Sword of Destiny
Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto, Highschool DxD by Ichiei Ishibumi, Sword Art Online by Kawahara Reki and Fate Series by Type-Moon
Ditulis tanpa berniat mendapatkan keuntungan materil
Rate: M (For Safe)
Pair: Naruto x ?
Genre: Action, Fantasy, Magic, Slight Romance, Etc.
Warning: Typo, Out of Character, Bahasa Tidak Baku, Alternate Universe, and Etc.
Summary
Dia yang jujur, angkuh dan mengasihi. Senyumnya selembut dan secerah matahari pagi. Dia yang penuh rasa peduli. Mencintai semua kebaikan dan percaya akan keadilan. Meskipun dia membenci pertentangan, dia tak tertandingi saat memegang pedang. Pedang yang bersinar, menumpas kesalahan di dunia dan membinasakan segala kejahatan.
Arc I: Knight and Magic
Chapter 3
« Opening Song: JUSTadICE by Seiko Omori »
[ Bagian I ]
Dahulu—
Terkisah tentang seorang pemuda yang telah diberi takdir tinggi oleh Yang Maha Kuasa. Dia adalah seorang pemuda biasa—seorang yatim piatu yang saat belianya ia tinggal bersama para suster di panti asuhan yang bertempat pada bagian tenggara kota Lady of the Lake yang berdekatan dengan sebuah peternakan yang kerap kali menghasilkan keju dan susu yang kemudian di jual pada distrik komersial di kota.
Pada usianya yang ke- 18 tahun ia mendapatkan hal yang tiada terduga; yang mana hal tersebutlah yang membuat ia menjadi terkenal seantero dunia sebagai Symbol of Piece serta King of Knights. Itu terjadi karena pada saat itu Kekaisaran tengah mengadakan sayembara. Sayembara itu berupa siapa saja yang mampu mencabut sebilah pedang yang tengah tertancap pada batu yang bertempat di dalam kuil Zestiria—kuil yang berdiri pada tepian danau di kota suci Lady of the Lake.
Hadiah yang di dapatkan apabila seseorang mampu untuk mencabut pedang itu adalah jika ia merupakan seorang rakyat biasa maka diberikanlah kepadanya gelar bangsawan yang lalu dilanjutkan dengan memberikan sedikit wilayah untuk di kelola olehnya. Namun jika yang mampu mencabut pedang tersebut adalah seorang bangsawan maka ia akan dihadiahi sebagian tanah yang lainnya yang mana hal tersebut merupakan hadiah yang amat sangat tinggi harganya.
Tapi bukan hal-hal tersebutlah yang membuat sayembara ini gemar di ikuti oleh banyak manusia di belahan manapun. Hal yang paling di inginkan ketika seseorang mampu untuk mencabut pedang ini adalah di berikanlah kepadanya gelar Holy Knight, gelar tertinggi yang bekerja langsung di bawah perintah sang Kaisar.
Kenapa hanya dengan mencabut pedang bisa mendapatkan hadiah seistimewa itu?
Pedang tersebutlah yang menjadi jawabannya. Pedang yang tertancap di sana adalah pedang maha suci yang kesuciannya meliputi dunia dan surga. Pedang yang di tempa oleh Dewa, pedang yang di tempa oleh dunia sebagai kristalisasi keinginan seluruh umat manusia. Bertempat yang di tancap pada batu atas keinginan dunia yang diawasi oleh seraphim Lady of the Lake. Pada bilah pedang itu tertulis kalimat emas berupa huruf peri yang bertuliskan—
—Siapapun yang mampu mencabut pedang yang tertancap pada batu ini adalah seseorang yang lahir menjadi Raja Kesatria dari seluruh umat manusia.
Banyak para Kesatria terkuat yang mencoba untuk menarik pedang tersebut namun tidak ada yang mampu untuk menariknya keluar. Bahkan sang Holy Knight terdahulu yang bernama Vasco Strada sebagai manusia terkuat di dunia tiada mampu menarik pedang yang tertancap pada batu tersebut.
Namun ketika dia, Minato Namikaze yang entah kenapa berjalan mendekati pedang itu dan mengulurkan tangan untuk mencabut pedang tanpa ragu-ragu. Sebelum ia dapat meraihnya, seorang wanita bergaun putih bersurai pirang panjang muncul di hadapannya untuk menyuruhnya memikirkan segalanya sekali lagi sebelum mencabutnya.
"Engkau tidak akan menjadi seorang manusia lagi ketika engkau mencabut pedang tersebut."
Tetapi Minato hanya menjawabnya dengan satu anggukan dan satu ukiran senyum kecil yang terukir pada wajahnya.
—Menjadi seorang kesatria berarti tidak lagi menjadi manusia.
Sejak dulu ia selalu berpikir bahwa seorang kesatria adalah seseorang yang akan membunuh semua orang untuk melindungi semua orang yang lainnya. Ketika dia memikirkannya setiap malam ia selalu bergidik ngeri sampai pagi pun datang. Meskipun ia takut akan fakta itu, sesuatu dalam dirinya bergemuruh untuk tetap berpegang pada niatnya untuk menarik pedang tersebut. Dia mengatakan pada dirinya bahwa semua itu akan berakhir hari ini.
Lalu—
Pedang itu ditarik keluar dengan mudahnya dan seluruh tempat itu di penuhi dengan cahaya yang bersinar terang dan membungkam seluruh kata-kata. Bagi siapapun yang melihatnya beranggapan bahwa hari yang di takdirkan telah tiba. Lahirnya Raja Kesatria yang akan menumpaskan segala kesalahan dan segala kejahatan di dunia.
Pada saat itu dia sadar bahwa dia telah menjadi sesuatu yang bukan manusia.
[ Bagian II ]
"Oi oi ... Jangan bilang kalau ..."
Berada pada tempat duduknya yang menyerupai singgasana, Sir Azazel menatap dengan mata melebar tiada percaya. Ia bahkan harus menahan napasnya untuk beberapa saat untuk meimplementasikan rasa tidak percaya yang menghantui dirinya.
Seumur hidupnya ia hanya dibuat satu kali merasakan perasaan semacam ini. Perasaan rasa tiada percaya akan apa yang dilihat oleh mata kepalanya sendiri. Waktu itu adalah ketika ia melihat secara langsung seorang pemuda yang lebih muda darinya dapat mencabut sebuah pedang legenda yang tertancap pada batu di kuil Zestiria. Pedang yang bahkan manusia terkuat di dunia sekalipun tidak dapat untuk menggesernya sedikit pun.
Dan kali ini, ia dipaksa untuk kembali merasakan kembali perasaan kejut tersebut. Perasaan terkejut bercampur kagum mengaduk pemikiran pria yang merupakan salah satu Jenderal Sihir terkuat di kekaisaran tersebut.
"Sekarang aku mengingatnya! Sekarang aku paham kenapa aku begitu tak asing dengan nama itu!" ujar Azazel yang masih dengan rasa tidak percaya yang menggerogoti dirinya.
Azazel lalu menolehkan kepalanya dengan cepat menuju ke arah samping tempat dimana Kakashi berada. Ia melihat sejenak ekspresi pria bermasker tersebut.
"Kakashi ... Jangan-jangan kau sudah mengetahuinya, bukan?"
Azazel menatap pria bermasker tersebut dengan menunjukan raut wajah ingin tahu yang tinggi. Sedangkan Kakashi yang mendapatkan pertanyaan demikian sedikit mengeraskan wajahnya.
"Kau adalah orang terdekatnya Sir Minato Pendragon. Kau pasti tahu sesuatu tentang hal ini."
Azazel berbicara seolah tengah mendesak Jenderal muda tersebut untuk berbicara. Bagaimana pun, Kakashi pasti mengetahui sesuatu tentang ini. Apalagi ekspresi Kakashi yang seolah tengah menyembunyikan sesuatu membuat Azazel semakin yakin akan dugaannya.
—Tentang menghilangnya seorang Holy Knight yang di juluki sebagai Raja Kesatria yang di kabarkan telah gugur dalam tugasnya. Dan tidak adanya informasi yang jelas tentang keluarga dari Raja Kesatria tersebut.
Namun ada satu hal yang Azazel ketahui yang sebenarnya hampir tidak diketahui oleh banyak orang bahkan untuk sebagian petinggi Kekaisaran pun tidak mengetahuinya.
Yakni tentang keluarga Sir Minato Pendragon yang sebelumnya bernama Minato Namikaze. Namun setelah menarik pedang Excalibur membuat ia di anugerahkan Factor of Dragon sehingga memiliki Dragon Magic Crest. Itulah kenapa dia diberikan nama Pendragon karena ia adalah seorang pemegang Element of the Red Dragon yang membawa darah dan kekuatan sihir besar dalam tubuh manusia.
