Sword of Destiny


Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto, Highschool DxD by Ichiei Ishibumi, Sword Art Online by Kawahara Reiki and Fate Series by Type-Moon

Menulis tanpa berniat mendapatkan keuntungan materil

Rate: M (For Safe)

Pair: Naruto x ?

Genre: Action, Fantasy, Magic, Slight Romance, Etc.

Warning: Typo, Out of Character, Bahasa Tidak Baku, Alternate Universe, and Etc.


Summary

Dia yang jujur, angkuh dan mengasihi. Senyumnya selembut dan secerah matahari pagi. Dia yang penuh rasa peduli. Mencintai semua kebaikan dan percaya akan keadilan. Meskipun dia membenci pertentangan, dia tak tertandingi saat memegang pedang. Pedang yang bersinar, menumpas kesalahan di dunia dan membinasakan segala kejahatan.


Arc I: Knight and Magic


Chapter 1


«Opening Song: JUSTadICE by Seiko Omori»


[ Bagian I ]

Hari ini adalah hari pertama di bulan April dan merupakan pagi hari yang sangat jelas.

Berada pada suatu ruangan yang diketahui namanya sebagai kamar tidur, seorang pemuda yang memiliki rambut pirang nampak belum mampu untuk membuka kelopak matanya. Bahkan ketika setitik cahaya matahari datang menembus dibalik kaca jendela dan celah gorden putih, bukannya bangun pemuda itu malah menarik selimutnya untuk menutupi wajahnya.

*Tok! Tok! Tok!*

Pintu kamar nampak di ketuk berulang-ulang, namun sang pemuda masih berkutat dengan mimpinya. Seperti yang diharapkan dari Namikaze Naruto, dia benar sangat-sangat hebat dalam mempertahankan kenyamanan tidurnya.

"Naruto sayang, cepat bangun! Hari ini merupakan hari penerimaan anggota baru, bukan?"

Suara feminim yang khas datang dari balik pintu namun si pemuda pirang tetap mempertahankan tidurnya. Bahkan sesekali dia melenguh dalam tidurnya.

Merasa tak mendapatkan jawaban, suara feminim itu datang kembali.

"Naruto, ibu masuk ya."

Tanpa menunggu jawaban atau pun balasan, pintu terbuka. Suara engsel yang menjengkelkan terdengar bergesekan dan saling bersahutan, hal itu membuat pemuda pirang yang sebelumnya terlarut dalam mimpi langsung bangun dan melihat ke arah pintu seraya berkedip beberapa kali.

"Ah, ohayou Kaa-chan! Ini benar-benar pagi yang sangat cerah dan menyegarkan." Ucap Naruto bangkit dari tempat tidurnya, ia lalu mengambil handuk dengan cepat dan bergegas menuju ke kamar mandi dengan terburu-buru.

Bahkan ia sudah melakukan itu sebelum pintu kamar tersebut terbuka sepenuhnya dan menampilkan seorang wanita dewasa yang tengah menghela napas di sana.

"Dasar, anak itu!" ucap wanita pemilik surai merah panjang di sana, ia kembali menarik napas lagi sebelum menutup pintu kamar putranya dan pergi menuju entah kemana.

Beberapa menit pun terlewati begitu saja.

Teruntuk saat ini, Namikaze Naruto sedang memandangi wajahnya pada pada pantulan cermin yang terpasang pada dinding. Rambut yang sebelumnya basah kini menjadi kering sepenuhnya. Matanya biru, sebiru langit. Wajahnya memang tidak terlalu putih, tapi cukup enak untuk di pandang.

"Baiklah, semuanya terlihat baik."

Naruto menatap sebentar ke arah meja di samping kaca besar yang ada di depannya. Di sana terdapat sebuah Harta Mulia miliknya yang tengah tertutup oleh kain putih yang di balut dan di ikat sedemikian rupa. Sejak dahulu ia selalu membawa benda itu kemana pun ia pergi. Dan kali ini pun, nampaknya ia akan membawa benda itu bersamanya.

