Kyoto, Mount Sajikigatake

Markas utama

13.00 PM

.

"Kerja bagus semuanya... Kita bisa menyelesaikannya lebih cepat sekitar 2 jam dari perjanjian," ucap Shikaku kepada seluruh personil di ruangan mereka yang tampak lega dan senang. Minato yang melihat para pesawat Ark mulai kembali bernafas lega karena sebentar lagi dia akan melihat putranya, Inoichi yang awalnya bernafas lega seketika menegang ketika mendengar kabar dari pesawat Ark one.

"Shikaku, Minato, Ibiki... kita mendapat kabar dari Ark One," ucap Inoichi membuat semua yang ada di sana menoleh ke arahnya. "Ada apa?" tanya Shikaku penasaran.

Inoichi menundukkan kepalanya sambil melepas earphone yang ada di telinganya, "Salah satu pemuda dari Ghost Thief, Hyoudo Issei... telah meninggal dunia, ia kehilangan banyak darah karena tusukan seseorang dalam perjalanan kemari."

Semua yang mendengar itu tentu terkejut dan membuat suasana hening, mereka tidak menyangka bahwa salah satu dari empat pahlawan akan gugur dalam perjalanan kemari.

"Bagaimana bisa?" tanya Ibiki ingin tahu kronologi lengkapnya. "Saat mereka berhenti, mereka menemukan seseorang tapi seseorang itu berniat menyerang Naruto yang membuatnya menjadi tameng untuk melindungi Naruto," jawab Inoichi berdasarkan keterangan yang dia dapat.

"Dia... Melindungi Putraku," gumam Minato tidak menyangka teman Naruto rela melindungi putranya dari bahaya. "Lalu orang yang melakukan itu?" tanya Shikaku.

"Dia telah di bunuh... oleh Naruto sendiri..."

"Souka...," gumam Shikaku memejamkan matanya sesaat lalu menghembuskan nafasnya, "Ibiki, beritahukan berita duka ini kepada Kaisar, dan juga keluarga Hyoudo-san... kita harus mengatakan yang sejujurnya kepada mereka, serta panggilkan juga keluarga Hyuuga, Himejima, Toujou, Sitri, Gremory, Quadra, Shidou, Haruno, Istri Minato, Istriku dan Istri Inoichi... Kita harus menyambut mereka."

"Baik," balas Ibiki sambil berlari ke tempat Kaisar Hiruzen untuk memberikan kabar.

Semua yang di sana terdiam karena tidak menyangka bahwa anak dari keluarga Hyoudo harus kehilangan nyawanya, keluarganya sangat berharap putra mereka kembali dalam keadaan selamat dan bisa bersama mereka, tapi sangat di sayangkan putra mereka kembali hanya dengan tubuh tanpa nyawa.

.

Naruto side

.

"Kenapa... Kenapa... Kenapa!" lirih Naruto yang menangis di perut temannya, "Kenapa aku harus kehilangan teman terbaikku lagi?!"

"Kita selalu bersama... Tertawa bersama... Bekerja keras bersama... Melewati apa pun bersama... Kenapa... Kenapa kau harus pergi... Kenapa harus sekarang...," lirih Naruto meremas baju Issei dengan kuat, "kenapa kau melindungiku untuk ku... kau harusnya mementingkan dirimu sendiri... jika kau tidak melindungiku kau tidak akan seperti ini... baka."

Rias yang memeluk kekasihnya yang tak bernyawa terus menangis, padahal setelah bencana ini selesai dia berniat menghabiskan waktu mereka bersama, tapi takdir berkata lain.

Shizuka yang melihat kesedihan Naruto menarik Naruto ke pelukannya dan membiarkan Naruto menangis di pundaknya, lengannya mengelus rambut kuningnya dengan lembut, "Kau tidak perlu menahannya... Lepaskan kesedihanmu Naruto-kun... Lepaskan semuanya," bisik Shizuka.

"Hiks... Hiks... HWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Tangisan Naruto menggema di seluruh pesawat Ark One, para prajurit yang melihat itu juga tak tahan menahan air mata mereka, bahkan sampai ada yang terbawa suasana hingga mematahkan senjatanya sendiri.

"Naruto-kun," gumam Hinata menatap kasihan Naruto yang harus kehilangan teman terdekatnya, bukan hanya ia, tapi Akeno, Kuroka, Arthuria, Irina, Sona, Tsubaki, Gabriel dan Jeanne juga sama seperti Hinata

"Shikamaru," gumam Ino juga memeluk Shikamaru yang akhirnya terjatuh karena tidak tahan lagi.

"Kuso... Andai saja aku tidak mengatakan di mana orang itu berada... Ini tidak akan terjadi," lirih Shikamaru. "Sasuke," panggil Sakura sambil menggenggam tangan kekasihnya.

Sasuke hanya diam sambil menundukkan kepalanya tapi terlihat sebuah liquid terus mengalir di pipinya, "Sasuke...," panggil Itachi mendekati Sasuke yang masih menundukkan kepalanya.

Itachi juga bisa merasakan kesedihan Sasuke saat ini, dia berusaha tegar untuk tidak menangis tapi tetap saja itu mustahil karena apa pun yang telah kau lakukan selama ini bersama teman terdekatmu, tetapi dia harus kehilangan nyawanya akan sangat menusuk hatimu hingga kau akan menangis sekeras mungkin.

"Tidak perlu di tahan, Otouto," ucap Itachi sambil menepuk kepala Sasuke pelan, "kau juga harus melepaskannya."

"Urusai... Nii-san...," lirih Sasuke.

.

Kyoto, Mount Sajikigatake

.

Kembali ke Markas utama, di sebuah ruangan khusus di mana para pemimpin sedang berkumpul mendiskusikan tentang penyambutan kedatangan Naruto dan teman-temannya serta tentang masyarakat yang telah di amankan di sini, kebutuhan mereka dan lain-lainnya.

Tak lama setelah itu Ibiki memasuki ruangan membuat rapat mereka terhenti sesaat, "Maaf karena mengganggu rapat Anda, Kaisar... Saya datang kemari ingin mengatakan sesuatu kepada Anda," ucap Ibiki setelah memberi hormat kepada Kaisar yaitu Hiruzen Sarutobi.

"Tentang apa?" tanya Hiruzen, Ibiki terdiam sesaat sambil mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Kami telah selesai menjalankan misi menjemput tamu kita serta masyarakat terakhir di Prefecture Tokyo, mereka sedang dalam perjalanan kemari sekarang," jawab Ibiki membuat para pemimpin di sana senang dan bernafas lega.

"Tapi..." semua yang tadinya lega terhenti sesaat karena lanjutan Ibiki, "salah satu dari Ghost Thief, bernama Hyoudo Issei... telah meninggal dunia dalam perjalanan kemari karena kehabisan darah, dia terkena serangan dari seseorang yang mereka selamatkan dalam perjalanan kemari."

Semua yang mendengar itu terdiam seketika, suasana yang tadinya lega menjadi duka karena salah satu dari empat pahlawan telah kehilangan nyawanya, Hiruzen yang mendengar itu memejamkan matanya, "Sangat di sayangkan sekali, ya," gumam Hiruzen lalu membuka matanya kembali, "apa kau sudah memberitahu hal ini kepada keluarganya?"

"Belum, saya datang ke sini terlebih dahulu untuk memberitahu kabar ini kepada Anda," jawab Ibiki lalu di balas anggukkan pelan oleh Hiruzen. "Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu, Ibiki... dan aku ingin memberitahu seluruh prajurit JSDF untuk berkumpul, kami juga akan berkumpul untuk memberikan penghormatan untuknya."

