Tap... Tap... Tap...
Di sebuah gang di pemukiman kumuh suara langkah kaki terdengar beringingan yang berarti bukan hanya 1 orang saja yang sedang berlari di dalam gang itu dan di belakang mereka ada sesuatu yang terbakar.
"Naruto-kun, kita harus terus berlari untuk sekarang kita harus pergi dan selamat dari kekaisaran ini." Ucap seorang wanita bersurai perak dengan armor senada dengan rambutnya. Wanita itu mengenakan armor breastplate dengan tombak yang selalu ia bawa dengan posisi siaga di genggamannya.
"Apa kau tau arah yang benar, Ross-nee?" ucap Naruto yang ada di belakang wanita itu bersama seorang Demi-human yang selalu bersamanya.
"E-etto..."
Naruto hanya menghela nafasnya saat mendengar apa yang di katakan oleh wanita di depannya saat ini. Dengan pandangan lesu ia melihat ke arah Tenggara.
"Kita akan kesana, aku yakin ada seseorang yang akan membantu kita." Ucapnya dan kemudian berlari kembali.
"Apa kau yakin ada seseorang yang bisa membantu kita?"
Namun suara seorang pria menghentikan langkah pemuda itu dan membuatnya menoleh ke belakang. Disana seorang pria berambut silver yang mengenakan masker pada wajahnya dengan kondisi pria itu sedikit memprihatinkan, luka bakar pada bagian tangan kanannya dan juga sebelah mata yang hilang karena terkena tebasan pedang walaupun begitu pria tersebut tidak pernah mengeluh ataupun mengerang karena rasa sakit yang ia rasakan.
"Aku yakin, sangat yakin malah! Kalau orang yang akan kita temui akan membantu kita. Jadi, kenapa harus menunggu lama disini kalau kita bisa bersembunyi dan beristirahat malam ini." Menghiraukan tanggapan dari semua orang yang ada di sana, Naruto berlari ke arah Tenggara di ikuti yang lainnya di belakang.
.
.
Shiroyukki Present
Naruto : Masashi kishimoto
Highschool DxD : Ichie Ishibumi
.
Summary : Di dunia ini Sihir adalah karunia yang di berikan pada segelintir orang. Naruto adalah salah dari sekian banyak orang tersebut. Petualangan panjang di mulai saat seorang tuan putri datang ke padanya. Kenapa tuan putri datang ke rumahnya?
.
.
.
'Kau memang tidak bisa di tebak, Naruto! Sekarang ku serahkan Gabriel-sama kepadamu!'
Tepat di hadapannya saat ini ada sebuah kapal yang melayang di langit menggunakan sebuah balon udara raksasa. Sebuah penemuan yang sangat hebat dari orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
Namun satu hal yang tidak ia sangka adalah sebuah bayangan sebuah benda yang jatuh dari kapal terbang tersebut. Benda itu mulanya hanyalah sebuah titik hitam namun saat sampai di tanah bayangan itu menjelma menjadi seorang pemuda lengkap dengan peralatan tempurnya.
"KENAPA KAU DISINI NARUTO?" Kakashi dengan kerasnya membentak pemuda di hadapannya. Mau bagaimanapun ia sudah memerintahkan Naruto untuk membawa pergi Gabriel dari sini tapi kenapa pemuda ini datang dan melanggar perintah yang ia berikan? Bagi seorang prajurit sebuah perintah adalah mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat dengan alasan apapun.
"Huufft... Akan sangat merepotkan jika Ross-nee tau kalau suaminya dalam keadaan yang tidak menguntungkan terlebih lagi aku yakin pasukan kekaisaran akan datang sebentar lagi ke sini jadi aku harus membantumu disini."
"Itu benar Honey, kita harus tetap selamat sebagai keluarga kita harus tetap bersama."
Swush...