"Baiklah, mari kita mulai pertualangan kita." Ucapnya sedikit semangat pada benda tersebut sebelum menyematkan tali pada benda itu pada tubuhnya dan terlihatlah lilitan kain tersebut nampak bergelantungan pada punggungnya.

[ Bagian II ]

Menjadi seorang Holy Knight adalah impian semua orang!

Ada sebuah fakta di sini. Siapapun pasti ingin menjadi seorang Kesatria Sihir Kekaisaran. Tidak peduli dari kalangan mana pun, selama itu manusia, tak peduli laki-laki atau perempuan—keinginan dan impian terbesar mereka adalah menjadi Kesatria Sihir yang di hormati dan di kagumi oleh orang-orang.

Magic Knight.

Sebuah unit kemiliteran Kekaisaran yang di pimpin oleh Holy Knight, diciptakan tidak hanya untuk melayani Kaisar, namun juga di bentuk untuk menertibkan orang-orang, dan yang terpenting adalah menjaga kedamaian untuk para manusia dari para iblis-iblis dan monster dari Gaulia's Land [Dark Territory]—sebuah tempat dimana Kemaharajaan Iblis berada.

Melupakan sedikit tentang hal itu, di tengah jalan yang ramai dimana orang-orang saling berinteraksi dan bertegur sapa—seorang pemuda berambut pirang yang tak begitu panjang nampak tengah berjalan di tengah kerumunan sembari menenteng Harta Mulia yang ia bawa.

"Seperti biasa, suasana kota Lady of the Lake selalu saja ramai seperti biasanya."

Sempat terhenti sebentar untuk menyuarakan tanggapannya, pemuda pirang itu kembali melanjutkan perjalanannya. Sesekali ia nampak tertarik untuk berhenti di toko untuk membeli sesuatu, namun jika ia melakukan itu dia akan terlambat untuk acara pembukaan.

Dan dia tidak ingin hal itu terjadi.

Singkat cerita, Namikaze Naruto sudah sampai pada halaman kastil kemiliteran kota Lady of the Lake. Halaman yang luas ini nampak berisikan banyak orang dari berbagai kota dan daerah. Hal tersebut dapat Naruto pastikan karena untuk tahun ini, perekrutan anggota baru Magic Knight dilakukan di kota kelahirannya, Lady of the Lake.

Jadi, tidaklah aneh apabila ada banyak orang yang memiliki budaya sedikit berbeda dari orang lainnya. Tapi meskipun begitu, mereka-mereka nampak bisa bicara santai seolah sudah kenal dalam waktu lama.

Naruto menyeringai kecil ketika melihat kelompok individu yang berada di barisan paling depan menghadap kastil kemiliteran. Melihat dari gelagat dan cara mereka berbicara, dapat Naruto pastikan bahwa mereka merupakan tipe individu dengan harga diri yang tinggi sehingga mereka hanya mau berkomunikasi dengan sesama keluarga bangsawan saja. Tapi, Naruto tidak memperdulikan hal tersebut, lagipula hal itu tidak ada hubungan dengan dirinya. Dia lebih memilih untuk mengambil barisan paling belakang, menunggu waktu penerimaan anggota dimulai.

Lima menit terlewati. Beberapa saat kemudian suara terompet terdengar bergema dan nyaring yang diikuti oleh sorakan dari para kadet atau pendaftar. Hanya ada satu kesimpulan ketika melihat situasi seperti ini.

"Sudah dimulai kah?"

Tak selang lama, seorang pria dengan tinggi rata-rata mulai terlihat dari titik tertinggi kastil kemiliteran. Wajahnya yang masih muda terlihat menampilkan sedikit senyum pada para calon Kesatria Sihir yang tengah berbaris rapi dihadapannya. Surai silver tertiup angin, terlihat nyaman untuk dipandang.

