.

.

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

Highschool DxD © Ichiei Ishibumi

.

Rating : M (Just for save)

Genre's : Adventure, Supernatural, Half-Humor, Fantasy, Little bit-Romance, etc...,

Pair : Naruto x ?

Warn : Always Mainstream idea!, Many more typo, alur acak!, OC Chara, OOC Chara, bad EYD, bahasa kaku dsb, and etc...,

Devil!Naru, OverPower!Naru, IceUser!Naru

.

Occult Research Club

Masih di ruangan klub milik Rias, Naruto terlihat sedang membaringkan tubuhnya pada sofa panjang yang terdapat di ruangan tersebut. Pemuda itu mencoba mengubah beberapa kali posisi berbaringnya karena dalam beberapa saat saja tubuhnya selalu menunjukkan gestur tak nyaman.

"Huah, aku bosan." Keluhnya.

Menyerah, ia akhirnya mengubah posisinya menjadi duduk sambil mengusap-usap rambut belakangnya. Ia menyandarkan tubuhnya dengan mata yang terpejam mencoba memikirkan untuk melakukan sesuatu yang tak membuatnya bosan.

Jika ini di dunia bawah mungkin ia tidak akan bosan, karena disana ada Serafall yang selalu menemaninya dan juga ada beberapa pelayan yang sering mengobrol dengannya. Mengapa pelayan? Yah, karena dirinya yang mudah bosan, maka siapapun yang terlihat olehnya maka akan ia ajak berbicara ataupun bercanda. Karena itu suasana di mansion Sitri terasa lebih ramai jika ada Naruto disana.

Tetapi sedetik kemudian rona tipis muncul di kedua pipinya mengingat anime yang diberikan Rias tadi siang. Mengingat itu kembali membuatnya menggerutu pelan pada gadis pewaris keluarga Gremory tersebut.

'Dasar Ria-nee, Sera-nee dan Sona-nee akan memarahiku jika mereka tau aku menonton hal seperti tadi.' Gerutunya, ia memang diperbolehkan menonton anime tetapi tidak untuk anime tadi. Kedua kakaknya selalu melarangnya karena itu bisa merusak pikirannya. Naruto yang bingung hanya bisa mengangguk patuh saja tanpa bertanya lebih lanjut.

'Ahh, aku baru ingat jika Ria-nee juga memiliki cukup banyak komik dan manga.' Pikirnya.

Pemuda itu kemudian berdiri dan berjalan menuju sebuah rak buku yang memang di khususkan Rias untuk menyimpan semua benda-benda yang berbau anime miliknya.

'Mari kita lihat, errr..., W-White Album 2? School D-Days?' Ia mencoba membaca judul dari komik yang dipegangnya.

Adik dari Maou Leviathan itu kembali menuju sofa yang berjarak tak jauh darinya kemudian membaringkan tubuhnya sambil mulai membaca komik yang di ambilnya. Pemuda itu juga sedikit demi sedikit memakan cemilan yang Rias berikan tadi.

.

Beberapa jam berlalu, akhirnya pelajaran sudah usai dan kini semua murid diperbolehkan pulang kembali untuk mempersiapkan diri belajar di esok hari.

Disisi Rias, ia kini terlihat berjalan di koridor bersama dengan Akeno. Karena kelas mereka sama, jadi memudahkan bagi keduanya untuk berjalan bersama.

Tap!

"Sore, Buchou." Sapa pemuda tampan berambut pirang yang memiliki wajah ramah dengan gadis bertubuh mungil berambut putih di sebelahnya yang hanya mengangguk.

"Sore juga, Yuuto, Koneko." Balas Rias memberikan kedua anggota peeragenya senyuman lembut.

"Ufufu, sore juga Yuuto-kun, Koneko-chan." Ini Akeno.

Mereka berempat kemudian berjalan bersama sesekali juga berbincang kecil untuk mengisi waktu dalam perjalanan menuju ruang klub mereka yang terletak cukup jauh dari gedung utama.

"Buchou!"

Terdengar suara seorang pemuda dari kejauhan yang memanggil Rias, keempatnya menoleh keasal suara dan menemukan seorang pemuda berambut coklat berlari kecil kearah mereka bersama dengan gadis manis berambut pirang panjang di sebelahnya.

"Huft, Sore semuanya, maaf membuat kalian menunggu." Ia terlihat mengatur nafas beratnya akibat berlari.

"Kau terlihat lelah, Isse-"

"Siapa juga yang menunggumu Ero-senpai." Celetuk Koneko dengan wajah datar membuat mereka sweatdrop kecuali Issei yang merasa tertohok karena perkataannya.

"I-Itu kejam kau tau Koneko-chan." Rengeknya yang hanya dibalas sebuah dengusan dari gadis itu.

"A-Aaa I-Issei-san." Gadis berambut pirang yang bernama Asia nampak bersimpati pada pemuda tersebut.

"Ufufu." Akeno tertawa seperti biasa melihat kejadian didepannya.

Rias menghela nafas kecil, "Kalau begitu, sekarang kita pergi keruangan klub untuk memulai aktivitas kita. Aku yakin dia sudah menunggu kita." Ucapnya.