Setelah beberapa tahun Minato akhirnya berada di puncak seluruh Kesatria Sihir di dunia yang mana hal tersebut menjadikan dia semakin di musuhi oleh para bangsa iblis dari daratan Gaulia atau yang dikenal dengan nama Dark Territory, dan di segani oleh seluruh manusia. Namun ketika ia sudah berada di puncak kejayaannya, dan kerajaan manusia hampir mendekati kemenangan atas bangsa iblis—
—Dia menghilang.
Hilangnya sang Raja Kesatria membuat dunia gentar. Terlebih kabar yang disebarkan adalah sang Raja Kesatria telah mati terbunuh saat berada di dalam tugasnya ketika bernegosiasi tentang perdamaian di salah satu markas Kekaisaran Iblis di daratan Gaulia.
Hilangnya sang cahaya harapan, simbol perdamaian sekaligus sang Raja Kesatria membuat seluruh dunia manusia kacau. Bangsa Iblis yang sebelumnya tertekan menjadi semakin kuat tiap waktunya hingga membuat manusia pasrah akan nasib yang akan diterima. Namun ketika dunia sudah berada dalam kepasrahan yang merajalela, The Strongers Human in the World—Vasco Strada yang telah tua mengambil kembali kedudukannya sebagai Holy Knight dan menenangkan kegelisahan yang menyelimuti manusia.
Itu adalah sebagian kecil cerita tentang sang Raja Kesatria, yang di ceritakan oleh para orang tua sebagai dongeng sebelum tidur untuk anak-anak mereka. Namun Azazel jauh lebih tahu mengenai hal itu, terutama tentang keluarga Minato Pendragon yang sangat misterius keberadaannya.
"Kau pasti tahu sesuatu 'kan, Kakashi? Kau adalah satu-satunya orang yang selamat dalam penyerangan itu."
Kakashi mengeraskan wajahnya. Sejenak ia melihat ke arah Azazel yang terus mendesaknya, sejurus kemudian ia mengalihkan matanya menatap ke tengah arena tepatnya ke arah pemuda pirang dengan pedang legendanya.
Jantung Kakashi berdetak lebih cepat ketika mengingat kala itu. Ia masih mengingatnya. Sungguh ia masih mengingat akan peristiwa itu. Peristiwa yang selalu mengganggu tidurnya. Peristiwa yang selalu membuatnya merasa sangat bersalah dan tak berguna. Peristiwa yang selalu menggoyahkan hati dan keyakinan sang Jenderal berjulukan Taring Kekaisaran tersebut.
Merasakan perasaan nyeri yang menyakitkan yang terasa menusuk dadanya, Kakashi menarik lengan kirinya dan menekankan telapak tangannya tersebut pada dadanya yang terlapisi baju dan jirah besi perak.
Melihat Kakashi yang nampak kesakitan membuat Azazel mengeraskan rahangnya. Ia tahu kalau Kakashi masih sedikit trauma ketika harus kehilangan mentor dan teman-temannya, dan ironisnya ia adalah satu-satunya orang yang selamat.
Ketika Azazel mengalihkan wajahnya untuk melihat kembali pertarungan yang nampak masih akan berlanjut, ia di dikejutkan oleh suara Kakashi yang memanggil dirinya—membuat Azazel mengurungkan niatnya dan langsung menghadap ke arah Kakashi yang menatap ia tajam.
"Sir Azazel ... Kau benar. Aku mengetahui sesuatu tentang ini."
Ucapan yang Kakashi berikan membuat Azazel memberikan tatapan ingin tahu yang amat tinggi. Kakashi nampak masih ragu namun ia tetap memberitahukannya.
"Kau pasti sudah mengetahui tentang keluarga Minato Pendragon yang memilih untuk menyembunyikan diri karena takut akan musuh dari Minato-sama dan itu atas perintah dari Minato-sama sendiri. Tetapi ada satu hal yang hanya aku, Minato-sama dan keluarganya saja yang mengetahui."
Kakashi menjelaskan dengan perlahan sementara Azazel mengangguk paham. Dan ketika sampai pada bagian akhir ucapan tersebut, Azazel menaikan sebelah alisnya bingung.
"Hal yang hanya kalian ketahui? Apa itu?" tanya Azazel memastikan dengan ekspresi bingung bercampur dengan rasa ingin tahu yang amat tinggi.
"Itu adalah tentang pedang Excalibur," Kakashi menemukan ekspresi cukup terkejut di wajah Azazel dan itu sebenarnya cukup lucu, kemudian Kakashi melanjutkan. "Tak hanya Excalibur tetapi tentang kebenaran mengapa Kesatria Sihir sekuat Minato-sama harus kalah melawan Jenderal bangsa iblis."
"Itu terdengar menarik. Sampai sekarang aku bahkan masih tidak percaya kalau manusia sekuat Sir Minato bisa-bisanya kalah melawan para iblis bajingan itu."
Itu adalah suara dari Sir Sirzechs yang bersama ke empat Jenderal lainnya telah mengamati dengan cermat pembicaraan antara Azazel dan Kakashi. Apa yang di perlihatkan oleh wajah dari pria itu adalah rasa amarah yang meluap-luap.
"Lalu katakan Sir Kakashi, hal apa yang sebenarnya terjadi sehingga Sir Minato bisa kalah dalam pertarungannya?" lanjut pria bermarga Gremory tersebut yang di beri anggukan oleh para Jenderal yang lainnya.
Kakashi mengangguk kecil. Dalam batinnya ia berbicara bahwa nampaknya ini sudah waktunya bagi ia untuk memberitahukan kebenarannya. Kebenaran tentang rahasia kalahnya seorang Raja Kesatria yang tiada terkalahkan.
"Saat itu, Minato-sama memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Harta Mulia-nya karena sebuah firasat. Ia mewariskan pedang tersebut kepada putranya yang masih kecil dan melatih diam-diam putranya tersebut jauh dari keramaian duniawi. Itulah alasan mengapa ia tidak mampu mengeluarkan seluruh kekuatannya dalam pertarungan sehingga di bayar mahal dengan kekalahannya."
Kelima manusia yang ada di sana mendengar dengan cermat. Hingga puncaknya mata mereka melebar tiba-tiba dan langsung mengalihkan mata mereka menuju arena—tempat dimana pertarungan sengit sedang berlangsung sekarang.
"Sialan! Itu artinya ..."
[ Bagian III ]
Vali Silver tidak pernah percaya akan apa yang di lihatnya hari ini. Sesuatu yang bahkan tertulis dalam legenda kini hadir di depan mata dan kepalanya sendiri.
Legenda mengenai pedang yang tertancap pada batu yang kemudian di tarik oleh seorang Kesatria sejati adalah kisah yang menginspirasi dirinya sejak dahulu. Hingga ia harus menghabiskan waktunya untuk berlatih dan berlatih secara terus menerus untuk menggapai impiannya menjadi yang terkuat dan melampaui legenda sang Raja Kesatria.
Untuk menjadi kuat ia harus memiliki batu loncatan yang cukup kuat untuk menopangnya menjadi seorang Kesatria Sihir sejati. Batu loncatan yang ia maksud adalah seorang lawan yang setara, seorang rival yang mampu bersaing melawannya. Karena sejak dulu, sejak ia masih berada dalam Imperial Knights Academy ia hampir sama sekali tidak pernah menemukan lawan yang setara, menjadikan ia sebagai salah satu generasi muda terkuat di usianya.
Hasrat pertarungan tinggi yang ia miliki menjadikan ia sebagai mesin petarung sesungguhnya.
Untuk memenuhi hasrat bertarung dan untuk memenuhi impiannya tersebut ia memilih untuk bergabung ke dalam pasukan Squad Kesatria Sihir Kekaisaran, Magic Knights. Dan siapa sangka ia memiliki lawan yang bisa membuat darahnya mendidih panas dan bergelora. Bahkan orang tersebut memiliki hal yang mustahil untuk manusia manapun miliki, menjadikan gejolak darah seorang Vali Silver semakin menjadi-jadi didihannya.
"Sialan! Kau berhasil membuatku terkesan, Namikaze!" teriak semangat Vali dengan senyum maniac yang terukir pada wajahnya.
Di lain sisi, Namikaze Naruto yang hampir kehilangan tenaganya kini menutup mata sejenak. Mencoba untuk merasakan udara yang berhembus melewatinya bersama dengan kobaran prana yang berderak dalam darah dan nadinya. Ia membuka matanya kemudian, lalu matanya berubah menjadi tajam dan dingin seolah-olah kristal biru yang tersembunyi di balik kelopak tersebut adalah perwujudan dari es yang begitu dingin.
Bersama dengan kobaran-kobaran kecil prana yang berderak dalam tubuhnya, Naruto mulai mengingat ajaran-ajaran yang ayahnya ajarkan dahulu. Ia lalu mengangkat pedangnya setinggi dada dengan bilahnya mengarah ke atas.
Pedang bernuansa emas bercambur biru dan perak itu nampak memancarkan aura yang mulai menyeruak laksana debu emas yang di tiup oleh sang angin.