"Bukankah dia Holy Knight terkuat di dunia manusia itu?" tanya Naruto dalam gumamannya. Dia meneguk ludah sesaat sebelum mengucapkan namanya. "Dia adalah Yang Mulia—"

"Namaku adalah Vasco Strada! Holy Knight dari Kekaisaran Centoria. Aku menyambut kedatangan kalian wahai para calon Kesatria Sihir ku. Kedatanganku di sini adalah untuk menguji kelayakan kalian, menguji kemampuan sihir kalian!" serunya dengan lantang dan langsung saja dia di hadiahi sorakan dan tepuk tangan yang ramai dan berkepanjangan. Untuk sesaat, matanya tertuju pada pemuda pirang yang berada dibarisan paling belakang, dia menyeringai sebentar sebelum melihat kembali ke arah para bangsawan yang nampak menjanjikan.

Sosok Vasco Strada yang mengenakan pakaian formalnya, terdiri atas baju khas seorang bangsawan dengan beberapa armor minimal pada beberapa bagian tubuhnya. Jika di lihat dengan seksama, dia benar-benar manusia yang memiliki martabat tinggi.

Vasco Strada mengangkat tangannya memberikan isyarat diam yang langsung di turuti oleh para calon Ksatria Sihir. Setelah menyempatkan diri untuk tersenyum tipis sekali lagi, pria bersurai silver itu bersuara.

"Seperti yang kita ketahui. Beberapa saat terakhir ini penyerangan yang di lakukan oleh Dark Territory menjadi semakin intensif. Oleh karena itu, Yang Mulia Kaisar mengambil inisiatif untuk meminta kalian semua, para muda-mudi agar berpartisi-pasi dalam penyelenggaraan ini. Hal ini tidak bukan dilakuan hanya untuk kesenangan semata, namun dilakukan demi melindungi umat manusia!"

Sorakan terdengar bergema kembali. Semangat para calon anggota Kesatria Sihir seolah terbakar ketika mendengar ucapan lantang yang di ucapkan oleh manusia terkuat tersebut.

"Oleh karena itu wahai para calon Kesatria Sihir ku. Berlombalah kalian! Bersainglah kalian! Dan buktikan padaku bahwa diri kalian itu mampu untuk melindungi tanah air kita, para wanita, anak-anak dan seluruh dunia kita!"

Sekali lagi, ucapan yang membakar semangat tersebut kembali mendapatkan sorakan yang begitu antusias. Semua orang nampak begitu terbakar semangatnya oleh ucapan barusan, tak terkecuali untuk seorang pemuda pirang yang bersembunyi di barisan paling belakang. Dia begitu semangat mendengar ucapan dari kakek tampan itu namun dia tetap berusaha untuk bersikap biasa.

Untuk selanjutnya, kakek tampan bernama Vasco Strada tersebut menjelaskan langkah-langkah atau tes yang harus para calon Kesatria Sihir itu lalukan. Untuk tesnya sendiri hanya terdapat dua tes, yakni tes berkelompok dan tes individu.

Vasco Strada menjelaskan bahwa tes yang pertama mereka jalani adalah tes berkelompok. Setiap individu di bagi menjadi per kelompok yang diisi oleh tiga individu acak, kemudian ketiga individu tersebut diminta untuk membawa 'sesuatu' dari dalam Dungeon kemudian membawanya dengan selamat ke menara yang berada di tengah dari Dungeon tersebut. Bisa dikatakan juga kalau ini merupakan tes bertahan hidup, dan waktu yang diminta untuk menyelesaikan tes ini adalah satu minggu penuh batas waktunya. Juga, selama berada didalam Dungeon pertarungan di perbolehkan antar kelompok dengan alasan untuk merebut 'sesuatu' yang telah didapatkan oleh kelompok lain.

"Jadi ingat, untuk Dungeon yang akan kalian masuki adalah Death Forest, sebuah Dungeon berbentuk hamparan hutan luas yang berada di utara kota Lady of the Lake. Baiklah, untuk sekarang silahkan antri untuk mengambil nomor kelompok kalian masing-masing setelah itu segera pergilah ke gerbang Dungeon."

