pada sang adik dengan raut marah. Alis tebalnya menukik tajam. "Apa yang kau katakan? Dia bukan orang buruk seperti yang kau pikir."

"Kau harus menjauhinya. Dia hanya mencoba membalas dendam padaku melaluimu. Sadarlah, kau sudah ditipu oleh lelaki licik itu, Hyung!"

Chanyeol menggebrak meja dengan kepalan tangan. "Cukup, Luhan! Baekhyun dan Sehun sudah berakhir. Kau sudah memiliki Sehun seperti yang kau inginkan, jadi apa masalahnya sekarang? Tidak bisakah kau berhenti melakukan sesuatu yang membuat kepalaku sakit? Aku harap kau bisa belajar dewasa sedikit."

Luhan terperanjat dengan kemarahan Chanyeol yang pertama kalinya ditunjukan padanya. Tubuhnya bergetar memandangi sang kakak dengan terkejut. Mulutnya menganga kecil. "Apa Hyung baru saja membelanya di hadapanku..?"

Suasana ruangan menjadi sangat buruk. Chanyeol terdiam mengepalkan tangan dan memejamkan mata, mencoba meredam amarahnya pada Luhan. Ia mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terbawa emosi kepada lelaki yang tengah mengandung itu.

"Kita bahas ini lain kali, Luhan. Aku harus meeting sekarang." Ujar Chanyeol merendahkan nada bicara.

Luhan mengalihkan matanya. Ia mengusap pelan perutnya mencoba menenangkan dirinya yang ikut terbawa suasana. Ia mengangguk kecil, meski rahangnya masih mengeras marah bahwa Chanyeol baru saja membela Baekhyun untuk pertama kalinya. Chanyeol lebih memilih lelaki itu.

'Apa hyung mencintainya?'

"Baiklah, aku akan pergi sekarang." Tak ingin membuang waktu, Luhan segera berjalan pelan menjauhi Chanyeol yang setia menatap kepergiannya. Tetapi ia menghentikan langkah sejenak ketika berada di ambang pintu tanpa menatap sang kakak.

"Aku harap Hyung ingat betapa aku sangat membencinya. Jadi tolong jangan kecewakan aku. Aku percaya padamu, Hyung." Ucapnya lalu segera pergi meninggalkan ruangan.

Sementara itu, Chanyeol memilih menyimpan suaranya.

ㅡ《•••》ㅡ

"Kalian sangat mengejutkanku. Aku sampai berulang kali memastikan bahwa yang diberitakan memang kalian berdua."

Kyungsoo segera menerobos masuk ke dalam rumah Baekhyun setelah dibukakan oleh sang pemilik rumah. Lelaki itu melepas kacamatanya lalu duduk di sofa ruang keluarga.

Baekhyun menghela lesu sebelum mendudukan diri di kursi yang tak jauh dari Kyungsoo. Baekhyun pun tak menyangka bahwa berita tentangnya akan bertahan cukup lama di media. Baekhyun pikir dirinya tak seterkenal itu, namun sosok Chanyeol sepertinya membuat banyak orang terkejut. Pria itu selalu masuk berita untuk kesuksesan yang ia raih, bukan tentang hubungan pribadinya.

"Kau mau minum apa, Soo?"

"Tidak, tidak perlu. Ceritakan saja padaku sejak kapan kalian berpacaran? Kenapa aku tidak mengetahui apapun tentang ini?" Tanya Kyungsoo tanpa basa-basi. Lelaki itu tak sabar mendengar kisah tentang sang sahabat, sampai rela meluangkan waktu di tengah jadwal sibuknya.

Baekhyun meringis pelan. "Kami tidak memiliki hubungan seperti itu." Jelas Baekhyun.

"Apa?"

"Aku.. um.. Hari itu.. Chanyeol memang menciumku seperti berita yang tersebar, tapi kami tidak berpacaran. Kami tidak ada apa-apa."

Kyungsoo mengerutkan dahi. "Bagaimana bisa? Bukankah kalian saling menyukai?"

