Title : The Guardian Of Time

Disclaimer : Naruto© Masashi Kishimoto. Highschool DxD© Ichie Ishibumi

Warn : Mainstream, Slightly OOC, Semi-Cannon

Summary : Naruto Uzumaki, sebuah entitas yang merupakan pengikutNya yang setia dan berniat untuk hidup tenang sepeninggalNya, namun apa bisa? Ketika masa lalunya terkuak dan musuh lamanya kembali mengganggunya.

Chapter 3 : The Guardian Angel

OoO

Beberapa tahun yang lalu

Beberapa hari ini cukup keras baginya, ia terpaksa meninggalkan kota dan teman-temannya akibat pekerjaan ayahnya, sekarang dia menetap di Inggris pikirannya masih mengambang mengingat kota kecil yang berada di jepang itu terutama ingatan itu berputar pada seorang anak laki-laki yang sudah ia sejak kecil bernama "Hyoudou Issei"

"Irina, janganlah bersedih seperti itu" seorang wanita dewasa mendekati dirinya yang memandang sedih keluar jendela rumah, "Aku merindukan rumah kita yang lama" ucapnya sedih dan seakan siap untuk menumpahkan air matanya, sosok wanita itupun memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Sabarlah Irina, suatu saat nanti kau akan kembali lagi kesana, percayalah pada ibu" ucap wanita itu lagi sambil mengusap mahkota indahnya yang berwarna Chestnut, Irina berbalik dan menatap wajah ibunya.

"benarkah itu?" tanyanya memastikan, ibunya hanya tersenyum dan mengangguk.

Setelah itu hari berlalu seperti seharusnya, dia sudah mendapatkan teman. Dia menghabiskan hari-harinya di gereja, dia disana untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada sang Kami, dia juga tengah berlatih untuk menjadi seorang ExorcistI.

Dengan kerja kerasnya, di umurnya yang ke empat belas tahun ia di berikan izin oleh gereja untuk menggunakan salah satu pecahan Excalibur yaitu Excalibur Mimic.

Lalu di suatu malam.

OoO

"Ho ho ho, kau tak akan bisa mengalahkan kami sendiri gadis kecil" Ucap seorang iblis wanita kepada irina yang sedang mengemban tugas untuk memusnahkan sekelompok Iblis liar di kota London.

Irina mengeratkan giginya dalam amarah namun dia takut untuk berbuat gigabah, teman-temannya yang lain sudah gugur di bantai oleh iblis-iblis ini, ia sendiri sudah terluka cukup parah di bagian perut.

"Teman-teman, habisi dia!" perintah wanita iblis itu lalu seorang iblis berwujud seorang pemuda melesat maju dengan sebuah War Hammer, beruntung Irina dapat menghindari dengan melompat mundur namun ia mendapat serangan dadakan dari sampingnya dan melemparkannya menghantam dinding.

Iblis lain yang berwujud gadis loli menembakkan anak panahnya dan dengan mudah di tangkis oleh Irina dengan excaliburnya yang ia ubah menjadi sebuah katana lalu setelah anak-anak panah itu ia tangkis iapun merangsek kedepan, kearah gadis loli itu.

Ia sudah berada di posisi yang tepat untuk membelah iblis loli itu menjadi dua namun dari tanah muncul iblis lain yang berwujud iblis bertubuh kekar dan menghantamkan tinjunya ke dagu Irina dan memaksanya mendungak dimana di atasnya sudah ada iblis pemuda tadi dengan War Hammernya.

Dentungan keras terdengar ketika War Hammer yang besar itu menghantam excalibur mimic milik Irina, meskipun Irina berhasil menahan seranganan itu namun tekanan dari hantaman itu membuat tubuhnya yang setengah melayang menghantam tanah dengan cukup keras.

"Ho ho, bagaimana gadis kecil?" tanya iblis wanita yang dari tadi belum melakukan pergerakan sama sekali, ke tiga temannya yang lain berdiri disampingnya untuk memandang rendah Irina yang tengah tergeletak di tanah akibat serangan mereka.

Irina mengangkat kepalanya lalu dengan excalibur ia mencoba mengangkat tubuhnya untuk berdiri, setelah dengan bersusah payah ia berhasil berdiri dan dengan kaki yang bergetar dia kemabli memasang kuda-kudanya dan mengacungkan pedangnya ke arah para Iblis yang masih memandangnya rendah.

"Aku tak akan pernah menyerah dalam menjalankan perintah Kami-sama" ucapnya dengan sedikit bergetar.

