Disclaimer
NARUTO: Kishimoto masashi
RWBY: Mounty Oum/ Rooster Teech
WARNING
OOC, Typo, kata-kata yang kasar, DLL
START STORY
Naruto menyeringai melihat hasil kerjanya pada layar komputer. Itu adalah proyeknya yang sudah ia kerjakan selama beberapa bulan ini, sebuah naskah buku terbarunya yang akan ia kirim ke editor untuk dicek sebelum diterbitkan. Sejujurnya, buku itu ia buat berdasarkan kisah hidupnya sendiri dengan beberapa pengubahan. Namun, tak disangka hasilnya sangat bagus dan laku keras di pasaran, bahkan sebuah perusahaan industri film ternama telah menawarkan kontrak kerja sama untuk membuat buku pertamanya menjadi sebuah film. Tidak sia-sia ia dipaksa melakukan 'penelitian' dengan Jiraiya dalam perjalanan 3 tahunnya.
"Ahh~ akhirnya selesai juga." Ucap Naruto sambil merentangkan kedua tangannya selebar mungkin, ia kemudian mengubah posisi duduknya menjadi lebih santai dan tangannya dijadikan sandaran.
Sekarang Naruto merasa sangat bosan. Ia sendirian saja di rumah dan tak ada yang bisa dikerjakan. ibunya saat ini sedang ada urusan yang mesti di selesaikan sebagai wakil kepala sekolah, jadi sekarang tak ada orang dirumah-Nya.
Naruto kemudian menjulurkan tangannya ke depan, seketika banyak partikel cahaya yang berkumpul di tangannya, sebelum akhirnya menghilang dan memunculkan sebuah Pistol berjenis Desert Eagle berwarna hitam. Ini adalah kemampuan yang diberikan oleh pria bertanduk misterius saat ia melakukan perjanjian untuk datang ke Remnant, suatu kemampuan yang disebut Semblance.
Ia ingat saat bertemu dengan pria itu dan Rikudou Sannin setelah kematiannya, Naruto pikir dirinya akan pergi menuju akhirat. Namun, ia malah bertemu dengan mereka dan ditawari suatu kesepakatan, yaitu untuk menumpas eksistensi yang sangat mengancam di dunia ini, yang jika dibiarkan akan berimbas buruk pada Remnant dan Elemental Nation. Akhirnya, dengan beberapa syarat, Naruto menerima kesepakatan itu.
Namun, ada suatu fakta yang membuatnya terkejut. Fakta kalau sebenarnya Kaguya awalnya berasal dari dunia bernama Remnant ini dan merupakan saudari dari eksistensi yang mesti ia hadapi, tapi karena suatu alasan, Kaguya dibuang oleh saudarinya sendiri hingga akhirnya berakhir di Elemental Nation.
Tapi sepertinya bukan hanya itu saja yang mesti dia urus. Ada juga masalah berupa organisasi bernama White Fang, sebuah kelompok yang mengingatkan dirinya dengan Akatsuki, dimana tujuan awalnya didirikan untuk melindungi para faunus yang ditindas dan demi mendapatkan hak setara dengan manusia. Namun, dalam perkembangannya justru organisasi ini berubah menjadi radikal.
Tiba-tiba Scroll miliknya berdering di atas meja, pertanda ada yang menelepon, ia segera mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya, ternyata itu panggilan dari salah satu mata-mata yang ia susupkan atau lebih tepatnya anggota White Fang yang dia rekrut. Apa? Jangan terkejut. Dia memang memiliki sebuah jaringan mata-mata atau Secret Society yang dia dirikan sendiri yang tujuannya untuk membantunya mengawasi dan menghadapi eksistensi itu kelak. Naruto tahu kalau musuhnya itu memiliki pasukan Grimm dalam jumlah besar, belum lagi Elder Grimm yang memiliki kecerdasan bertarung yang luar biasa, dan dirinya masih minim informasi mengenai musuhnya, serta kemungkinan lain seperti manusia yang menjadi pengikutnya . Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengumpulkan banyak Faunus dan manusia dari berbagai latar belakang berbeda, entah itu pemburu, militer, pembunuh bayaran, bahkan bandit sekalipun untuk membantunya kelak.