Bersamaan dengan itu, Naruto mulai mengingat potongan-potongan kata yang pernah di ucapkan oleh ayahnya.
—Kuatkan tekadmu dan rasakan energi yang tengah mengitarimu. Energi tersebut adalah kristalisasi keingingan seluruh umat manusia yang bersembunyi dan menunggu untuk di wujudkan. Kemudian fokuslah dan masukan secara perlahan energi itu ke dalam tubuh dan juga pedangmu. Yakinlah bahwa kau akan memenuhi keinginan mereka dengan sepenuh hatimu.
Kristal-kristal kecil berwarna emas yang nampak seperti debu-debu emas beterbangan mulai muncul dari bawah lantai tempat ia berpijak. Kemudian menyebar laksana lentera nan kecil yang lalu bergerak mengitari dengan Naruto sebagai pusatnya.
Siapapun yang berada di sana menjadi terperangah dan dibuat tercengang akan hal tersebut. Terutama ialah Vali yang kini memasang kuda-kuda bertarungnya. Sungguh ia tidak sabar untuk mengalahkan pria pirang yang berada di seberangnya itu.
"Datanglah, Namikaze! Akan ku perlihatkan bahwa aku lebih kuat darimu," Vali menjadi semakin bersemangat dengan seringainya ketika melihat prana emas telah menyelimuti pedang bocah pirang itu sepenuhnya. "Aku akan melampaui Raja Kesatria!"
Ledakan energi terjadi. Pada awalnya Naruto berada tak jauh dari Vali namun dalam satu kedipan mata pemuda pirang itu telah berada di hadapan Vali yang tercengang melihat kecepatan pemuda pirang tersebut. Dia bahkan tak sempat untuk bereaksi!
"Tak peduli apapun. Aku akan menang!"
Naruto berteriak ketika mengayunkan pedangnya kuat yang nampak seperti akan memotong kepala Vali dengan cepat. Namun sebelum tebasan itu mengenai leher Vali, pria perak tersebut dengan segera memompa prananya kuat-kuat hingga menimbulkan ledekan energi yang berpusat pada tubuhnya; yang mana ledakan tersebut membuat Naruto terlempar beberapa meter ke belakang.
Naruto yang tengah berputar di udara bebas menyeimbangkan tubuhnya kemudian dan lalu mendaratkan kakinya dengan elegan pada lantai. Koordinasi keseimbangan dan ketenangannya yang luar biasa membuat pijakannya tak menimbulkan suara. Seolah-olah ia adalah selembar daun ringan yang tertiup terbawa angin.
Naruto mengambil kembali gesture bertarung miliknya dengan menggenggam gagang Excalibur menggunakan kedua tangannya yang ia angkat di depan dadanya. Mata biru yang sedingin es melihat dengan tajam pada Vali yang nampak mengoar-ngoar prananya. Pria perak itu bahkan menyebarkan aura killing intens yang cukup pekat hingga memenuhi arena.
Naruto bahkan dapat merasakan jantungnya yang berdebar semakin cepat dan hawa dingin yang menusuk dalam ke tengkuk. Pria perak itu benar-benar memiliki hawa membunuh yang sangat-sangat pekat.
Naruto mengeratkan pegangannya pada gagang Excalibur. Apapun yang terjadi ia harus menang! Tak peduli bagaimana pun, ia harus menjadi yang terbaik untuk dapat menjadi Holy Knight terkuat dan melindungi keluarganya, orang-orang yang amat berharga baginya. Yah, dia harus menang!
Naruto kembali menyalurkan energinya yang tersisa terhadap pedang dan kakinya, ia menatap tajam kepada Vali. Ia telah berjanji pada ayahnya, ia telah berjanji pada ibunya, ia telah berjanji pada dirinya bahwa ia akan menjadi Kesatria Sihir yang terbaik!
"Saa ... mari kita naikan levelnya." Vali yang kini tengah menyeruakkan kobaran prana yang menggila menyeringai tipis. Sayap mekanik berwarna putih bercampur biru yang mengepak di punggungnya nampak melebar yang syarat akan kekuatan mahadasyat.
"Oryaa!"
Vali menghentakkan kaki kanannya ke lantai, menimbulkan sedikit retakan di sana. Selepas itu dalam sekejap mata pria perak tersebut tiba-tiba menghilang dari tempatnya yang hanya meninggalkan angin dan sedikit debu yang nampak beterbangan.
Naruto sontak shock dan melebarkan matanya ketika melihat Vali yang berada di atasnya dengan satu tendangan Axe Kick yang nampak bisa mematahkan lehernya.
Sialan! Ia bahkan hampir tak sempat untuk bereaksi.
Dengan mengandalkan refleksnya yang terus ia latih selama bertahun-tahun lamanya, pemuda pirang itu segera mengubah jalur Excalibur dan memposisikan pedang tersebut secara horizontal guna memblokade tendangan milik Vali.
*Duakh!*
Suara tendangan dapat terdengar dengan cukup jelas ketika kaki kanan tersebut bergerak cepat ke bawah dengan mengandalkan momentumnya. Seluruh berat tubuhnya Vali tumpukan pada tendangan tersebut membuat kekuatan yang di hasilkan menjadi sangatlah besar dan mematikan.
Sayangnya itu sia-sia mengingat Naruto dapat menahan tendangannya dengan baik meskipun kedua kaki pemuda pirang itu nampak tertekuk dan menimbulkan sedikit retakan pada lantai. Vali menyeringai sesaat sebelum mengganti tekniknya selagi ia masih melayang di udara.
Pria perak itu menarik kaki kanannya dan menekuknya kemudian. Lalu dengan mengandalkan posisinya yang menguntungkan ia mengayunkan kaki kirinya yang dapat bergerak bebas ke arah kepala Naruto untuk memberikan tendangan berputar yang cukup mematikan.
Sekali lagi, Naruto hampir di buat tak dapat bereaksi melawan teknik Hand Combat yang dimiliki oleh pria perak itu. Andai kata ia tak segera merendahkan tubuhnya sesaat sebelum tendangan itu mengenai kepalanya, mungkin ia sudah K.O dan tak dapat melanjutkan pertarungannya sekarang.
"Cih!" Vali nampak berdecih karena tak mampu untuk mengenai lawannya tersebut. Namun sebenarnya ia cukup terkesan akan refleks yang di miliki oleh pemuda pirang itu.
"Sword Skill: Avalanche!"
Naruto menyerukan nama tekniknya ketika ia memberikan Counter Attack terhadap Vali yang nampak cukup terkejut olehnya. Pemuda pirang itu menarik pedangnya sesaat sebelum memberikan tebasan horizontal menggunakan skill tingkat tinggi yang bisa langsung membunuh dan memotong tubuh lawannya tersebut. Namun Vali bukanlah orang yang lemah dan segera mengepakan sayap mekaniknya kuat-kuat untuk membawanya terbang tinggi demi menghindari jalur tebasan itu.
"Wah wah wah ... itu cukup berbahaya, Namikaze. Menggunakan Sword Skill tingkat tinggi seperti itu, sepertinya kau tidak tanggung-tanggung melawanku." Ucap Vali berkomentar selagi melayang di udara. Dalam benak pria perak itu ia benar-benar merasa terkesan dengan pemuda pirang di depannya yang bahkan tak ragu untuk menyerang penuh dirinya. Bahkan sampai-sampai menggunakan Sword Skill tingkat tinggi yang mampu untuk membunuh manusia dalam sekejap mata.
"Kehormatan ku sebagai seorang pendekar pedang adalah tidak meremehkan lawan ku," Naruto membalas dengan suara penuh keyakinan sementara ia menatap tajam ke arah Vali yang tengah melayang di atasnya. "Jika aku bertindak setengah-setengah, itu hanya akan menghancurkan harga diriku sebagai seorang Swordsmen ... tidak! Tapi menghancurkan harga diri kami yang telah kami bangun."
"Bagus ... aku cukup terkesan dengan keyakinanmu. Sayangnya itu tidak akan mampu membalikan fakta bahwa kau tidak akan dapat mengalahkanku." Ucap Vali sembari tersenyum sombong yang mana ia mendapati Naruto tengah terkekeh mendengar ucapannya. Itu membuat Vali menjadi keheranan dan langsung bertanya.
"Apa yang membuatmu tertawa, Namikaze? Apa kau meremehkanku, huh?!"
Dengan penekanan pada akhir kalimatnya, Vali semakin mengoarkan killing intens yang sangat pekat sampai-sampai ada beberapa penonton yang menutup mulutnya karena kesulitan bernapas. Namun nampaknya aura membunuh yang ia keluarkan tidak cukup efisien untuk menumbangkan seorang Namikaze Naruto.
Lihatlah! Pemuda pirang itu bahkan tetap berdiri dengan seringai tipisnya.