Mereka kecuali Akeno terlihat bertanya-tanya siapa dia yang dimaksud oleh Rias.

"Dia?" Ujar Asia membuat Rias menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Hmm, kalian akan mengetahuinya nanti." Balasnya singkat.

Setelah sang Buchou mengatakan itu, mereka semua lalu berjalan bersama di iringi oleh tawa kecil karena pertengkaran sebelah pihak antara Issei dan Koneko yang hanya memberikan pemuda itu hinaan yang menyayat hati.

.

"Hei Sona." Sapa Rias kepada gadis yang mereka kenali sebagai ketua OSIS Akademi Kuoh itu.

Peerage Rias terlihat membungkukkan sedikit badan mereka pada Sona yang dibalas lambaian tangan olehnya untuk tidak terlalu formal karena jam pelajaran akademi sudah selesai.

"Sudah selesai berpatroli?" Tambahnya.

Sona mengangguk, "Begitulah, kondisi hari ini yang cukup kondusif membuatku tak begitu sibuk dan lelah." Jawabnya, mereka kemudian berjalan berdampingan di ikuti oleh yang lain dibelakang mereka.

"Etto, ada urusan apa Kaichou keruangan klub kami?" Tanya Issei membuat Sona meliriknya.

"Yah, hanya menjemput seseorang." Balasnya membuat mereka berpikir mungkin Sona menjemput seseorang yang di sebut oleh Rias tadi.

Kriet!

"Naru-chan, kamu di dalam?"

Setelah pintu terbuka, mereka semua bisa melihat seorang pemuda yang tengah tertidur disebuah sofa dengan komik yang menutupi wajahnya.

Sona yang melihatnya menghela nafas kecil lalu menghampiri adiknya itu dan mencoba membangunkannya dengan lembut.

Yuuto dan Koneko tersentak ketika melihat siapa pemuda itu, mengingat mereka kenal cukup dekat dengannya. Rona merah tipis muncul di pipi Koneko ketika melihat Naruto, jika boleh jujur ia merupakan salah satu gadis yang jatuh hati pada pemuda Sitri itu. Dengan sikapnya yang lembut, ramah, dan sopan. Siapa yang tidak jatuh hati padanya? Ditambah ia memiliki wajah yang sangat tampan sebagai pelengkap.

"Seharusnya ia bisa tidur di kamarku saja daripada di sofa seperti ini." Ujar Rias. Ia kemudian berjalan dan merapihkan meja di dekat Naruto.

Issei nampak terkejut mendengarnya, sepertinya Buchounya mengenal pemuda itu, ditambah lagi pemuda itu mempunyai wajah yang sangat tampan. Oh sial, apa ini kutukan dari Kami-sama padanya karena muncul lagi di sekitarnya pemuda tampan yang mungkin akan menghambat tujuan menjadi Raja Harem miliknya!?

"B-Buchou, kau mengenal pemuda itu?" Tanyanya dengan gagap.

Rias menoleh kearahnya lalu tersenyum kecil, kemudian ia mengalihkan tatapannya kembali pada Naruto yang sedang dibangunkan oleh Sona.

"Bisa dibilang begitu. Lagipula Aku, Sona, Akeno dan Dia sudah sering bersama sejak kami masih kecil." Jawabnya dengan senyuman lembut mengingat masa-masa kecilnya yang dipenuhi warna.

Issei terlihat syok mendengarnya, jika benar apa yang di ucapkan oleh Rias, maka mungkin pemuda yang menjadi saingan terberatnya adalah orang itu!

"Ara ara, tak perlu khawatir Issei-kun. Lagipula Naru-kun adalah adik Kaichou ufufu~." Sambung Akeno setelah melihat ekspresi pemuda pemegang Boosted Gear tersebut.

Issei dan Asia nampak kaget mendengarnya, "E-Ehh!? Adik dari Kaichou?" Mereka bertanya bersamaan, Rias mengangguk sebagai jawaban.

"Itu benar Issei-kun, Naruto-sama adalah adik dari Kaichou." Tambah Yuuto membuat Issei menatapnya.

"Kau juga mengenalnya Kiba?" Kagetnya.

Yuuto Kiba, atau mungkin kita akan panggil Kiba sekarang terlihat mengangguk, ia sedikit tersenyum canggung.

"Y-Ya, bisa dibilang Aku dan Koneko-chan sudah lama mengenalnya." Balasnya, Koneko mengangguk menyetujui masih dengan rona merah tipis yang menempel di kedua pipi imutnya.

Issei tambah kaget mendengarnya, "T-Terus, bisa kau jelaskan kenapa kau memanggilnya dengan 'sama'?" Tanyanya heran. Jika penglihatannya betul, maka mungkin pemuda yang bernama Naruto itu pasti seumuran dengan dirinya ataupun Koneko.

"Itu bisa dibilang karena Naruto-sama memiliki kedudukan cukup tinggi di dunia bawah dan ia juga sangat terkenal disana." Balasnya.

Issei terdiam, serius? Pemuda yang terlihat normal, dan tak terlihat kuat ini memiliki kedudukan tinggi serta sangat terkenal disana!?

"Yuuto benar Issei, Na-kun bahkan memiliki julukannya sendiri di dunia bawah." Sambung Rias yang telah duduk di kursinya.