Memang awalnya proses perekrutannya tak berjalan lancar, dan calon rekrutannya hanya menganggap dirinya anak kecil. Namun, semua masalah itu dapat ia selesaikan. Naruto tahu bahwa manusia selalu memiliki hasrat dalam hatinya, entah itu kepentingan pribadi, ketakutan, kekecewaan, bahkan dendam. Ditambah lagi dengan kemampuannya dalam memanipulasi hati musuhnya dengan rangkaian kata, Ia dengan mudah memanfaatkan itu semua guna mengumpulkan orang-orang hebat demi mencapai tujuannya untuk membentuk organisasi rahasia yang beri nama sendiri. Sepertinya dia harus berterima kasih kepada Jiraiya untuk hal ini, karena pertapa bejat itu telah mengajarkan padanya selama perjalanan tiga tahun tentang bagaimana pentingnya intelijen dan cara membentuknya.
Naruto segera menjawab panggilan itu dan mendekatkan Scroll ke telinganya. " Oh hei. Ada yang bisa kubantu?" ucap Naruto dengan berbasa-basi.
Sesaat kemudian, terdengar suara orang menghela nafas dari Scroll itu. "Cukup basa-basinya. Master," balas si Penelepon itu dengan memanggilnya Master. Sebenarnya, ia secara iseng menerapkan panggilan itu kepada para bawahannya. tapi tak di sangka, mereka justru mau menggunakan panggilan itu. Mengenai si penelepon, jika di dengar dengan saksama, sepertinya itu adalah suara seorang wanita.
"Jadi. Ada apa? Apa semua baik-baik saja?" tanya Naruto. Ia agak takut kalau kedok para intelnya di White Fang telah terbongkar. Jika itu terjadi, maka apa yang diusahakannya sejak lama bisa saja hancur berantakan.
"ya. Semua baik-baik saja. Aku juga telah meninggalkan White Fang seperti yang kau perintahkan beberapa bulan lalu. Dan..." Naruto menunggu wanita itu menyelesaikan ucapannya itu, dia agak penasaran dengan apa yang ingin disampaikannya. "aku memutuskan untuk bergabung dengan Beacon dan menjadi seorang pemburu demi menebus kesalahanku sebelum bertemu dengan Anda." Jawab penelepon itu.
Naruto merasa agak bingung dengan keinginan bawahannya itu. Setahunya kemampuandan pengalamannya lumayan hebat untuk menjadi seorang pemburu dalam pelatihan.
"Kau yakin soal ini? Menurutku kemampuanmu itu terlalu bagus untuk menjadi seorang siswi." Tanya Naruto lagi.
"Ya. Saya sangat yakin. Selain itu, saya ingin lebih berguna bagi Anda." Jawab wanita itu tanpa ragu.
Naruto menghela nafas mendengar jawaban itu. Sesaat kemudian, senyum kecil tercetak di bibirnya. Sepertinya dia tak punya pilihan lain selain mengizinkannya, lagi pula sepertinya dia akan membutuhkan bantuannya. Baru-baru ini, bawahannya yang mengawasi seorang kriminal bernama Roman Torwichk, melaporkan kalau penjahat itu telah melakukan suatu pergerakan yang cukup aneh.
"Baiklah. Aku tak punya hak untuk melarangmu. Sampai jumpa lagi." Ucap Naruto.
"Terima kasih, master. Dan sampai jumpa juga." Balas wanita itu sebelum memutuskan panggilannya.
Naruto melihat jam pada pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 03:30 sore. Sebuah seringai tercipta di bibirnya, karena sekarang adalah saat yang dia tunggu-tunggu, Tahun ajaran baru di Beacon akan dimulai, dan tahun ini dia akan bergabung dengan akademi bersama temannya yang berasal dari Atlas, serta bawahannya yang katanya akan datang juga. Mungkin mereka bisa membentuk tim bersama. Namun, kalau hanya itu dia tak akan sesenang ini. Baginya tahun ajaran baru artinya koleksi baru. Akan banyak siswa baru yang akan bergabung dengan membawa senjata mereka masing-masing, dan dia dengan senang hati akan meniru semua itu untuk ditambahkan dalam koleksinya, sehingga tak heran di Beacon ia dikenal dengan sebutan 'Faker' sejak dia pertama kali meniru senjata seorang siswa saat menemani ibunya mengajar di Fighting Class. Oh, memikirkan itu saja sudah membuatnya sangat bersemangat, dia berharap mereka memiliki senjata unik yang bisa dia tiru.