Baekhyun tersentak. "D-Darimana kau tahu?" Ia terkejut dengan tebakan Kyungsoo. Bahkan butuh berhari-hari untuk dirinya menyadari bahwa ia memiliki rasa untuk Chanyeol.

"Kau serius bertanya seperti itu? Semua orang bahkan bisa melihatnya hanya dari mata kalian. Terlihat jelas bahwa kalian saling tertarik satu sama lain. Aku hanya berpura-pura tidak tahu saja selama ini."

Jawaban Kyungsoo membuat Baekhyun terdiam cukup lama. Pikirannya melayang-layang pada sosok Chanyeol kemudian ia menghela napas panjang. Ia jadi teringat akan pernyataan cinta pria itu kemarin.

"Sebenarnya.. dia menyatakan cintanya padaku." Ucap Baekhyun tiba-tiba.

Kyungsoo menyimak dengan tenang. "Lalu?"

Mata Baekhyun terlihat sayup memandang ke arah lain. "Aku bingung. Aku tidak tahu harus apa saat dia mengatakannya. Rasanya seperti.. tidak benar."

"Apa?"

Baekhyun menggigit bibirnya. "Seperti yang kau tahu, dia kakak Luhan. Dia juga kakak ipar untuk Sehun. Kami semua tidak berada dalam hubungan yang baik untukku dan Chanyeol bisa bersama. Aku hanya.. sangat bingung. Tidakkah ini salah?"

Mendengar itu, Kyungsoo lantas tersenyum. Ia bisa sedikit mengerti setelah mendengar penjelasan singkatnya.

"Pantas saja aku tak melihat ada satupun pernyataan terkait berita yang beredar. Ternyata sang pelaku sedang bingung akan perasaannya sendiri." Lelaki itu terkekeh pelan saat wajah Baekhyun berubah merengut. Ia tak tahu jika Baekhyun akan merasa begitu terbebani oleh rasa cintanya sendiri.

"Kenapa kau begitu cemas, Baekhyun? Bahkan jika dia anak Presiden Trump, tak ada yang salah dengan yang namanya jatuh cinta." Sahut Kyungsoo tenang. "Bukankah semua orang juga menemukan cinta mereka dalam situasi yang tak terduga?"

Baekhyun memandang Kyungsoo dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lupakan tentang siapa dia dan ikuti saja kata hatimu."

"Tapi.. Tapi aku juga belum lama ini berakhir dengan Sehun. Tidakkah itu terlihat seperti aku hanya menjadikannya pelampiasan semata? Tidakkah ini begitu cepat?"

Kyungsoo mengerutkan dahinya, tak menyangka ada begitu banyak hal yang lelaki itu pikirkan. "Apa kau merasa begitu? Bukankah kau sudah menyukai Chanyeol sejak lama? Bukankah itu juga yang menjadi alasan kenapa kau begitu mudah melupakan Sehun tak seperti beberapa bulan lalu?"

Baekhyun diam dengan pikirannya sendiri. Kyungsoo seolah menyadarkannya. Mungkinkah ia memang telah menyukai pria itu jauh sebelum ia berakhir dengan Sehun? Apakah itu alasan kenapa perpisahannya dengan Sehun kemarin tak sesakit dulu?

Baekhyun menundukan kepalanya. Pikirannya benar-benar kusut. "Entahlah, Soo. Aku sungguh bingung saat ini." Bisiknya pelan. "Untuk beberapa hal aku juga merasa takut."

Kyungsoo segera meraih jemari lentik Baekhyun untuk menyalurkan kekuatan dan kepercayaan diri pada lelaki tersebut. Jatuh cinta pada Chanyeol sepertinya adalah hal yang sangat rumit untuk Baekhyun hadapi.

"Kau tak perlu memaksakannya. Kau pasti akan menemukan jawabannya, Baekhyun. Aku harap Chanyeol menjadi bukti bahwa dia berbeda dan dia menggantikan apa yang tak pantas untukmu."

Baekhyun balas tersenyum lemah. Di dalam hati ia bersyukur memiliki Kyungsoo sebagai sahabatnya. Berbicara dengan lelaki itu selalu dapat menenangkan hatinya.