"Tidak, tidak ... Aku tidak meremehkanmu, Silver-san. Tapi aku cukup kagum dengan mu," ucap Naruto yang membuat Vali langsung menaikan sebelah alisnya keheranan. "Aura mu, keyakinanmu yang tidak akan pernah kalah dan kekuatan serta ketangkasan yang kau miliki benar-benar membuatku kagum." Lanjut Naruto dengan pujiannya yang ia arahkan pada pemuda perak tersebut.
Vali hanya diam mendengarkan, ia sebenarnya tak pernah cukup peduli mendengar ocehan seperti ini karena sebagian dari mereka hanya mengincar ketenaran dengan berteman dengannya. Namun mendengarnya dari lawan semenarik Namikaze Naruto adalah sesuatu yang berbeda. Ia merasa kalau pemuda pirang itu benar-benar menaruh perasaan yang cukup pada kata-katanya. Kata-kata yang sama sekali tidak memiliki aroma kebohongan sekali pun.
"Kekuatanmu itu merupakan salah satu dari Sacred Gear, bukan? Divine Dividing yang menyimpan jiwa salah satu dari dua Naga Surgawi—White Dragon Emperor, Albion." Naruto mengatakannya dengan ekspresi sedikit kagum, itu membuat Vali menjadi semakin keheranan.
"Lalu?" tanya Vali memastikan apa yang sebenarnya ingin pemuda itu katakan. Lagipula informasi mengenai Sacred Gear yang ia miliki sudah menjadi hal umum dan diketahui oleh khalayak ramai.
"Itu benar-benar anugerah yang luar biasa untukmu. Memiliki kekuatan sehebat itu adalah anugerah yang sangat luar biasa," kata Naruto kembali dengan pujiannya, sedangkan Vali nampak terdiam. "Dan saat ini aku sedang bertarung melawanmu, bertarung melawan seorang lawan yang hebat benar-benar menjadi suatu kebanggaan bagiku. Karena itu ... karena itu—"
Naruto lalu memutuskan kalimatnya. Kemudian bersiaplah ia dengan gesture bertarung yang nampak berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Ia menarik napas panjang dan menatap tajam terhadap Vali kemudian.
"—Aku memutuskan untuk tidak akan kalah!"
Vali melebarkan seringainya yang sempat hilang beberapa saat yang lalu. Sialan! Darahnya benar-benar mendidih dan semakin bergelora setelah mendengar pernyataan yang syarat akan keyakinan tersebut. Dengan begitu, dia tidak akan menahan diri lagi. Bajingan pirang ini harus tahu siapa yang sesungguhnya berada di puncak.
"Khahaha! Sialan! Kau benar-benar sesuatu sekali, Naruto Namikaze!"
Setelah mengungkapkan pernyataan itu, Vali melebarkan dan merentangkan kedua tangannya ke depan dengan telapak tangannya yang di posisikan terbuka. Setelah beberapa detik, kobaran prana nampak menyeruak kembali dari tubuhnya. Selepas itu entah bagaimana secara tiba-tiba lempengan-lempengan perak muncul menyelimuti kulit tangan dan kakinya hingga membentuk seperti sarung tangan dan sepatu mekanik yang berwarna putih dengan polesan kristal biru terang.
Seketika, penonton langsung tercengang dan bergemuruh melihatnya. Kini para penonton nampak berkomentar dan berbicara dengan nada kagum akan apa yang mereka lihat. Sungguh adalah suatu keajaiban bisa melihat seorang pengguna Sacred Gear yang telah mencapai tahap Longinus melawan seorang pengguna Harta Mulia tertinggi.
Lihat dan dengarlah! Hampir seluruh penonton menjadi ribut sendiri di tribun tempat mereka duduk menyaksikan.
"Serius? Ia bahkan menggunakan « Half Balance Breaker » ... Sialan! Ini benar-benar akan menjadi pertarungan yang sangat menyenangkan untuk di tonton!"
"Wah, Gila! Ini benar-benar mendebarkan!"
"Kau dukung yang mana ... Si perak atau si pirang? Aku bertaruh lima puluh koin perak untuk si pirang!"
"Aku bertaruh satu koin emas untuk si perak! Dia nampak jauh lebih menjanjikan."
Melupakan komentar-komentar yang tengah riuh-riuhnya di tribun atau kursi para penonton ... Para ketua Squad yang menjabat sebagai para Jenderal Kesatria Sihir memiliki tempat tersendiri untuk berkomentar. Mereka benar-benar terkesan dengan pertarungan ini meski mereka tahu kalau sebenarnya kedua belah pihak masih belumlah mengeluarkan kemampuan yang sesungguhnya. Tapi meski pun begitu, mereka benar-benar menikmati pertarungan ini.
"Damn! Ini benar-benar sangat mengesankan meski baru mencapai dua peserta pertama!" Cao Cao—salah satu Jenderal termuda adalah yang pertama kali menyuarakan komentarnya.
"Sacred Gear yang telah mencapai tahap Thirteen Longinus melawan puncak dari segala Harta Mulia ... Aku tidak pernah menyangka kalau hal seperti ini benar-benar bisa terjadi dalam perekrutan tahunan ini. Sungguh ini benar-benar sebuah keajaiban karena dapat menyaksikannya," Sirzechs mengambil senyum tipis sesaat sebelum menolehkan kepalanya terhadap Azazel dan Kakashi yang duduk di sebelahnya. "Aku tarik kembali kata-kata ku sebelumnya. Dia bukanlah pemuda antah berantah yang lemah, tapi dia adalah seorang Kesatria tanpa zirah."
Kelima Jenderal Kesatria Sihir yang masing-masing dari mereka tengah duduk di kursi menyerupai singgasana mendadak terkejut mendengar pernyataan yang di lontarkan oleh bangsawan Gremory sekaligus salah satu manusia terkuat di kekaisaran manusia. Sangat-sangat jarang bisa mendengar pujian seperti itu yang meluncur mulus dari mulutnya. Terlebih ia adalah orang yang dikenal sedikit arogan dan seringkali menilai orang lain dari garis keluarganya.
Di lain sisi Kakashi Hatake mengubah rasa terkejutnya menjadi perasaan senang, bangga dan bahagia dalam dirinya. Jika ia dipaksa untuk membuka maskernya sekarang maka terlihatlah wajah seorang Kakashi Hatake yang tengah tersenyum lembut dengan tahi lalat di samping bibirnya. Ia tersenyum bukan karena tanpa alasan.
—Melihat putra dari mentornya yang telah berkembang jauh seperti ini memiliki ruang kebahagiaan sendiri dalam dirinya. Seolah-olah itu membayar penyesalan masa lalu karena tak dapat melakukan apa-apa ketika ia harus kehilangan mentornya tersebut.
'Kau telah berkembang sejauh ini, Naruto. Teruslah melangkah dan teruslah berjuang untuk meraih impian mu. Kuatkan lah tekadmu dan pegang teguh jalan kekesatriaanmu. Aku yakin kau pasti dapat menjadi orang yang lebih kuat, bahkan lebih kuat dari Minato-sama. Karena kau adalah—'
'—kau adalah anak yang telah diramalkan tersebut!'
Dalam benaknya Kakashi berteriak yakin bahwa Naruto adalah anak yang telah di ramalkan untuk menumpaskan segala kesalahan di dunia dan membinasakan segala kejahatan ... Sama seperti apa yang telah Minato katakan padanya sebelum kekalahan pria penyandang gelar Raja Kesatria dan Simbol Perdamaian tersebut.
Kembali ke tempat dimana pertarungan mendebarkan sedang terjadi, Naruto Namikaze mengeraskan rahangnya dan menggertakan giginya kuat-kuat ketika melihat perubahan yang terjadi pada lawannya. Tidak hanya tangan dan kakinya saja yang berubah, tapi aura yang di keluarkan benar-benar menjadi sangat-sangat mengerikan. Bahkan hawa dingin langsung menusuk ke tulangnya.
Kaki-kaki Naruto juga nampak bergetar kalau di perhatikan dengan seksama. Akibat dari kehilangan sebagian energi dan kekuatannya yang di serap beberapa waktu yang lalu benar-benar memukul mundur dirinya sehingga ia tak mampu untuk lebih banyak mengeluarkan kemampuan yang sesungguhnya. Ini benar-benar merepotkan, astaga! Tapi meskipun demikan, ia harus mengakui bahwa ia benar-benar menikmati pertarungan ini.
Sekarang ia memiliki pertarungan yang harus ia tuntaskan.
Sebagai seorang Pendekar Pedang dan sebagai seorang Kesatria ia harus menyelesaikan pertarungan ini dengan sebaik-baiknya. Tidak! Menyelesaikan dengan baik saja tidak cukup ... Dia harus menang! Dia harus mengalahkan lawannya!
Naruto mengadah ke atas tempat dimana Vali sedang melayang di udara sementara Excalibur ia angkat setinggi dada menggunakan kedua tangannya yang ia genggam erat pada gagangnya yang berwarna biru.