"Baik!" jawab Ibiki lalu pergi untuk memberitahu kabar ini kepada keluarga Hyoudo.

.

Setelah beberapa menit perjalanan pesawat Ark One pun sampai di markas, pintu pesawat Ark terbuka dan masyarakat langsung berhamburan keluar, mereka langsung di tuntun oleh beberapa prajurit untuk di data dan akan di berikan kamar untuk di tinggali.

Setelah semua masyarakat di arahkan, pintu kembali tertutup dan pesawat Ark berpindah ke tempat lain, setelah sampai pintu Ark pun terbuka memperlihatkan Kakashi, Itachi serta Shisui berdiri di depan Naruto dan yang lainnya di sertai Issei yang tertutup kain putih dengan di tandu oleh beberapa pasukan, mereka keluar bersama dengan Naruto yang di tuntun oleh Akeno dan Kuroka di sampingnya.

Naruto hanya menundukkan kepalanya karena masih menangisi kematian temannya, Rias juga di tuntun oleh Rossweisse sambil memeluknya, sementara Shikamaru dan yang lain mengikuti dari belakang.

"Hinata!" seru Hiashi berlari ke arah Hinata. "Tou-sama," gumam Hinata juga berlari ke arah ayahnya lalu memeluk ayahnya dengan erat.

"Syukurlah... Syukurlah kau baik-baik saja putriku," lirih Hiashi sambil mengecup kening putrinya. "Ino!" ujar Inoichi berlari ke arah Ino bersama Istrinya.

"Tou-san, Kaa-san!" seru Ino langsung berlari ke arah keluarganya dan memeluknya dengan erat. "Syukurlah... Syukurlah kau baik-baik saja... Aku merindukanmu," ucap Inoichi sambil terus memeluk erat putrinya.

"Aku juga merindukan kalian.

"Shikamaru!" Shikamaru yang mendengar suara ayahnya menoleh dan ia melihat ayahnya datang bersama ibunya yang tampak marah.

"Dasar anak bodoh!" teriak Ibu Shikamaru memukul kepala putranya dengan keras. "Itte, itu sakit Kaa-chan!" seru Shikamaru, namun setelah itu ibu Shikamaru memeluknya dengan erat dan menangis di pundak putranya.

"Syukurlah kau baik-baik saja," lirih Ibu Shikamaru membuatnya terdiam membatu sesaat lalu membalas pelukan ibunya. "tadaima, Kaa-chan," ucap Shikamaru.

"Nee-sama!" Arthuria yang mendengar suara yang dia kenal menoleh dan ia melihat seorang pemuda dengan perempuan kecil berlari ke arahnya di ikuti ayah dan ibunya di belakang.

"Tou-sama, Kaa-sama, Arthur, Le Fay-chan," gumam Arthuria sambil berlari ke arah mereka lalu berpelukan dengan erat. "Sona-tan!" seru perempuan berambut hitam berlari secepat mungkin di ikuti seorang wanita dan pria di belakangnya.

Sona yang melihat itu tersentak, "Ne-Nee-san!" kejut Sona langsung menerima pelukan erat dari kakaknya. "Huwaaa! Yokatta! Syukurlah kau baik-baik saja, Sona-tan!" ujar perempuan tersebut sambil memeluk erat Sona.

"Ne-Nee-san... Sesak."

"Naruto-kun!" Naruto yang mendengar suara ibunya tidak bergeming, Kushina yang sudah dekat langsung memeluknya dengan sangat erat, "syukurlah... Syukurlah kau baik-baik saja... akhirnya aku bisa bertemu denganmu putraku!" lirih Kushina sambil terus memeluk erat putranya. Kuroka dan Akenoyang melihat itu hanya tersenyum tipis, karena akhirnya Kushina bisa bertemu dengan anaknya.

"Kalian juga baik-baik saja kan, Akeno-chan, kuroka-chan, Koneko-chan," ucap Minato yang sudah di samping Kushina sambil melihat keadaan mereka berdua.

"Ha'i, kami baik-baik saja Minato-jiisan," jawab Kuroka sambil tersenyum.

"Sasuke!" seru wanita berambut hitam kebiruan berlari ke arah Sasuke dan memeluknya dengan erat, "syukurlah... Syukurlah kau baik-baik saja." Sasuke yang mendengar itu hanya diam hingga beberapa menit lalu membalas pelukan ibunya.

"Akeno-chan!" seru wanita berambut hitam sambil melambaikan tangannya ke arah Akeno di ikuti pria di sampingnya. "Tou-san, Kaa-san!" seru Akeno sambil melambaikan tangannya.

Setelah dekat mereka langsung memeluk putri mereka dengan erat, "Syukurlah kau baik-baik saja," ucap Baraqiel sambil mengelus rambut putrinya. Tak lama setelah itu keluarga Haruno, Toujou, Quadra, Shidou pun datang dan memeluk anak mereka dengan erat sambil membagi rasa rindu.

"Rias!" Rias yang mendengar suara orang tuanya menoleh secara perlahan, ia pun langsung mendapatkan pelukan erat dari ibu, kakak dan ayahnya.

"Syukurlah... Syukurlah kau baik-baik saja, Rias," ucap Wanita berambut cokelat yang merupakan ibu dari Rias. "Kaa-chan... Kaa-chan... Issei-kun... Dia...," lirih Rias menangis di dalam pelukan ibunya .

"Issei!" seru ayah dan ibu Issei berlari ke arah Naruto dan yang lainnya, para prajurit langsung menurunkan mayat Issei dan memberikan mereka ruang untuk melihat putra mereka.

Begitu sampai di samping mayat anak mereka, Ibunya langsung membuka kain putih yang menutupi wajah anaknya, ia pun semakin menangis karena tidak percaya bahwa putranya benar-benar telah meninggal.

Ibu Issei pun membawa kepala anaknya ke pelukannya dan menangisi kematian putranya. Semua keluarga yang melihat itu tidak percaya bahwa salah satu teman anak-anak mereka akan kehilangan nyawanya.

"Issei-kun," kejut ibu Rias yang melihat kematian pacar putrinya, Rias yang melihat mayat Issei kembali mendekati mayat Issei, Ibu Issei yang melihat pacar anaknya ikut memeluknya dengan erat sambil menangisi kematian orang terkasih mereka.

"Astaga... Issei-kun, dia...," kejut Kushina tidak percaya ketika melihat teman dekat putranya itu meninggal, dia tidak tahu berita mengenai hal ini. Naruto yang sejak tadi diam pun melepaskan pelukan ibunya dengan lembut, ia lalu berbalik ke arah keluarga Issei dan langsung jatuh berlutut di samping keluarga Issei.

"Jii-san... Baa-san... maafkan aku... Ini semua salahku... Issei mengorbankan dirinya karena melindungiku... Jika saja dia tidak melindungiku dia pasti akan baik-baik saja... jika saya tidak mengajaknya mengikuti rencana ini dia pasti akan baik-baik saja, karena itu...," ucap Naruto lalu melakukan dogeza kepada keluarga Issei membuat semua yang di sana semakin terkejut.

"Aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa membawa Issei dalam keadaan hidup! Jika Anda marah kepada saya silahkan saja! jika anda ingin membunuh saya lakukan saja! Saya siap menerimanya! Saya rela membalas kesalahanku ini dengan kematianku! Maka dari itu Jii-san dan Baa-san bebas melakukan apa pun kepada saya untuk melampiaskan kematian Issei, saya akan menerima semua apa yang akan kalian lakukan."