Ia mendengus pelan diiringi tawa kecil. "Kenapa kau terdengar seperti pakar cinta? Kau bahkan hanya berpacaran dengan Kai seumur hidupmu."

"Hei, kau harus tahu akting bukan hanya sekadar melakoni peran. Aku belajar sangat banyak." Sombong Kyungsoo diiringi tawa yang halus. "Apa kau memiliki bir? Aku baru merasa haus sekarang."

Baekhyun tersenyum. "Tunggu sebentar. Aku akan mengambilkannya untukmu."

"Terima kasih." Sahut Kyungsoo. "Kurasa kita harus mengesampingkan perasaan kacaumu itu untuk saat ini, Baekhyun. Apa kita perlu memesan makanan cepat saji?" Tanyanya saat Baekhyun kembali dan membawa dua bir. Tetapi ekspresinya mendadak berubah saat menemukan sesuatu yang tak biasa dari Baekhyun.

Kyungsoo mengernyit. "Baek, ada apa dengan lehermu?"

"E-Eh?"

"Apa itu.. kissmark?"

ㅡ《•••》ㅡ

Meski Baekhyun dengan jelas mengatakan bahwa semua adalah kesalahan, namun nyatanya ia tak pernah benar-benar bisa melupakan hari itu.

Bagaimana mungkin Baekhyun bisa melupakan perlakuan manis Chanyeol? Senyumannya bahkan masih menyejukan hatinya sampai detik ini. Sekarang semakin terasa jelas ingatannya tentang malam panjang mereka. Bukan hanya ingatan saja, namun juga perasaannya saat itu.

"Chanyeol.." Bisik Baekhyun pelan seraya memandang bulan purnama malam ini yang terlihat bersinar sangat cerah menerangi kamarnya.

Ia duduk di kursi seraya menaikan kakinya dan memeluk lututnya erat. Perasaannya sesak. Baekhyun tahu ia merindu. Satu hari yang terlewati dengan akhir dari pertemuan mereka yang canggung membuat hatinya tak tenang. Ia pikir kata-katanya hari itu mungkin sudah keterlaluan.

Baekhyun tak sungguh mengganggap malam itu sebagai kesalahan. Karena ia pun menyadari bahwa ia juga melakukannya karena cinta. Ia mencintai Chanyeol.

Dering ponsel menyadarkannya dari lamunan. Ia meraih ponselnya di meja dan terkejut saat mengetahui Chanyeol meneleponnya. Ia kira pria itu akan menjauhinya.

"C-Chanyeol.."

"Kau tidak datang ke kantormu hari ini, Baek."

Suara itu benar-benar dirindukan. Rasanya Baekhyun merasa tenang tenggelam dalam suaranya. Tetapi Baekhyun sedikit terkejut saat Chanyeol tahu mengenai absennya dari kantor. "Um.. Yaa.. Aku memang tidak masuk hari ini.." Cicitnya.

"Maaf. Ini semua karenaku. Aku akan segera membereskan beritanya sehingga kau tak perlu bersembunyi di rumah."

"T-Tidak. Kau tak perlu melakukan itu.."

Sunyi sesaat sebelum suara Chanyeol kembali terdengar menyapanya. "Maaf, apa aku membuatmu tidak nyaman dengan perlakuanku?"

"Uh? Apa? Tidak.. Bukan seperti itu maksudku, Chanyeol.."

"Aku suka suaramu."

Pipi Baekhyun merona. Ia menggigit bibirnya dengan detakan jantung yang menggila. Chanyeol menjadi lebih berani mengutarakan perasaannya dan itu mengacaukan hati Baekhyun.

"Aku benar-benar tidak pandai menyembunyikan perasaanku, Baek. Maaf."

Sorot mata Baekhyun meredup. Hatinya menghangat. "Chanyeol.." Bisiknya pelan.

"Aku mencintaimu."