Untuk jumlah kelompok yang terdata adalah 60 kelompok. Artinya ada sekitar 180 kadet yang mendaftar tahun ini. Dengan rapi ke-180 orang tersebut mengantri untuk mengambil nomor kelompoknya masing-masing, mereka berharap untuk satu kelompok dengan orang yang mereka kenal, atau setidaknya bangsawan yang hebat, begitu.

Kadet yang sudah mendapatkan nomor kelompoknya dengan segera pergi satu per satu menuju ke arah utara, sebagian calon anggota nampak terbang menggunakan sapu terbang, ataupun berlari secepatnya. Mereka menuju kearah utara, tempat dimana semua keajaiban itu terlihat sangat nyata.

Setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama, akhirnya tiba giliran Naruto untuk mengambil nomor kelompoknya.

'Baiklah, sekarang waktunya beraksi!' seru batinnya girang sebelum bergegas pergi menuju utara, tempat dimana Dungeon Death Forest berada.

[ Bagian III ]

"Ah, maaf untuk keterlambatanku."

Naruto berkata dengan terburu-buru. Nafasnya yang terengah-engah membuat dua orang gadis di depannya menjadi paham bahwa dia baru saja berlarian untuk datang ke tempat ini.

"Tidak apa-apa, lagipula kita masih belum diberangkatkan." Ucap seorang gadis kelewat manis dengan rambut pirang cerahnya yang diikat kuncir. Dari pakaian yang ia kenakan, sudah dapat dipastikan bahwa dia berasal dari keluarga bangsawan yang berada.

"Gabriel benar, kau tidak perlu sampai meminta maaf untuk itu." Tambah gadis yang satunya. Ucapannya yang terdengar datar nampak selaras dengan raut wajahnya yang datar pula. Rambutnya memiliki warna yang sama dengan yang dimiliki oleh gadis bernama Gabriel dan Naruto sendiri; yakni surai pirang yang menawan dengan kuncir kudanya. Tapi jika dilihat dari pakaian yang ia kenakan, dia bukan berasal dari keluarga bangsawan manapun.

Tersenyum tipis, Naruto lalu berkata dengan tulus. "Terima kasih."

Kedua gadis pirang di depannya menjawab dengan serentak.

"Ya, sama-sama."

Naruto melihat sekelilingnya. "Seperti yang ku duga, kadetnya banyak sekali untuk tahun ini." Ucapnya spontan setelah melihat betapa banyaknya jumlah manusia yang mengikuti penyelenggaraan ini.

"Bukankah hal itu sangat wajar? Seperti yang kita ketahui, menjadi seorang Kesatria Sihir itu merupakan impian semua orang. Jadi, jika ada kesempatan untuk mewujudkannya sekarang, kenapa harus menunda-nunda."

Naruto menoleh dan mendapatkan gadis bernama Gabriel itu yang telah membalas perkataannya. Gadis itu nampak tersenyum dan langsung menjulurkan tangan kanannya dengan anggun.

"Gabriel La Belgaria, kau bisa memanggilku Belgaria, tapi jika kau mau memanggil nama depanku juga tidak apa-apa." Ucap gadis tersebut tersenyum manis, ia nampak menunggu jabat tangan dari Naruto.

Jabat tangan adalah hal yang lumrah untuk tanda perkenalan.

"Ah, apakah tak apa dengan rakyat biasa seperti diriku?" tanya Naruto sebelum memutuskan untuk menjabat tangan gadis di depannya itu, karena dia sebenarnya tidak cukup yakin kalau ada bangsawan seramah Gabriel ini ketika berkenalan dengan rakyat biasa seperti dirinya.

"Umm, tidak apa kok," seolah mengetahui maksud dari perkataan pemuda di depannya, Gabriel menggeleng pelan. "Lagipula keluarga ku mengajarkan bahwa baik itu bangsawan ataupun rakyat biasa tidak ada bedanya. Kita hidup di benua yang sama, tumbuh di tanah yang sama, minum air yang sama pula. Lalu apa bedanya? Selama kita sama-sama manusia, maka tidak ada perbedaan di antara kita."