Semua yang mendengar itu semakin terkejut ketika mendengar itu, Kushina yang mendengar itu ingin menghentikan putranya, namun Ayah Issei langsung membangunkan Naruto dari posisi membungkuk ya lalu memeluk Naruto dengan erat.

Naruto yang di peluk oleh Ayah Issei terkejut karena ia berpikir ayah Issei akan membunuhnya untuk membalaskan kematian putranya, namun ia tidak melakukannya. Ia malah memeluknya dengan erat, "Arigato... Arigato karena telah membawa Issei kemari," ucap Ayah Issei.

"Ke-Kenapa... Kenapa kau berterima kasih...karenaku Issei meninggal dunia... Jika bukan karena aku...," lirih Naruto. "Itu bukanlah salahmu... Mungkin inilah takdir yang telah di buat oleh Kami-sama... kami berterima kasih karena kau membawa tubuh putra kami sampai di sini walau ia telah kehilangan nyawanya... Ini lebih baik dari pada kami harus melihat anak kami menjadi monster di luar sana... Kami sangat berterima kasih Naruto," ucap Ayah Issei membuat Naruto kembali menitikkan air matanya.

"Maafkan aku... Maafkan aku... Maafkan aku..."

Arthuria, Jeanne, Gabriel, Kuroka, Akeno, Irina, dan Hinata yang melihat itu menatap sedih Naruto yang menyalahkan dirinya karena kematian temannya.

Obito yang ada di samping Rin mengusap air matanya, melihat ini kembali selalu membuatnya menangis, Itachi yang ada di samping Sasuke mengelus rambut adiknya dengan lembut.

Tak lama setelah itu terdengar suara derap langkah kaki yang sangat banyak di tempat tersebut membuat semua melihat sekitar, dan mereka bisa melihat ratusan pasukan JSDF tengah berbaris rapi di antara mereka.

Semua semakin terkejut ketika melihat Kaisar serta beberapa pemimpin lainnya datang ke arah mereka, Para keluarga serta anak mereka membungkukkan badan mereka memberi hormat kepada Hiruzen.

"Angkat badan kalian," ucap Hiruzen membuat semua yang ada di sana mengangkat badan mereka, setelah itu ia melihat ke arah Issei yang berada di pelukan ibunya lalu mengambil nafas secara perlahan, "Untuk seluruh orang yang ada di sini, mari kita berikan penghormatan yang layak kepada salah satu pahlawan masyarakat yang telah kehilangan nyawanya dalam perjalanan kemari, semua perbuatannya dan jasanya yang telah ia lakukan kepada masyarakat tidak akan dilupakan," lanjut Hiruzen membuat semua memberikan prajurit memberikan penghormatan kepada Issei termasuk para keluarga yang ada di sana.

"semoga jiwanya tenang di alam sana dan berada di sisi Kami-sama."

.

.

Disclaimer :

Naruto Masashi Kisimoto

High School DxD Ichiei Ishibumi

Summary : Dunia Modern, dimana Dunia sudah maju dengan teknologi canggih yang membantu peradaban manusia, namun karena saking canggihnya, para ilmuwan nekat membuat sesuatu yang berbahaya, namun saat melakukan tes terjadi kesalahan besar. Sesuatu yang berbahaya itu menyebar dengan cepat membuat panik orang-orang dan mereka harus melarikan diri untuk bertahan hidup, akankah peradaban manusia musnah sepenuhnya?

This Is The End the World?

Pair :

Naruto x ...

Sasuke x Sakura

Issei ( Dead )

Shikamaru x ...

Genre : Alternative Universe, Adventure, Fantasy, Horror, Tragedy, Mystery, Humor, Sci-Fi, Ecchi, Future.

Rate : M

Warning : Typo, OC, OOC, AU, Multichap, Alur berantakan dan Lain-lain, Smart!Naru.

" Naruto " berbicara

" Naruto " batin

["Naruto."] bicara melalui walkie talkie

["Naruto."] balasan dari Walkie talkie.

.

Chapter 13 : Day 4 Survivor Part 2

.

Azazel Side

.

Beralih ke sisi lain, saat ini Azazel tengah ada di sebuah ruangan dengan ratusan pekerja tengah membuat jutaan peluru dengan bahan material terkuat bernama Vibranium, dari mana mereka mendapatkan bahan itu di dalam situasi seperti ini?

Di seluruh Jepang terdapat toko material yang menjual Vibranium jadi dia meminta semua toko material untuk membawakan material Vibranium itu kemari. Setelah mendengar kemampuan para Zombie, Azazel secepat mungkin menciptakan peluru baru untuk membunuh mereka dengan menggunakan material yang sama dengan pedang yang dia dulu buat, dia membuatnya dengan alat-alat yang sudah di siapkan di markas tersebut untuk menciptakan persenjataan, memang markas yang luar biasa dan siap dengan apa pun karena memang markas ini merupakan markas pengumpulan masyarakat jika terjadi perang.

Setelah pelurunya selesai, dia memberikan salah satu tentara untuk mencoba membunuh Licker dan hasilnya berhasil dengan sempurna, setelah itu dia juga membuatkan peluru ledak dengan konsep yang sama dengan peluru yang dulu dia buat tetapi berbeda material, dan hasilnya juga berhasil.

Setelah itu dia pun meminta Ibiki mencarikan orang-orang yang bekerja di tempatnya yang selamat dan untungnya 70 persen orang yang bekerja di tempatnya selamat dan ia juga meminta bantuan dari pekerja lain yang sering membuat peluru senjata untuk membantu.

Mereka secepat mungkin menciptakan banyak peluru untuk mengatasi bencana ini mulai dari peluru biasa, peluru ledak, peluru tank, pesawat dan lain-lainnya, Azazel yang bekerja paling keras menghentikan pekerjaannya sesaat sambil meregangkan badannya.

"Hah... Lelahnya," gumam Azazel lalu melihat langit-langit ruangannya, "oh ya... Sekarang itu mereka datang ya, apa mereka baik-baik saja," batin Azazel yang belum tahu kabar bahwa salah satu dari Ghost Thief kehilangan nyawanya.

.

.

Kriet!

Kembali ke Naruto, saat ini dia tengah bersama Minato dan Kushina di sebuah kamar untuknya, Kushina menuntun anaknya untuk memasuki kamar tersebut di ikuti Minato yang membawakan tas anaknya yang berisi pakaian anaknya.

"Nah, Naruto-kun... Kita sudah sampai di kamarmu, memang tidak seperti kamar di rumah tapi aku harap kau terbiasa selama di sini," ucap Kushina sambil memasukkan pakaian anaknya ke lemari di samping kasur kecil untuk dua orang. Naruto yang mendudukkan dirinya di sisi kasur hanya menundukkan kepalanya, "Arigato... Tou-chan... Kaa-chan... Bisakah kalian tinggalkan aku sendiri? Aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapa pun."

Kushina yang mendengar itu menatap sedih putranya, saat akan berbicara Minato menahannya sambil menggelengkan kepalanya, "Baiklah... Kami akan meninggalkanmu, Kau sudah melalui perjalanan panjang, jangan paksakan dirimu dan beristirahatlah Naruto," ucap Minato mengajak Kushina keluar dari kamar tersebut.

Setelah mereka keluar, Minato pun berbicara dengan Kushina, "Kushina... Untuk saat ini kita biarkan Naruto sendirian... Ia masih berduka atas kematian temannya, kita biarkan dia menenangkan perasaannya untuk saat ini," ucap Minato selembut mungkin agar Kushina juga paham dengan keadaan Naruto saat ini.

