"Kau tahu Naruto? Sara sepertinya menyukai Gaara. Hehe, bukan maksud apa-apa, tapi sepertinya mereka itu tidak cocok. Hanya pendapatku sih."

"Ya ya ya, dan jika Gaara yang jadi kekasihmu kau akan bilang kalau kalian itu seratus persen cocok. Hah..."

"Itumah sudah pasti! Hehe."

Perasaanku ini mudah di tebak jika ada orang ketiga di sini yang melihat wajahku saat melihat orang yang di depanku ini tersenyum.

Hal ini sudah sering di jadikan tema berbagai macam film percintaan, tentang sahabat yang menyukai sahabatnya.

Kupikir para penulis novel yang memakai tema seperti ini bercanda saat mereka bilang kalau kisah mereka terinspirasi dari kisah nyata.

Tapi seperti yang kalian lihat, kisah cintaku adalah kisah seperti itu. Ini bukan hal menyenangkan kau tahu.

Sahabatku bernama Sakura, kalau bulan di ibaratkan dengan kecantikannya kurasa bulan tidak akan keberatan karena memang. Kecantikan Sakura bagai bulan purnama yang indah untuk di pandang.

Bintang sepertinya juga tidak keberatan jika disamakan keindahannya dengan Sakura.

Meskipun aku belum mengkonfirmasi hal itu pada mereka.

Perjalanan di sore hari ini pun entah kenapa terasa ada aura menyedihkan saat ku pandang langit sorenya.

Setiap hari hal ini sebenarnya selalu terjadi. Sakura menceritakan kedekatannya dengan Gaara lalu aku dengan senyuman palsuku menanggapi dan mendukung kedekatan mereka.

Meskipun hari ini memang ada sesuatu yang membebaniku. Hari ini adalah hari terakhir aku dan dia pulang sekolah bersama, jangan berpikir aku ingin meninggalkannya karena sakit hati pada Sakura.

Jika aku bisa terus bersama Sakura aku akan terus bersamanya, sayangnya hal itu tidak bisa.

Hari Senin depan adalah hari aku pindah keluar kota.

Alasan aku pindah itu karena orang tuaku menginginkannya, aku tidak ada kemauan untuk meminta mereka tidak jadi pindah hanya karena tidak ingin berpisah dengan Sakura. Itu terlalu berlebihan dan aku tidak akan melakukannya, entah kenapa terasa menggelikan.

Tepat di pertigaan saat kami akan berpisah menuju arah rumah masing-masing. Aku akan bilang padanya.

"Sampai jumpa Senin depan Naruto."

Dan kamipun sekarang sudah berada di pertigaan itu.

"Sakura, aku ingin bilang padamu."

Senyuman manis yang dia perlihatkan sebelumnya saat mengucapkan sampai jumpa padaku memudar dari wajahnya.

Sakura menatap padaku bingung. Aku yang di pandangi dia seperti itupun tidak bisa menatap matanya langsung dan mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

Aku gugup tentu saja.

"Kau ingin bilang apa?"

Nada suara yang manis dari Sakura membuatku menatap kembali padanya. Senyuman kembali ada di wajahnya saat ku alihkan mataku.

"Pertama, aku dan keluargaku akan pindah keluar kota Senin depan."

Meskipun sedikit aku masih bisa melihat raut terkejut di wajah Sakura.

"Kenapa? Kau mau meninggalkanku?"

Hah.. Aku benci dengan suasana sedih ini.

"Yang kedua, aku dari dulu menyukaimu Sakura."

Yang terjadi selanjutnya raut terkejut kembali kudapati dari wajahnya.

Sakura menunduk, entah apa yang dia pikirkan.

Aku mengungkapkan perasaanku hanya agar aku tidak terbebani nanti saat aku berpisah dengannya. Aku takut menyesal nanti.

Tapi sepertinya penyesalan tetap aku dapatkan sekarang.

Sakura tanpa mengucapkan apapun lagi berjalan pergi menuju arah rumahnya.

Aku hanya memandang sedih dari kejauhan lalu aku berjalan pulang sambil menatap langit sore yang redup. Terasa menenangkan memandangnya.

--

Beberapa bulan kemudian aku sudah tidak tahu lagi kabar darinya.

Sekarang dari kamarku, aku sekali lagi menatap langit sore yang redup.