Naruto tersenyum tipis ketika mendengarnya. Jujur ini kali pertamanya ia mendengar ucapan anggun seperti itu dari seorang bangsawan. Seringkali yang ia dengar adalah sebuah kata cacian, hinaan dan kata menyakitkan lainnya.

Masih dalam senyumnya, Naruto Namikaze mengulurkan tangannya, menjawab jabat tangan dari Gabriel La Belgaria di depannya. Jemari kasar dan besar itu saling menyapa dengan jemari lentik dan halus.

"Naruto, Naruto Namikaze. Untuk nama panggilan itu terserah anda, Belgaria-san."

Gabriel tersentak sebentar. "Namikaze, kah? Entah kenapa aku merasa pernah mendengarnya di suatu tempat." Katanya sembari mencoba menggali ingatan dalam memorinya.

"Sebaiknya kalian berdua segera menyiapkan diri, sepertinya tes akan segera dimulai."

Gadis yang sedaritadi diam angkat suara. Naruto dan Gabriel dengan cepat menyudahi jabat tangan mereka, tersenyum tipis kepada masing-masing dan menyiapkan diri kemudian. Tak jauh dari mereka terlihat seseorang pemuda yang telah menggunakan seragam khas Kesatria dengan zirah besinya yang berkilap-kilap, dapat dipastikan bahwa dia adalah anggota Kesatria yang akan memandu gerbang utama.

Untuk beberapa saat Naruto memandang kagum pada Dungeon di depannya. Ini bukan kali pertamanya dia melihat Dungeon sih, tapi kalau dilihat secara seksama sungguh dia merasa sangat-sangat kagum dengan ini. Coba lihat, di dalam bangunan menyerupai sebuah pilar raksasa yang tinggi ini terdapat hamparan hutan dengan ratusan kilometer luasnya.

Seperti katanya, Dungeon diciptakan oleh orang di masa lampau untuk menyembunyikan sebuah artefak sihir ataupun sihir langka yang di dalamnya berisi jebakan, monster atau hal lainnya dengan guna untuk melindungi artefak atau sihir langka yang terkunci di dalam Dungeon tersebut. Jika artefak dan sihir langka tersebut telah berhasil di ambil, maka Dungeon akan hilang dengan sendirinya.

Benar-benar keajaiban yang sangat-sangat ajaib.

Setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama, semua tim sudah berkumpul di depan gerbang Dungeon. Naruto melihat kearah semuanya.

'Mereka orang-orang yang kuat, aku harus waspada.'

"Kalian berdua dengarkan aku, bagaimana pun situasi dan kondisinya ku harap kita bisa meminimalisir terjadinya pertarungan. Stamina untuk tes kedua sangatlah penting, jadi ku harap kita tidak kelelahan." Ucap Naruto yang dibalas anggukan kecil dari kedua gadis di depannya.

"Tapi, apakah kalian tahu maksud dari 'sesuatu' yang diberitahukan oleh Yang Mulia Vasco-sama?" Gabriel mengajukan sebuah pertanyaan, baik Naruto dan gadis yang satunya hanya menggeleng kecil sebagai jawabannya.

"Entahlah, tapi kita punya waktu satu minggu. Jadi, mari kita cari jawabannya setelah memasuki Dungeon ini."

Dan balasan yang dikatakan oleh gadis pirang yang belum diketahui namanya tersebut membuat Naruto dan Gabriel mengangguk setuju.

Pembicaraan tersebut langsung terhenti ketika anggota panitia mengambil perhatian mereka. Dengan suara ledakan dan suara keras itu, mereka dapat mengetahui bahwa tes kedua sudah dimulai. Kadet-kadet yang telah bersedia di posisi start langsung melesat masuk menuju kedalam Dungeon melalui empat sisi gerbang.

Semua tim sudah masuk semua. Semua anggota panitia yang menjaga gerbang Dungeon langsung berbalik dengan maksud untuk kembali ke kamp observasi.