"Vali Silver ... sebelum kita mengakhiri ini, aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan." Naruto berkata dengan nada keingintahuan yang cukup tinggi, sementara itu Vali hanya memberikannya satu tatapan keheranan kembali.
"Dan kenapa aku harus memenuhi permintaan konyolmu itu?"
Naruto memberikan tatapan serius kemudian. Tatapannya yang nampak bersungguh-sungguh membuat Vali menjadi sedikit risih.
"Ini adalah alasan kenapa aku harus bertarung serius melawanmu."
Vali menyeringai kembali. "Menarik. Sekarang silahkan tanya sesuka mu sebelum aku mengalahkan dan menghancurkanmu." Balas Vali dengan nada dingin. Benar-benar dingin sampai-sampai siapapun pasti mampu merasakan suaranya yang seakan menusuk ke bagian tulang terdalam.
Naruto menarik napas sesaat. Ia mengangguk dengan mantap, kemudian bertanyalah ia terhadap Vali yang tengah menyeringai di atas sana.
"Untuk apa kau bertarung? Apa tujuan mu mengangkat tangan mu untuk mengambil tinju mu?"
Vali masih tetap pada seringainya. Tapi hatinya sedikit tergerak mendengar pertanyaan itu. Hal itu memaksa Vali untuk diam dan merenung dalam benaknya.
Untuk apa ia bertarung?
Untuk apa ia mengarahkan tinjunya?
Vali masih terdiam memikirkan jawabannya meskipun baginya cukup konyol untuk menjawabnya dalam situasi pertarungan seperti ini. Tapi tak apa. Ia akan tetap menjawabnya.
Coba pikirkan.
Coba renungkan.
Untuk apa ia bertarung selama ini? Untuk apa dia mengalahkan banyak orang sampai saat ini?
Tentu saja Vali sudah mengetahui jawabannya. Itu adalah alasan mengapa ia harus menjadi yang terkuat dari yang terkuat. Menjadi yang terhebat dari yang terhebat. Menjadi nomor satu. Menjadi sang juara yang tiada terkalahkan.
Semua itu ia lakukan untuk sebuah alasan yang memaksa dirinya untuk mencapai tahap ini. Memaksa dirinya untuk terus berlatih bahkan sampai harus mematahkan dan meremukkan tulang-tulangnya. Sejak dulu sebenarnya Vali hanya memiliki satu tujuan dan satu impian.
"Untuk apa kau bilang?"
Ledakan energi kembali menyeruak dari tubuh pemuda perak itu yang mana hal tersebut langsung diberi respons oleh Kaguya dan Grayfia yang segera memerintahkan beberapa Kesatria Sihir yang mengawasi pertarungan di berbagai sisi arena untuk bersama-sama memasang sebuah barrier. Sedangkan di sana, Naruto nampak sedikit terpengaruh akan hawa mematikan yang menyeruak gila. Bahkan kaki-kakinya sudah semakin bergetar sekarang.
"Aku bertarung untuk menang! Aku menarik tinjuku untuk menang! Aku menang untuk menjadi seorang yang berdiri di puncak. Seseorang yang melampaui Raja Kesatria. Dan untuk—"
Hawa dingin menjadi semakin menusuk ketika Vali telah sampai pada penghujung kata-katanya. Dapat terasa, gejolak amarah, dendam dan sakit hati seolah mewakili perasaannya melalui kata-kata yang ia ucapkan.
"—Membunuh kakek bajingan itu!".
Naruto membentuk satu seringai tipis pada wajahnya sembari menatap tajam terhadap Vali yang juga menatap dirinya tajam.
"Baiklah ... Itu sudah cukup sebagai alasan bahwa aku harus bertarung sungguh-sungguh melawanmu," Naruto kemudian mengeratkan genggaman kedua tangan pada gagang Excalibur sembari mengumpulkan energi pada seluruh bagian tubuhnya.
Di lain sisi, Vali merentangkan kedua tangannya ... energi-energi prana berwarna putih dari Albion nampak berkumpul pada kedua telapak tangan yang dilapis oleh sarung tangan putih dengan kristal biru pada punggung tangannya.
Setelah beberapa saat ... kumpulan-kumpulan prana tersebut membentuk dua buah bola energi putih sebesar bola softball dan nampak berdenyut-denyut seolah-olah akan meledak kapan saja.
Naruto agak merasakan ngeri ketika melihatnya. Jelas-jelas bahwa apa yang akan di keluarkan oleh lawannya merupakan kekuatan dengan tingkat destruktif yang amat sangat besar dan bisa langsung membunuh dia dengan sekali serang.
Naruto semakin mengeratkan genggaman pada gagang biru Excalibur. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia haruslah menang. Bahwa ia harus menjadi yang terkuat untuk melindungi para wanita, anak-anak, dan orang tua yang ada di luar sana—
—Ia lalu menarik napasnya dalam. Memusatkan konsentrasi mendalam seraya merasakan energi yang mengalir dalam tubuhnya. Kilasan-kilasan pertarungannya selama beberapa tahun ini kini berputar di otaknya layaknya sebuah film dokumenter yang di putar berulang-ulang.
Ia yakin. Ia harus yakin pada kekuatannya sendiri!
Dalam alam bawah sadarnya ketika ia memfokuskan dirinya—ia tengah berada di hamparan luas yang hanya berisi warna putih sejauh mata memandang. Ia lalu mengedarkan pandangannya. Tidak ada apa-apa di sana selain seseorang yang nampak ia kenal.
—Itu adalah seorang wanita bersurai pirang dan bergaun putih. Rambut pirangnya yang panjang nampak melambai-lambai meskipun Naruto yakin bahwa tidak ada hembusan angin di tempat ini.
Sekarang Naruto bertanya-tanya dalam benaknya sendiri ... Apa ini? Bukankah ia tengah bertarung sekarang? Lalu dimana ini?
Sekelebat pertanyaan muncul dalam benaknya namun ia tak dapat untuk menemukan jawabannya. Ia lalu menatap kedua tangannya yang mengangkat Excalibur setinggi dadanya. Oh, hal apakah yang tengah terjadi sekarang?
Lalu datanglah sebuah suara ... sebuah suara lembut yang amat familiar di telinga. Sebuah suara yang ia dengar terakhir kali di beberapa hari yang lalu. Naruto lalu menolehkan wajahnya dan menatap kembali wanita bergaun tersebut.
"Vivian?"
Sosok itu tersenyum dan mengangguk kecil. Masih dalam senyumnya yang anggun laksana senyuman janda yang baru bangun tidur ... Vivian lalu bersuara.
"Naruto anak ku ... Apakah engkau berniat akan menggunakan kekuatan sejati dari Excalibur?"
Naruto diam dan termenung. Setelah beberapa saat ia mengangguk pelan. Sekarang ia sadar apa makna dari ucapan Vivian sebelumnya, saat ia dan seraphim tersebut bertemu beberapa hari yang lalu.
"Lalu untuk apa engkau bertarung? Untuk apa engkau mengangkat pedangmu? Apakah itu untuk ketenaran, kemuliaan atau keuntungan pribadi?"
Naruto diam dan termenung ketika mendapati pertanyaan serupa dengan yang ia berikan pada Vali beberapa saat yang lalu. Ia lalu tersenyum mantap ketika sudah mengetahui jawaban atas pertanyaan itu.
"Aku bertarung untuk menjawab harapan orang-orang ... untuk melindungi orang-orang yang berharga di hatiku," Naruto berhenti sesaat sembari mengingat kepingan ingatan percakapan antara ia dan ayahnya. Kemudian ia pun melanjutkan. "Aku mengangkat pedang ku untuk mereka yang bersedih dan menangis ... Untuk mereka yang kehilangan keluarganya. Untuk mereka yang kehilangan ayah, ibu dan anaknya di dalam peperangan. Dan untuk mereka yang tersakiti—
—Ya! Aku bertarung untuk menegakan keadilan dan menumpaskan segala kesalahan dan kejahatan. Karena itulah aku harus menang, karena itulah aku harus menjadi yang terbaik. Menjadi seorang Kesatria yang melindungi senyum semua orang."
Vivian melebarkan senyumnya ketika mendengar kata-kata penuh akan keyakinan tersebut.
"Apa engkau yakin? Ketika engkau memutuskan untuk mengangkat pedang ini ... engkau bukan lagi seorang manusia." Ucap Vivian dengan mendapati Naruto yang nampak sedikit tersentak olehnya.
Namun dalam beberapa saat ... raut wajah tersentak itu telah berubah menjadi senyuman tulus.
"Tak apa. Jika itu mampu untuk melindungi senyuman semua orang. Maka tak apa. Aku akan menerimanya." Balas Naruto dengan penuh keyakinan.
Mendengarnya membuat Vivian dipenuhi rasa bangga dan bahagia. Ia lalu mengambil langkah pelan hingga berhadapan dengan Naruto. Ia menyentuh tangan pemuda pirang itu kemudian. Merasakan kulit tangan anak laki-laki yang tidak terlalu lembut namun juga tidaklah kasar.
