Suara Felle tak lagi terdengar. Tao menatap Kris, yang kini sedang menatapnya. Ia menatap rombongannya, kemudian kembali mengangguk.

"Ayo, terus jalan. Kita harus sampai di utara pada siang hari."ucap Tao.

Setelah ia mengucapkan itu, sinar matahari menyembul dari celah daun. Mulai menemani hari panjang mereka.

.

-The Golden Chrysoberyl-

.

.

Chapter 10

Pegunungan Himalaya, 10 April 2015, 05:13

Kris membelah dedaunan di hadapannya dengan cekatan. Tao menatap peta seraya menyamakan arah mereka dengan kompas. Kawan-kawan yang lain ikut berjalan, dengan senjata di tangan mereka.

Mereka berjalan terus, dengan keyakinan untuk segera sampai. Kejadian yang lalu telah memberi mereka banyak pelajaran, terutama bagi Tao dan Kris yang kini bertanggung jawab sepenuhnya atas kelompok itu.

"Tao."

Tao menoleh, ketika Kris memanggilnya tanpa menengok. Tao menyamakan langkahnya dengan Kris. Kris menengok sedikit, kemudian kembali fokus membuka jalan di depannya.

"Menurut perkiraanmu, siapa saja yang akan sampai di puncak Kangchengjunga dengan selamat?"

Tao terdiam. Kris menatapnya sekilas, kemudian kembali membuka jalan. Kemudian, Tao mencengkram lengan atas Kris dengan lembut. Kris membiarkan Tao melakukannya–menyadari bahwa pertanyaannya membutuhkan jawaban yang rumit.

"Aku tak tahu. Aku tak bisa melihat sejauh itu."ucap Tao.

"Kau percaya kita akan selamat, kan?"tanya Kris.

Tao menatap wajah Kris yang penuh peluh. Kris menengok seraya tersenyum kecil. Wajah Tao bersemu. Tao menunduk malu, berusaha menyembunyikan rona merah pada pipinya.

"Aku percaya."jawab Tao.

"Baguslah."

Mereka terus berjalan. Kris dan Tao berbicara, sesekali menengok ke rombongan–untuk memastikan mereka semua. Perbatasan tundra dan hutan semakin dekat–Kris dan Tao bisa merasakan hawa dingin-sejuk khas tundra. Pepohonan pun menjarang.

"Hey."

Terdengar suara Chanyeol. Kris dan Tao menoleh, ketika Chanyeol dan Baekhyun berpindah ke barisan tepat di belakang mereka–mereka bertukar dengan Suho dan Lay. Chanyeol–dengan wajah kotor karena tanah–menatap Kris dan Tao bergantian.

"Kapan kita sampai?"tanya Chanyeol, to the point.

"Sekitar seminggu. Ada apa?"tanya Kris.

"Aku mendengar suara-suara aneh di belakang. Seperti ada yang mengikuti kita."ucap Baekhyun seraya mencengkram tangan besar Chanyeol.

"Suara-suara?"tanya Tao.

"Semuanya berhenti."

Mereka semua berhenti berjalan. Tao dan Kris berjalan ke belakang rombongan, menghampiri Sehun dan Luhan yang ada di barisan belakang. Kris dan Tao menatap segala arah, dengan senjata yang tersiap.

Kris berjalan dengan pelan, menatap sekeliling dengan waspada. Ia berusaha melacak suara-suara yang dikatakan Chanyeol dan Baekhyun tadi. Ia menatap area-area di sekitarnya dengan tajam. Setelah memastikan tak ada apa-apa, ia pun berbalik.

"Tak ada apa-apa. Ayo, kita jalan lagi."

Kris berjalan menghampiri kawan-kawannya. Tao menatap Kris yang sedang berjalan melewati akar-akar pohon.

SRING!

SREK!

"AAAAAAAAAA!"

"KRIS HYUNG!"

SRING!

"Awas, hyung!"pekik Tao, tiba-tiba–ia baru saja mendapat sebuah penglihatan.