Kushina yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya pelan, melihat itu Minato mengecup kening Istrinya, "Sekarang kau kembalilah ke kamar, aku harus pergi rapat dengan Kaisar mengenai tindakan selanjutnya."

"Baiklah."

.

Shikamaru side

.

Beralih ke sisi Shikamaru, saat ini dia juga di tuntun menuju kamarnya bersama Shikaku, setelah sampai dia langsung mendudukkan dirinya di sisi kasur sambil menghembuskan nafasnya.

"Nah Shikamaru, ini adalah kamarmu untuk saat ini, anggap saja seperti rumah sendiri," ucap Shikaku kepada anaknya sementara Shikamaru hanya mengangguk pelan dengan kepala tertunduk, "sungguh, aku tidak percaya bahwa kau adalah salah satu Ghost Thief Shikamaru... Pantas saja kau selalu mengunci kamarmu agar tidak ada yang masuk," lanjut Shikaku sambil melipat tangannya di dada.

"Um... Maaf karena aku merahasiakan ini darimu, Tou-san," jawab Shikamaru masih dengan kepala tertunduk, Shikaku yang melihat Shikamaru masih berduka atas kematian Issei menghembuskan nafasnya. "Kami semua turut berduka atas kematian Issei, Shikamaru... Aku tahu kau pasti terpukul karena kematiannya... Tapi mungkin memang inilah takdir yang di berikan Kami-sama kepadanya," ucap Shikaku sambil memejamkan matanya.

"Ini salahku...," gumam Shikamaru sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, "jika saja aku tidak memberitahu lokasi orang yang membunuh Issei, dia pasti tidak akan kehilangan nyawanya."

"Kau pasti berpikir bahwa dia adalah masyarakat biasa, tindakanmu tidaklah salah, kau melakukan apa yang benar tetapi kita tidak tahu sifat orang tersebut seperti apa, bisa di bilang ini adalah tidak terduga... Jadi ini bukan salahmu, Shikamaru," ucap Shikamaru, lalu dia teringat juga dengan Naruto yang menyalahkan dirinya karena kematian Issei, "dan juga bukan salah Naruto... mungkin inilah takdir yang telah di berikan oleh Kami-sama padanya... Kematian akan selalu ada dalam situasi seperti ini, atau pun perang... Aku tahu kau terpukul karena kematiannya, tapi bukan hanya kau... Tapi semuanya juga begitu, mereka kehilangan orang tercinta mereka... Tapi mereka merelakan kematian mereka."

"Jadi kau juga harus merelakan kematian temanmu, biarkan dia tenang di alam sana."

Shikamaru yang mendengar itu terdiam, memang benar ini adalah kejadian yang tak terduga, mereka berniat baik tapi Naruto sudah mengetahui bahwa Diodora bukanlah orang baik, sifat manusia memang tidak bisa di tebak, selain itu apa yang ayahnya katakan memang benar.

Kematian pasti akan ada di situasi ini, begitu juga perang, jadi ia harus mencoba merelakan kematian Issei, "... Itu adalah hal sulit," lirih Shikamaru, "tapi aku akan coba."

"Dia pasti memiliki alasan kenapa melindungi Naruto dengan nyawanya, jika kau menjadi Issei apa yang akan kau lakukan Shikamaru?" tanya Shikaku sambil menyandarkan dirinya pada dinding besi di belakangnya. Shikamaru yang mendengar itu terdiam, jika dia menjadi Issei dia pasti juga akan menghentikan Diodora dan mengorbankan nyawanya untuk Naruto.

"Aku... Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama."

"Lalu apa alasanmu?"

Shikamaru yang mendengar itu terdiam kembali sesaat, "Karena dia adalah temanku... Dia adalah temanku yang paling berharga, dan aku tidak akan membiarkannya kehilangan nyawanya," jawab Shikamaru membuat Shikaku tersenyum tipis.

"Itulah alasan kenapa Issei melindungi Naruto," jawab Shikaku, "sama seperti para pasukan JSDF yang menyelamatkannya dan nyawa kalian, mereka menganggap kalian adalah pahlawan yang berharga dan orang penting untuk menyelesaikan bencana ini, jadi jangan sia-siakan perjuangan mereka."

Shikamaru yang mendengar itu menundukkan kepalanya sesaat lalu mengangguk dengan pelan, "Baiklah, sekarang aku harus kembali melanjutkan tugasku, kau sekarang harus beristirahat Shikamaru kau tenang saja di sini."

"Kau memang bertugas sebagai apa Tou-san?" tanya Shikamaru. "Aku bertugas sebagai pembuat rencana pertahanan dan penyerangan setiap pasukan yang menyelamatkan kalian tadi, dan kali ini aku harus membuat rencana pertahanan serta memikirkan cara menyelesaikan bencana ini," ucap Shikaku.

"Kenapa harus ayah?"

"Karena aku mantan anggota JSDF, dan kaisar meminta bantuanku serta ayah Naruto dan Inoichi," jawab Shikaku membuat Shikamaru terkejut, "jaa sampai bertemu lagi nanti, Shikamaru. Sebaiknya kau beristirahatlah," ucap Shikaku pergi meninggalkan Shikamaru.

"A-Ah, tunggu Tou-san," ucap Shikamaru membuat Shikaku menghentikan langkahnya. "Um, ada apa?" tanya Shikaku.

Shikamaru yang ingin mengatakan tentang apa yang dia temukan tidak jadi dia katakan karena memikirkan tentang pertahanan di tempat ini, jika dia memberitahu mereka dan membuat rencana penyerangan tanpa ada pertahanan di sini sama saja seluruh nyawa masyarakat dalam bahaya, jadi lebih baik dia diam dulu hingga pertahanan di tempat ini sudah kondusif.

"Shikamaru?"

"A-Ah, tidak jadi Tou-san... Kau boleh pergi," jawab Shikamaru sambil kembali duduk di kasurnya, Shikaku pun mengangguk lalu pergi ke ruang rapat untuk bertemu dengan kaisar.

.

Ruang Rapat

.

Beralih ke ruang rapat, Hiruzen saat ini tengah berkumpul kembali bersama beberapa pemimpin, Inoichi, Minato dan Shikaku, kecuali Azazel yang belum datang. Tak butuh waktu lama Azazel pun datang dan duduk di samping Minato.

"Maaf atas keterlambatanku, aku harus membersihkan diriku dulu lalu kemari," ucap Azazel meminta maaf dan di balas anggukkan pelan oleh Hiruzen. "Tidak apa... Karena kau sudah datang mari kita mulai rapatnya untuk mengatasi bencana ini," ucap Hiruzen memulai rapat mereka.

"Sebelum itu, maaf jika aku menyela Hiruzen-sama... Bolehkah aku bertanya?" ucap Azazel membuat semua melihat ke arahnya, "ini mengenai para anak muda yang terjebak di Tokyo itu, apa mereka sudah kembali?"

"... Ya... Mereka sudah kembali... Tapi sangat di sayangkan mereka kehilangan salah satu teman mereka yaitu Hyoudo Issei salah satu dari Ghost Thief, jadi mereka saat ini tengah berduka atas kematian teman mereka itu."

"O-Oh... Jadi begitu," gumam Azazel, padahal dia berharap mereka semua kembali dengan selamat, terutama para Ghost Thief, tapi sepertinya harapannya kandas. "Sangat di sayangkan sekali... anak muda sepertinya harus kehilangan nyawanya di usia seperti ini," gumam seorang perempuan berambut maron turut berduka.