Naruto dengan cepat bangun dari duduknya dan berlari ke luar ruangan sambil menyambar jaket hitam miliknya, untuk menuju ke halaman tempat pesawat yang membawa siswa baru akan datang. Sekarang dia benar-benar sudah tak sabar lagi untuk menambah koleksinya.
Di Bullheads
Seorang gadis berambut merah sedang berdiri di dekat jendela pesawat, mata hijaunya terus menatap bangunan Beacon Academy yang lebih terlihat sebagai kastil bangsawan dari pada sebuah sekolah pemburu. Ia adalah pemilik gelar ' sang gadis yang tak terkalahkan, Pyrrha Nikos, juara bertahan 4 kali dari Mistral. Namun, baginya ia hanya menang 3 kali, dan juga apa-apaan gelar konyol itu, entah siapa yang pertama kali menciptakan sebutan itu, Sesaat kemudian, pandangannya menatap ke arah langit, ia mengingat kembali kejadian beberapa bulan yang lalu saat turnamen regional Mistral.
Flashback ON
Gemuruh tepuk tangan memenuhi stadion tempat dilangsungkannya Mistral Region Tournament yang baru saja selesai dilaksanakan, semua orang bersuka cita menyambut sang idola dan juara bertahan 4 kali dari Event ini, semua tepuk tangan dan pujian dicurahkan hanya kepadanya. Biasanya, siapa pun akan merasa senang dan balas melambai kepada para penonton. Namun, yang saat ini dirasakan oleh Pyrrha justru sebaliknya, ia merasa tidak senang dengan kemenangannya sekarang, karena orang dia harapkan kehadirannya dalam pertandingan ini ternyata tak ada, padahal ia sangat menantikan pemuda yang hampir mengalahkannya setahun yang lalu, tapi tiba-tiba saja pergi dengan alasan yang tak jelas.
Sejak saat itu, ia bertekad untuk mengalahkan si pemuda dan terus berlatih keras tak kenal lelah hingga mematahkan tulangnya sendiri, dengan harapan dapat bertemu lagi di pertandingan dan membalas kejadian yang ia anggap memalukan.
Namun, ia harus menelan pahitnya obat kekecewaan saat mengetahui kalau lawannya di final adalah orang lain, dan bukan pemuda yang bertanding dengannya setahun yang lalu. Akhirnya, dengan segala kekesalannya yang amat sangat, Pyrrha menjadikan lawannya itu sebagai pelampiasannya, sehingga orang malang itu tumbang dalam kurun waktu beberapa menit saja.
"TERKUTUKLAH KAU, NARUTO GOODWITCH." Teriak Pyrrha sambil melihat ke atas gelapnya langit Mistral, sehingga ia di pandang aneh oleh para penonton yang tadi menyorakinya.
Flashback OFF
Mengingat kejadian itu membuatnya kesal sendiri, tapi sesaat kemudian sebuah senyum manis tercipta di wajah cantiknya, memang ia kesal dengan kejadian itu. Namun, dia juga merasa senang karena bisa bertemu dengan pemuda bernama Naruto itu karenanya ia bisa tahu kalau kemampuannya selama ini masih kurang, mungkin selama ini tanpa disadari dirinya sudah terlena dengan prestasi dan kemenangannya, sehingga dia tak tahu kalau ada orang seperti Naruto yang dapat dengan mudah menumbangkannya. Sekarang, ia merasa telah menemukan sebuah alasan yang baru untuk terus bertarung dan menjadi seorang Huntress daripada model, semua itu dia demi mengasah kemampuannya untuk bertambah kuat dan kembali menantang Naruto.
Tapi sebelum itu, saat ini ia harus fokus pada kehidupan sekolahnya dulu, ia harap di sini dia dapat menemukan teman yang tak memandangnya sebagai seorang idola, ada alasan mengapa ia memilih Beacon daripada Mistral, teman satu akademinya selalu menjauh darinya karena dia adalah seorang yang populer, orang hanya memandangnya sebagai seorang idola, sehingga dirinya tak pernah benar-benar memiliki seorang teman.
"Tunggu saja, aku akan mencarimu di mana pun kau berada, Goodwitch." Ucap Pyrrha dengan Aura berwarna merah yang membara di sekitar tubuhnya sehingga membuat orang segera menjauh darinya.