"J-Julukan?" Ujar Asia.

Rias nampak berpose mengingat, "Ah! Kalau tak salah dunia bawah memberinya julukan Prince of Underworld karena ketampanan serta kekuatannya." Ucapnya. Issei seketika terdiam mendengar itu, entah sudah berapa kali ia terkejut kali ini.

"Apa ia memang sekuat itu?" Tanyanya mencoba memastikan yang hanya dibalas desahan lelah oleh Rias.

"Kau mungkin tak ingin membayangkannya tapi, jika kita semua melawannya, hanya kematianlah yang akan menanti. Lagipula hanya ada beberapa iblis saja yang bisa menandinginya." Ucap Rias walau dalam hati ia sedikit ragu, karena kakaknya pernah bilang jika tidak ada makhluk 'asing' yang menghentikan Naruto saat itu, mungkin Maou Lucifer tinggal sebuah nama sekarang.

Dan hal itulah yang membuat Rias memantapkan pikirannya jika adik dari Serafall dan Sona itu merupakan iblis terkuat saat ini.

Issei membulatkan matanya karena terkejut, pandangannya seperti mengartikan 'Apa kau bercanda?' disana yang hanya dibalas tatapan lelah oleh sang Buchou membuat dirinya berpikir jika gadis itu serius dengan apa yang diucapkan.

Srek!

Mereka mengalihkan pandangan kearah Naruto yang saat ini dalam posisi duduk sambil mengusap pelan rambut hitamnya. Ia terlihat masih mengumpulkan nyawanya karena baru bangun dari tidur.

"Sudah berapa kali kubilang, jangan membaca buku sambil tiduran. Itu akan membahayakan penglihatanmu." Sona mencoba memperingatinya yang hanya dibalas ucapan setengah sadar dari adiknya. Menghela nafas kecil, Sona kemudian merapihkan rambut Naruto yang berantakan dan mengusap wajahnya lembut.

"Hmm, sore Onee-chan." Ucapnya tak jelas karena masih setengah sadar.

Sona tersenyum lembut, "Tidurmu nyenyak?" Tanyanya lembut yang dibalas anggukan sang adik.

Issei dan Asia nampak melongo ketika melihat sikap Sona saat ini. Keduanya sangat mengetahui jika Sona merupakan gadis yang sangat tegas, disiplin dan berpegang teguh pada prinsipnya. Melihat sikap berbedanya sekarang, membuat keduanya berpikir bahwa mungkin orang tegas sekalipun pasti mempunyai sisi lembut pada diri mereka.

Rias dan Akeno yang melihat ekspresi keduanya hanya tersenyum tipis, sejujurnya mereka juga mempunyai ekspresi yang sama beberapa tahun lalu. Keduanya saat itu baru tau jika Sona memiliki adik laki-laki yang 2 tahun lebih muda darinya ketika mereka bermain bersama. Mereka saat itu hanya melongo ketika melihat Sona bersikap sangat lembut pada adiknya, mengingat betapa kaku dan datarnya gadis itu pada orang lain.

Naruto meregangkan tangannya dengan pelan untuk menghilangkan kaku, ia melihat yang lain berada di sekitarnya. Sebut saja kakaknya, Rias, Akeno, Yuuto dan Ah! Tatapannya terhenti pada Koneko yang menatapnya dengan sedikit rona merah.

"Ah, Koneko-chan!" Ia berkata dengan riang. Pemuda itu kemudian berjalan mendekat kearah gadis mungil tersebut. Karena tinggi mereka yang hanya berselisih tipis, memudahkan baginya untuk memeluk gadis itu.

Grep!

"Senang melihatmu lagi, hehehe." Naruto tertawa kecil sambil memeluknya.

Warna merah memenuhi wajah imutnya ketika gadis itu menerima pelukan tiba-tiba dari pemuda Sitri tersebut. Issei kembali melongo melihatnya. Koneko, gadis kecil yang jutek serta berlidah tajam hanya padanya bisa bersikap seperti itu!? Batinnya berteriak terkejut.

"N-Naruto-sama." Hanya balasan gagap yang bisa dikeluarkan oleh gadis mungil itu.

Sona dan Rias hanya memasang senyum kecil melihat ekspresi Koneko, jika ada orang yang bisa meluluhkan sifat dingin gadis mungil itu, maka Naruto lah orangnya. Entah bagaimana bisa pemuda itu menjadi seseorang dengan kepribadian menarik yang dapat mencairkan sifat dingin seseorang, contohnya saja seperti Grayfia.

Naruto mengalihkan perhatiannya kepada Issei dan Asia yang baru di lihatnya. Dirinya dapat menebak jika keduanya pasti anggota baru yang dimaksud oleh pewaris Gremory tersebut.

Ia melepaskan pelukannya lalu berjalan pada Issei yang memandangnya dengan sebutir keringat, begitu juga Asia.

"E-Err." Hanya itu yang bisa dikeluarkan oleh Issei sebagai ungkapan bingungnya.