"Kau benar sekali, Mei-san... Apa lagi dia adalah salah satu pahlawan yang berarti bagi masyarakat, semua kebaikkannya pasti akan selalu di kenang," gumam pria kecil dengan jenggot di dagunya. "Kheh! Itulah akibatnya karena menolak di selamatkan dan mencoba melewati zombie sebanyak itu, anak munitu terlalu sombong dan ceroboh mengambil keputusan Minato!" ujar A membuat Minato menundukkan kepalanya.

"Jika bukan karena kematian teman mereka, seharusnya mereka sudah di sini untuk membantu kita menyelesaikan bencana ini dengan cepat! Mereka pasti memiliki informasi lebih banyak karena mereka lebih lama di sana!"

"Jaga omonganmu! A! Mereka saat ini tengah berduka! Dan mereka sudah melewati perjalanan jauh untuk kemari! Kau juga tidak punya hak untuk memaksa mereka kemari!" balas wanita berambut kuning memarahi, "kau juga tidak punya hak menyalahkan Naruto-kun! Kematian temannya adalah hal tak terduga, jadi itu bukanlah salah Naruto-kun!" lanjut wanita tersebut menatap tajam A.

"Kau tidak tahu apa-apa, Yasaka! Berdukanya nanti saja! Bukan hanya mereka yang berduka tapi banyak orang juga yang berduka karena bencana ini! Pengorbanan mereka akan di kenang menyelamatkan dunia ini! Saat ini kita harus membuat rencana menyelesaikan bencana ini dengan cepat! Jika tidak banyak masyarakat yang akan menjadi korban!" balas A.

"Kau...," geram wanita rambut kuning bernama Yasaka, "jadi kau lebih mementingkan bencana ini dari pada perasaan mereka yang tengah berduka?! Manusia macam apa kau?! Aku tidak menyangka ada seorang pemimpin yang tidak waras seperti kau?!"

"Jaga mulutmu Yasaka?!"

"Sudah Cukup!" bentak Hiruzen membuat ruang rapat tersebut sunyi, "kita tidak boleh mengambil tindakan terburu-buru, A! Saat ini situasi di luar masih dalam bahaya! Kita harus membuat rencana pertahanan baru karena jumlah Zombie semakin banyak yang menuju kemari! Walau kita punya peluru ciptaan Azazel itu masihlah belum cukup! Persediaan material juga terbatas! Selain itu mereka hanya lah anak-anak muda! Mereka sudah memberitahu kita cara mengatasi masalah ini jadi mereka tidak perlu datang kemari! Walau mereka bisa menggunakan senjata, mereka tetaplah warga biasa! Jadi mereka tidak perlu ikut campur urusan ini."

"Cih!" desis A sambil mengalihkan pandangannya.

"Huft... Maafkan atas perkataan kasarnya pada anak kalian, Minato, Inoichi, Shikaku," ucap Hiruzen sambil menghembuskan nafasnya, Minato, Shikaku dan Inoichi yang mendengar itu hanya mengangguk pelan, "baiklah kita lanjutkan rapat kita... Azazel, persenjataanmu yang di bawa oleh anak-anak itu telah di kumpulkan serta mereka juga memiliki banyak amunisi peluru biasa serta peluru ledak sepertimu tapi bahan material yang belum di perbaharui, apakah perlu di bawa ke tempatmu?" tanya Hiruzen.

"Untuk senjatanya tidak perlu, Hiruzen-sama. Aku akan mengambil pelurunya saja, untuk persenjataannya tolong di amankan saja dan jangan biarkan siapa pun menggunakannya."

"Baiklah," jawab Hiruzen lalu melirik ke arah Ibiki, "Ibiki, bisakah kau menjelaskan situasi di luar dinding?"

"Siap!"

.

Two Days Later...

Senin, 03 Agustus 2056

Kyoto, Mount Sajikigatake

13.00 PM

.

Dua hari berlalu semenjak Naruto dan yang lain serta masyarakat terakhir dari daerah timur Jepang di selamatkan, para pasukan JSDF serta para polisi sudah bersiap menghadapi gelombang Zombie dari Prefecture Mie, Fukui, dan Shiga, namun mereka tidak bisa mendekat karena daerah pegunungan yang membuat mereka sudah naik dan selalu terjatuh, hal itu membuat kesempatan mereka untuk pergi mengatasi daerah Nagoya dengan mengaktifkan dinding pembatas lain untuk menahan lebih banyak Zombie lagi.

Dengan begitu mereka bisa lega sambil menunggu strategi baru lagi serta menambah persenjataan mereka, tapi tentu saja mereka tetap siaga menjaga di atas dinding dan di luar dinding perbatasan Tokyo karena mereka bisa saja mendapat serangan tak terduga.

Selama sehari setelah kematian Issei, Shikamaru dan Sasuke berdiam di kamar mereka dan hanya keluar untuk makan, mereka bahkan jarang berbicara karena masih berduka atas kematian Issei, sementara para perempuan yang lainnya mereka juga berdiam diri di kamar bersama keluarga mereka dan sesekali keluar berkeliling melihat tempat baru mereka.

Sementara Naruto dan Rias, mereka mengurung diri mereka di kamar karena masih tidak rela atas kematian Issei, Zeoticus, Venelana ibu dari Rias dan Sirzech kakak dari Rias mencoba membujuk Rias agar bisa masuk dan membawakannya makanan serta menemaninya, namun Rias tidak mau membukakan pintu untuk mereka, begitu juga dengan Kushina.

Kushina berusaha keras membujuk putranya namun dia tidak merespons sedikit pun atau pun keluar untuk makan bersamanya, jadinya dia membawakan Naruto makan dan meletakkannya di depan kamar.

Saat akan melihat apakah Naruto memakan makanan yang dia bawa, dia cukup senang tapi ada rasa sedih juga karena Naruto tidak mau keluar sedikit pun.

Kemarin, Venelana yang khawatir dengan keadaan putrinya pun mencari bantuan dan ia tak sengaja bertemu dengan Shikamaru dia pun meminta bantuannya serta teman-temannya untuk membujuk Rias. Mereka pun sama-sama menuju kamar Rias dan membujuknya untuk keluar, membutuhkan waktu cukup lama hingga akhirnya Rias keluar dari kamarnya.

Setelah dia keluar, dia kembali menangis di pelukan ibunya, Venelana mencoba menenangkan putrinya dan akhirnya mengajaknya makan karena sudah seharian tidak makan. Setelah itu mereka pun kembali mengunjungi mayat Issei untuk terakhir kalinya tanpa Naruto sebelum di masukkan ke peti, Rias mengucapkan salam perpisahan pada pacarnya tersebut agar bisa tenang di alam sana.

Dan kali ini mereka semua berkumpul di siang hari untuk makan bersama tanpa adanya Naruto, Shikamaru yang tidak pernah melihat Naruto pun melihat teman-temannya berharap mereka pernah mendapat kabar dari Naruto.

"Ne, apa kalian mendapat kabar tentang Naruto? Sudah dua hari aku tidak melihatnya?" tanya Shikamaru melihat teman-temannya secara bergantian. "Kemarin aku dan Kuroka mencoba ke kamarnya, tapi dia tidak mau keluar, walau kami bujuk dia selalu membalas untuk meninggalkannya sendirian," jawab Akeno dan di jawab anggukkan pelan oleh Kuroka.

"Bahkan Kushina-baasan juga tidak bisa membujuknya keluar bahkan untuk makan dia harus di bawakan ke kamarnya dan meletakkannya di depan kamarnya."