"Ah, mungkin hanya halusinasi ku saja." Ucap seorang panitia yang merasa ada beberapa siluet bayangan tak dikenal ikut masuk ke dalam Dungeon.

Dan tanpa dia sadari, siluet-siluet tersebutlah yang akan membawa keramaian dan keriuhan di dalam Dungeon tersebut.


Hari pertama

Sudah sekitar tiga jam sejak Naruto dan kedua gadis itu mulai memasuki tempat bernama Death Forest ini. Untuk sekarang, mereka masih belum bertemu dengan tim lain atau pun makhluk buas yang menghuni tempat ini. Seperti yang telah diceritakan sebelumnya oleh Vasco Strada, manusia terkuat didunia, hutan ini memiliki hamparan pepohonan yang rimbun, gelap dan lebat.

"Sekarang, apa yang akan kita lakukan?"

Di sela lompatan-lompatan yang mereka lakukan pada setiap dahan pohon yang besar, Naruto bertanya pada Gabriel. Sebetulnya sejak sudah memasuki tempat ini mereka bertiga memutuskan untuk menentukan pemimpin dari kelompok mereka. Segala keputusan berada di tangan ketua kelompok. Dan karena menurut mereka Gabriel lah yang paling kuat untuk ketiganya, maka gadis tersebutlah yang memimpin kelompok mereka.

Gabriel nampak berpikir sejenak untuk pertanyaan itu, setelah beberapa saat dia langsung menjawab.

"Akan sangat baik kalau kita mencari tempat untuk berlindung terlebih dahulu," kata gadis tersebut dengan tenang yang langsung saja dibalas anggukan oleh Naruto. "Aku tidak tahu dimana letaknya, tapi kurasa kita bisa mencarinya bersama-sama." Lanjut Gabriel kemudian.

"Hanya untuk berjaga-jaga saja, tapi apa aku boleh mengetahui jenis sihir yang kalian miliki?"

Mendengar pertanyaan Naruto, Gabriel dan gadis di sebelahnya saling pandang sejenak.

"Tentu saja! Untuk jenis sihirku adalah Element Magic: Light Magic dan Healing Magic." Kata Gabriel dengan senyuman, Naruto mengangguk kecil untuk itu dan menolehkan kepalanya ke arah gadis yang satunya kemudian.

"Aku tidak begitu yakin untuk sihir, tapi aku menguasi Sword Skill dengan cukup baik, kurasa." Ucap gadis tersebut dengan suara yang tak lagi monoton seperti sebelumnya.

Naruto mengangguk lagi. Dia menyimpan informasi penting tersebut pada suatu tempat di kepalanya. Ia akan mengingat informasi berharga seperti ini karena akan sangat berguna untuk kombinasi serangan mereka nanti. Yah, walaupun dia tidak menyangka kalau seorang perempuan seperti Gabriel bisa menguasai sihir elemen langka seperti itu, dan juga kemampuan Sword Skill yang digunakan oleh gadis yang satunya akan sangat berguna dalam pertarungan jarak dekat.

Di dunia ini terdapat beberapa jenis sihir yang bisa digunakan oleh orang-orang. Sihir-sihir tersebut meliputi:

Element Magic. Sebuah sihir yang menjadikan berbagai unsur elemen yang ada didunia sebagai subtansinya. Pada kenyataannya, setiap orang pasti memiliki setidaknya satu elemen dalam tubuhnya sehingga wajar saja kalau sihir elemen merupakan sihir yang Universal dan yang paling banyak penggunakanya.

Untuk jenis elemen sendiri sebenarnya hanya ada lima, yakni Api, Air, Angin, Petir dan Tanah. Namun sihir elemen memiliki dua tingkatan, untuk tindakan berikutnya pengguna bisa menggabungkan beberapa unsur sehingga menciptakan unsur baru. Ada beberapa elemen yang dikatakan sebagai elemen spesial dan langka dalam sihir elemen. Teruntuk contohnya seperti Light Magic dan Dark Magic.

