Sekaiichi Hatsukoi oleh Nakamura Shungiku

Sticky Notes oleh bellassson

Selamat membaca


Berkas, berkas dan berkas.

Onodera tepar di atas meja dikelilingi tumpukan berkas yang setiap hari makin menggunung. Menutupi tiap inci sela meja kerja. Beberapa lembar kertas digunakan sebagai bantalan. Bagian bawah meja juga penuh tumpukan kertas, komik dan buku referensi. Kantor editor Emerald selalu tak karuan menjelang deadline.

"Apa ini akhir dunia?" keluhnya.

Tangannya bergetar. Tak kuat hanya sekedar memegang pulpen. Perutnya terasa nyeri bercampur keroncongan karena belum makan sejak pagi. Hanya diisi minuman berenergi. Lingkar hitam di bawah kelopak mata makin terlihat jelas setiap hari.

Beberapa minggu ini, rutinitas yang sama. Berangkat pagi, bekerja hingga larut, melanjutkan di rumah tidur setelah tengah malam, paginya berangkat kerja lagi. Onodera sudah tak sanggup.

Samping mejanya, ada Kisa Shouta, juga mengeluhkan hal yang sama.

"OI! KALAU KALIAN PUNYA WAKTU UNTUK MENGELUH GUNAKAN UNTUK MENGGERAKKAN TANGAN!"

Suara Bos Iblis Emerald, Takano Masamune, menggelegar seisi ruangan. Tetap saja tak menunjukkan adanya semangat juang bawahannya yang sudah menjelma menjadi zombie.

"Ba-baik, Takano-san." suara Kisa gemetar. Tangannya terangkat ke atasーseperti dalam adegan film horor dimana manusia yang sudah mati bangkit dari kuburーtanda jiwanya masih disitu.

Onodera juga berusaha bangkit, meski jiwanya setengah melayang. Kepalanya pusing, tubuhnya gemetar juga lapar, tapi pekerjaan tak bisa menunggu.

"Ini! Periksa ulang!"

Takano mengagetkan, dengan naskah yang dengan sengaja ditimpuk ke kepalanya.

"Tolong berhenti mengagetkanku!" Onodera protes.

"Aku tak memaafkan pegawai yang bermalas-malasan."

"Aku tak bermalas-malasan!"

"Ya, ya." Takano tak menggubris, segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

"Ugh! Menyebalkan!" Onodera bersungut setelah bosnya menghilang. Segera mengecek naskah yang sudah dibetulkan oleh Takano. Sebagian besar oke, jadi ia bisa segera menghubungi penulis untuk melanjutkan. Tapi, manik emerald-nya tak lepas dari sticky notes yang ditempelkan di salah satu lembar naskah.

[Hari ini datang ke rumahku. Makan malam bersama. Tidak ada penolakan. Ini perintah atasan!]

Kepalanya sedikit menunduk, menutupi rona merah dengan menyembunyikan diri diantara tumpukan berkas setelah membaca pesan singkat yang dikirim Takano melalui sticky notes.

Sejujurnya ia senang dengan ajakan makan malam dari Takanoーtapi juga sedikit sebal dengan kalimat terakhir. Terlebih seminggu ini mereka menjaga jarak dengan menumpuknya pekerjaan. Ditambah deadline yang membuatnya semakin stres.

Segera ia membalas pesan pada sebuah sticky notes lain dengan kecewa kemudian ditempelkan pada lembar bagian dalam naskah dari penulis lain yang baru selesai dicek.

'Aku tak ingin menolak, tapi kalau sudah berduaan dengan Takano-san aku tak akan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan segera.' Onodera tak mau jatuh ke lubang yang sama berkali-kali. Tiap kali mereka menghabiskan waktu berdua, entah di rumah Takano atau rumahnya, selalu berakhir di atas ranjang.

Bukan apa-apa, tapi hal itu bisa berefek pada pekerjaan. Onodera tak mau karirnya hancur gara-gara bosnya yang sangean.

[Tidak bisa! Masih banyak pekerjaan, dan tolong jangan menyalahgunakan jabatanmu untuk kepentingan pribadi!"]

Jawaban Onodera.

Sebulan setelah resmi berpacaran mereka sering berkomunikasi melalui sticky notes yang ditempelkan pada lembar bagian dalam kertas naskah atau dokumen, supaya tak mencurigakan. (Tapi pernah sekali hampir ketahuan karena Onodera lupa melepas sticky notes saat menyerahkan proposal ke bagian pemasaran, alias kepada Yokozawa. Onodera harus selalu berhati-hati dengan sticky notes itu). Hal ini atas dasar inisiatif dari Onodera.