"Lalu apakah Naruto memakannya?" tanya Arthuria dan di jawab anggukkan oleh mereka. "Kata Kushina-baasan, piring makanan yang selalu dia bawakan selalu kosong," jawab Kuroka membuat Shikamaru tidak tenang dengan jawaban itu.

Terjadi keheningan di antara mereka hingga akhirnya Irina membuka suaranya, "Perasaanku tidak enak," gumam Irina sambil meremas rok putihnya.

"A-Aku juga," gumam Hinata, "Na-Naruto-kun mengurung dirinya selama dua hari... A-Apa dia baik-baik saja," lanjut Hinata membuat semuanya juga khawatir.

"Tapi, Akeno-chan bilang dia memakan makanannya kan?" tanya Sakura kembali. "Bagaimana jika dia tidak memakannya?" tanya balik Tsubaki membuat semuanya tersentak.

"Itu benar... Naruto-san itu orangnya keras kepala bukan? Dia menyalahkan dirinya atas kematian Issei-san... Bagaimana jika dia menyiksa dirinya sendiri di kamar itu?" ucap Sona membuat semua semakin khawatir.

Tanpa banyak bicara mereka sama-sama pergi ke kamar Naruto untuk memastikan keadaannya, mereka secepat mungkin ke kamar Naruto tak peduli berapa banyak orang yang mereka tabrak.

Setelah sampai pintu kamar itu terkunci, Sasuke, Shikamaru dan Chouji pun langsung menendang pintu besi itu bersama dengan keras hingga terbuka, dan terlihat Naruto yang akan menghunuskan sebuah pisau ke dadanya, Arthuria yang melihat itu secepat mungkin masuk dan langsung menahan tangan Naruto.

"Hentikan Naruto-kun!"

Shikamaru, Chouji dan Sasuke pun juga dengan cepat langsung menahan Naruto agar tidak menghunuskan pisau tersebut ke dadanya. "Apa yang ingin kau lakukan Naruto?!" teriak Shikamaru sambil menahan tangan Naruto bersama Arthuria.

"Lepaskan aku?! Biarkan aku membalas kematian Issei dengan nyawaku?!" balas Naruto sambil berusaha menghunuskan pisau di tangannya. "K-Kuso! Berhentilah melakukan hal bodoh Naruto?!" bentak Sasuke sambil mencekik leher Naruto dengan lengannya namun tetap saja tenaga Naruto benar-benar di luar dugaannya jika dia benar-benar emosi, bahkan Chouji yang berusaha menahan Naruto dengan mengaitkan lengannya di bawah lengan Naruto tidak bisa menghentikannya.

"A-Apa-apaan ini... Tenaganya terlalu kuat," gumam Chouji membuat para perempuan langsung ikut membantu menahan Naruto. "Na-Naruto-kun, hentikan!" ujar Hinata menahan lengan kanan Naruto.

"Naruto-san! Jangan lakukan tindakan bodoh! Mengorbankan nyawanya tidak akan mengembalikan Issei!" ujar Sona yang menahan lengan kiri Naruto bersama Tsubaki, dan Ino. "Aku tidak peduli! Jika bukan karena rencanaku, Issei pasti tidak akan mati! Jika bukan karena melindungiku, Issei tidak akan mati!" ujar Naruto mencoba memberontak.

"Sudah cukup Naruto-kun!" teriak Rias sambil memeluk Naruto dari depan, "kematian Issei bukanlah salahmu! Aku tidak menyalahkan kematian Issei karenamu! Kami juga tidak menyalahkanmu! Issei mati melindungimu karena kau adalah teman terbaiknya! Kau adalah orang yang sangat berarti untuknya!" ucap Rias sambil meremas baju Naruto.

Naruto yang mendengar itu terdiam, tangannya juga berhenti menghunuskan pisau di tangannya, "Karena itu! Jangan sia-siakan kematian Issei! Jika kau mati sama saja kau membuat pengorbanan Issei tidak berarti! Jika kau mati kau juga akan membuat ibumu sedih! Kau juga membuat seluruh pengorbanan prajurit sia-sia! Kau juga akan membuat kami sedih! Selain itu Issei memintamu untuk tetap hidup bukan! Jika begitu tepati permintaannya itu!"

"Karena itu, tetaplah bersama kami Naruto-kun," pinta Rias. "Naruto! Bukan hanya kau yang berduka atas kematian Issei! Kami juga berduka! Tapi kematian akan selalu ada di dalam situasi seperti ini, Issei mati karena hal tak terduga dan dia menyelamatkanmu karena kau adalah temannya yang sangat berharga! Jika aku jadi Issei aku juga akan melakukan hal yang sama!" ujar Shikamaru.

"Jadi jangan membuat pengorbanan Issei sia-sia Naruto! Tetaplah hidup dan tenangkan dirimu! Biarkan Issei tenang di alam sana... Dia pasti juga sedih melihatmu seperti ini karenanya, kau harus merelakan kematiannya Naruto."

"Itu benar! Kau tidak bersalah Naruto-kun! Kau berhasil menyelamatkan dan membawa kami sampai di sini! Begitu juga Issei seperti yang ayahnya katakan! Jadi kau sama sekali tidak gagal Naruto!" ucap Arthuria membuat Naruto tersentak.

Trank!

Pisau itu pun di lepas oleh Naruto membuatnya jatuh ke lantai, Naruto juga jatuh berlutut bersama Rias yang juga menangis di dadanya kembali. Naruto kembali menitikkan air matanya, dirinya masih tidak terima dengan kematian Issei, tapi apa yang bisa dia perbuat, tidak ada sama sekali.

Selama dua hari ini dia selalu memikirkan kejadian itu hingga hampir membuatnya gila dan memutuskan mengakhiri hidupnya, namun teman-temannya datang menyelamatkannya dan menenangkan dirinya, apa lagi semua perkataan mereka benar.

Jika dia bunuh diri itu akan menyakitkan semuanya dan membuat pengorbanan Issei sia-sia, bukan hanya Issei tapi para prajurit yang menyelamatkannya, selain itu Issei memintanya untuk tetap hidup dan menjaga Rias, dia harus merelakan kematian Issei.

"Hiks... Hiks... Hiks..." Naruto menangis di bahu Rias, semua yang melihat Naruto akhirnya tenang bernafas lega, mereka tidak menyangka Naruto akan menyiksa dirinya kembali padahal kematian Issei bukanlah salahnya.

Setelah tenang saat ini Naruto tengah duduk di kasurnya dengan Akeno dan Kuroka yang menyuapinya makan, sudah dua hari dia tidak makan karena memikirkan kematian Issei hingga membuat nafsu makannya hilang, namun sekarang berbeda dia mulai mencoba merelakan kepergian temannya, sama seperti kematian temannya saat masa kecil.

"Apa kau sudah tenang Naruto?" tanya Shikamaru dan di jawab anggukkan pelan oleh Naruto. "Um... Walau aku masih belum rela dengan kematian Issei... tapi... aku akan mencoba merelakan kematiannya," jawab Naruto menghembuskan nafas pelan.

"Maaf merepotkan kalian karena perbuatanku tadi dan membuat kalian khawatir," ucap Naruto meminta maaf. "Tidak apa... Kami tahu kau pasti terbebani karena ini... tapi itu semua bukanlah salahmu... jadi, kau tidak perlu menyalahkan dirimu lagi...," jawab Rias sambil menghapus air matanya.

"Kau harusnya berterima kasih kepada Issei karena telah menyelamatkan nyawamu, bukannya menyia-nyiakannya," omel Sakura sambil memberikan pukulan di kepala Naruto, tetapi dia hanya diam menerima pukulan tersebut, "jika kami datang terlambat, kau pasti sudah mati dan membuat kami kembali berduka baka! Kau juga akan membuat Kushina-baasan menangis, begitu juga Issei yang ada di atas sana."