Iblis wanita itu tampak menghela nafasnya lalu dia menatap iblis yang bertubuh kekar dan diapun mengangguk dan menghilang membuat Irina waspada.

Irina berbalik ketika ia merasakan kehadiran iblis itu namun ia dikejutkan oleh tinju yang berlapis Demonic Power menghantam perutnya dan memaksanya untuk memuntahkan darah dan melemaskan seluruh tubuhnya.

Excalibur terjun bebas dari tangannya menghantam tanah, lutut yang akhirnya menjadi penumpu tubuh terakhir sebelum membiarkan tubuhnya terhempas ke tanah, matanya yang berwarna violet indah seolah mulai menggelap dan penglihatan yang mengabur.

Meski samar-samar ia melihat iblis itu mengangkat kakinya untuk menghancurkan kepalanya, akhirnya ia menyerah, belum pernah ia menyerah untuk menjalan perintah sang Kami yang di berikan oleh gereja.

'Kami-sama, maafkan hamba. Hamba sudah tak mampu untuk melanjutkan perintahmu' batinnya dan membiarkan kegelapan memenuhi penglihatan yang ia tutup.

Beberapa detik kemudian sebuah angin yang sangat kencang terasa namun rasa sakit dari injakan kaki Iblis itu tak juga datang, malah, ia merasa seseorang mengelus pucuk kepalanya.

"Kau tak seharusnya menyerah dalam menjalankan perintah Kami-sama" ia membuka matanya dan matanya bertemu dengan mata biru safir yang indah lalu ketika sosok itu berhenti mengelus-elus rambutnya dan menjauhkan wajahnya, ia dapat melihat senyum hangat yang sosok itu berikan untukya.

Sosok itu lalu menghadap kedepan dan mengambil beberapa langkah maju, Irina lalu dapat melihat sayap-sayap putihnya yang indah.

Sosok tanpa nama itu tampaknya membuat para iblis di ruangan itu ketakutan tak ada yang berani berbicara ataupun mengambil tindakan apapun. Sosok tanpa nama itu hanya melihat mereka satu persatu secara berurutan.

"Akuilah dosa kalian sekarang, Iblis" ucapnya dengan nada lembut, "Apapun yang kalian lakukan, akuilah, meminta ampunlah, niscaya kalian akan dimaafkan" entah apa yang sosok itu lakukan, ia membuat ke empat iblis yang ada disana terduduk sambil menangis.

"Kehidupan kalian sangat menyedihkan, semoga dengan dosa yang kalian akui itu, Kami-sama akan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada kalian" ucapnya tetap dengan nada hangat, ia kemudian berbalik dan berjalan ke arah Irina yang masih terluka.

Irina yang melihat sosok itu berjalan hanya terpaku ada suatu kenyamanan dalam kehadiran sosok itu, Irina yang masih menikmati kenyamanan yang ia rasakan seolah membuatnya terbang dan tak menyadari bahwa sosok itu sudah kembali berjongkok di depannya.

Ia sedikit terkaget dan malu ketika sosok itu melihat wajahnya, tak sadar semburat kemerahan muncul di pipinya, sosok itu melihatnya dengan kehangatan lalu sosok itu menggenggam tangannya dengan lembut dan sebuah sensasi aneh dengan cepat masuk kedalam tubuhnya.

Matanya tertutup tak tahan merasakan sensasi aneh itu, beberapa saat kemudian sensasi itu menghilang dan ia merasakan rasa sakitnya yang tadi ia rasakan hilang sudah, ia segera berdiri dengan bingung, sosok itu juga ikut berdiri, sosok itu lebih tinggi darinya dan untuk melihat wajahnya yang menghangatkan Irina harus sedikit mendungakkan kepalanya.

Dia masih melihat dengan diam, setelah beberapa kali mengelus kepalanya sosok itu kemudian hendak beranjak pergi namun Irina menghentikannya.

"Ano ..." mendengar itu, sosok itu berbalik dan melihat Irina, "Tak bisakah Oni-san menyembuhkan teman-temanku juga?" tanya Irina yang memanggil sosok itu dengan kakak karena wujudnya yang tampak muda. Sosok itu melihat teman-teman Irina yang tergeletak dengan keadaan yang mengenaskan lalu ia berjalan mendekati Irina.

"Maafkan Onii-san, Onii-san tak mampu untuk menghidupkan orang yang sudah mati" ucapnya dengan nada sedih, Irina juga menjadi sedih mendengarnya namun segera sosok itu mencoba menghentikan kesedihan itu.