"Baiklah ... Dengan begitu, Excalibur—Pedang yang menjanjikan kemenangan telah menjadi milikmu, Naruto anak ku. Dengarkan lah pedangmu, dengarkanlah Harta Mulia mu. Ucapkanlah sumpah mu dan penuhilah takdir mu. Jadilah seorang Kesatria yang baik ... Kesatria yang menjawab harapan-harapan mereka yang berharap padamu."
Sekarang ... tempat yang hanya berisi putih seluas mata memandang tersebut semakin pudar keberadaannya. Bersama dengan suara merdu dari Vivian.
"Gunakan ketiga belas segel yang terdapat pada Excalibur dengan sebaik mungkin. Dan ciptakanlah kedamaian di negeri ini—
—Tapi ingat ... karena tubuhmu belum sepenuhnya siap, itu akan berdampak cukup buruk terhadap tubuhmu."
Naruto membuka kelopak matanya seketika ... memperlihatkan bola mata berwarna biru langit yang syarat akan segala kebaikan dan kebajikan. Lalu mengadah lah ia—menemukan sosok Vali Silver yang tengah bersiap-siap dengan serangan mahadahsyat miliknya.
Namun Naruto tidak peduli. Dia memfokuskan diri untuk memompa prana yang tersisa ke dalam pedangnya—membuat pedang tersebut nampak memancarkan rona emas yang bahkan melebihi terangnya sinar emas milik Alice. Membuat semua orang yang menyaksikan menjadi terkejut dan terkaget-kaget.
"Mari kita akhiri sekarang—!
—Vali!"
"Seal Thirteen—First Seal—Release!" Naruto bergumam ketika ia mengangkat Excalibur sedikit lebih rendah di bahu kanannya. Suara dengungan terdengar semakin nyaring dan bergemericing ketika rona-rona emas yang menyelimuti pedang tersebut kini berganti menjadi rona hijau yang berputar nampak seperti angin puyuh yang menyelimuti dan menutupi bilah tersebut.
Di atas sana ... Vali memompa energi dan menyalurkannya kepada dua bola energi seperti softball yang berada di kedua telapak tangannya. Membuat bola energi itu nampak semakin berkedut-kedut karenanya.
"Dragon Shot!"
Kedua bola energi itu menjadi semakin berkedut-kedut hingga puncaknya ketika Vali menyerukan nama tekniknya ... Bola itu pecah seketika. Kemudian kumpulan-kumpulan energi yang telah di padatkan sebelumnya menjadi dua buah laser putih yang melesat maju menerjang lawannya di depan sana.
Naruto menatap tajam terhadap dua laser tersebut. Kemudian ketika merasakan bahwa energi yang telah ia kumpulkan pada bilah pedangnya telah cukup ... lalu di ayunkannya lah pedang tersebut secara diagonal—menebas ruang kosong dengan pedangnya yang berdengung-dengung.
"Invisible Air—Strike Air: Hammer of the Wind King!"
Energi yang tersimpan di dalam bilah dilepaskan dalam satu momentum—membuat angin yang terkompres untuk menyelimuti pedang tersebut dilepaskan dan meletus layaknya sebuah proyektil angin. Pusaran-pusaran angin yang bergelombang nampak seperti palu yang terbuat dari angin—menciptakan badai yang terbuat dari udara bertekanan super tinggi. Letusan angin badai itu menuju pada jalur yang langsung berhadapan langsung dengan teknik yang di keluarkan oleh Vali.
*Wushh!*
*Boom!*
Yang mengejutkan semua orang adalah ledakan destruktif ketika kedua teknik itu saling bertabrakan ... membuat satu ledakan energi yang nyaring—nampak membentuk sebuah bola energi besar di tengahnya.
Suara bergemericing dari riuhnya angin nampak mendominasi kala itu.
Dalam beberapa detik setelah bola-bola energi besar itu nampak semakin mengecil ... dapat terlihat kalau letusan gelombang angin puyuh mampu mendominasi dua laser milik lawannya dan lalu tanpa kehilangan momentumnya gelombang angin itu mendorong energi tersebut hingga nampak semakin terkikis sedikit demi sedikit.
Vali yang sebelumnya dipenuhi dengan rasa percaya diri yang tinggi menjadi sedikit mengagumi teknik lawannya dalam seperkian detik yang ia miliki. Sebelum pada akhirnya ia membiarkan dirinya untuk terkena gelombang angin itu—membuatnya berputar dan terlempar tinggi ke atas hingga membentur langit-langit dari arena hingga menimbulkan retakan menyerupai sarang laba-laba.
Karena pengaruh gravitasi ... Vali lalu terjatuh dan terjun bebas ke bawah. Sebelum tubuhnya menghantam lantai, ia agak di kejutkan dengan perasaan bahwa seseorang tengah menyambut dirinya. Ia lalu mendongak sesaat dan menolehkan wajahnya ... Vali menemukan bahwa Naruto lah yang tengah menyambutnya dengan menempatkannya di bahu dan punggungnya.
Pemuda pirang itu nampak tersenyum meski sebenarnya tubuhnya hampir kehilangan energi dan kekuatannya yang mana sisa dari energi tersebut ia gunakan untuk mendarat dengan agak kepayahan di lantai.
Vali menyeringai sesaat. "Kau menang, Namikaze." Ucap pemuda Silver itu dengan tulus.
Naruto Namikaze tersenyum tipis terhadap pernyataan lawannya tersebut. Setelah ia melepaskan Vali, ia lalu menemukan tubuhnya yang kehilangan kekuatan dan energi sehingga ia terjatuh dan terduduk di lantai dengan napas yang terengah-engah.
Dalam detikan berikutnya ... suara Grayfia dan Kaguya langsung memenuhi ruangan untuk menyuarakan kemenangan Naruto Namikaze ... di ikuti oleh suara sorakan-sorakan dan teriakan-teriakan penuh semangat dari orang-orang yang telah menyaksikan pertarungan itu.
Dalam beberapa saat kemudian ... visualisasi dari Naruto nampak langsung menghitam dan menemukan bahwa tubuhnya telah kehilangan kekuatannya.
[ Bagian IV ]
Kelopak mata itu terbuka ... menampilkan bola mata biru langit yang nampak berkedip-kedip beberapa saat untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk melalui pupilnya.
Pemilik mata itu adalah Namikaze Naruto ... pemuda bersurai pirang yang kini tengah terbaring di dalam ruang perawatan karena tubuhnya pingsan setelah bertarung di tes atau tahap kedua dalam perekrutan calon anggota Kesatria Sihir beberapa waktu yang lalu.
Naruto lalu memposisikan badannya untuk duduk di tepi kasur putih tempatnya beristirahat. Seluruh tubuhnya terasa pegal saat ini. Entah sudah berapa lama ia terbaring di tempat ini. Ia melihat sebentar ke samping, nampak tangan kirinya masih menggenggam Excalibur yang telah tersarung oleh Avalon.
Ia tersenyum terhadap pedang itu. Mengangkat pedang tersebut dan seolah-olah memberikan penghormatan terhadap Harta Mulia itu. Setelahnya, ia meletakan pedang itu di tepi kasurnya, menyandarkan pedang itu pada dinding agar tidak jatuh dan tergeletak di lantai.
"Kau benar-benar sangat menghormati pedangmu ya, Namikaze-san."
Naruto menoleh setelah mendengar suara tersebut. Ia tersenyum terhadap pemilik suara itu, yang ternyata merupakan seorang gadis pirang yang tengah duduk pada kursi di pojokan ruangan tempatnya beristirahat.
"Pedang adalah teman ... Schuberg-san." Tersenyum, Naruto bersuara demikian ... dan respons yang ia dapatkan adalah seorang gadis yang tersenyum ramah padanya.
"Alice saja sudah cukup. Aku tidak suka hal-hal yang berbau formal semacam itu." Ucap gadis itu dan menemukan bahwa Naruto cukup terkejut mendengarnya, setelah beberapa detik pemuda pirang itu mengangguk pelan.
"Baiklah, Alice-san. Teruntuk mu juga, aku rasa kau bisa memanggilku dengan nama depan ku saja. Agak tidak nyaman kalau hanya aku yang memanggil nama depan mu." Balas Naruto yang dibalas satu anggukan kecil dari Alice.
"Alice-san ... aku ingin bertanya," ucap Naruto yang nampak di berikan ekspresi wajah seolah mengatakan silahkan dari gadis pirang yang tengah bersamanya. "Sudah berapa lama aku di sini?"
Alice terdiam beberapa saat, raut wajahnya menampilkan raut wajah untuk mengingat sesuatu. Setelah beberapa detik waktu digunakan untuk berpikir, gadis pirang itu lalu berkata.
"Jika di hitung dari hari setelah kamu pingsan ... Sekarang sudah memasuki hari kedua."
Naruto tersenyum masam mendengarnya. Dengan begitu dapat ia pastikan bahwa sudah tiga hari ia berada di tempat ini.