"Apa kau tidak memikirkan perasaan kami juga! Apa kau mau membuat sahabatmu ini juga depresi, Dobe? Jika iya kau benar-benar sahabat yang kejam! Setidaknya hargai perasaan kami! Kau selalu saja membuat kami khawatir karena kau keras kepala!" ujar Sasuke sambil melipat tangannya di dada.

"Selain itu kematian Issei-san adalah hal tak terduga karena serangan Diodora... Kau juga sudah berusaha membawanya kemari, jadi itu bukanlah salahmu, Naruto-san," ucap Sona mencoba memberikan fakta nyata bahwa bukan dialah yang membuat Issei meninggal. "Semua rencana yang kau buat itu sudah matang terbukti kami semua baik-baik saja, jika saja kita tidak menyelamatkan orang itu Issei-san pasti akan baik-baik saja, kejadian itu memang tidak terduga," timpal Xenovia.

"Tou-san ku juga berkata, Issei melindungimu karena kau adalah temannya yang berharga, kami semua juga akan melakukan hal yang sama jika menjadi Issei, Naruto... Kau adalah teman berharga kami, siapa pun akan melakukan hal yang sama untuk melindungi teman yang berharga atau orang yang mereka cintai, jadi... Jangan sia-siakan pengorbanan mereka," ucap Shikamaru membuat Naruto termenung lalu menghembuskan nafasnya.

"Arigato Minna, karena kematian Issei aku hampir melupakan segalanya, tapi berkat kalian akhirnya aku sadar dan memang harus merelakan kematiannya serta tidak menyia-nyiakan pengorbanannya...," ucap Naruto sambil melihat ke arah Akeno, Kuroka, Rias dan Hinata, "selain itu aku memiliki banyak janji yang harus aku tepati... aku hampir saja membuang janjiku karena kesedihanku sama saja aku adalah lelaki yang tak bertanggung jawab."

"Itu benar! Kau bahkan belum memberikan aku jawaban! Jika kau mati aku juga akan mengikutimu!" ujar Akeno sambil memeluk lengan kanan Naruto. "Aku juga akan mengikutimu jika kau mati Naru-kun! Karena aku akan selalu bersamamu!" ucap Kuroka ikut memeluk lengan Naruto lagi satu.

Akeno yang mendengar itu mendelik ke arah Kuroka, "Hey! Kenapa kau ikut-ikutan! Kau sebaiknya jangan ikut-ikutan Neko-onna!" ujar Akeno menatap tajam Kuroka. "Terserahku Teke-onna! Kau tidak perlu melarangku!" balas Kuroka lalu saling melempar tatapan tajam.

"M-Maa-Maa... Kalian berdua tenanglah," ucap Naruto menenangkan mereka berdua sambil melepaskan pelukan mereka, "aku tidak akan pergi meninggalkan kalian, lagi pula aku memiliki janji terhadap kalian untuk memberikan jawaban bukan?" lanjut Naruto sambil mengelus rambut mereka berdua.

"Tapi aku belum bisa memberikan kalian jawabannya, jadi kalian harus menunggu lebih lama lagi," ucap Naruto sambil tersenyum, mereka yang mendengar itu mengembungkan pipi mereka lalu berpandangan satu sama lain dan mengalihkan pandangan mereka, "maa jangan cemberut begitu, jika begitu kalian jadi tampak lucu," lanjut Naruto sambil menarik pipi mereka sesaat.

Mereka yang mendengar itu merona lalu sama-sama tersenyum menyentuh pipi mereka yang di tarik Naruto tadi.

Naruto pun bangkit lalu mengelus kepala Hinata dan Rias bersamaan, "Aku akan menepati janjiku, hingga kalian menemukan lembaran baru dan kebahagiaan kalian, aku akan menjaga kalian berdua dari apa pun itu, jika kalian dalam bahaya aku akan melindungi kalian, jika ada laki-laki yang mencintai kalian dia harus melaluiku dulu untuk membuktikan apakah mereka pantas untuk kalian," ucap Naruto, "aku tidak peduli jika di bilang terlalu over protektif terhadap kalian padahal aku tidak ada hubungan dengan kalian, tapi demi menepati janjiku pada Kiba dan Issei, aku akan melakukannya."

Hinata yang di elus kepalanya serta mendengar perkataan Naruto memerah wajahnya, jantungnya semakin berdetak kencang ketika menerima perlakuan itu, sementara Rias merona tipis sambil menganggukkan kepalanya pelan, saat Naruto melakukan itu dia merasa seperti Issei ada di dalam diri Issei, dan dia terasa sangat nyaman dengan itu, semua yang melihat Naruto sudah seperti biasa sama-sama tersenyum.

"Naruto-kun... Saatnya makan siang, Kaa-san membawakanmu makanan." Naruto yang mendengar suara ibunya mendekat ke arah pintu dan membukakannya pintu, Kushina yang melihat putranya akhirnya membukakan pintu hingga akhirnya dia bisa melihat putranya yang telah mengurung diri selama dua hari.

"Arigato Kaa-chan, maaf merepotkan Kaa-chan dan membuat Kaa-chan khawatir selama dua hari ini," ucap Naruto sambil tersenyum, Kushina pun masuk ke kamar Naruto dan meletakkan makanannya di kasur anaknya lalu memeluk putranya dengan erat begitu juga sebaliknya.

"Aku merindukanmu, Kaa-chan," ucap Naruto sambil menyembunyikan wajahnya di rambut ibunya. "Kaa-san juga merindukanmu, Naruto-kun," balas Kushina, saat membuka matanya dia cukup terkejut karena teman-teman Naruto ada di dalam kamar putranya, bagaimana cara mereka masuk.

"Kalian... Bagaimana cara kalian masuk?" tanya Kushina menatap teman-teman Naruto satu persatu. "Ah... Maafkan kami, Kushina-baasan. Karena khawatir dengannya kami masuk secara paksa tadi," jawab Chouji sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Souka... Kau lihat, kau juga bahkan membuat mereka khawatir!" omel Kushina sambil menjewer dua telinga Naruto, membuatnya merintih kesakitan. "Y-Ya, aku tahu, maafkan Aku Kaa-chan," ucap Naruto meminta maaf sambil tersenyum.

Kushina yang melihat itu pun melepaskan jewerannya dan menempelkan kedua tangannya di pipi Naruto, "Kau sudah tenang sekarang nak?" tanya Kushina dan di jawab anggukkan oleh Naruto. "Um, karena teman-teman aku sudah tenang sekarang," jawab Naruto membuat Kushina bernafas lega.

"Bagaimana dengan Kaa-chan? Apa Kaa-chan sehat selama di sini?" tanya Naruto dan di balas anggukkan oleh Kushina. "Kaa-san baik-baik saja, selama tidak ada kamu, Kaa-san selalu memikirkan keadaanmu, tapi syukurlah kau baik-baik saja," jawab Kushina sambil mengecup kening anaknya.

"Lalu bagaimana dengan Tou-chan?" tanya Naruto penasaran dengan keadaan ayahnya. "Tou-san mu selama dua hari ini sibuk sekali, dia mengatur banyak pasukan serta mengatur strategi bersama Shikaku-san untuk menahan para zombie di luar sana, dan kali ini semua sudah kondusif, para Zombie tidak bisa mendekat karena daerah kita di dekat pergunungan, serta para zombie juga banyak tertahan di dinding perbatasan kota Nagoya," jawab Kushina.