Setelah suara itu selesai para prajurit di bagian belakang terhempas tak tentu arah dan disana ada seorang wanita bersurai perak dengan armor senada dengan rambutnya. Wanita itu membawa tombak yang memancarkan energi angin yang sangat kentara walau dilihat dengan mata telanjang dan sebuah Breastplate yang mengkilap tertimpa cahaya matahari.
Teriakan dari prajurit yang mengalami sakit terdengar di kota itu dan sekarang masih ada sepuluh ksatria dan juga seorang komandan divisi kedua.
Komandan yang dikatakan jenius dengan kemapuan untuk meniru semha jenis tehnik yang digunakan dan juga kecepatan yang sangat hebat. Namanya adalah Daiki Aomine, komandan muda yang memiliki kecepatan, tehnik, dan juga dalam hal prestasi tidak bisa di remehkan.
"Kakashi-nii, Ross-nee, kalian hadapi Anomine dan kroco itu biar aku yang mengurusnya." Ucap Naruto kala ia menarik pedang miliknya. Sebuah pedang yang memiliki bilah berwarna hitam legam bagai malam tak berbintang, pedang yang sangat indah seakan-akan cahayapun ikut menari karena keindahan pedang tersebut.
"Apa kau yakin? Bisa mengalahkan mereka?"
Naruto mengalihkan pandangannya ke arah wanita berambut perak itu dan menyunggingkan senyum kecil. Pemuda itu menghela nafasnya dan berkata "Mereka tidak ada apa-apanya melainkan segerombolan semut di hadapanku."
Swush... Bruk...
Narutopun melesat ke arah depan saat beberapa meter lagi pemuda itu mengayunkan pedangnya ke arah leher seorang ksatria. Semua itu berlalu dengan cepat saat bongkahan kepala manusia terjatuh dan darah menyembur dari leher membasahi rambut serta wajahnya.
"Saaa... Siapa selanjutnya?"
'I-Ini seperti melawan dewa kematian!' para prajurit hanya diam bagaikan patung melihat Naruto. Mata biru saphire yang kusam tanpa cahaya sedikitpun.
"Kalau tidak ada yang mau maju maka aku yang akan maju." Langkah kaki itu semakin lama semakin cepat walaupun ada tiga puluh empat musuh tersisa itu bukanlah apa-apa baginya karena pengalamannya.
Swush... Slash... Slah... Bras..
"Kau pilir kau bisa melewati kami, pengkhianat!" ucap salah satu ksatria di sana. Namun ucapan itu hanyalah angin lalu saat Naruto melakukan tebasan silang membuat tubuh itu berantakan.
'MONSTER!'
"Semuanya lari jika kalian ingin hidup!" semua prajurit dan juga ksatria berlari menghiraukan kehormatan diri masing-masing. Persetan dengan kehormatan kalau diri kalian tetap hidup.
"Kalian ingin pergi? Tidak semudah itu..." kilatan mata yang tajam selaras dengan lingkaran sihir yang mengeluarkan aura kegelapan yang sangat mencekam berada di hadapannya. "... Drak Magic : Bloody Thorn."
Jelb... Jleb... Jleb... Jleb...
Suara tusukan dan teriakan mengalun dengan indah saat duri-duri bayangan menusuk tubuh para prajurit dari dalam bayangan mereka masing-masing. Umpatan dan juga kata-jata kutukan keluar dari setiap mulut manusia yang ada disana.
"BAJINGAN!"
"SIALAN"
"Kalian terlalu berisik Dark Magic : Body Corruption."
Booom... Sprat... Cprat...
Tubuh tubuh yang terkena duri-duri bayangan mulai menghitam dan juga perut mereka membesar dan meledak membuat semua darah dan seluruh organ dalam berceceran dimana-mana. Otak, usus, lambung, bahkan kotoran berceceran dimana-mana berbalut bau amis darah.