'Bukankah Anda sendiri yang mengatakan kalau penggunaan ponsel di luar urusan pekerjaan itu dilarang?' jawaban Onodera saat ditanya Takano mengapa tak mengirim email saja.

Takano telah kembali. Onodera bangkit dan menghampiri bosnya sesaat setelah bosnya duduk.

"Takano-san, ini naskah dari Kaitou-sensei."

"Baiklah." Takano menerimanya, kemudian mengecek lembar demi lembar. Saat membuka lembar ketiga, matanya menunjukkan keterkejutan. Tapi setelahnya ekspresi wajahnya kembali normal. Ia memberikan catatan dengan pena merah di bagian yang perlu diperbaiki.

Onodera masih berdiri di samping. Menunggu respon hasil editanーdan sticky notesーdengan gugup. Ia sampai tak berani melihat saat Takano membuka lembar ketiga.

"Apa menurutmu bagian ini perlu?" tanya Takano menunjuk pada bagian bertinta merah.

Onodera memberikan penjelasan mengenai editan yang dia kerjakan. Terjadi adu argumen. Tentu saja berakhir kemenangan Takano. Onodera mengambil kembali naskah dari tangan Takano kemudian kembali ke meja kerja dengan bersungut-sungut. Sempat melupakan sticky notes-nya.

'Menyebalkan! Baiklah akan kubuktikan kalau aku lebih baik darimu!'

Onodera mengecek bagian-bagian yang dilingkari oleh Takano sebelum menelepon penulis yang bersangkutan untuk memperbaiki. Onodera menutup gagang telepon dengan menghela napas panjang.

Lelah.

'Ya ampun aku ingin segera pulang!' Onodera meletakkan kepala di atas mejaーyang berserakan kertas. Bicara mengenai pulang, ia baru ingat mengenai jawaban pesan dari sticky notes tadi. Ia tak sempat membaca karena terlanjur kesal. Onodera mengecek kembali, menemukan kertas kecil berwarna kuning tertempel di salah satu lembar naskah.

[Baiklah, aku ke rumahmu.]

'Dasar keras kepala!' Onodera hampir meremas lembar naskah yang dipegang.

Pria 26 tahun itu bangkit, menuju kamar mandi. Kakinya menuju wastafel, menyalakan air dan membasuhkan ke wajah. Mungkin bisa menenangkan pikirannya yang kacau.

Onodera membasuh beberapa kali, lalu mematutkan diri ke cermin. 'Wah, lihat kantung mata itu. Jelek sekali'

"OI!"

Onodera terkejut. Ia melihat pantulan wajah seseorang dari cermin. Takano Masamune.

"Sudah diputuskan."

"Hah?" Onodera berbalik menghadap Takano. "Apanya?"

"Aku ke rumahmu malam ini." Takano mendekat. Onodera mundur satu langkah.

"Tidak hari ini Takano-san!" Onodera terdesak. Pinggangnya menubruk wastafel. Ia tak bisa kabur sementara Takano semakin mendekat.

"Oh, besok kalau begitu?"

"Besok juga tidak!"

"Kenapa?"

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Sebuah bayangan hitam terpantul dari kaca pintu.

"Bisakah kita tidak membicarakan hal ini dulu? Aku masih banyak pekerjaan, permisi." Onodera mencoba kabur. Sempat menabrak bahu Takano. Dua orang pegawai memasuki ruang toilet, terkejut melihat tatapan Takano yang dingin ke arah mereka. Seolah melakukan kesalahan kepada Takano. Takano keluar dari toilet. Kedua pegawai itu saling memandang seolah bertanya, 'Kenapa dia?'

"Nih!" Takano menyodorkan tumpukan berkas.

"Apa ini?" tanya Onodera.

"Naskah Ichikawa-sensei. Cek dan segera beritahukan kepadaku bagian mana yang menurutmu harus diperbaiki!" Takano berbalik menuju meja kerja, sebelum berkata, "Sekarang juga!"

"Ba-baik!"

Onodera bersungut kesal, 'Apaan sih sikapnya itu, menyebalkan sekali.' ia mulai mengecek satu per satu lembar naskah itu. Sampai dua lembar terakhir, ia menemukan secarik sticky notes, berbunyi.

[Aku merindukanmu.]

Pena di tangan Onodera berhenti. 'Apanya yang merindukan? Padahal setiap hari bertemu!' Meski mengatakan begitu di dalam hati tapi rona di wajahnya tak bisa berbohong.

"Ricchan, kau baik-baik saja? Wajahmu merah." Kisa memandang khawatir. Baru saja kembali dari membeli sekaleng kopi. Onodera segera menyembunyikan penampakan sticky notes.