"Kalian berdua pasti anggota baru peerage Ria-nee, yoroshiku~." Ucapnya lalu menjabat tangan Issei dengan ramah. Issei yang mendengar itu juga membalasnya dengan sedikit canggung, tetapi walaupun begitu. Sepertinya pemuda di depannya tak buruk seperti yang ia pikirkan, mudah-mudahan mereka bisa berteman dengan baik.

Naruto juga menjabat tangan Asia serta memberinya senyuman yang dapat meluluhkan wanita manapun, terbukti dengan rona merah yang memenuhi kedua pipi gadis pirang itu. Koneko sedikit menyipitkan matanya ketika melihat reaksi Asia.

Sedetik kemudian mereka mengalihkan pandangan terhadap Rias yang menepuk kedua tangannya untuk mengambil perhatian orang sekelilingnya.

"Seperti yang kamu bilang, mereka adalah anggota baruku. Ayo, Issei Asia, perkenalkan diri kalian." Ucap Rias pada keduanya.

"A-Ah, namaku Hyoudo Issei, salam kenal Naruto-san." Issei sedikit membungkukkan tubuhnya untuk bersikap sopan.

"E-Etto, a-aku Asia Argento, m-mohon bantuannya, N-Naruto-san." Asia juga melakukan hal yang sama seperti pemuda berambut coklat tersebut.

Naruto melihat itu dengan senyuman, "Naruto Sitri, salam kenal juga, Issei-senpai, Asia-senpai." Balasnya memberikan perkenalan dengan anggun yang membuat Asia sedikit merona.

Issei sedikit mengerenyitkan alisnya, "Tunggu, Senpai?" Tanyanya bingung.

Rias melirik kearah pion miliknya, "Na-kun disini seumuran dengan Koneko, dengan kata lain dia adalah adik kelas kita sekarang, karena mulai besok Na-kun akan bergabung di akademi ini." Jelasnya membuat Issei mengangguk paham, tepat seperti perkiraannya.

Sona yang sedari tadi diam memperhatikan menghembuskan nafasnya pelan, ia kemudian berjalan kearah Naruto dan menggandeng sebelah lengannya.

"Kalau begitu kami pergi dulu Rias, terimakasih untuk hari ini." Sona berkata padanya.

Rias melambaikan tangannya dengan santai, "Kapanpun untuk sahabatku." Balasnya dengan senyuman yang dibalas oleh anggukan pelan oleh Sona.

"Ayo Naru-chan." Ajaknya dengan lembut.

"Oke~, dah Ria-nee." Naruto melambaikan tangannya pada mereka sebelum kakak beradik itu meninggalkan ruangan klub.

Rias membalas lambaian pemuda itu dengan senyuman lembut sementara Akeno hanya tertawa khas seperti biasanya. Rias kemudian menghela nafas kecil setelah kepergian mereka.

"Kalau begitu, kita mulai kegiatan kita hari ini." Ucapnya.

"""Ha'i!"""

.

Terlihat Naruto dan Sona berjalan berdampingan diatas trotoar pinggir jalan. Keduanya nampak berbicara ringan di selingi tawa kecil dari Naruto dan senyuman oleh Sona ketika melihat sikap riang dan polos adiknya.

Sona sendiri masih dengan posisi menggandeng lengan adiknya, ia sangat nyaman ketika melakukan ini. Berbeda dengan dirinya, Naruto memiliki tubuh sedikit lebih pendek darinya, bahkan Serafall. Hal itulah yang ia manfaatkan untuk selalu memeluk adiknya.

Tetapi dirinya yakin jika dalam beberapa tahun adiknya itu akan menyamai tingginya. Karena yah, pertumbuhan lelaki itu cepat. Walaupun ia masih berharap jika Naruto tidak banyak berubah agar ia tetap bisa melakukan ini.

"Ne ne Onee-chan, tempat apa itu?"

Sona menoleh pada Naruto yang menunjuk sebuah kedai ramen sederhana yang berjarak beberapa meter dari mereka.

"Hmm, itu kedai ramen. Mau coba kesana?" Sona membalasnya dengan lembut.

"Ehh, tidak apa-apa?" Tanyanya.

Sona tersenyum lembut pada adik laki-lakinya itu, "Tentu, lagipula aku yakin kamu belum makan apa-apa bukan?" Balasnya. Gadis yang menjadi ketua OSIS Akademi Kuoh itu lalu menuntun adiknya menuju kedai ramen sederhana tersebut.

Srek!

"Selamat datang di Kedai Ramen Ichi-Ah Sona-san! Lama tak bertemu, sudah lama kau tak mampir kemari." Sapa gadis berambut coklat yang mengenakan pakaian khas seorang penjual ramen berwarna putih dengan ramah pada Sona yang baru saja memasuki kedai ramen keluarganya.

"Lama tak bertemu juga Ayame-san, yah karena kesibukanku di akademi membuatku jarang memiliki waktu luang." Sona membalas sapaan gadis penjual ramen tersebut dengan ramah. Bisa dibilang ia cukup akrab dengan gadis itu. Karena dirinya biasa mampir ke kedai ramen ini jika persediaan makanan miliknya sudah habis. Lagipula pemilik kedai ramen ini cukup ramah, dan ia cukup menghormatinya.

"Ayo duduk disampingku." Tutur Sona dengan lembut menarik Naruto untuk duduk disebelahnya.