"Janganlah kau menangis, mereka tak akan menginginkan hal itu, lebih baik kita menguburkan mereka" ucap sosok itu dan Irina mengangguk meski masih merasa sedih, mereka mengubur tubuh teman-temannya di tempat itu juga.

Beberapa saat kemudian setelah selesai mendo'akan teman-temannya, "Bagaiman kalau kau Onii-san bawa pulang?" Irina tampak tak merespon karena rasa sedihnya sehingga sosok itu menepuk pelan pundak Irina dan mengagetkannya.

"Ayo kita pulang" ucap sosok itu, Irina mengangguk pelan dan sosok itu mengagetkannya ketika sosok itu menggendongnya dengan gaya bridal dan membawanya terbang, mereka terbang di atas kota London yang indah, Irina tampak sekejap melupakan kegiatan mengerikan yang baru saja ia alami dan sosok itu tersenyum ketika melihat senyum Irina.

Tak terasa satu jam sudah mereka mengitari langit malam kota London dan sosok itu harus mengembalikannya ke gereja tempatnya tinggal. Irina kembali tampak sedih karena akan di tinggalkan oleh sosok tersebut, kembali sosok itu elus rambutnya yang indah lalu berkata.

"Jangan lah bersedih, meskipun kita berpisah disini namun Onii-san akan tetap ada dan Onii-san akan selalu menjagamu sebagai malaikat pelindung" ucapnya dengan senyum lalu Irina kembali bertanya "Benarkah itu?" sosok itu hanya mengangguk dan Irina memeluknya dengan bahagia.

"Terimakasih, Onii-san"

Semenjak hari itu Irina tak pernah lagi melihat sosok itu namun ia tetap mengingat ucapan sosok itu dan ketika ia di pasangkan dengan seorang gadis lain bernama Xenovia dan menjadi sahabat dekat Xenovia, Irina tak bisa berhenti untuk menceritakan kisah sosok itu kepada Xenovia, meski Xenovia sebenarnya tak percaya ia hanya memberiakan sahabatnya itu untuk menceritakan hal itu berulang-ulang sampai dia bosan sendiri dengan ceritanya itu.

Beberapa Hari Yang Lalu

Atas perintah gereja, Irina dan Xenovia mendapat tugas untuk pergi ke Kota Kuoh untuk mencari pecahan excalibur yang telah hilang dicuri dan secara pribadi itu membuat Irina senang karena ia akan kembali ke kotanya yang telah lama tak ia datangi dan ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan teman masa kecilnya.

Hal pertama yang ia lakukan sesampainya mereka ke kota Kuoh adalah mendatangi kediaman sahabat masa kecilnya itu, sayangnya sesampainya ia di rumah sahabatnya itu, sosok yang di cari belum pulang dari sekolah dan dia menghabiskan waktunya untuk berbincang dengan ibu sahabatnya dan menceritakan masa lalu dan ia meninggalkan Xenovia yang bingung.

Tak berapa lama, sahabatnya itu kembali dan sejujurnya dia sangat menyesal karena ia dapat merasakan aura iblis dari tubuh sahabatnya itu di tambah ia bersama seorang suster terbuang yang membantu menyembuhkan seorang Iblis.

Setelah itu mereka mendatangi penguasa wilayah Kuoh yaitu Klan Gremory dan terjadi sedikit bentrokan antara mereka dan knight dari Rias Gremory dan semua itu terhenti ketika seorang murid lain tanpa alasan yang jelas datang dan membingungkan kedua belah pihak dan ketika ia melihat wajah murid lelaki itu ia menjadi teringat akan sesosok yang sebenarnya mulai memudar di otaknya.

Mata biru safir itu memberikan kehangatan yang sama seperti sosok yang menolongnya bebapa tahun yang lalu namun ia melewatinya begitu saja untuk kembali melanjutkan pencarian mereka terhadapt excalibur yang di curi.

OoO

Beberapa saat yang lalu

Naruto saat ini tengah mengguyur tubuhnya dengan air hujan yang turun dengan deras dari langit, ia selalu melakukan hal ini untuk membiarkan dirinya menangis dalam diam, dia telah melakukan ini untuk ratusan tahun, dia selalu menangisi hal yang sama setiap hujan turun.

Hujan adalah bentuk kasih sayang sang Kami kepada makhluk-makhluk sehingga ketika hujan turun, Naruto akan selalu menangisinya, ia lalu menyandarkan dirinya di bangku taman yang dari taddi ia duduki sambil membiarkan dirinya di guyur oleh hujan.

