Gabin.

Part 1 – A choice

Byun Baekhyun

)~(

Park Chanyeol


Baekhyun yang terlebih dulu mengatakan jika mereka perlu bertemu dan berbicara langsung. Namun setelah hampir 30 menit pertemuan mereka di kafe yang terdengar hanya keheningan.

Chanyeol yang tidak tahu apa yang ingin di bicarakan hanya menunggu, menanti apa yang ingin dikatakan wanita itu. Namun Baekhyun hanya termenung menatap latte yang ia aduk entah untuk keberapa kali.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Chanyeol mulai bertanya. Menjadi satu-satunya yang memulai pembicaraan sedang ia sedari tadi merasa aneh dengan suasana di antara mereka.

"Tentang pernikahan yang kau tanyakan," Baekhyun menggantung perkataannya, ia kembali termenung, kini bukan menatap latte-nya tapi menatap Ayah dari Bayinya.

"Kau sudah memikirkannya?" Bukannya terlalu berpikir berlebihan, pembicaraan tentang pernikahan ia yang memulainya. Ia yang lebih dulu menanyakan pendapat Baekhyun tentang pernikahan. Tapi hal itu juga yang kini membuat sesuatu dalam dirinya berdebar tidak karauan. Apa itu satu bentuk kegugupan?

Saat itu entah apa yang mempengaruhinya hingga dengan percaya diri menanyakan pendapat Baekhyun tentang pernikahan.

Pertemuan random di sebuah klub dan berakhirnya pada insiden one night stand. Sedari awal semua yang terjadi pada mereka adalah kecelakaan. Kebetulan.

"Aku rasa aku tidak tertarik." Baekhyun mengatakan hal itu kelewat santai. Cara bicaranya dan tatapan yang menatap tajam Chanyeol sedikit mengganggu pria itu.

"Tidak tertarik?" baritonnya terdengar kesal.

"Pernikahan. Dirimu. Aku rasa aku tidak begitu tertarik." Sangat jelas. Bahkan setiap kata yang terucap terasa seperti berdengung di telinganya.

Baekhyun masih menetapkan atensi padanya. Sorotan mata itu. Memang selalu seperti itu. Sangat datar. Tak terlihat perasaan apapun disana.

"Aku sedikit menyesal mendatangimu malam itu, seharusnya aku tidak panik dan mengatasi masalahku sendiri." Dia terkekeh. Sedang lawan bicaranya mendengus kasar.

"Kau mengandung anakku." Intonasinya berubah. Terdengar amarah disana. Dan Baekhyun hanya menarik senyum tipis.

"Kita bahkan belum memastikannya," ujar Baekhyun. Ia menyesap lattenya dan kembali menatap Chanyeol.

"One night stand, terakhir kali aku memang melakukannya denganmu. Tapi, seperti yang kau tahu, aku juga pernah melakukannya sebelum bersamamu." Jelasnya. Dan hal itu semakin membuat amarah Chanyeol meledak.

"Ya, tentu saja. Aku ingat malam itu bukan aku yang menghancurkan keperawananmu." Baekhyun terkekeh mendengar penuturan Chanyeol, dan kembali menyesap lattenya.

"Senang mendengar kau masih mengingatnya." Dan keadaan kembali sunyi di antara mereka.

Chanyeol tengah menenangkan pikirannya. Terdiam. Semua hal tentang wanita itu selalu membuatnya bertanya-tanya. Isi kepala Baekhyun dengan semua tatapan datar yang selalu dia berikan. Selalu membuat Chanyeol ingin mengetahui lebih banyak.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?" Chanyeol kembali bersuara. Baritonnya terdengar lebih tenang.

Baekhyun kembali mengalihkan netra sipitnya pada Chanyeol, tidak mengerti maksud pertanyaan pria itu.

"Ada apa denganmu?"

"Apa?"

"Seingatku kau mengatakan padaku saat itu kau baru di tahun pertama kuliah."

"Apa maksudmu?"

"Yang melakukannya sebelumku. Dan itu adalah tahun lalu. Apa yang ingin kau lakukan sebenarnya?"

Baekhyun diam. Tapi ia tidak mengalihkan netranya kemana pun. Manik hitam itu tepat menatap satu orang di hadapannya.

"Apa yang sedang kau lakukan, Byun Baekhyun?" Tegas. Bariton itu menuntut satu jawaban pasti. Wanita itu jelas hanya beralasan.

Dia jelas ingin menghindarinya. Salah. Ada sesuatu yang salah. Pikir Chanyeol.

"Apa aku melakukan kesalahan?" Chanyeol menatapnya penuh permohonan. Penjelasan.

"Aku hanya tidak tertarik. Pernikahan. Tanggung jawab." Ia memejamkan matanya. Tangannya ia bawa mengelus perut buncitnya. 21 minggu.

"Aku hanya merasa, pilihanku mendatangimu malam itu adalah suatu kesalahan. Menerima pertanggung jawaban yang kau tawarkan dan segalanya."

"Kau akan tetap seperti ini?" Chanyeol kembali bertanya. Baekhyun memilih meminum lattenya yang sudah dingin.

"Apa ini hanya tentang dirimu? Egomu?! Lalu bagaimana dengan bayi di dalam perutmu? Apa kau benar-benar mencoba mengabaikannya?!" Bariton itu terdengar bergetar. Menahan amarah.

"Bukankah ini terdengar mudah untukmu? Aku. Orang asing yang kebetulan bersamamu selama satu malam, lalu mendatangimu di minggu kelima setelah pertemuan terakhir kita. Memilih untuk melepaskanmu dari rasa tanggung jawab yang tak berdasar ini."

"Persetan dengan pikiran dangkalmu!" Baritonnya pecah. Menjadi teriakan lantang yang membuat semua pengunjung kafe menatap mereka.

Baekhyun mencoba tenang. Menatap kedua manik bulat itu dengan mantap. Seolah memberi tahu pria itu jika pilihannya adalah benar dan tepat.

"Selamat Byun Baekhyun. Kau sudah terlepas dariku." Chanyeol beranjak. Amarah itu membakar seluruh tubuhnya. Meninggalkan Baekhyun yang menatapnya perlahan menjauh.

"Oke. Kini hanya tinggal kita berdua. Aku akan menjadi satu-satunya yang mencintaimu." Ujar Baekhyun dengan tangan yang mengelus perut buncitnya.

Beberapa detik terdiam. Lalu beranjak dan berjalan keluar sebelum meneguk habis isi latte-nya.

Menjauh. Dari segalanya.