"A-Ah iya."

Ayame tersenyum ketika melihat pemuda tampan yang berada disebelah Sona, "Ngomong-ngomong Sona-san, apa dia pacarmu?" Godanya.

Sona menaikkan sebelah alisnya sebelum ia terkekeh kecil, "Tidak Ayame-san, dia adalah adik laki-lakiku. Ayo Naru-chan, perkenalkan dirimu." Ujarnya.

"E-Emm, aku adik dari Onee-chan, Naruto Sitri. Salam kenal Ayame-san." Naruto memperkenalkan dirinya dengan sopan pada Ayame yang hanya tersenyum melihatnya.

"Fufufu~, begitu. Pantas saja kalian terlihat mirip, kau bisa memanggilku Ayame-san atau Ayame-nee kalau mau, Naruto-kun." Balasnya dengan senyuman ramah yang dibalas dengan ramah juga oleh Naruto.

Sona yang berada di sebelahnya hanya bisa tersenyum melihat interaksi keduanya, bisa dibilang adiknya itu memang pembawa suasana hangat secara alami. Orang disekitarnya secara alami akan tertarik untuk berbicara dengannya karena daya tariknya itu.

"Jadi, mau pesan apa?" Tanya Ayame sambil menyiapkan alat-alat miliknya.

Sona memegang dagunya ketika melihat menu, "Hmm, Naru-chan, kamu mau yang mana?" Ia kemudian bertanya pada adiknya.

Naruto menoleh pada kakaknya itu, "Ehh? Mmm, aku ikut dengan Nee-chan saja." Ia kemudian membalasnya sambil tersenyum pada Sona yang kembali menatap menu di tangannya.

"Kalau begitu kami memesan miso ramen saja Ayame-san." Pinta Sona.

"Oke, 2 miso ramen akan segera datang." Balas Ayame.

.

- Skip -

"Ahh~, ramen di kedai Ayame-nee ternyata sangat lezat. Ne Onee-chan, lain kali kita kesana lagi yaa?" Pinta Naruto memandang kakaknya itu dengan tatapan yang tak bisa ditolak oleh Sona.

Mereka berdua saat ini sedang dalam perjalanan kembali setelah mampir sebentar untuk makan di kedai ramen.

"Fufufu~, iyaiya. Tapi jangan terlalu sering oke? Memakan ramen setiap hari tak baik untuk kesehatanmu." Peringat Sona sambil mengelus rambut adiknya dengan lembut.

"Oke, aku mengerti." Balas Naruto dengan riang.

"Ngomong-ngomong, apa apartemennya masih jauh?" Tanyanya pada sang kakak.

"Hmm~ tidak kok, sebentar lagi sampai." Balas Sona dengan lembut.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka tiba disebuah bangunan tinggi dan cukup mewah yang menyita perhatian Naruto karena pemuda itu baru pertama kali melihat bangunan seperti ini.

"Woahh! Besar sekali! Apa ini apartemennya?" Ia memandang bangunan di depannya dengan tatapan takjub.

"Ufufu, iyaa. Ayo kita kedalam, kamu lelah kan?" Tanpa menunggu jawaban adiknya, Sona langsung saja membawa adiknya masuk ke dalam dan Naruto hanya membiarkannya, karena dirinya saat ini masih berada dalam kekaguman memandang apartemen yang ditempati Sona.

.

Bruk!

"Hah lelahnya."

Tanpa permisi, Naruto langsung saja merebahkan dirinya diatas kasur berukuran cukup besar milik Sona. Sedangkan kakaknya itu sendiri tengah melepas seragam miliknya.

Adapun Sona, ia terlihat tak peduli jika ia melepas seragam di depannya adiknya, karena mereka keluarga jadi ia tak keberatan apalagi itu adiknya sendiri. Lagipula ia dan Naruto sampai saat ini masih sering mandi bersama, terkadang juga bertiga dengan Serafall.

"Hora Naru-chan, kamu juga ganti pakaianmu dulu dan mandi." Ucap Sona ketika melihat Naruto yang tiduran diatas kasurnya.

Namun, bukannya menurut pemuda itu malah mengubah posisi tubuhnya menghadap kesamping untuk membelakangi Sona.

"Hmm, nanti saja Onee-chan, aku lelah." Balasnya setengah sadar terlihat dari kedua matanya yang terpejam.

Sona menghela nafas pelan karena kelakuan adiknya, ia kemudian memutuskan untuk membiarkan beristirahat saja sementara dirinya pergi untuk mandi.

.

"Ayo bangun Naru-chan, kita makan malam dulu jika kamu tak ingin mandi." Bujuk Sona yang kini sudah menggunakan piyama pink miliknya sedang berusaha membangunkan pemuda yang menjadi adiknya itu.

Dirinya baru saja selesai mandi beberapa menit lalu serta membuat makan malam untuk mereka berdua. Ia tak ingin adiknya hanya memakan ramen saja.

"Engh." Hanya itulah balasan Naruto.

Sona mendesah lelah melihatnya, ia kemudian kembali mengelus pipi dan menepuk pipi pemuda itu, masih berusaha untuk membangunkannya.