Pikiran sesaat melayang dan mencoba untuk mengingat siapa gadis berambut Chestnut yang tadi menatapnya, ia merasa kalau ia pernah melihat gadis itu sebelumnya tapi gadis itu tak sebesar itu ketika ia mengingatnya, ia berusaha sekuat mungkin untuk mengingatnya namun ia gagal.

Akhirnya ia menyerah dan bangkit untuk berjalan pulang namun sebuah doa yang penuh akan keputusasaan tertangkap oleh batinnya dan sebuah kalimat tersentak diingatannya.

Jangan lah bersedih, meskipun kita berpisah disini namun Onii-san akan tetap ada dan Onii-san akan selalu menjagamu sebagai malaikat pelindung

Ia langsung berteleportasi ke lokasi asal doa itu.

Sekarang

"Sudah lama tak berjumpa, pendosa"

Xenovia saat ini tak bisa mempercayai matanya sendiri, didepan matanya sendiri ratusan sayap berwarna putih tengah menciptakan sebuah lingkaran untuk menahan tebasan dari excalibur mimic yang dapat dengan mudah di pakai oleh pria berkulit pucat itu tanpa Light Container sama sekali.

Sayap itu membuka dengan kuat dan menciptakan angin yang sangat kencang, bahkan pria berkulit pucat itu sampai terlempar. Sayap yang membuka itu menunjukkan seorang pemuda yang mengenakan pakaian basah kuyup tengah memeluk Irina dengan erat. Mata biru safirnya yang indah memandang tajam pria yang sudah berhasil mendarat dengan mudah itu.

"Bagaimana kau masih bisa hidup, Orochimaru!?" teriak pemuda itu dengan nada penuh amarah sedangkan pria berkulit pucat yang bernama Orochimaru itu hanya tersenyum tipis penuh akan tipuan dan menjawab, "Kau seharusnya sudah tahu bahwa aku ini abadi, pendosa. Bahkan setelah serangan terakhirmu menghancurkan seluruh peradabanku, kau masih tak mampu untuk membunuhku!"

Sosok yang memiliki rambut pirang itu mengeratkan giginya namun teralihkan ketika Irina yang masih di dalam pelukannya memanggilnya, "O-Onii-san?" sosok itu mengalihkan pandangannya dan memandang wajah Irina dan wajahnya yang penuh akan amarah tadi berubah menjadi wajah yang menghangatkan.

"Sudah lama tak berjumpa, ya?" ucapnya dengan senyum.

Xenovia yang membeku masih tak percaya akan cerita lama Irina, tak sadar bahwa Freed sudah berada di belakangnya untuk menebasnya namun salah satu bulu sayap dari sosok didepannya itu melesat cepat melewatinya dan menusuk Freed dan menancapkannya di dinding.

Melihat musuh bebuyutannya sedang teralihkan, Orochimaru memasang segel tangan dan berteleportasi ke samping Freed yang tangannya di tembus oleh bulu musuhnya itu lalu berkata seraya memasang beberapa segel tangan yang rumit.

"Meski reuni kita ini sudah lama kutunggu namun aku belum ada waktu untuk melayanimu, pendosa. Kau memiliki 2 pilihan, mengejarku atau ..." dia menggantung kalimatnya ketika ia berhasil menyelasaikan segel tangannya lalu melanjutkan ketika suara sumbu yang terbakar terdengar.

"Membiarkan gadis berambut biru itu terbakar, itu pilihanmu" lalu menghilang dalam kepulan asap.

Sosok itu sekali lagi mengeratkan giginya, dan menoleh ke arah Xenovia yang mencoba mencabut kertas peledak yang lengket di bagian punggungnya, sosok itu berteleportasi dan merobek pakaian Xenovia dan dengan cepat membalut tubuh telanjang Xenovia dengan jubah yang telah di lepas Xenovia lalu setelah itu, ia membawa Xenovia dan Irina secara tepat waktu sebelum kertas itu meledak dan membakar gereja terbengkalai itu hingga menjadi abu.

OoO

Xenovia dan Irina sekarang tengah berada di rumah sosok yang telah menyelamatkan mereka, sosok itu kini tengah berada di kamarnya untuk mencari pakaian yang pas untuk di pakai Xenovia dan tak berapa sosok itu keluar dan memberikan pakaiannya kepada Xenovia seraya berkata "Maaf, aku cuma memiliki baju ini saja, apa tidak apa-apa?" dan Xenovia hanya menggeleng kecil dan pergi untuk mengenakan pakaian itu.