Sekarang ia sadar akan dampak buruk yang dikatakan oleh Vivian sebelumnya. Jika hanya satu segel saja yang ia buka dapat membuat tubuhnya pingsan hingga tiga hari ... Lalu bagaimana apabila ia membuka segelnya sampai segel ketiga belas? Oh, sungguh ia tak tahu hal apa yang akan ia dapatkan.
Tetapi, ia sadar bahwa ia tidak hanya pingsan dan kehabisan tenaga karena penggunaannya pada Excalibur. Namun dampak di serapnya prana dari tubuhnya oleh Vali Silver adalah salah satu penyebabnya.
"Huft—"
Naruto menghela napas ketika memikirkan hal tersebut. Memikirkan hal yang bisa membuat kepalanya sakit adalah salah satu hal yang amat tidak ia sukai.
Naruto kemudian kembali menatap ke arah Alice. "Apakah kau sudah selesai dengan tes kedua mu, Alice-san?" tanya pemuda pirang itu kepada Alice yang nampak menyeringai tipis.
"Tentu saja! Dan aku cukup kecewa karena lawan ku bukanlah seorang pendekar pedang. Itu membuat kemenanganku menjadi terasa hambar." Balas gadis itu yang ditambah dengusan di penghujung kalimatnya.
Naruto terkekeh mendengarnya sebelum ia berkata. "Tak apa. Bukan kah jauh lebih baik jika ia membuat kemenangan mu menjadi terasa mudah?"
Alice mendengus mendengarnya. "Tidak, tidak, tidak. Melawan lawan yang jauh di bawahku adalah sebuah penghinaan bagiku. Maksudku tentu saja aku senang karena aku menang, tapi rasanya aneh dan terasa sangat sulit untuk menerimanya."
Naruto kembali terkekeh kecil mendengar gadis itu berbicara panjang seperti ini. Karena sebelumnya, meskipun ia hanya mengenal Alice singkat, Naruto melihat kalau Alice Schuberg adalah seorang gadis yang cukup pasif dan amat singkat tutur katanya.
Tapi lihatlah Alice Schuberg sekarang ... ia nampak seperti kebanyakan gadis lainnya—yang menurut survei adalah gender paling banyak mengeluarkan suara dan kata-katanya dalam satu hari.
"Dan sebetulnya, Naruto ... aku sangat-sangat ingin untuk beradu pedang bersama mu," lanjut Alice dengan seringai kecil yang lalu membuat Naruto tersenyum tertarik. "Aku penasaran akan seberapa kuat kamu ... Dan aku juga penasaran akan kekuatan dari sebuah pedang legenda."
Naruto menolehkan pandangannya terhadap Excalibur sebentar sebelum kembali menatap ke arah gadis pirang yang tengah bersamanya itu.
"Mungkin lain kali kita bisa beradu pedang, Alice-san. Karena sebenarnya aku juga sangat tertarik pada mu." Ucap Naruto dengan senyuman tipis yang masih terukir pada wajahnya.
Apa yang Naruto katakan secara tak sadar membuat wajah Alice sedikit mengeluarkan rona merah. Oh sialan! Kata-katanya benar-benar ambigu sekali. Dalam beberapa detik kemudian setelah Alice mampu untuk menghilangkan rona merah muda yang menyelimuti pipi-pipinya, ia lalu berdiri secara tiba-tiba yang langsung mengejutkan Naruto.
"Sepertinya pertandingan terakhir telah usai ... Apa kau ikut untuk menyaksikan pengunguman papan peringkat, Naruto?" tanya Alice sambil mengulurkan tangannya karena ia tahu kalau pemuda di depannya ini masih belumlah pulih sepenuhnya.
Naruto tersenyum tipis sebelum segera mengambil Excalibur dan lalu menggenggamnya. Kemudian berdirilah ia dengan tubuhnya yang masih terasa sangat berat, bahkan setelah ia merilekskan sendi-sendinya untuk beberapa saat.
Setelah itu, ia berjalan melewati Alice yang masih tetap dengan tangannya yang terulur. Ketika telah mencapai di ambang pintu, Naruto berbalik dan menatap kebingungan gadis pirang itu.
"Tunggu apa lagi? Ayo bergegas."
Merasakan uluran tangannya yang sia-sia membuat perempatan langsung muncul di kening gadis itu. Dengan sedikit rasa malu dan pipinya yang merona. Ia lalu mendengus kesal sebelum merutuk dirinya sendiri.
"Sialan!"
Ini adalah sore hari yang amat di nanti-nantikan oleh seluruh kadet yang telah menyelesaikan tahap kedua dari perekrutan calon anggota Kesatria Sihir yang di selenggarakan tahun ini.
Coba lihatlah pada insan-insan muda-mudi yang tengah berbaris rapi di arena yang telah di perbaiki tersebut mengingat sebelumnya banyak area yang hancur akibat pertarungan-pertarungan yang berlangsung di atas arena ini.
Berdiri di depan sana adalah Grayfia Lucifuge dan Kaguya Otsutsuki ... dua wanita bersurai putih yang menjadi pemandu dalam pergelaran tahap kedua dalam tes perekrutan ini. Mereka tengah berada dalam lantai yang sedikit lebih tinggi, nampak seperti panggung yang berfungsi agar mereka bisa di saksikan oleh seluruh kadet yang tengah berbaris dengan rapi di arena.
Di antara para kadet-kadet tersebut, tersematlah seorang insan muda yang merupakan seorang pria bersurai pirang dengan pakaiannya yang kaos berwarna putih dan celananya yang panjang juga berwarna hitam pekat.
Ia nampak berjalan di antara kuruman kadet-kadet yang lain bersama dengan seorang gadis yang diketahui bernama Alice tengah membuntutnya di belakang.
Mata pemuda itu nampak bergulir kesana-kemari seolah-olah tengah mencari sesuatu di antara kuruman tersebut. Setelah dapat ia pun tersenyum dan memacu langkahnya menuju tempat itu.
"Yosh ... Belgaria-san!"
Naruto memanggil dengan suara yang cukup nyaring sehingga membuat gadis yang ia panggil yang tengah berada di antara kuruman orang-orang langsung menoleh ke arahnya dan melambai tangan kemudian.
"Namikaze-san ... kau sudah sembuh?"
Gadis cantik yang di ketahui bernama Gabriel La Belgaria tersebut langsung memberikan sebuah pertanyaan ketika pemuda yang memanggilnya itu baru saja sampai ke tempatnya.
"Begitulah." Jawab Naruto singkat sembari tersenyum kepada gadis bangsawan Belgaria tersebut.
Gabriel yang mendengarnya membentuk senyum tipis di bibirnya. Ia sangat bersyukur kalau pemuda itu tengah baik-baik saja. Jadi ia tidak perlu khawatir lagi.
"Wah ... ternyata ada Schuberg-san juga. Apa kabar Schuberg-san?" kata Gabriel setelah melihat Alice yang baru saja sampai dari arah tempat yang sama dari Naruto.
"Kabarku baik." Ucap Alice singkat yang membuat Gabriel menjadi sedikit berkeringat canggung. Gabriel baru ingat kalau Alice adalah tipe gadis yang tak banyak bicara kecuali dalam hal yang berbau pedang saja.
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Naruto, Gabriel dan Alice pun bercakap-cakap singkat sembari menunggu Grayfia dan Kaguya untuk memandu kegiatan selanjutnya.
Apa yang mereka bicarakan sebenarnya hanya sekedar basa-basi saja. Hal yang membuat ikatan pertemanan mereka menjadi terajut seperti benang-benang dan jarum. Semakin lama semakin membuat ikatan yang kuat dan mungkin tak terputuskan.
Tapi siapa yang tahu, bukan? Apapun bisa terjadi di masa depan.
"Setelah tiga hari terlewati ... akhirnya kita telah menyelesaikan tahap kedua yang sangat menegangkan ini. Tahap dimana kalian bertarung habis-habisan untuk menunjukan kekuatan sihir dan skill kalian demi menjadi yang terbaik, demi menjadi Knight of the Year!"
Itu adalah suara lantang yang disuarakan oleh Kaguya—wanita berusia kira-kira dua puluh tahunan lebih dengan surai peraknya yang memanjang hingga hampir mencapai lantai.
"Sepuluh kadet terbaik telah kami siapkan nama-namanya. Dan mereka di berikan hak khusus untuk dapat memilih ke dalam Squad Sihir mana ia akan berlabuh. Sedangkan yang lain, keputusan untuk bergabung ke dalam Squad Sihir ada di tangan para Jenderal yang memimpin Squad Sihirnya masing-masing."
Kemudian suara ini berasal dari Grayfia yang melanjutkan penjelasan dari Kaguya. Tidak seperti Kaguya yang bersuara lantang ... wanita cantik berambut putih yang di ikat kuda dengan poni-poni yang membingkai wajah dan keningnya ini memiliki suara yang cenderung datar dan nampak pasif.