Naruto hanya terdiam melihatnya dan menatap langit sore di atas. Wajah tampannya tertutupi darah yang mengalir dan rambut kuning yang indah bagaikan bunga matahari bercampur warna merah darah.
"Apa yang aku lakukan ini benar, Kaguya-chan?"
...
"Sepertinya lawanku adalah Double Silver ya?" Aomine langsung menarik pedang miliknya. Pedang biasa yang memiliki pegangan berwarna biru.
Sedangkan Kakashi masih bersabar dengan pedang miliknya yang mulai teraliri listrik berwarna biru daripada listrik lebih tepatnya bahwa itu adalah petir dan disebelahnya ada Rosseweis yang sudah siap dengan tombak miliknya.
Swush... Trank... Bwushh...
Kakashi melesat kedepan dan menghantamkan pedang miliknya hingga terdengar suara besi saling beradu. Saat Kakashi mundur kebelakang rosseweis datang dengan tombaknya dan menyapu bagian kaki milik Aomine.
Hop... Trank... Jleb...
Aomine dengan mudahnya melompat dan bersiap menebas tubuh Rosseweis secara vertikal tapi serangan itu terhenti saat pedang kakashi menghentikannya dan dengan cepat Rosseweis melakukan charge hingga berhasil menusuk Aomine pada bagian belikatnya.
"Melawan Double Silver sangat menyusahkan ya? Tapi aku tidak akan kalah! akan ku perlihatkan apa yang sudah aku lakukan selama ini!"
Kakashi dan Rosseweis mulai bersiap dengan posisi yang baru saat melihat Aomine membuka Armor miliknya. Armor, Gaunlet, bahkan leg armor miliknya melepaskan diri dan terlihat rune-rune sihir yang terangkai menjadi satu bagai rantai pengekang berada pada tubuh Aomine.
"Gravity seal : Release" seketika rune-rune itu melepaskan diri dan membuat Aomine tersenyum bahagia. Namun senyuman itu bagaikan senyuman yang menjanjikan penderitaan bagi siapapun yang mengetahuinya.
Swush...
'Bahaya...!' dengan cepat Kakashi menghalangi tebasan pedang yang mengarah pada Rosseweis dan sedikit melenguh menahan pedang tersebut.
'U-Ugh... Jika saja, kuda-kuda ku tidak kuat maka aku akan terpental.' Pikiran Kakashi saat ini masih berkutat dengan berbagai taktik yang harus ia jalankan untuk melawan Aomine.
Tap... Slek... Crash... Crash...
Dengan cepat Aomine langsung memutar pedang miliknya dan menebaskan pedangnya dari bawah ke atas dan melukai mata Kakashi. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan sebuah tebasan melintang melukai dada Aomine. Pertukaran yang tidak adil walaupun terhitung sama-sama terluka namun kakashi kehilangan penglihatannya.
Swush... Hap... Slash... Crut... Crut... Crut...
Tak ingin diam Rosseweis maju kedepan dan melompat serta mengayunkan tombaknya membuat bilah tajam itu mengenai tubuh Aomine dan melakukan Thriple Charge ke depan.
"Hahahaha hanya segitu saja? Kalian tidak bisa melakukan apapun pada tubuhku dengan latihan ekstrem di bawah tanah dengan lahar berkobar kalian tidak akan bisa membunuhku!"
"Kau melupakan sesuatu ya? Dark Magic : Black Joker." Saat Aomine berbalik hal yang ia rasakan adalah rasa sakit dari seluruh tubuhnya. Seakan mati rasa dan aroma amis mulai memasuki indra penciumannya membuatnya tersadar bahwa saat ini ada puluhan jarum bayangan seukuran ibu jari menusuk tubuhnya.
"Kita harus mundur tidak ada waktu lagi." Ketiga orang itu berlari meninggalkan lokasi mengejar Balon udara milik Naruto. Namun naas saat sudah mencapai bagian dek kapal sebuah bola api raksasa menghantam lambung kapal membuat mesin rusak dan api membakar kapal tersebut.