"Selagi mereka tertahan Markas menggunakan kesempatan itu untuk memperbanyak persenjataan mereka, dan sekarang Tou-san mu masih bersama Kaisar untuk membahas penyerangan para zombie."

"Jadi sudah mau ke tahap penyerangan ya," gumam Naruto sambil sedikit menundukkan kepalanya, "cih, sebenarnya apa yang membuat bencana ini terjadi."

"Sebetulnya bencana ini bukanlah bencana alam," ucap Shikamaru membuat Naruto melihat ke arahnya, "di saat sebelum kematian Issei, dia mengatakan setiap bencana pasti ada titik utamanya, dari sama kami juga sadar tidak ada bencana alam yang bisa membuat ini terjadi, jadi kesimpulan yang tersisa adalah bencana ini di ciptakan orang atau terjadinya kesalahan saat menciptakan sesuatu, dan titik utama lokasi bencana ini terjadi berada di selatan kota Tokyo," lanjut Shikamaru.

"Selatan kota Tokyo?" tanya Naruto dengan ekspresi serius. "Benar juga, kau bilang jika kau menemukan sesuatu yang mengerikan di sana? Apa yang kau temukan Shikamaru? Kau berniat menceritakannya pada kami bukan?" tanya Tsubaki membuat semua menatap serius Shikamaru.

"... Ya, aku menemukan seekor Zombie berukuran besar di sana, bisa di bilang dia adalah zombie pertama yang menyebabkan bencana ini terjadi," jawab Shikamaru membuat semua terkejut, masih ada satu zombie lagi yang tidak mereka ketahui dan hanya Shikamaru yang tahu.

Naruto langsung memegang kerah Shikamaru dan menatap tajam dirinya, "Kenapa kau tidak mengatakannya dari dulu?" tanya Naruto. "Karena waktu itu keadaan markas juga dalam bahaya! Jadi aku diam sampai keadaan kondusif!" jawab Shikamaru, Naruto yang mendengar itu menggeram pelan.

"Aku juga baru dengar bahwa kondisi di luar sudah tenang, jadi aku berniat memberitahukan ini kepada Tou-san."

"Jika begitu aku ikut!" balas Naruto melepaskan kerah Shikamaru lalu menatapnya serius, "aku tidak akan kau pergi sendirian ke sana."

"Tidak hanya kau," balas Sasuke juga akan ikut. "Kami semua juga akan ikut bersama kalian," jawab Arthuria mewakili yang lainnya.

"Kalian tidak perlu ikut, biar kami bertiga saja yang pergi," ucap Naruto mencoba menahan mereka agar tidak ikut. "Jangan khawatir Naruto-kun, kami juga akan membantu kalian, jika kalian bertiga kalian akan kalah suara dari para pemimpin itu, apa lagi mereka tidak mempercayai anak-anak muda seperti kalian, jadi kami akan ikut untuk membantu kalian," jawab Arthuria sambil tersenyum.

Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat memikirkan apa yang di katakan Arthuria lalu menganggukkan kepalanya pelan, "Baiklah," jawab Naruto.

"Naruto-kun," gumam Kushina menatap khawatir putranya. "Jangan khawatir, Kaa-chan. Kami akan kembali, kami harus memberitahu hal ini kepada Kaisar," ucap Naruto sambil tersenyum, Kushina yang mendengar itu mengangguk pelan.

"Baiklah, tapi sebelum itu makanlah dulu, ini sudah jam makan siang," ucap Kushina memberikan makanan yang dia bawakan untuk putranya, Naruto yang melihat itu tersenyum lalu melihat teman-temannya.

"Bolehkah aku meminta waktu sesaat?"

Semua yang mendengar itu tersenyum, "Tentu saja."

.

Sementara di ruang rapat, saat ini Kaisar beserta para. Pemimpin dengan Ibiki, Shikaku, Inoichi, Azazel dan Minato tengah membahas rencana penyerangan, namun rapat tersebut terhenti karena salah satu prajurit datang menengahi rapat.

"Maafkan saya Kaisar mengganggu rapat Anda!" ujar prajurit tersebut. "Ada apa?! Apa kau tidak tahu kami sedang sibuk?!" balas A membentak prajurit itu.

"Tenanglah, A. Ada apa prajurit?" tanya Hiruzen menatap serius prajurit tersebut. "Sekumpulan anak muda mengatakan bahwa mereka memiliki informasi titik utama bencana ini terjadi! Dan mereka bilang menemukan Zombie Utama yang membuat bencana ini terjadi!" balas prajurit tersebut membuat semua terkejut.

"Suruh mereka masuk."

"Ha'k!"

Prajurit itu pun pergi untuk memanggil anak-anak muda yang di ucapkan hingga tak lama setelah itu Naruto dan yang lain memasuki ruangan tersebut membuat semua yang ada di sana terkejut.

"Naruto...," kejut Minato. Naruto yang melihat ayahnya tersenyum, "Yo, Tou-chan," sapa Naruto lalu melihat ke arah Hiruzen lalu membungkukkan badannya memberi hormat kepada Hiruzen.

"Konichiwa, Kaisar... Maaf mengganggu rapat Anda, Kaisar. Kami datang kemari ingin membicarakan sesuatu yang penting kepada Anda dan membantu menyiapkan rencana penyerangan untuk menyelesaikan bencana ini," ucap Naruto mewakili yang lainnya, Yasaka yang melihat Naruto datang dan tampak sopan walau kaku tersenyum, begitu juga beberapa pemimpin lainnya

Hiruzen yang melihat dan mendengar itu ikut tersenyum lalu melihat ke arah Ibiki, "Ibiki... Siapkan kursi untuk mereka, mereka akan ikut rapat ini," pinta Hiruzen dan di balas anggukkan olehnya.

"Baik!"

Setelah itu Ibiki pun mencarikan kursi bersama beberapa pasukan untuk Naruto dan yang lainnya karena mereka akan ikut rapat. Beberapa menit berlalu mereka pun mendapat kursi mereka dan duduk bersama para pemimpin lainnya, Hiruzen pun mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, "Kalau begitu, mari kita mulai rapatnya... Mengenai titik utama bencana ini."

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Note : YO! YO! YO! SAYA KEMBALI LAGI!

Huft, akhirnya kelar juga, bagaimana menurut kalian? Aku harap kalian menyukainya. Ok seperti yang kalian lihat di sini terlihat Naruto sangat depresi karena kematian Issei, bahkan dia berniat bunuh diri, tapi untungnya teman-temannya berhasil menahannya dan menyadarkannya.

Lalu para Zombie mereka terjebak karena daerah Kyoto dan Osaka yang di batasi oleh pegunungan dan juga Zombie dari Tokyo sangat jauh menuju Kyoto karena mereka harus melewati kota Nagoya dan mereka saat ini tertahan karena para prajurit berhasil mengaktifkan dinding perbatasan sebelum Zombie semakin banyak.

Lalu bagaimana kah kelanjutannya? Silahkan di tunggu dalam waktu lama karena Fic ini akan berada di fase istirahat karena melanjutkan fic Lain. Mau bilang saya tidak punya otak? Sorry saja, selama setengah bulan saya sudah mengupdate cerita ini dari Ch 7 hingga 11, jadi masih bisa di bilang tidak punya otak? No problem, dari pada guest yang modal bacot bilang sok buat Fic dan tidak punya otak wkwkwkk, IRI BILANG YA BOS!

Ok itu saja dari Saya, sampai jumpa lagi, Jaa na!

4kagiSetsu Out