"Sedangkan yang tidak terpilih, kalian akan di jadikan sebagai seorang prajurit biasa jika kalian mau. Tapi jika tidak, kalian bisa memilih menunggu untuk tahun depan dalam perekrutan berikutnya—
—Sekian saja penjelasan untuk tahap kedua ini. Untuk berikutnya, kami akan mengenalkan keenam Jenderal atau Ketua Squad yang akan membentuk kalian menjadi Kesatria Sihir sejati!"
"Yang pertama adalah Sir Sirzechs Gremory ... Salah satu dari keenam Jenderal Sihir sekaligus pemimpin dari Squad Sihir Underworld. Prestasi-prestasi yang diraih oleh Squad Sihirnya menjadikan dia dan Underworld menempati posisi sebagai pilar pertama dari keenam pilar Kesatria Sihir Kekaisaran. Kesatria Sihir terkuat setelah Yang Mulia Vasco Strada."
Setelah penjelasan yang di suarakan dengan semangat oleh Kaguya. Figur seorang pria dewasa dengan rambut merah cukup panjang yang tengah duduk di kursi menyerupai singgasana di tepian lantai dua yang tak begitu tinggi. Ia kini nampak menyeringai sembari melambai-lambaikan tangannya terhadap para kadet yang tengah bersorak untuknya.
"Kemudian selanjutnya adalah Sir Michael La Belgaria ... Seorang Jenderal Sihir sekaligus seorang pemimpin dari Squad Sihir The Guardian Angels. Terkadang ia nampak seperti malaikat itu sendiri, ia terkenal dengan kebaikan dan kemurahatiannya sehingga ia dan Squad Sihirnya menempati pilar kedua dari keenam pilar Kesatria Sihir Kekaisaran."
Setelah penjelasan itu ... seorang pria berperawakan dewasa dengan senyum ramah dan tamah nampak mengangkat tangan kanannya sedikit tinggi. Rambutnya yang pirang panjang dan raut wajahnya yang selalu tersenyum memberikan kharisma tersendiri untuknya. Ia juga tengah duduk di kursi yang menyerupai sebuah singgasana.
"Berikutnya adalah Sir Azazel ... Melupakan penampilannya yang acak-acakan dan nampak seperti seorang berandalan bar-bar, ia sebenarnya adalah seorang Jenderal Sihir yang memimpin Squad Sihir bernama Fallen Angels. Ia di anugerahi dengan otak super jenius sehingga ia dan Squad Sihirnya menempati pilar ketiga dari keenam pilar Kesatria Sihir Kekaisaran."
Meskipun agak kesal karena beberapa hal ... Azazel yang tengah duduk di singgasananya nampak melambaikan tangannya dengan ramah. Memang tidak salah kalau penampilannya di bilang acak-acakan, lihatlah ... ia bahkan mewarnai rambut bagian depannya dengan warna pirang yang nampak tidak simetris dengan rambut aslinya yang berwarna hitam gelap.
"Sekarang kita lanjut pada Jenderal berikutnya. Dia adalah Jenderal termuda kedua sepanjang sejarah Kekaisaran. Seorang pemegang Sacred Gear terkuat dan seorang jenius dalam strategi peperangan. Namanya adalah Sir Cao Cao ... seorang Jenderal Sihir muda dengan Squad Sihirnya yang bernama Heroes Faction—Ia dan Squad Sihirnya menempati pilar keempat dari enam pilar Kesatria Kekaisaran."
Dengan senyumnya yang percaya diri, Cao Cao yang tengah duduk di singgasananya menggunakan pakaian oriental berwarna ke unguan. Ia menghentakan tombaknya sekali pada lantai ... menimbulkan gemuruh yang menggetarkan seluruh ruangan dan gedung. Hal tersebut lantas mendapatkan sorakan-sorakan dari para kadet yang kagum akan kekuatannya.
"Jenderal Sihir yang berikutnya merupakan seorang bekas mantan Ketua Serikat Sihir. Dia adalah Sir Kayaba Akihiko ... seorang pria dengan segudang prestasi yang diakui secara langsung oleh Holy Knight dan juga sang Kaisar. Squad Sihir yang di pimpin olehnya adalah Knight of Bloods. Ia dan Squad Sihirnya menempati pilar kelima dari enam pilar Kesatria Kekaisaran."
Tak lama setelah itu ... pria dewasa berambut coklat yang menengakan armor merah darah dengan garis-garis putih nampak melambaikan tangannya sembari tersenyum ramah. Mencoba menyapa pada para kadet yang bersorak-sorak untuknya.
"Kemudian sampailah kita kepada Jenderal Sihir yang terakhir. Meskipun ia dan Squad Sihirnya menempati posisi terakhir di pilar Kesatria Sihir Kekaisaran ... Ia di juluki sebagai Taring Kekaisaran bukan tanpa sebab. Dulunya ia juga merupakan satu-satunya murid dari sang Raja Kesatria dan bertempur bersama selama bertahun-tahun lamanya. Dalam tiap tahunnya, ia adalah orang yang sedikit merekrut anggota Squadnya dan dia adalah orang yang seringkali mengeluarkan anggota Squadnya yang baru bergabung—
—Semuanya ... Sambutlah dia adalah Sir Kakashi Hatake. Pemimpin dari Squad Sihir Integrity Knight."
Kakashi menaikan sebelah tangannya ke atas seolah-olah tengah memberikan sapaan terhadap para kadet yang kembali bersorak. Setelah beberapa saat, pria berarmor perak lengkap dan pemilik rambut putih ke abu-abuan yang melawan gravitasi itu mendesah pelan sebelum menarik kembali lengannya.
Setelah perkenalan ke enam dari Jenderal Sihir tersebut, Kaguya dan Grayfia lalu meminta kepada seluruh kadet untuk melihat ke arah layar yang berada di pojokan ruangan. Di sana tertera sepuluh nama kadet yang telah menempati papan sepuluh peringkat besar.
Dan tentunya seorang yang berhasil mencapai peringkat pertama akan di nobatkan sebagai Knight of the Year.
Layar yang ada di sana menampilkan susunan nama-nama yang merupakan pemilik poin nilai tertinggi selama penyelenggaraan perekrutan calon anggota Kesatria Sihir Kekaisaran tahun ini.
Peringkat pertama- Dulio Gesualdo
Peringkat kedua- Tobio Ikuse
Peringkat ketiga- Sasuke Uchiha
Peringkat keempat- Vali Silver
Peringkat kelima- Naruto Namikaze
Peringkat keenam- Gabriel La Belgaria
Peringkat ketujuh- Issei Hyoudou
Peringkat kedelapan- Sairaorg Bael
Peringkat kesembilan- Neji Hyuuga
Peringkat kesepuluh- Alice Schuberg
To be Continued
A/N:
Yo Sawadikhap! Alhamdulillah, aku kembali lagi dengan satu chapter yang cukup panjang ku rasa. Dan biarkan aku meminta maaf kembali atas keterlambatan updatenya. Sungguh aku benar-benar minta maaf untuk itu.
Kemudian mengenai Excalibur Naruto ... itu adalah Excalibur Proto, pedang suci milik Saber Proto di dalam Fate/Prototype yang agak berbeda dari Excalibur milik Arturia. Alasannya adalah karena Excalibur ini memiliki 13 Segel yang mengunci kekuatan sejati dari Excalibur itu sendiri. Aku tidak memasukan Chants yang sama dengan apa yang Saber Proto ucapkan ketika mengaktifkan ketiga belas segel tersebut karena ada alasan tersendiri.
Kemudian Half Balance Breaker ... Aku tahu bahwa ini tidaklah masuk akal tapi aku tetap memasukannya. Aku meminta maaf sebesar-besarnya kepada Ichiei Ishibumi karena telah mengubah fitur dari Sacred Gear yang ia buat dan yang aku sangat kagumi.
Bicara tentang kekuatan Naruto ... kurasa dia tidaklah Over Power. Ku tekankan sekali lagi ... dia tidaklah sekuat yang terlihat. Dia akan selalu berkembang dan berkembang tiap Arc-nya hingga menjadi Kesatria Sihir terkuat bahkan melebihi Vasco Strada! Dan juga aku ingin kekuatan utama Naruto [ Bacot no Jutsu ] agar tetap ada. Aku suka Naruto yang bisa berceramah seperti itu khe khe khe.
Okay ... Kurasa sekian saja yang bisa ku katakan dan ku jelaskan di chapter ini. Maafkan bila Fight Scene nya tidak sebagus yang kalian—senpai kira. Aku sudah berusaha semampu ku.
Jika kalian menganggap kalau chapter ini cukup memuaskan, tolong berikan aku dukungan dengan mengeklik tombol Favorit dan Follow. Oh ya, jangan lupa berikan masukan atau sekedar dukungan melalui kolom Review. Itu akan menjadi sangat berharga bagiku.
Sekian, terima duit.
Babay!