.
.
.
"Jadi begitulah ceritanya, Komandan Aomine sekarat dan skatria pilihannya beserta prajurit musnah tak tersisa di tanganku, belum lagi lagi... " tangannya terangkat ke atas dan membentuk lingkaran Octagram dan mengeluarkan sebuah bola berwarna hitam legam. "... Aku tidak yakin kalau Gabriel bisa bertahan dari siksaan itu."
Saat ini Naruto dan yang lainnya sedang berada di dalam toko milik Klipe. Ya, orang yang dapat menolong Naruto adalah Klipe Pandoline karena apa? Sebelumnya hanya Naruto dan beberapa Elite di pasukan yang merasakan perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir termasuk pria tua ini. Pajak yang harus ia bayar sebelumnya hanya sekitar 10% dari pendapatan bulannan namun sekarang pajak naik menjadj tiga kali lipat dari biasanya dan itu membuat seorang Klipe bersuara kepada Naruto tentang keadaan saat ini dan yah? Ternyata bukan hanha Naruto dan beberapa temannya saja ternyata rakuatlah yang sangat terbebankan.
"Silahkan di minum dulu tehnya, Naruto-sama." Ucap salah seorang di ruangan itu. Seorang Elf cantik yang mengenakan Dress berwarna putih yang senada dengan rambut panjang berwarna kuning yang di ikat gaya Pony-tail.
"Apa kabarmu berserta yang lainnya? Apa Klipe macam-macam pada kalian?" tanya Naruto yang sedang menggoyangkan isi cangkir teh miliknya sebelun menghirup dan menyesap teh itu.
"Te-terima kasih sudah bertanya lada saya, Bos sangat baik pada kami kamj juga mendapatkan gaji lima keping emas perbulan dan juga tempat yang layak untuk kami istirahat. Oh ya, maafkan saya Kakashi-sama dan juga Rosseweis-sama nama saya adalah Clarisse salah satu dari tiga budak yang di selamatkan Naruto-sama." Ucapnya dan hanya melihat Kakashi yang memejamkan mata dan rosseweis yang tersenyum halus.
"ya mau bagaimana lagi, Naruto adalah Naruto."
"Kau benar, Kakashi-kun. Apa kau ingat bocah yang kritis karena Naruto?" Dua orang yang di sebut pasangan terhebat di Kekaisaran itu terus saja berbicara dan membuat Naruto mengeluarkan asap dengan wajah memerah karena cerita-cerita yang bertebaran.
"Oh ya, apa kalian lapar? Soalnya Argiria sedang memasak makan malam bersama dengan Chika." Argiria adalah salah satu dari tiga orang budak yang Naruto beli, seorang Elf dan juga Chika adalah Demi-human dari ras Snow Wolf.
Beberapa saat kemudian Argiria, Chika dan juga Clarisse sudah keluar dari dapur dan menata meja makan malam setelah Naruto dan yang lainnya membersihkan diri mereka.
Makan malam sangat ramai di warnai canda tawa terlebih melihat Setsuna yang dengan lahap memakan daging yang dimasak Argiria. Makan malam terakhir sebelum petualangan di mulai. Terlebih setelah ini mereka harus pergi berjalan dengan kaki mereka sendiri dan seiring berjalannya waktu makan malam terlewati.
Saat ini malam makin larut dengan seorang pemuda yang sedang termenung di meja makan. Di depannya, ada segelas Ale yang sudah ia tenggak sampai habis setengahnya. Pemuda itu hanya bisa terduduk dan terus menerus memegang keningnya.
'Apa yang harus aku lakukan, Kaguya? Apa yang aku lakukan ini benar?' pemuda itu adalah Naruto Uzumaki, pemimpin senior yang sudah pensiun sejak dini. Malam makin larut dan pemuda itu belum kembali ke kamarnya.