Rasanya seperti angin sejuk berhembus menerpanya bersama kata cinta Chanyeol yang mengisi dadanya. Kata-kata itu terus berputar di kepala dan Baekhyun semakin menyukainya. Andai saja ia bisa membalasnya dengan lantang tanpa rasa bimbang yang menahannya.

Tetapi mendapati keheningan dari Baekhyun nyatanya membuat Chanyeol berpikir berbeda. Tanpa sepatah kata, ia segera menutup panggilan itu membuat Baekhyun menjadi sangat merasa bersalah.

Hanya yang tak Baekhyun ketahui, Chanyeol tengah bersandar pada pintu mobilnya di depan rumah Baekhyun. Memandang tenang sebuah jendela dengan lampu kamar yang masih menyala terang. Ia pun merindu.

"Selamat malam, Baekhyun."

ㅡ《•••》ㅡ

Sungguh di luar ekspetasi. Nyatanya para wartawan masih setia mencari informasi tambahan terkait berita yang sedang hangat di masyarakat meski telah dua hari berlalu.

Baekhyun menatap ngeri melihat wartawan mulai berdatangan ke kantornya. Sepertinya orang-orang sungguh penasaran akan kejelasan hubungannya dengan Chanyeol.

"Kurasa sebaiknya kau pulang saja, Baek." Ucap Minseok yang berdiri di sebelahnya dan ikut menatap ke luar jendela. "Sebelum mereka semakin bertambah banyak, lebih baik kau pulang. Akan semakin sulit untukmu keluar jika jumlah mereka terlalu banyak."

Baekhyun menggigit bibirnya resah. Hari masih siang namun para wartawan sangat bersemangat memanggil namanya di luar sana dan terus meminta penjelasannya. Entah sampai kapan mereka akan berhenti melakukan ini dan membiarkannya tenang.

"Kau benar, Hyung. Mungkin aku harus pulang sekarang." Pasrah Baekhyun seraya membereskan barang-barangnya di meja.

"Aku akan mengantarmu." Balas Minseok.

Kedua lelaki itu akhirnya berjalan bersama-sama melangkah keluar dari ruang kerja Baekhyun dan turun ke lantai dasar. Para wartawan yang melihat tanda-tanda kehadiran sang bintang utama lantas bergerak heboh dan terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang hampir sama.

"Baekhyun-ssi, apakah anda sungguh menjalin hubungan dengan Park Chanyeol?!"

"Tolong katakan sesuatu!"

"Baekhyun-ssi!"

"Permisi. Tolong beri kami jalan!" Ucap Minseok dengan tegas seraya mendorong para wartawan untuk tidak mendekati Baekhyun yang berjalan menundukan kepala bersembunyi di belakang tubuhnya. Staff-staff lain pun terlihat ikut membantu Minseok melindungi Baekhyun.

Tak ada satupun wartawan yang menyerah meski telah mendapat makian dari Minseok berulang kali. Mereka terus mengarahkan kamera menyorot sosok lelaki mungil itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak hentinya dilontarkan. Beberapa dari mereka bahkan terlihat saling berdorongan.

Baekhyun hanya mampu menunduk dalam dengan jemari yang meremas baju belakang Minseok. Benar-benar mengerikan. Ini pertama kalinya ia merasa diperlakukan selayaknya artis terkenal.

Tetapi dalam hitungan detik, ia merasa suasana yang sempat ricuh mendadak berubah sangat sunyi. Minseok bahkan telah berhenti berjalan yang membuatnya ikut berhenti dan bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi? Baekhyun yang kebingungan lantas mencoba mengintip dari bahu sang manager untuk melihat situasi saat ini dan tubuhnya seketika mematung di tempat.

Beberapa pria bertubuh besar yang sangat Baekhyun hapal sosoknya datang membuka jalan di antara para wartawan. Mereka dengan mudahnya mendorong wartawan untuk menjauh, lalu terlihatlah seorang pria tampan dengan jas hitam dan penampilan yang luar biasa menawan melangkah dengan santai menghampirinya.

Minseok yang sempat tertegun sejenak akhirnya bergerak ke samping, membiarkan Baekhyun dapat terlihat jelas oleh Chanyeol yang kini telah berhenti di depan Baekhyun. Sementara lelaki itu menatap Chanyeol dengan gugup dan bingung.