"Ada ap–"

SREK!

"AAAAAAAAA!"

"KRIS HYUNG!"pekik semua anggota rombongan seraya menghampiri Kris.

Tadi, Kris menginjak sekumpulan dedaunan, yang tiba-tiba saja kaki kanannya tertarik ke atas pohon. Tubuhnya pun terbalik, tergantung di pohon.

"A-apa itu?"tanya Lay.

"Ini perangkap!"pekik Suho, kemudian membidik senjatanya.

Mereka mewaspadai sekeliling. Kris berusaha melepaskan diri dari ikatan tali itu. Tao mempersiapkan pisaunya, berusaha menemukan siapa yang jadi biang keladi perangkap tadi.

CKREK!

"Jangan bergerak!"

Mereka semua terdiam, ketika melihat sekelompok orang–sekitar 4 orang–tengah membidik mereka menggunakan senjata-senjata–senapan dan pistol tua. Pakaian mereka sudah compang-camping sana-sini, dengan wajah penuh keputusasaan.

"Siapa kalian!?"pekik mereka.

"Kami hanya pendaki! Kami tidak bermaksud apa-apa!"jawab Kai, dengan nada yang keras.

"Bohong! Kalian pasti adalah pemburu harta!"ucap salah satu dari mereka yang berambut pendek–seorang yeoja, kah?

"Sungguh! Kami hanya pendaki! Harta apa!?"pekik Suho.

"The Golden Chrysoberyl."

Mereka semua menengok ke belakang, ketika menemukan 2 orang lagi yang tampak sedang berjalan dengan santai. Senapan ada di tangan mereka–senapan tua yang berkarat. Mereka berdua adalah namja, dan wajah mereka sangatlah datar.

"Harta terkubur Kangchenjunga. The Golden Chrysoberyl."ucap namja itu, kemudian berjalan menghampiri keempat teman-temannya.

"Harta apa itu?"tanya Luhan.

"Chrysoberyl, batuan emas langka sejenis kristal yang terkubur jauh di dalam gunung-gunung. Bebatuan yang mustahil diambil, mengingat area pembekuan batunya adalah dekat induk magma bumi."jawab Sehun.

"Bravo. Tuh, kalian mengerti soal bebatuan."ucap namja itu, dengan wajah dinginnya.

"Siapa kau?"tanya Kyungsoo.

"Oh, let me introduce my self. My name is Zhoumi."ucap namja berwajah oriental China itu.

"Dan siapa mereka?"tanya Lay, menatap kelima orang di belakangnya.

"Ini sahabat-sahabat lamaku. Henry Lau, Krystal Jung, Amber Liu, Wendy Son, dan Cho Kyuhyun."ucap Zhoumi seraya menatap kawan-kawannya satu persatu.

"Kalian pasti akan memburu The Golden Chrysoberyl!"ucap namja bernama Cho Kyuhyun itu seraya menodongkan senapannya.

"For God sake, kami bahkan tak tahu apapun soal harta itu!"pekik Kris yang masih kerepotan karena tubuhnya tergantung.

"Kami hanya sekelompok peneliti geologi yang ingin mempelajari struktur geologi Gunung Kangchenjunga! Kami tak ada niat apapun untuk mengambil harta gunung ini!"ucap Kai.

Zhoumi menatap mereka dengan tajam–menganalisis apakah mereka berbohong atau tidak. Chanyeol langsung menyembunyikan Baekhyun di balik punggungnya. Kyungsoo mencengkram lengan Kai dengan ketakutan. Sehun menggenggam tangan Luhan dengan erat. Lay mencengkram pundak Suho dengan erat dari belakang. Tao menatap mereka dengan intens.

"Di antara kalian, ada yang bisa melihat, kan?"

Tiba-tiba, Tao membuka suara. Zhoumi dan kawan-kawannya menatap Tao. Tao berjalan dengan berani ke depan, seakan yakin bahwa keenam orang itu takkan menyerangnya. Ia berhenti beberapa langkah dari mereka.