Perlahan tangan pemuda itu terangkat ke atas dan kedua manik saphire itu menatap redup punggung tangannya dengan sedih. Air mata mulai mengalir dari kedua maniknya seakan hidupnya baru dimulai kembali dan mengingat apa yang sudah terjadi di masa lalu.
"Ne Senpai, apa aku boleh mengganggumu?" Ia masih mengingat pertemuan pertamanya dengan Kaguya. Hari pertama Kaguya masuk kedalam akademi militer untuk menjadi seorang Jendral wanita pertama di Kekaisaran.
"Pergi sana, aku masih banyak urusan."
"Ne ne selamat atas kenaikanmu menjadi seorang Knight, senpai" Saat itu ia baru saja di angkat menjadi seorang Ksatria/Knight setelah ia berhasil melakukan misi sabotase di Pairie forest.
"Ku harap kau bisa menyusulku."
"Aku tidak ingin menyusul mu karena aku ingin kamu selalu melindungiku, Senpai" masih terasa hangat saat ia mengingat senyuman yang gadis itu keluarkan. Senyuman yang sangat menyenangkan dan selalu membuat Naruto membalas senyuman itu dengan usapan di kepala dan ia selalu berkata "Kau sudah dewasa Kaguya jadi hilangkan sifat mu itu."
Namun mimpi buruk yang selalu berulang tiap malan membuatnya tidak bisa tidur dengan nyaman. Mimpi yang terus terulang kembali bagaikan sebuah infinity loop.
Itu terjadi beberapa bulan setelah ia di angkat menjadi pemimpin senior dan mendapatkan tugas untuk menyabotase tim penyuplay di Great Bridge. Naruto, Kaguya beserta delapan orang anggota timnya mendapati mereka sudah di jebak. Bukan tim supply yang mereka hadang melainkan pasukan bantuan yang berisi lima ribu orang, hujan panah yang sangat banyak bahkan membuat dirinya takut akan kematian namun pengorbanan seseorang membuatnya tetap hidup.
Kaguya, gadis itu mengorbankan dirinya sendiri sebagai perisai untuk melindungi Naruto. Kata-kata terakhir gadis itu bukanlah sebuah erangan kesakitan, tangisan, dan juga bukan kekecewaan apalagi kemarahan namun suatu rasa bahagia yang di keluarkan gadis itu.
"Yokatta... Walaupun aku tidak bisa sejajar denganmu tapi aku akhirnya bisa melindungimu hehehehe." Dan dengan tawa kecilnya itu, seorang gadis berusia enam belas tahun tewas dalam medan perang.
"Saat itu rasa amarah, penyesalan, kekecewaan, dan juga dendam membakar diriku dan karena hal otu juga aku bisa selamat."
Tangan pemuda itu terangkat dan pada bagain punggung tangannya terdapat sebuah Sigil berbentuk kepala banteng yang berlatar pada lingkaran sihir bermotif Oktagram.
"Gabriel adalah orang yang kelak akan membunuhku, kah?"
.
.
.
TuBerCulosis
.
.
.
Author Note's
Yo, apa kabar?
Hari ini aku berhasil mengUpdate Fic milikku. Bagi kalian Reader, Senpai, dan juga semua Silent reader terima kasih jika kalian menantikan fic milik saya.
Kata maaf juga saya sematkan kepada semua reader yang menunggu satu persatu fic milik saya yang tidak terurus. Lagian apa kalian tau kalau saya juga punya kehidupan di Real Life yang harus selalu di jalani?
Ahhh... Satu lagi Terima kasih untuk THE EREASER karena sudah mampir ke sini. Seorang Flamer yang biasanya ngeflame para penulis senior datang ke fic pinggiran milik saya. Saya merasa terhormat.
Akhir kata, terima kasih bagi reader dan para senpai yang sudah meRiview fic milik saya.
Terima kasih, Gabriela Anastasya