"Chanyeol?" Baekhyun mengerjap cepat.

Pria itu menghela napas pelan. Sebenarnya Chanyeol sedang kesal saat ini karena para wartawan mengganggu ketenangan Baekhyun. Ia sudah merogoh dompet untuk membayar para wartawan itu pergi dari perusahaannya, namun ternyata mereka bermain nakal dan justru menyerang Baekhyun.

"Kita pergi sekarang." Ucap Chanyeol lembut seraya meraih jemari mungil Baekhyun.

Hal itu tentu disaksikan oleh semua orang yang ada di sana. Dan ini semakin memperjelas bahwa ada sesuatu di antara kedua insan tersebut.

Jantung Baekhyun berdebar kencang dalam genggaman pria itu yang tengah menariknya pergi. Hatinya menghangat. Chanyeol selalu saja melindungi dan menjaganya, bahkan setelah ia bersikap tak acuh pada pernyataan cinta pria itu. Chanyeol tak pernah berhenti. Bukankah Chanyeol terlalu sempurna untuk disia-siakan?

Baekhyun menggigit bibirnya, menatap jemari mereka dengan perasaan yang semakin tak terkendali. Ini pertama kalinya ia merasa seseorang begitu mencintainya. Mungkin yang Kyungsoo katakan benar. Mungkin ia tak seharusnya menahan perasaannya sendiri. Andai ia menyerah, mungkin saja ia tak akan pernah merasakan cinta seperti ini lagi.

Perasaannya seakan terjun bebas. Jika mencintai Chanyeol terasa seperti menginjak sebuah ranjau, maka yang perlu ia lakukan hanya tetap menginjaknya. Membiarkan dirinya terjebak selamanya.

Baekhyun seketika menghentikan langkah mereka, membuat Chanyeol tersentak dan menoleh. "Baek?"

Para wartawan yang menyaksikan bahwa mereka tak segera berlalu, lantas mencoba mendekat dengan pertanyaan yang sama. Pengawal dengan sigap langsung menghalangi mereka untuk berdiri terlalu dekat.

Baekhyun melepas genggaman tangan mereka, dan hati Chanyeol mencelos akibatnya. "Baekhyun.." Gumamnya.

Baekhyun menundukan kepala sejenak sebelum menatap para wartawan yang menanti jawabannya. Tapi tentu Baekhyun tak bisa memberikan jawaban untuk saat ini selain sebuah pertanyaan,

"Kalian ingin tahu apa hubungan kami?"

Semua diam membisu. Baekhyun beralih menatap Chanyeol beberapa detik lalu menangkup kedua pipi pria itu dan berjinjit untuk menempelkan bibir mereka. Semua orang menarik napas terkejut bersama suara jepretan kamera yang langsung berbondong-bondong memotret kedua insan itu tanpa tahu jika jantung Baekhyun akan meledak saat ini. Chanyeol pun tak berbeda jauh. Meski ia tampak sangat tenang, nyatanya letusan kembang api telah meramaikan hatinya.

Pria itu kemudian tersenyum kecil. Baekhyun memejamkan matanya erat-erat dengan bibir yang hanya sekadar menempel pada bibirnya tanpa bergerak. Namun itu sudah cukup membuat Chanyeol merasakan euforia.

Ingin sekali dirinya membawa lelaki itu semakin mendekat padanya jika saja Baekhyun tak segera melepas bibir mereka dan menariknya pergi secepat mungkin menuju mobil yang terparkir. Mengabaikan teriakan setiap orang yang menanyakan maksud dari ciuman itu.

ㅡ《•••》ㅡ

Baekhyun tak bicara, bahkan tak mau menatap. Lelaki itu terlihat mencoba menjaga jarak dari Chanyeol. Ia sengaja duduk merapat pada jendela mobil dan memberi tempat kosong di antara dirinya dan Chanyeol yang duduk di kursi belakang.