Blooded Magic. Dalam darah kebangsawanan biasanya memiliki sihir khusus yang hanya bisa digunakan oleh darah keturuan dari keluarga tersebut. Untuk contoh dari jenis sihir ini sendiri seperti Power of Destruction dari bangsawan Bael, Sharingan dari bangsawan Uchiha dan masih banyak lagi.

Forbidden Magic. Teruntuk sihir jenis ini biasanya sangat dicari penggunanya. Seorang pengguna sihir jenis ini bahkan bisa dikategorikan sebagai bangsawan kerajaan tak peduli darimana ia berasal. Hal itu dikarenakan, sihir jenis ini dikatakan sangat-sangat langka dan hanya 5% dari 95% manusia yang bisa menggunakannya.

Dimension Space Magic. Sebenarnya sihir ini bisa dibilang sebagai sihir yang multi-fungsi. Keistimewannya terletak pada bagaimana penggunanya dapat memaksimalkan diri pada sihir jenis ini. Untuk tingkat awalnya, sihir ini hanya bisa digunakan untuk menyimpan benda atau barang ke dalam sebuah dimensi buatan. Dalam tingkat lanjutannya, sihir ini dapat membuat seseorang berpindah tempat dengan cepat atau bisa dikatakan sebagai teleportasi. Di dunia ini, hanya sedikit orang yang mampu mencapai tingkat lanjutan dari sihir ini.

Disamping sihir, didunia ini juga dikenal kekuatan lain yang disebut sebagai Skill. Skill itu tidak seperti sihir yang terkadang hanya dapat dikuasai oleh sebagian individu, namun Skill dapat dipeajari oleh semua orang tanpa terkecuali. Selama individu tersebut memiliki Prana maka dia bisa mempelajari Skill apapun tergantung pehamanannya.

Ada beberapa jenis Skill yang ada dan dapat dipelajari, yakni:

Weapons Skill. Jika seseorang mempelajari Skill ini, biasanya yang dipelajari adalah teknik-teknik yang bisa memaksimalkan kemampuan senjata yang digunakannya. Sword Skill adalah yang paling dikenal dari seluruh subtansi Skill yang dapat dipelajari.

Body Skill. Seperti namanya, Skill jenis ini membuat seseorang mampu memaksimalkan kekuatan tubuhnya pada limit maksimal. Kekuatan yang didapatkan dari Skill ini akan sangat berguna, bahkan ada beberapa subtansi dari Skill ini yang dapat menjadi akselerasi dan berguna dalam pertarungan cepat. Contoh dari Skill ini adalah Accel, Limit Breaker dan beberapa subtansi lainnya.


Berada di dalam tempat yang cukup menyakinkan sebagai tempat beristirahat, kelompok 13 yang diketuai oleh Gabriel La Belgaria memutuskan untuk berhenti sejenak dan memilih untuk istirahat sejenak. Rasannya, tidak mungkin mereka akan melanjutkan perjalanan mereka sementara stamina mereka sendiri selalu terkuras detik per detiknya.

Tempat mereka beristirahat terlihat cukup menakutkan, namun pikiran itu mereka tepis jauh-jauh karena ini adalah satu-satunya tempat yang nampak tertutup dan aman. Tempat yang merupakan lobang besar dibatang pohon besar ini terlihat sangat-sangat sempurna. Terlebih tempatnya lumayan besar untuk tinggali oleh tiga orang.

Sejak tadi, Gabriel dan gadis yang belum diketahui namanya selalu memandang penasaran akan lilitan kain panjang yang Naruto bawa sejak tadi. Rasa penasaran itu menjadi semakin besar ketika melihat pemuda itu yang nampak begitu menghormati dan menjaga hati-hati lilitan kain pada benda panjang tersebut.

Tak kuasa menahan rasa penasaran yang terus menyerang, Gabriel memutuskan untuk bertanya.

"Namikaze-san? Kalau boleh tahu benda apakah yang tersembunyi dibalik lilitan kain tersebut? Nampaknya kau selalu menjaga dan menghormatinya. Bukankah begitu, Alice."