"Hanya sebentar saja, oke? Setelah itu kamu bisa tidur lagi." Bujuknya dengan lembut.

Naruto hanya menggeliat pelan sebagai respon, ia saat ini memakai pakaian kasual biasa. Sona telah melepasnya sebelumnya karena tak ingin adiknya kepanasan.

"Mmh, aku ngantuk Nee-chan." Pemuda itu bergumam dalam tidurnya sebelun mengubah posisinya dengan meringkuk pada pangkuan Sona untuk mencari kehangatan lebih.

Gadis Sitri itu kembali mendesah lelah sambil tangannya mengusap surai hitam adiknya dengan lembut. Dirinya kemudian memasang senyum lembut ketika Naruto meringkuk semakin dalam, ia sangat mengetahui Naruto tak bisa tidur dengan nyaman jika tak ada mereka.

'Mungkin aku akan membiarkannya, sepertinya ia lelah karena berkeliling kota tadi siang menurut apa yang Reya bilang padaku.' Pikirnya.

Ia kemudian memutuskan untuk memindahkan Naruto dari pangkuannya setelah sebelumnya ia meletakan kacamata miliknya pada meja disampingnya agar dirinya bisa tidur. Setelah selesai ia kemudian menarik Naruto kedalam pelukannya, senyum terpatri di bibirnya ketika pemuda itu menggeliat semakin dalam ke pelukannya.

"Oyasumi, Naru-chan." Bisiknya lembut. Dengan itu, kedua Sitri bersaudara tersebut berisitirahat dengan memeluk satu sama lain.

.

- Skip Time -

Morning, Sona Apartement

"Emmh, jam berapa ini?" Gumam Sona mengerjapkan matanya dengan pelan. Ia bangkit perlahan sambil meregangkan tangannya.

'Masih jam 6, lebih baik aku mandi dan membuat sarapan dulu.' Pikirnya.

Dirinya kemudian mengalihkan pandangannya pada Naruto yang masih tertidur dengan pulas. Ekspresi damai dari pemuda itu entah kenapa membuat hatinya menghangat. Ia kemudian memutuskan untuk memberikan Naruto waktu lebih sedangkan dirinya segera memulai persiapan untuk aktivitas hari ini.

.

"Bangun Naru-chan, ini sudah pagi. Kamu tak ingin telat di hari pertamamu bukan?" Sona menepuk pelan pipi Naruto dengan lembut. Naruto melenguh pelan ketika merasakan sentuhan pada pipinya.

"Hmm, 5 menit lagi." Balasnya dengan lemah karena masih dalam keadaan setengah sadar.

Sona menghela nafas kecil, "Tidak, kamu nanti akan terlambat. Jadi, ayo bangun, bukankah kamu sangat ingin sekolah di dunia atas?" Ucapnya membuat Naruto menggeliat pelan karena kegiatannya terganggu.

"Mmm, 5 menit lagi Sera-nee~." Pintanya membuat dahi Sona berkerut. Tangan putihnya kemudian terjulur untuk menarik dengan lembut pipi pemuda itu.

"Nee-sama tak ada disini Naru-chan, ayo bangun atau Nee-chan akan marah padamu." Ancamnya membuat Naruto perlahan membuka kedua matanya dan mulai mengumpulkan kesadaran.

Naruto mendudukan dirinya perlahan dan menggaruk rambutnya dengan pelan, "Pagi Nee-chan." Ucapnya dengan lemah membuat Sona tersenyum dan merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Pagi, segeralah mandi lalu sarapan, setelah itu kita berangkat." Sona melihat balasan anggukan dari adiknya.

"Apa Nee-sama selalu membangunkanmu seperti ini?" Tanyanya, karena bisa dibilang Serafall lebih memanjakan Naruto ketimbang dirinya.

Naruto mengangguk pelan, "Emm, Sera-nee selalu membangunkan aku lebih lama dan juga menciumku saat pagi sebagai salam." Ucapnya dengan polos membuat sebelah alis Sona berkedut ketika mendengarnya.

'Mencium? Grrr, awas kau Nee-sama. Hanya karena aku tidak ada disana bukan berarti kau bebas melakukan apapun dengan Naru-chan-ku!' Geramnya pada kakak tertuanya itu.

Hubungan ketiganya memang baik, tetapi jika hubungan dirinya dan Serafall mengenai Naruto bisa dibilang tidak. Karena mereka saling berebut siapa yang lebih pantas bersama Naruto. Entah itu karena hal sepele atau tidak, keduanya selalu saja meributkan hal tersebut. Alhasil, Raven mau tak mau menceramahi kedua putrinya dengan Naruto yang hanya bisa menatap bingung kedua kakaknya.

Sona kemudian menyeringai tipis, 'Tetapi sekarang aku tak perlu khawatir, karena mulai saat ini Naru-chan akan selalu bersamaku, fufufu~.' Pikirnya dengan senyuman posesif dan penuh kemenangan, ia tak akan menyerahkan adiknya begitu saja walau itu pada kakaknya sekalipun!

Tatapan Sona kembali beralih pada adiknya, ia kemudian merendahkan tubuhnya untuk menyamakan posisinya dengan Naruto.