"Aacchoo."
Entah kenapa, Naruto yang sedang berjalan tiba-tiba saja bersin, ia merasa seseorang sedang membicarakan dirinya di suatu tempat. Namun, ia abaikan ketika menyadari kalau halaman ini sudah ramai dipenuhi oleh calon siswa baru atapun lama.
Matanya dengan liar mengikuti orang-orang yang membawa senjata bagus.
"Oh lihat itu, dia memiliki sebuah meriam yang melekat di punggungnya, dan di sana ada yang membawa revolver berukuran besar. Tunggu, tadi ada aku melihat seseorang membawa Rail-Gun, ini sungguh luar biasa." Oceh Naruto dengan mata yang berbinar-binar.
Sedangkan Kurama yang sejak tadi tertidur, sekarang sudah membuka matanya dengan pandangan mengantuk, serta penyumbat telinga yang terpasang sangat rapat. Sejujurnya, ia sangat benci saat seperti ini setiap tahun, Naruto akan terus mengoceh tentang senjata tanpa henti, dan itu sangat mengganggu tidurnya. Jadi, dari pada sakit kepala mendengar ocehan si pirang, lebih baik ia melanjutkan menjelajahi alam mimpi.
DUAARR
Tiba-tiba sebuah suara ledakan membuat Naruto terkejut, ia tak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya sumber suara ledakan itu tak jauh dari posisinya saat ini. Akhirnya, tanpa menunggu lagi, Naruto langsung bergegas kesana.
Namun, alangkah terkejutnya ia saat sampai di sana, dirinya melihat seorang gadis muda berambut hitam yang ujung berwarna merah, serta menggunakan baju hitam dan rok pertempuran, tak lupa tudung merahnya, sedang terduduk di lantai dalam kondisi gosong dan hampir menangis.
(Kalo bingung, cari aja Ruby Rose di google)
Naruto tampak memperhatikan gadis yang baru ditemuinya itu, sepertinya ia lebih muda dari para calon siswa yang akan mengikuti ujian inisiasi, mungkin usianya sekitar 15-16 tahun, tapi apa yang dilakukan oleh gadis semuda ia di sini? Akhirnya. Naruto yang merasa simpatik padanya, berjalan ke arah gadis malang itu untuk menawarkan bantuan.
Ruby Rose, gadis yang saat ini terduduk di tanah dan dalam keadaan gosong karena suatu insiden yang ia anggap memalukan. Oh mengapa ia harus mengalami hal seperti ini di hari pertama dia memasuki Beacon? Padahal dirinya juga tak sepenuhnya bersalah dalam hal ini, gadis itu yang menggoncang tabung debu di dekat hidungya dengan mengatakan beberapa omong kosong, sehingga beberapa partikel debu itu masuk ke hidungnya, dan membuat dirinya bersin sekaligus meledekan mereka berdua, beruntung tak ada satupun yang terhempas ke tebing akibat ledakan itu, dan ia hanya dimarahi oleh gadis bertema putih sebelum pergi meninggalkannya di sana dalam keadaan kesal. Salahkan saudaranya. Yang, untuk ini karena sudah meninggalkannya sendiri di sini, sehingga ia bertemu gadis putih itu.
Tiba-tiba, sebuah telapak tangan disodorkan kepadanya seperti ingin membantunya berdiri, ia mengalihkan pandangannya pada si pemilik tangan, dan mendapati seorang remaja berambut pirang, berkulit dan dengan guratan menyerupai kumis kucing pada wajahnya, ia mengenakan kaos oranye dan sebuah Jaket hitam berhoodie, serta celana pertempuran berwarna hitam. Sepertinya hari pertamanya di sini tak seburuk yang ia pikirkan, akhirnya ia menerima bantuan pemuda itu dan memegang tangannya untuk membantu ia berdiri.
"Terima kasih ...um...," ujar Ruby yang berusaha meminta nama dari pemuda yang telah menolongnya itu.
Menyadari maksud dari gadis itu yang meminta namanya, Naruto segera segera menjabat tangannya dan memperkenalkan diri. "Naruto Goodwitch, kau bisa memanggilku Naruto, dan senang bertemu denganmu," ujarnya dengan sebuah seringai.