Wajahnya memerah menahan malu. Hal itu membuat Chanyeol yang sejak tadi memperhatikannya tersenyum tipis. Semua itu tak berubah sampai ketika mereka telah tiba di depan rumah Baekhyun.

Seperti biasa, Chanyeol akan menyempatkan diri membukakan pintu untuk Baekhyun tanpa sepatah kata. Lelaki cantik itu kemudian keluar dengan wajah menahan malu.

"Baek—"

"Tetap di sini." Ujar Baekhyun cepat. Lelaki cantik itu segera berjalan memasuki halaman rumahnya tanpa menoleh.

Chanyeol yang terkejut dengan itu hanya mampu terdiam, tetapi tak lama Baekhyun berhenti setelah berada di depan pintu rumahnya. Sesungguhnya lelaki itu hanya tak bisa berdiri dekat dengan pria itu saat mengatakan apa yang ingin ia katakan setelah hal memalukan sebelumnya.

"Ekhm Chanyeol.." Ia membalik tubuhnya dan menatap gugup sosok Chanyeol dari jarak sejauh ini. Jantungnya berdetak cepat. "Aku.. Aku juga mencintaimu.." Baekhyun meremas ujung kemeja yang ia kenakan.

Mereka saling menatap dalam diam.

"H-Hari itu.. Aku juga sama sepertimu. Kau tahu, cinta satu malam juga bukan gayaku.." Ucap Baekhyun. "Hari itu pikiranku benar-benar kusut, dan aku tak yakin dengan diriku sendiri.. Aku benar-benar mengatakan sebuah omong kosong padamu.."

Chanyeol tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari wajah gugup lelaki itu yang menarik untuk ditatap. Baekhyun melirik Chanyeol dengan wajah yang sangat merah. Ia benar-benar malu.

"Aku mencintaimu, Chanyeol.." Baekhyun menggigit bibirnya. "..Apa pernyataan cintamu masih berlaku?"

Chanyeol mendengus geli, hampir tertawa. Ia mengantongi kedua tangannya di saku celana dan tersenyum kecil memandangi lelaki itu. Baekhyun benar-benar sangat manis saat ini hingga membuatnya ingin sekali menculiknya.

"Baekhyun, kau benar-benar.." Bahkan Chanyeol kehilangan kata-kata dan memilih untuk segera berjalan ke arah Baekhyun dan mencium bibirnya.

Baekhyun memejamkan mata ketika ciuman itu begitu lembut menyapanya. Chanyeol menangkup wajah mungil itu dan memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka. Bibir Chanyeol terasa hangat di atas bibir Baekhyun, membuatnya terbuai dalam tiap lumatan yang pria itu beri.

Ciuman mereka terlepas. Chanyeol tersenyum seraya mengusap pelan pipi Baekhyun yang merona. "Wajahmu benar-benar merah, Baekhyun."

"A-Aku malu, kau tahu?" Baekhyun meninju pelan dada bidang pria itu. Chanyeol tertawa kecil, rasanya sudah lama ia tak mendengar nada galak lelaki cantik tersebut.

"Katakan sekali lagi, Baek." Bisik Chanyeol pelan.

"Um?"

"Katakan kau mencintaiku."

"Aku mencintaimu."

Chanyeol memberikan kecupan pada bibir lelaki itu setelahnya. Membuat wajah Baekhyun lantas merona lucu. "Katakan lagi."

"Kau mau mendengarnya berapa kali, huh?" Balas Baekhyun dengan sebal dan kembali memukul dada pria itu. Chanyeol mengecup pipinya lembut dengan tubuh yang semakin merapatkan tubuh mungil itu ke pintu.

Baekhyun menatap mata Chanyeol dengan debaran yang semakin kencang berbunyi. Perlahan tangannya terangkat menyentuh dada pria itu untuk merasakan detak jantungnya. Ia tersenyum kecil. "Mereka berdetak seirama." Bahwa Chanyeol juga tengah berdebar sepertinya.