Kiss

Gadis itu kemudian menangkup kedua pipinya dan mengecup pelan bibir Naruto. Dengan Naruto sendiri, ia tak terlalu mempermasalahkan itu karena kantuk yang masih menempel pada dirinya.

"Nah, sekarang mandi oke? Setelah itu kita sarapan dan berangkat." Ucap Sona.

Ia tersenyum ketika Naruto mengangguk lalu berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Gadis itu kemudian menyiapkan seragam untuk adiknya, setelah selesai dirinya kembali keruang tengah untuk menyiapkan sarapan pagi mereka.

.

- Skip -

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Sona pada Naruto yang saat ini mengenakan seragam akademi mereka.

Naruto mengangguk lalu tersenyum, "Pakaian ini cukup nyaman." Jawabnya membuat Sona juga tersenyum.

"Begitu, syukurlah." Ujarnya. Mereka sekarang sedang berjalan bersama menuju akademi.

"Ngomong-ngomong Onee-chan, aku berada di kelas berapa nanti?" Naruto menatap kearah kakaknya.

Sona memainkan telunjuk kiri pada dagunya, "Hmm, kalau tak salah kepala sekolah memasukanmu ke kelas yang sama dengan Koneko, yaitu kelas 10-A." Ucapnya lalu menatap adiknya.

Naruto mengangguk paham, "Kelas Koneko-chan? Syukurlah." Pemuda itu tersenyum lega karena setidaknya ada orang yang ia kenali di kelas barunya.

Sona tersenyum tipis lalu mengelus rambutnya, "Tak perlu takut, lagipula mereka pasti menyukaimu." Sona mencoba menenangkannya, sejujurnya dengan sifat Naruto, ia yakin jika adiknya akan mendapat banyak teman. Terutama yah, perempuan. Alisnya sedikit berkerut memikirkan banyaknya murid perempuan yang pasti mendekati adik imutnya.

'Tidak akan kubiarkan seorangpun mendekati Naru-chan imutku, sekalipun perempuan itu seorang dewi.' Mata Sona mengkilat tajam, sepertinya sikap posesifnya mengenai Naruto muncul kembali.

Tap!

"Naruuu-kunnn~."

Naruto dan Sona dengan kompak menoleh keasal suara panjang tersebut, keduanya mendapati Akeno berlari menuju Naruto sambil merentangkan kedua tangannya. Sona menyipitkan matanya melihat apa yang akan dilakukan Akeno.

Srek!

"Sudah kubilang untuk tidak menyentuhnya bukan, Akeno?" Nada Sona menggelap tetapi hanya dibalas tawa khas oleh gadis itu.

"Fufufu~." Balas Akeno dengan kerah seragam miliknya yang di genggam erat Sona.

Tak lama kemudian, datanglah Rias, berserta Yuuto dan juga Koneko. Rias menatap Akeno dengan sebutir keringat sebelum mendesah lelah.

"Jangan memancing Sona Akeno, lagipula ini masih pagi." Rias berkata dengan lelah. Tatapannya lalu beralih kearah Naruto yang melihat interaksi kakaknya dan Akeno dengan senyuman canggung.

"Pagi Na-kun." Sapanya dengan lembut.

Naruto menoleh keasal suara dan menemukan Rias, Yuuto dan juga Koneko, "Ah, pagi Ria-nee, Yuuto-senpai, Koneko-chan." Ia membalas dengan senyuman biasa miliknya yang membuat Koneko merona tipis, Rias dan Yuuto terkekeh pelan melihat itu.

Kring!

Sona melepaskan Akeno begitu mendengar bell sudah berbunyi menandakan bahwa pelajaran hari ini akan segera dimulai. Menghela nafas pelan, ia menatap kelima orang di depannya.

"Kalian, segeralah masuk kelas. Aku akan mengantar Naru-chan ke ruang kepala sekolah dulu." Ucapnya, ia lalu menggandeng lengan Naruto dan meninggalkan keempatnya yang hanya bisa saling memandang.

"Yah, Sona benar. Ayo kita ke kelas." Ajak Rias. Mereka beempat kemudian berjalan bersama yang di selingi oleh ucapan kagum para murid di sekitarnya.

.

Setelah beberapa menit berlalu, Sona telah selesai memberitahu kepala sekolah mengenai Naruto. Mereka saat ini bersama wali kelas Naruto, tengah menuju kelas 10-A.

"Nah, Naruto-kun. Tolong tunggu sebentar disini, sensei akan memanggilmu nanti." Ucap seorang wanita berambut karamel pada pemuda berambut hitam tersebut.

"Baik sensei." Naruto membalas dengan sopan membuat guru muda itu tersenyum lalu melangkah ke kelasnya.

"Nah Naru-chan, Nee-chan akan kembali ke kelas. Belajar yang rajin oke? Saat istirahat nanti, jangan lupa datang keruangan OSIS." Ucapnya. Gadis tersenyum ketika adiknya mengangguk.

"Baik, aku mengerti Onee-chan." Naruto memberi kakaknya senyuman, Sona bergerak mendekat lalu mengecup pelan pipi putih adiknya.

"Silahkan masuk, Naruto-kun."