Wajah Ruby tersenyum dan membalas jabat tangan dari orang yang telah menolongnya itu, juga berpotensi menjadi teman pertamanya di Beacon. "Ruby Rose, panggil saja Ruby, dan senang bertemu denganmu juga. Naruto," balas Ruby.
"Jadi, bagaimana kau bisa berakhir seperti tadi?" tanya Naruto yang tanpa sengaja membuat Ruby menurunkan bahunya dan mengerang karena diingatkan tentang kejadian memalukan sebelum Naruto datang.
Naruto dan Ruby kini duduk di sebuah bangku taman milik Beacon, setelah membawa gadis itu untuk membersihkan dirinya, dan mendengarkan ceritanya yang bermula saat saudarinya meninggalkannya sendiri di tempat baru yang ia ketahui sama sekali dan pergi bersama teman-temannya. Kemudian, tanpa sengaja ia menabrak barang bawaan seorang gadis berpakaian putih yang warna rambutnya senada dengan bajunya, ia sudah berusaha meminta maaf padanya dan menjelaskan kalau ia tak sengaja. Namun, gadis itu malah memarahinya serta menceranahi dengan omong kosong sebelum pergi dengan perasaan kesal saat ada gadis lain yang mengatakan kalau ia adalah Heiress dari perusahaan yang kadang bermasalah.
Sementara itu, Naruto yang mendengar cerita dari Ruby langsung Sweadrop sendiri, entah mengapa dia merasa akrab dengan dengan gadis dalam deskripsi Ruby barusan. Jika ia benar, maka gadis dalam cerita itu adalah seorang yang sangat dekat dengannya. 'Entah mengapa aku merasa kalau itu adalah 'Dia'," ujarnya dalam hati.
"Oh itu... lumayan buruk," ujar Naruto dengan nada simpatik sambil menepuk bahu Ruby.
Ruby hanya menghela nafas saja. "Ya setidaknya aku masih punya Crescent Rose miliki," ujarnya sembari mengambil sebuah Sniper-Rifle dari punggungnya dan mengelus-elusnya seakan itu adalah mainan kesayangannya.
Mata Naruto langsung berkilau melihat senjata milik Ruby itu, sekali lihat pun ia tahu jenis senjata apa itu, tentu saja sebagai seorang maniak dalam hal ini ia sangat tahu betul type senjatanya. "Woah... Itu adalah sebuah senapan Sniper berkaliber tinggi," ujarnya dengan nada kagum, tidak setiap hari Anda melihat seseorang menggunakan senjata seperti ini
Ruby langsung menyeringai saat melihat tatapan kagum dari Naruto, sekaligus senang karena bertemu orang yang satu hobby dengannya. "Yap benar sekali, tapi bukan hanya itu saja," ujarnya yang dengan cepat mengubah senapannya yang ternyata bisa berubah dalam bentuk sabit raksasa berwarna merah dan hitam.
Naruto semakin kagum melihat keunikan dari senjata milik Ruby. walaupun pengguna Cross Weapon itu cukup umum di seluruh Remnant, tapi tidak dengan yang menggunakan Sabit raksasa. Namun, dalam hati ia juga merasa kegirangan karena telah mendapatkan sesuatu yang unik ke dalam koleksinya.
Ruby memperhatikan Naruto dari kepala hingga kaki. Namun, ia tak mendapati sebuah senjata satu pun atau sesuatu yang tersembunyi, padahal hampir semua pemburu ataupun calon pemburu selalu membawa senjata yang dapat mereka andalkan dalam pertempuran. "Naruto, di mana senjatamu? Aku tak melihatmu membawanya," tanya Ruby pada pemuda pirang itu. Namun, bukannya jawaban yang ia dapat, Naruto malah tertawa layaknya seorang maniak, dan itu tentu saja membuat Ruby sedikit takut padanya.
Naruto berdiri dari posisi duduknya sambil menyeringai, tangan kanannya direntangkan ke samping, awalnya Ruby merasa bingung dengan apa yang akan dia lakukan itu, ia lebih terkejut lagi ketika banyak partikel cahaya yang muncul entah dari mana, tiba-tiba saja berkumpul di tangan Naruto. Karena silau, ia menutup matanya dengan kedua tangannya agar matanya tak mengalami kebutaan. Namun, alangkah terkejutnya ia saat membuka matanya, karena kini Crescent Rose miliknya dalam mode sabit sudah berada di tangan Naruto. Tidak! Itu bukan miliknya, ia yakin sekali karena senjata kesayangannya masih berada dalam genggamannya. Jadi? Dari mana Crescent Rose yang satunya lagi.