"Kau."

Tao menunjuk namja berpipi seperti mochi, yang tadi bernama Henry Lau. Tao menatapnya dengan kosong. Henry menatap Tao juga, dengan raut wajah yang tiba-tiba menghangat. Tao bisa menangkap kilat-kilat nila yang indah dalam mata Henry.

"Kau bisa melihat, kan? Itulah kenapa kalian bisa selamat hingga sampai perbatasan sini."ucap Tao.

"Ba-bagaimana–"ucap yeoja tomboy bernama Amber Liu, yang kini berdiri di samping Henry.

"Mereka yang bisa melihat, memiliki ikatan batin tersendiri. Aku merasakan getaran hebat saat melihatmu. Aku benar, kan?"tanya Tao.

Henry menghela nafas berat, kemudian berdiri. Senapan sudah ia simpan di balik punggungnya. Mereka semua menatap Tao dengan pancaran takjub.

"Ya. Aku bisa melihat."ucap Henry.

"Kalau begitu, dia pasti tahu bahwa kami tak berbohong soal pendakian ini."ucap Tao.

Zhoumi menatap Henry, yang kini sedang terdiam. Henry membalas tatapan Zhoumi, kemudian mengangguk singkat. Mereka semua pun menurunkan senjata mereka, kemudian menatap rombongan Kris.

"Mereka tidak berbohong."ucap Henry.

Tao tersenyum kecil. Zhoumi menatap Kris, yang kini kesulitan bergerak karena terus tergantung secara terbalik. Zhoumi berjalan ke arah sebuah pohon. Ada tali yang menegang di situ.

"Sebaiknya ada yang membantunya mendarat."ucap Zhoumi.

Sehun dan Kai bersiap di bawah Kris, akan menangkap namja itu. Zhoumi mengeluarkan sebuah pedang dari saku belakangnya, yang kemudian ia ayunkan ke arah tali yang menegang itu.

CRASH

Tali itu pun tertebas.

BRUK!

"Awww!"terdengar erangan Sehun, Kai, dan Kris secara bersamaan.

Tao segera menghampiri Kris, kemudian membantunya. Kris menggeleng-gelengkan kepalanya–merasa pusing sejenak. Zhoumi menatap kawan-kawannya, lantas menghampiri Kris dan kawan-kawan.

"Maaf, karena kami salah mengambil mangsa."ucap Zhoumi.

Tao membantu Kris berdiri. Chanyeol menatap mereka dengan sedikit heran. Zhoumi menangkap arti tatapan Chanyeol, sejurus kemudian tersenyum kecil.

"Kami adalah treasure hunters, pemburu harta. Awalnya kami bersepuluh, tapi kemudian 4 orang di antara kami telah meninggal di tengah perjalanan. Kami berhenti di sini, karena kami tidak berani memasuki tundra yang begitu berbahaya."ucap Zhoumi.

"Berbahaya katamu?"tanya Baekhyun, diangguki mereka.

"Krystal akan menjelaskannya pada kalian."ucap Zhoumi, kemudian mempersilahkan yeoja berambut pirang itu–wajahnya blasteran Amerika-Korea.

"Di tundra, ada sekelompok ghoul yang dipimpin The Horn. Kami sudah pernah melihat ghoul itu. Tak ada pepohonan di tundra, dan kami kesulitan melawan The Horn. Kami akhirnya kembali masuk ke dalam hutan, dan menunggu saat yang tepat untuk melawan ghoul itu. Senjata kami habis dan kami tak punya bekal apapun."jelas Krystal.

"Lalu kenapa kalian memasang perangkap ini?"tanya Kris, yang sudah merasa baikan.

"Kami takut kalau treasure hunters lain akan tiba. Kami akan membunuh para treasure hunters yang tertangkap perangkap kami. Ternyata, kami salah orang."ucap yeoja bertubuh mungil bernama Wendy Son tadi.

"Setidaknya kalian menyadari kalau kalian salah."ucap Suho.