"Ti-tidak apa-apa kok, ehehehe."

Beruntung, Kisa tak menanyakan apapun setelah itu. Pria berwajah menipu itu melanjutkan pekerjaan.

Onodera mengabaikan sticky notes tadiーbingung juga mau dibalas bagaimanaーmelanjutkan mengecek naskah. Pada lembar terakhir ia kembali menemukan sticky notes lain yang berbunyi.

[Aku mencintaimu.]

Wajah Onodera semerah tomat, lagi. Naskah yang harus diedit menjadi terlupakan.

'Apa aku harus membalasnya?' begitu pikiran Onodera berkali-kali. Onodera tak pernah mengerti apa yang ada dipikiran Takano. Tadi bersikeras untuk makan malam bersama, sekarang tiba-tiba mengatakan hal yang memalukan.

'Apa sih maunya?'

Onodera menghela napas panjang. Ia selesaikan mengecek naskah sebelum memikirkan jawaban untuk Takano.

'Segitu inginnya kah makan malam bersama? Yaampun pekerjaanku banyak sekali! Aku tak yakin bisa selesai malam ini. Kalau aku mengiyakan permintaan Takano-san, pasti akan terjadi hal yang tak diinginkan.'

Wajahnya kembali merona, terlintas di benaknya 'hal yang tidak diinginkan'.

'Tidak! Tidak! Tidak!' Onodera menggelengkan kepala. Sikapnya mendapat tatapan heran dari Kisa. 'Aku tak mau membuang waktuku, aku harus menyelesaikan pekerjaan secepat yang aku bisa.'

Bagi Onodera, karir masih lebih penting dibanding urusan asmara.

'Tapi...'

Onodera meraih sticky notes, menuliskan sesuatu kemudian ditempel pada lembar terakhir naskah yang akan diserahkan kepada bos.

Onodera bangkit, menuju meja kerja Takano. Memberikan penjelasan sepadatnya tentang naskah Ichikawa-sensei. Takano membuka lembar terakhir. Matanya membulat terkejut. Onodera mengalihkan pandangan dengan gugup. Menunggu responnya.

"Baiklah. Aku terima ini." ujar Takano, "lanjutkan pekerjaanmu."

"Ba-baik."

Onodera kembali duduk di meja kerja. Menghela napas lega. Ia tak mendapat semprotan kemarahan dari Takano. Onodera membuka laptop, ada dokumen yang harus dia kerjakan, tapi saat itu juga Onodera merasa seseorang dari kursi pimpinan redaksi sedang menatapnya.

Onodera menoleh. Mendapati Takano tersenyum manisーpenuh maksud. Bibirnya bergerak, membentuk sebuah kata.

'O-KE.'

Onodera memalingkan wajah. Berusaha fokus dengan layar di hadapan. 'Apa maksudnyaーHAH! Apa itu jawaban dari sticky notes-ku?'

Onodera melirik ke Takano. Ia terlihat tersenyum sambil membaca dokumen-dokumen. Mood-nya sedang sangat baik hari itu. Padahal sebelumnya terlihat sangat menyebalkan sehingga siapapun akan berpikir ulang untuk mendekatinya.

Tapi, Takano Masamune yang tersenyum seperti itu, lebih menyeramkan.

"Takano-san sepertinya sedang senang." ujar Kisa.

"Benarkah?" tanya Takano, mencoba kalem. "Yah, aku hanya sedang menantikan akhir pekan ini, saat deadline selesai." ucapan Takano terdengar mencurigakan.

"EH? Ada apa?!" Kisa penasaran, "Apa ada jadwal kencan dengan seseorang?" tanya Kisa menggoda.

"Hm..." Takano memberi jeda, "bisa dibilang begitu."

"EEEEHHHH!"

Kemudian, seisi kantor Emerald menjadi heboh karena Kisa. Pegawai dari editor Shappire yang kebetulan lewat entah sejak kapan ikutan bergosip dengan Kisa. Menanyakan apa yang terjadi dan siapa orang yang akan berkencan dengan Takano.

"OI KALIAN BERISIK! KEMBALI BEKERJA!" Suara Takano menggelegar, karena suasana semakin tak terkendali. Si biang gosip cemberut dan pegawai editor sebelah kembali ke kantor mereka dengan kecewa.

Takano kembali duduk. Tangannya masih memegang seberkas dokumen, tapi ekor matanya tak bisa lepas dari sticky notes yang ia tempel di file khusus dan bibirnya tak henti menyungingkan senyum. Sticky notes yang berbunyi.

[Setelah deadline berakhir, kau boleh mengambil semua waktuku di akhir pekan.]


Terima kasih