Mereka berdua kemudian mendengar suara sensei di dalam yang memanggil Naruto untuk segera masuk.

"Ayo masuk, jangan lupa kata Nee-chan tadi, oke?" Sona berkata padanya.

"Oke, dah Onee-chan." Naruto melambaikan tangannya pada sang kakak yang melihat dari jauh dengan senyuman.

Sayup-sayup Sona dapat mendengar teriakan para gadis di kelas itu yang membuatnya menghela nafas karena sudah ia tebak ini akan terjadi. Gadis itu kemudian membalikan badannya dan berjalan menjauh dari kelas 10-A.

.

"E-Etto, Namaku Naruto Sitri, m-mohon bantuannya untuk kedepan nanti." Naruto membungkukkan badannya dengan sopan lalu memberikan senyuman ramah yang membuat gadis di kelas merona melihatnya.

"Perkenalan yang baik Naruto-kun. Baiklah, apa ada yang mau bertanya?" Tanya sang sensei yang bernama Asagi-sensei tersebut.

Naruto dan guru muda itu langsung sweatdrop ketika dengan serempak seluruh gadis di kelas ini mengangkat tangannya, terkecuali gadis mungil berambut putih.

"Baiklah Nakamura-chan."

"Ne Naruto-kun, apa benar kau adalah adik Kaichou?" Tanya seorang gadis berambut pirang dengan semangat.

Naruto menggaruk pipinya sambil tersenyum canggung, "Y-Ya, Sona-nee adalah kakakku." Balasnya dengan canggung.

"Naruto-kun! Apa kau sudah punya pacar?" Tiba-tiba seorang gadis berambut hitam menyeletuk yang membuat gadis-gadis di kelas gaduh dan penasaran.

"P-Pacar? H-Hmm, aku tidak memiliknya karena Onee-chan bilang ia akan mencarikannya sendiri untukku." Naruto menjawab itu dengan senyuman polos membuat seluruh murid di kelas sedikit terkejut.

'Y-Yah, tidak disangka jika Kaichou memiliki penyakit brocon.' Mereka berpikir serempak dengan sebutir keringat, terkejut dengan fakta baru yang mengejutkan.

Asagi-sensei yang melihat semuanya terdiam memutuskan untuk berbicara, "Baiklah Naruto-kun, kau bisa duduk di belakang Koneko-chan. Koneko-chan, bisa angkat tanganmu-"

"Tidak perlu sensei, aku sudah tau." Naruto membalasnya dengan ramah lalu berjalan menuju gadis mungil berambut putih yang sedari tadi memandangnya dengan rona tipis.

"Hei, Koneko-chan." Naruto menyapanya dengan ramah disertai senyuman lembut yang membuat rona merah di pipi gadis itu semakin tebal. Pemuda itu kemudian duduk di belakang kursi Koneko seperti yang diarahkan oleh Asagi-sensei.

Para siswi di kelas sedikit kaget melihat reaksi Koneko, apalagi para siswa. Karena mereka tak menduga reaksi yang di keluarkan Koneko.

"Ara ara, sepertinya Koneko-chan sudah mengenalnya lebih dulu dari kita~." Ucap salah satu dari mereka.

"Ufufu, kau benar. Koneko-chan yang curang~." Sambung yang lain, hal itu membuat Koneko menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajah merah miliknya.

Asagi-sensei yang melihat itu hanya menghela nafas kecil lalu memerintahkan semuanya untuk tenang.

"Naruto-kun, kau bisa meminjam buku pada Koneko-chan untuk hari ini." Ia melihat Naruto membalas dengan anggukan pelan.

"Baik sensei." Balasnya.

"Baiklah, kita mulai pelajaran hari ini."

And cut...

.

TBC

.

Note :

Kabar kalian masih baik? Yah gua harap begitu. Entah kenapa pas ngeliat banyak fanfict baru + fanfict lain update, ngebuat gua sedikit kedorong untuk up nih fict.

Chapter ini mungkin khusus ngeliatin kegiatan Sona dan Naruto. Jadi maaf kalo errr, rada hambar. Bagi yang nanyain konflik, mungkin chapter 4 keatas baru keliatan konfliknya. Bisa dibilang 3 chapter ini hanya pemanis sementara.

Dan masalah pair, sejujurnya untuk pair gua udah rencanain bakal ngambil cewe vampir, kenapa? Entah kenapa kalo ngeliat cewe vampir apalagi kalo taringnya keliatan, ngasih kesan lucu sendiri ke gua wkwk. Jadi, ada saran bagi yang tau? Karena yah, gua dah jarang cari referensi. Barangkali ada yang tau, bisa PM/review aja. Dan tentunya pairnya kayaknya ga harem, cukup single aja.

Untuk yang udah setia nunggu, review, fav n foll, gua ucapin banyak terimakasih. Dan bagi yang udah review make akun, bakal gua bales di PM aja oke? Tapi ya, ga semuanya, kebanyakan ey, jadi maaf kalo ada yang ga kebales. Maaf juga bagi yang make akun guest karena gua gabisa bales (AN dah kebanyakan wkwk).

Oke, Adios! Byebye!...

#DiRumahAja #StayHome #StaySafe...and

#WashYourHands...,