"Bolehkah kami ikut dengan kalian?"

Mereka semua menengok, ketika mendengar ucapan Zhoumi. Zhoumi dan rombongannya menghampiri rombongan Tao, dengan wajah yang sudah lebih bersahabat dari sebelumnya.

"Kalian hanya perlu mengantar kami hingga puncak. Kita bisa selamat bersama. Kita tak bisa turun gunung, kan? Kami membutuhkan bantuan kalian."ucap Zhoumi, memperjelas maksudnya.

Tao menatap Kris yang ada di sampingnya. Kris tengah menatap keenam orang itu dengan pandangan penuh selidik. Dia benar-benar mempertimbangkan kehadiran orang-orang itu jika ikut bersama kelompoknya.

"Seberapa jauh kehadiran The Horn dengan perbatasan hutan?"tanya Kris.

"1 km."jawab Henry.

Kris menatap Tao. Tao menunduk, sedang memperhitungkan jarak itu. Kris berjalan ke depan, kemudian berhadapan dengan Zhoumi yang juga menatapnya tepat ke dalam matanya. Ada keyakinan di mata keduanya.

Keyakinan untuk selamat.

"Kita harus bisa bekerjasama untuk melintas gunung ini. Tak boleh ada keegoisan, dan kami menuntut keinginan juang yang tinggi."ucap Kris, diangguki Zhoumi dengan mantap.

"Kami akan mengusahakannya."ucap Zhoumi.

Kris menyodorkan tangan kanannya. Zhoumi menatap tangan besar itu, kemudian menyambut jabatannya. Kris tersenyum, dengan Zhoumi yang juga tersenyum.

"Baiklah."

.

.

"Welcome to the team."

-XOXO-

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dengan tambahan anggota dari tim Zhoumi. Mereka pun saling berkenalan, berusaha mempererat hubungan.

"Kami sudah terjebak di hutan ini selama 2 minggu. Kangchenjunga memiliki harta yang begitu melegenda, tetapi belum pernah ada satu orang yang berhasil menyentuhnya, hingga hanya dongeng konyol yang tersebar di masyarakat. Harta itu terpendam di dasar induk magma Kangchenjunga, dan kami ingin harta itu. Jenis batu dengan gurat-gurat kristal yang mengandung emas. Perfect."

Zhoumi menjelaskan ketertarikannya pada harta Kangchenjunga. Zhoumi dan Kris berjalan di depan, mendiskusikan banyak hal dan berbagi apa saja tentang Kangchenjunga.

"Ghoul ini, bagaimana kau membunuhnya?"tanya Kris, dikekehi Zhoumi.

"Kami tak punya cukup senjata untuk membunuhnya. 2 orang kawan kami terbunuh olehnya. Kami lari dan turun dari daerah tundra ke perbatasan. Kami menyusun strategi bertahan, dan kami sudah di situ semenjak 3 hari lalu."jelas Zhoumi.

"Senjata apa yang mungkin mengenai atau melukainya?"tanya Kris, membuat Zhoumi menengok ke arahnya.

"Senjatamu. Panah dan senapan jarak jauh."ucap Zhoumi.

Kris mengangguk. Mereka terus berjalan. Kris menatap ke belakang, dimana Tao sedang mengobrol dengan Henry. Kris tersenyum. Dia tak pernah melihat Tao cepat akrab dengan seseorang–kecuali dirinya, tentunya. Hmm, apakah ini efek dari ke-indigo-an mereka?

"Aku tidak pernah melatih kemampuanku. Aku hanya berusaha menjadi lebih peka terhadap sekitar."

Henry dan Tao sedang berbagi tentang kemampuan mereka. Tao menatap namja itu dengan penuh minat. Baru pertama kalinya ia sebegitu ingin berbicara dengan orang lain seperti ini.

"Bagaimana denganmu? Kau melatihnya?"tanya Henry seraya menatap Tao.

