Wanna See! Wanna Know! Eh?

Naruto © Masashi Kishimoto

.

Omake

Kriiing!

Bunyi jam weker membangunkan Sakura yang tertidur tidak terlalu pulas di atas meja. Tangannya memerah dan sedikit pegal karena ditimpa oleh kepalanya. Ia mengucek-ucek mata dan membasuh wajah di wastafel. Selimut di punggungnya juga telah dilipat dan diletakkan di meja tempat mereka makan malam tadi.

Naruto dan Sasuke masih terlelap. Ia mendekati Naruto terlebih dahulu, mengguncang pelan tubuhnya sampai tersadar, lalu melanjutkannya pada Sasuke. Layaknya seorang Ibu, Sakura langsung menyuruh mereka berdua untuk membasuh wajah di wastafel secara bergantian.

Langit belum terang. Membuat Naruto dan Sasuke malas untuk bergerak. Habis membasuh wajah, mereka duduk lagi untuk mengumpulkan nyawa.

"Ohayou!" Kakashi muncul dari pintu kamarnya dengan tampilan menakjubkan; Hanya berbalut handuk putih mulai pinggang sampai paha (hampir menyentuh lutut), rambut tajam yang telah terjatuh lemas karena basah, bulir-bulir air masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya yang terekspos, dan pastinya—

"SE-SENSEEEIII!"

—tanpa masker.

Hanya Naruto yang berteriak, namun ketiganya terjatuh hingga jiwanya melayang. Masih untung Sakura tidak mimisan. Tapi jika jiwa Naruto dan Sasuke pun minggat, tidak tahu lagi reaksi apa sebenarnya yang mereka berikan barusan.

Terlalu syok? Terlalu kagum? Merasa kalah telak? Entahlah.

Kalau soal ini, Kakashi benar-benar tidak memahaminya. Apa ada yang salah dari dirinya yang sekadar menyapa sehabis mandi? —YA SALAH LAH, SENSEI. PIKIRKAN SAJA SENDIRI KESALAHANNYA APA! GRRR—! ASDFGHJKL!

"PAKAI DULU BAJUMU SANA!" teriak Sasuke, yang jiwanya kembali pertama kali, sangat geram. Mau sampai kapan Sakura terserang pesona Kakashi? Sasuke jadi berpikir bahwa misi ini merupakan suatu kesalahan besar! —Cie, cemburu.

Kakashi memiringkan kepala. "Eh?" Di tengah kebingungan, ia bersiap mengambil selimut-selimut yang membalut mereka. Mendengar suara Sakura yang membangunkan Naruto dan Sasuke setelah bunyi jam weker tadi, membuatnya keluar sebentar mumpung baru selesai mandi. Kapan lagi bisa menyapa tiga Homo sapiens yang ingin sekali diangkatnya menjadi anak itu? "Ah, un," Menanggapi perintah aneh Sasuke, ia berjalan menuju mereka, hendak memungut selimut-selimut yang mereka pakai.

Wuzzz!

Naruto adalah orang ke dua yang jiwanya telah kembali. Cepat-cepat ia melipat dua selimut yang dipakainya dan Sasuke, serta menumpuknya dengan selimut Sakura. Bergerak secepat cahaya dan menyerahkannya pada Kakashi. "KORE! KORE!" Wajahnya sungguh dongkol, mendorong-dorong selimut itu ke perut Kakashi; menyuruhnya untuk segera masuk ke kamar dan berpakaian sebelum jiwa Sakura kembali. "JANGAN KEMBALI SAMPAI AURATMU TERTUTUP—KECUALI WAJAH!" tekannya, berapi-api penuh emosi.

Menurut saja, Kakashi langsung masuk ke kamar. Bertepatan dengan jiwa Sakura yang telah kembali.

Sasuke buru-buru menarik tangan Sakura. "Ayo, pergi dari sini!" Kepalanya berasap, sudah mencapai puncak emosi. 'Service' Kakashi sungguh tidak baik untuk mata dan batin Sakura. "Tidak perlu pamit padanya!"

"T-Tunggu, Sasuke-kun! Kalian tidak mau berfoto?"

Sasuke berhenti. Naruto juga terlonjak. Hening dua detik. Mereka menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan Sakura. 'MAU!' batin mereka serentak dengan nafsu melewati batas. Kalau ada dokumentasi bisa jadi barang bukti bahwa misi rahasia mereka berhasil dilewati, walau itu akan jadi rahasia mereka bertiga saja.

Dasar, kalian berdua.

Cklek!

"Yo!"

Naruto dan Sasuke menoleh ke arah suara. "BERHENTI SOK AKRAB!" teriak mereka lagi, mulai mengklasifikasikan diri sebagai tsukkomi, secara tidak sengaja.

"Doushita, Naruto, Sasuke? Kenapa marah-marah lagi?"

MENURUTMU, SENSEI?

Sakura ingin sekali menonjok mereka berdua—bertiga sampai sekarat. Kakashi yang sok polos (padahal memang benar), Naruto dan Sasuke yang terlalu protektif... Tapi kali ini ia tahan, karena hal itu membuatnya kembali pada masa-masa dulu saat mereka masih bocah Genin yang lemah dan tidak tahu banyak hal. "Maa, maa..." Ia berusaha melerai. "Sensei, kau punya kamera? Ayo kita berfoto!" ajaknya riang.

"Oh, ada, ada." Kakashi bergerak menuju laci di samping televisi dan mengambil kamera polaroid kunonya. "Mau pakai timer atau bagaimana?"

"Coba dua-duanya saja!" Sakura bersemangat kalau soal ini.

Naruto dan Sasuke hanya menunggu dengan wajah jelek. 'Kenapa Sakura ceria sekali sejak melihat wajah asli Kakashi?', mungkin pikir mereka.

Pertama, kamera diletakkan di atas meja tempat mereka makan untuk foto dengan timer. Selanjutnya, Sakura memegang kamera dari depan dan mengambil gambar mereka secara selfie. Karena hasil jepretan itu adalah rahasia, mereka tidak ingin menggandakannya di luar sana. Maka, pengambilan gambar pun diambil dua kali untuk masing-masing dua pose yang sama.

Hm, untuk Sakura dan Sasuke cukup satu bagi dua karena mereka serumah, haha.

Sebelum pamit, Sakura bertanya satu hal lagi. "Sensei, bukankah Sai dan Yamato-taichou juga bagian dari Tim 7?"

Kakashi langsung menyambar. "Ya, tapi mereka sudah lihat sebelumnya." jawabnya, tersenyum cerah, inosen, dan semua ekspresi tak berdosa lainnya.

Naruto, Sakura, dan Sasuke menoleh cepat. Misi kali ini mengharuskan mereka siap dengan amarah dan kejutan-kejutan batin.

"ZU-ZURUUUIII (—TTEBAYO)!"

Mewek mereka, merasa tidak diberlakukan secara adil oleh dunia ini.

Misi buatan ini memang tidak berjalan dengan pertempuran fisik. Tapi, mereka belajar mengatur kerja jantung dan tingkat emosi mereka kali ini.

[ditutup dengan mellow flute dari Naruto Main Theme]