Setelah kepergian Xenovia iapun duduk di sofa di depan Irina yang sedang memandangnya dengan pandangan yang sulit di artikan lalu setelah Xenovia kembali merekapun mulai saling berkenalan dan mereka tau nama sosok yang telah menyelamatkan mereka, namanya adalah Naruto Uzumaki namun setelah di adopsi, namanya berubah menjadi Naruto Miller dan mereka juga telah mengetahui sosok itulah yang kemarin mengganggu duel Xenovia dengan Knight dari Rias Gremory.

Naruto sendiri sedikit mengetahui tujuan kedatangan kedua anak buah gereja ini, mereka tengah mencari Excalibur sebuah pedang legedaris yang dulunya hanya satu buah namun karena sesuatu yang tak mereka ketahui pedang itu terpecah.

Setelah beberapa saat berbincang, Naruto memerintahkan mereka untuk tidur karena waktu yang sudah mendekati pagi dan mereka berterima kasih kepada Naruto yang mengizinkan mereka untuk tidur dirumahnya.

Setelah mereka ingin berpisah dan Xenovia sudah masuk kekamar, Irina menghentikan langkah Naruto dan membuatnya berbalik dan melihat ke arah Naruto dan tanpa aba-aba Irina memeluk dirinya dan menangis di dadanya.

Ia mengatakan bahwa janji Naruto kepadanya beberapa tahun lalu telah membantunya untuk melewati masa-masa sulit, Naruto hanya bisa membalas pelukannya dan merasa bersalah karena dia sebenarnya telah melupakan irina dan janjinya.

OoO

Ophis, si naga tak terbatas tengah duduk di sebuah bangku yang mirip akan sebuah singgasana, ia tampak bosan.

"Dimana si Orochimaru itu?" ucapnya entah kepada siapa namun tak lamah setelah ucapannya itu, pintu ruangan terbuka dan sosok yang telah ditunggu-tunggunya telah datang.

"Saya sudah tiba, Ophis-sama, ada apa anda memanggil saya?" tanya Orochimaru sopan tak lupa senyum menipunya.

Ophis memandangnya dengan tatapan serius, ia mendapat kabar burung kalau Orochimaru yang merupakan penasihat dan ilmuan paling penting di Khaos Brigade tengah membantu Kokabiel tanpa sepengetahuan dirinya, "Aku ingin bertanya tentang tindakanmu, Orochimaru. Apa maksudmu membantu Kokabiel tanpa izin dariku?" Ophis bertanya serius.

Orochimaru tersenyum seperti biasa dan dengan santai menjawab pertanyaan yang di lemparkan Ophis kepadanya, "Tenanglah, Ophis-sama. Saya tak ada niatan untuk mengubah loyalitas saya, saya hanya menjalankan rencana saya untuk mendapatkan darah sang makhluk pertama" jawabnya dan tampaknya Ophis mempercayai ucapannya melihat dari bahasa tubuhnya yang tampak lebih tenang dari yang tadinya agresif.

Meski begitu, Ophis masih merasakan kebingungan, "Sebenarnya apa rencana dari Kokabiel itu?"

"rencana awalnya adalah untuk menyatukan ke tujuh excalibur menjadi satu sehingga bisa menjadi alat untuk membunuh kaum iblis di perang antar fraksi yang sedang ia coba untuk mulai namun karena ada gangguan, dengan excalibur yang telah ia kumpulkan, ia berencana untuk menyerang dan membunh, Rias Gremory yang merupakan Heiress dari klan Gremory yang juga merupakan adik dari Maou Lucifer" Jelas Orochimaru kepada Ophis

Setelah merasa puas akan jawaban dari Orochimaru, Ophispun memerintahkannya untuk pergi meninggalkan ruangan dan dengan sopan Orochimaru mengikuti perintah dari Ophis setelah Orochimaru keluar Valipun masuk.

"Hem? Ada apa Vali?"

"Aku ada informasi, Ophis"

To Be Continued

Wew, selesai juga, kalau boleh jujur di banding dengan fic-fic saya yang sebelumnya, di fic ini saya jadi banyak mikir dan jatuhnya bingung ingin membawa fic ini kemana namun tidak, saya belum ada rencana untuk men-discontinue-kan Fic ini.

Dan ya, meski review yang saya terima sedikit di fic kemaren, well, wajar belum seminggu tapi saya mohon tinggalkan review karena itu akan membuat saya semangat untuk terus menulis dan yah jika ada yang merasa keganjilan atau kekurangan di chapter ini silahkan tinggalkan di review karena jika memang tak di sengaja atau karena lupa, saya jadi bisa memperbaikinya.

Baiklah, saya, Bima Ootsutsuki.

Log Out~