"Ya. Setiap malam Jumat aku keluar dan berjalan mengelilingi kompleks rumah. Aku mengamati sekeliling. Sebenarnya, jika kau tak memiliki rasa takut, sekelilingmu itu akan menjadi sangat menakjubkan."ucap Tao, disenyumi Henry.

"Aku sangat takut terhadap mereka. Mereka muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba."ucap Henry, dideliki Tao.

"Aku sudah terbiasa. Aku selalu berjumpa dengan mereka, dan mereka yang menghuni kompleks rumahku sering sekali berkumpul di lapangan dekat sana untuk melakukan banyak hal. Aku tidak bergabung dengan mereka, tidak juga mengabaikan. Kehidupan mereka tampak normal seperti kita. Kau mendengar anak-anak menangis, ibu-ibu yang bergunjing, manusia-manusia yang saling berbagi yeoja untuk kesenangan fana. Aku sering mengamati mereka, dan terkadang aku terdiam ketika tahu bahwa mereka hidup seperti kita."jelas Tao, membuat Henry terpana sekali.

"Kau sungguh pemberani."ucap Henry, dikekehi Tao.

"Tapi, aku juga punya sisi penakut. Semua orang pasti punya."ucap Tao, membuat Henry penasaran.

"Apa itu?"tanya Henry, membuat Tao menunduk malu.

"Aku.. takut dengan kehadiran Malaikat Maut. Hanya Malaikat Maut, satu-satunya penghuni alam gaib yang selalu bisa membuatku lemas dan bertekuk lutut."ucap Tao, membuat Henry terdiam.

"I-itu normal saja."ucap Henry, dengan nada sedikit terbata.

Tao menatap Henry, sejurus kemudian tersenyum kecil. Henry menatap Tao. Memang, kilat-kilat berwarna nila di mata Tao terlihat sangat jelas. Menyadari sedang ditatap, Tao pun menoleh.

"Jangan berpikir begitu. Kau juga hebat. Kau bisa menyelamatkan 5 nyawa di tempat ini, itu sudah sangat hebat."

Henry terdiam, kemudian menunduk. Tao tersenyum, kemudian menatap ke depan. Ia mendapati Kris, yang tengah menatapnya. Tao mendelikkan bahunya, membuat Kris terkekeh.

"Nah, itu dia."

"Everybody stop."

Zhoumi berhenti berjalan, membuat Kris langsung menyuruh mereka semua berhenti berjalan juga. Zhoumi menatap ke depan, kemudian menunjuk beberapa pepohonan dengan senapan tuanya. Bukan. Bukan beberapa pepohonan.

Tetapi apa yang terlihat di antara pepohonan itu.

"Tundra."gumam Kris.

Tao menengok ke belakang, menatap kawan-kawannya plus kawan-kawan barunya. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah pisau dan sebuah pistol, di masing-masing tangannya.

"Kalian semua bersiap! Kita akan melewati tundra! Waspada dengan sekitar!"ucap Tao.

Krystal dan Amber memegang senapan mereka. Baekhyun memegang satu set panahan lengkap dengan anak panah, dan Chanyeol memegang dua pistol di tangannya. Kai dan Kyungsoo siap dengan pistol dan pedang mereka. Suho dan Lay siap dengan pistol mereka, dengan tombak ada di punggung mereka. Jongdae memegang sebuah rifle pemberian Minseok, dan Minseok membawa rocket launcher-nya, dengan tas di punggungnya berisi misil-misil baru. Sehun dan Luhan bersiap dengan pedang dan pistol. Kyuhyun dan Wendy–yang ada di barisan terakhir–siap dengan pedang mereka.

"We are ready."ucap Tao pada Kris.

"Okay! Lets move!"pekik Kris.

Zhoumi siap dengan shotgun-nya, sementara Kris memegang sepasang pedang miliknya. Henry mengeluarkan sebuah samurai dan memegangnya dengan waspada. Mereka berjalan perlahan, menaiki tanah menuju semakin ke atas.

"Tao."

"Felle."gumam Tao.