"Aku tak perlu repot-repot membawa senjata, karena aku memilik Semblance yang memungkinkan untuk bisa meniru senjata yang sudah kulihat bentuknya," ujar Naruto sambil mengubah Crescent Rose tiruan ke mode senapan.
Ruby memandang kagum pada Naruto dengan mata yang berkilau, atau lebih tepatnya pada Semblance miliknya. Serius, ia belum pernah melihat atau mendengar Semblance semacam itu sebelumnya, tapi yang jelas hal seperti itu adalah yang paling diinginkan oleh semua penggila senjata, termasuk dirinya. Sial!! Sekarang dia merasa sangat iri dan menginginkan yang seperti itu juga.
"Woah, itu sangat berguna, kau tak perlu mengeluarkan biaya untuk perawatan ataupun yang lainnya," ujar Ruby yang masih kagum. "Jadi, seorang pencinta senjata juga, huh?" tanya Ruby sambil tersenyum.
"Kau bercanda? Senjata adalah hidupku, dan aku tak bisa hidup tanpa mereka," balas Naruto dengan seringai khas miliknya.
Tiba-tiba keduanya tertawa lepas karena telah menemukan teman yang memiliki hobi yang dan dapat berbagi banyak ide tentang senjata, oh tahun ini sepertinya akan sangat menarik bagi Naruto. Bukan karena ini saja, tapi ada hal besar yang sedang menargetkan Beacon sebagai sasaran, dari apa yang dia dapat dari laporan intelnya. Dan tentu saja, keberadaan gadis yang usianya cukup mudah untuk masuk Academy ini pasti ada kaitannya. Dia tahu kalau Ozpin tak akan melakukan sesuatu seperti ini tanpa alasan atau karena gadis ini berbakat. Tidak! Pasti ada alasan dibalik ini, lagi pula salah satu bawahannya adalah mantan antek Ozpin, dan darinya ia tahu kalau sang kepala sekolah itu juga memiliki konflik dengan Eksistensi yang mesti ia hadapi. Dirinya juga diperingati oleh bawahannya itu untuk selalu waspada dan tak boleh percaya semua ucapan si kepala sekolah.
Tiba-tiba Ruby panik karena teringat dengan tujuannya sebelum bertemu dengan Naruto tadi, yaitu untuk mencari letak di mana auditorium berada. "Oh ya ampun, ini gawat! Aku harus segera pergi ke auditorium," ujar Ruby memegang kepalanya dengan kedua tangan.
Naruto hanya terkekeh melihat tingkah gadis itu. Mungkin sebaiknya ia membantu gadis itu lagi, dan kebetulan ia juga harus ke sana juga sebagai murid baru, dan tak boleh terlambat datang. Kalau tidak, ibunya pasti akan menghukum dan menceramahi selama berjam-jam lagi.
Seketika Scroll milik Naruto berbunyi, dan segera ia mendekatkan ke telinganya karena tahu siapa yang menghubunginya. "Halo. Bu," sapa Naruto dengan sedikit takut.
"Naruto! Di mana kau? Acaranya sudah akan dimulai, dan jangan sampai terlambat. Kalau tidak...," Naruto sedikit menelan ludah karena ia tahu jika ibunya mengancam, maka itu pasti akan terlaksana"... semua koleksi majalah dan mi instan milikmu akan ku musnahkan, tepat di depan matamu sendiri," ucap Glynda mengakhiri telefonnya, dan itu membuat Naruto panik.
Naruto langsung menarik tangan Ruby, dan segera pergi berlari dari sana menuju ke auditorium, mengabaikan gadis malang yang masih terkejut karena secara tiba-tiba, ia langsung diseret begitu saja oleh Naruto yang tampak panik. "Cepatlah! Kita terlambat untuk sampai ke auditorium," ujar Naruto sambil berlari, dan diikuti oleh Ruby di belakangnya yang juga sama paniknya dengan Naruto, tapi dengan alasan yang berbeda.
.
maaf sebelumnya jika lama dan hanya menghasilkan 3k saja
dan selamat menikmati, saya menunggu ulasan dan kritikan kalian semua.