Chanyeol mengangguk pelan. Ia melarikan jemarinya untuk menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga lelaki itu. "Kau milikku, Baekhyun." Terdengar begitu posesif, namun Baekhyun menyukainya. "Kau akan tahu bagaimana kau akan diperlakukan di sisiku, tempat di mana seharusnya kau berada." Ia kembali mengecup bibir tipis itu.

"Apa itu artinya kau akan memberiku segalanya?"

"Tentu saja."

"Apa aku akan diperlakukan seperti raja?"

"Ratu." Chanyeol tersenyum dan mencium dahinya. Baekhyun hanya dapat mengerucutkan bibir meski sebenarnya hatinya berbunga-bunga. Ia tak tahu jika memilih untuk bersama Chanyeol adalah keputusan terbaik yang pernah ia buat.

"Aku mencintaimu." Bisik Chanyeol.

Chanyeol kembali membawa Baekhyun dalam ciuman hangat mereka. Ia memeluk pinggang lelaki itu dengan Baekhyun yang mulai mengalungkan tangannya di leher Chanyeol. Mereka saling melumat dengan lembut, tanpa nafsu yang menggebu-gebu karena mereka hanya ingin menyalurkan perasaan mereka masing-masing.

Dan meski mereka ingin peduli pada sekitar, mereka memilih untuk menutup telinga selain pada decakan lidah mereka. Bahwa satu yang mulai Baekhyun percayai adalah semua akan baik-baik saja jika ia bersama Chanyeol.

ㅡ《•••》ㅡ

"Kau sudah pulang?" Tanya Luhan dengan lembut, senantiasa menanti kedatangan Sehun di depan pintu.

Sehun hanya menatapnya sekilas lalu berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah berat. Ia sangat lelah dan tak ingin terlibat dalam pembicaraan dengan sang istri.

Luhan mengulum senyum. Tak peduli sesakit apapun Sehun mengabaikannya, tak apa jika itu artinya Sehun bisa selalu berada di dekatnya seperti ini.

"Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Mandilah dulu." Luhan berjalan mengikuti di belakang lelaki itu namun Sehun lagi-lagi seakan tak mengganggap kehadirannya. Lelaki itu segera berjalan menuju kamar mandi tanpa suara.

Luhan menghela napasnya, tetapi ia mencoba menguatkan diri bahwa ia tak apa. Ia berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa lalu menyalakan televisi sembari menunggu Sehun selesai membilas tubuh. Tetapi semua hal-hal baik yang coba ia tanam dalam dirinya runtuh ketika melihat kabar berita yang sedang disiarkan.

Wajahnya berubah kaku.

Ia mendesah tak percaya. "Park Chanyeol mengkonfirmasi bahwa dirinya berkencan dengan Penulis Byun.." Gumam Luhan membaca Headline berita.

Tangannya mengepal kuat ketika foto baru Baekhyun mencium sang kakak dipampang di berita. "Hal konyol macam apa ini?"

Luhan mengeraskan rahangnya. Tak pernah lupa ia telah menganggap Baekhyun sebagai musuh abadinya sejak hari pertama. Semua itu tak akan berubah. Kini ia merasa bahwa lelaki itu baru saja mengibarkan bendera perang padanya. Tak cukup dengan hanya merebut Sehun, lelaki itu sekarang berusaha merebut Chanyeol darinya. Benar-benar licik.

"Byun Baekhyun.." Geramnya.

Dan yang lebih menyakitkan, orang yang paling ia sayangi dalam hidupnya telah mengecewakannya untuk pertama kali.

"Hyung.."

.

.

.

.


{ To Be Continued }


Ada yang nungguin? Wkwk Memang ya kalian ini giliran adegan tepok pramuka di ranjang pada semangat bener WKWKWKWK Mulai dari sekarang siapkan hati kalian ya. Yuk bisa yuk wgwgwg /author ngumpet/

Selamat datang readers baru! Moga kalian betah ya sama ff ini. Aku ga maksa kalian review, im fine:') tapi makasih banyak kalau kalian mau nyempatin waktu buat kasih review T.T

Jangan lupa stream EXO-SC, gengs! Harus, kudu, wajib pokoknya. Luv luv