Tao melihat ke segala arah. Henry mendengar suara yang sama, tetapi ia menyadari bahwa Tao-lah yang dipanggil. Tao menyuruh Kris berhenti, kemudian berjalan menuju ke pepohonan.

"Felle, dimana kau?"tanya Tao.

"Samping kiri tubuhmu."

Tao menengok ke kiri, kemudian mendapati sebuah pohon tua yang menjulang tinggi. Tao menghampiri pohon itu, kemudian mengusap batangnya pelan.

"Felle."gumam Tao, dengan mata berkaca-kaca.

"Aku hanya bisa mengantar kalian sampai sini. Jagalah diri kalian dengan baik di sana."

"Felle, terimakasih banyak. Kami tak tahu harus bilang apa."ucap Tao, dengan nada yang lirih.

"Terimakasih, karena mau menjadi temanku."

"Kita memang teman."gumam Tao, dengan senyum getir.

"Jangkauan tentakel The Horn adalah 100 m. Serang dia di luar radius itu. Aku tahu, kau pasti bisa mengalahkannya. Aku sudah memberitahu Erphy tentang kedatanganmu. Dia akan muncul sendiri jika kalian memang membutuhkan bantuan."

"Felle, kau sudah sangat membantu."ucap Tao, dengan air mata mengalir.

CKREK CKREK

Batang pohon itu bergerak ke arah wajah Tao. Dahan-dahannya menyeka air mata Tao. Tao menatap pohon itu, kemudian menoleh ke arah Kris. Kris menghampiri Tao, kemudian berdiri di sampingnya.

CKREK CKREK

Muncul rongga di pohon itu. Seberkas tubuh yeoja muncul. Felle pun menampakkan dirinya lagi. Tim dari Zhoumi menatap tak percaya pada penampakan itu–mereka pertama kali melihat yang seperti itu!

"Jagalah diri kalian."ucap Felle, dengan wajah yang menenangkan.

"Terimakasih banyak, Felle."ucap Tao, tak bisa berhenti berterimakasih.

Felle menatap Kris, yang kini juga sedang menatapnya balik. Felle memanjangkan tangannya yang berlendir, kemudian menyentuh pipi Kris. Kris menatapnya, begitu pun dengan Felle yang semakin melembutkan iris cokelatnya.

"Jagalah Tao. Untukku."ucap Felle, dengan suara semakin lirih.

Kris menoleh, dan mendapati Tao yang sedang menatapnya. Kris mendapati manik kelam cokelat itu begitu bersinar, dengan keindahannya yang khas. Hell,tanpa diminta pun Kris akan menjaganya. Kris menatap Felle, kemudian mengangguk mantap. Felle menatap Tao, kemudian senyumnya mengembang.

"Ambil ini."

Felle menunjukkan sesuatu dari balik tubuhnya. Sebatang bambu, yang seperti semacam tabung yang tertutup. Tao menatap benda itu, lantas menatap Felle. Felle tersenyum ke arahnya.

"Buka bambu ini saat kau benar-benar butuh. Gunakan dengan bijak. Benda ini hanya bisa digunakan sekali."ucap Felle.

Tao mengangguk. Ia pun membuka tasnya, kemudian memasukkan bambu itu. Tao kembali menatap Felle. Air matanya terus mengalir, tapi ia berusaha untuk menahan isakannya.

"Kuperingatkan, Tao."ucap Felle, kali ini dengan nada serius.

Tao menatap Kris, kemudian menatap Felle. Felle menatapnya dengan tatapan serius dan khawatir. Tao tak bisa mengartikannya, tetapi pasti mengandung suatu makna.

.

.

"Berhati-hatilah dalam menyentuh The Golden Chrysoberyl. Jangan ada nafsu saat menyentuhnya, atau kalian takkan selamat."

To be continued!

Hohoho, mulai ada yang fishy nih! Kira-kira bakal gimana ya nanti setelah dapet additional force dalam timnya? Jangan lupa ditungguin, ya! Review and favourite, please!

HUANG AND WU