"Itu benar. Dan juga, kau sama sekali belum memberitahu jenis sihir apa yang kau kuasai." Timpal gadis pirang yang ternyata adalah Alice namanya.

"Oh itu," Naruto tersenyum tipis sebagai responsnya. "Untuk benda ini seringkali ku sebut sebagai Harta Mulia ku. Ini merupakan satu-satunya peninggalan ayahku, oleh karena itu aku selalu menjaga dan menghormatinya." Lanjut pemuda tersebut.

"Begitu, lalu bagaimana dengan sihir milikmu?" tanya Gabriel yang dilanjutkan anggukan oleh Alice.

"Hmm, untuk sihir aku tidak begitu yakin, aku hanya bisa menggunakan Dimension Space Magic dan Sword Skill saja." Jawab Naruto apa adanya. Dapat dilihat kalau respons yang dua gadis itu perlihatkan hanya sekedar mengangguk dan mengerti.

Untuk beberapa saat percakapan berhenti. Langit sudah sepenuhnya gelap. Entah kenapa di dalam Dungeon seperti ini matahari dan bulan masih dapat terlihat di langit, padahal seluruh Dungeon merupakan ruang tertutup yang berada di dalam sebuah pilar raksasa. Benar-benar keajaiban yang mengagumkan.

Cukup lama tim 13 mengistirahatkan tubuh mereka, bahkan sudah terlihat api unggun yang menyala untuk menemani dan menghangatkan diri. Namun disaat hari sudah gelap sepenuhnya, aura yang dikeluarkan oleh hutan ini nampak berbeda. Bahkan beberapa kali terdengar suara semak belukar yang saling bergesekan, seolah ada sesuatu yang sedang mengawasi.

*Kresek*

*Kresek*

"Apa kalian dengar?" Naruto berbisik pelan pada Gabriel dan Alice. Respons kedua gadis itu hanya sebuah anggukan.

"Itu mungkin hewan buas atau monster yang mendiami tempat ini. Kurasa kita bisa membereskannya dengan cukup mudah." Lanjut Naruto dalam bisikannya.

"Baik, biarkan aku yang mengambil alih perhatian. Kalian serang di saat mereka sedang teralihkan olehku, kalian siap?" ucap Gabriel yang kini mulai menyiapkan dirinya.

Naruto dan Alice mengangguk sebagai jawabannya. Alice menyiapkan pedang yang sejak tadi ia simpan di pinggangnya sedangkan Naruto menajamkan tatapan matanya kearah semak-semak yang bergesekan tak jauh dari tempat mereka.

"Bagus, aku akan mulai."

Setelah berkata demikian, Gabriel berlari menuju depan kearah yang sedikit berlawanan dari semak-semak tersebut. Suara bising dan gerakan tiba-tiba yang ia lakukan membuahkan hasil.

Dari balik semak-semak tersebut muncul lima serigala hitam yang cukup besar dan menyeramkan. Mereka berniat menyerang Gabriel yang berlarian kecil menjauhi mereka. Dengan lolongan mereka yang menyeramkan, para serigala malam tersebut mengejar Gabriel yang tak begitu jauh dari tempat mereka.

Menyadari predator-predator itu terpancing olehnya, Gabriel langsung memompa prana menuju kakinya dan melompat setingi-tingginya menuju dahan pohon.

"Sekarang!"

*Krak*

*Swush*

Naruto dan Alice yang tengah bersembunyi langsung keluar dan berlari dengan formasi zig zag menuju kawanan serigala yang nampak terkejut akan kehadiran mereka. Tanpa banyak ba-bi-bu, Alice langsung mengeluarkan pedangnya. Memejamkan matanya sejenak sebelum dibuka kembali, dapat terlihat meski malam yang gelap kelopak matanya tersambung oleh bulu mata emas. Kedua matanya yang berwarna biru menatap tajam pada sekumpulan serigala yang lapar.

Tangan dari Alice telah menarik pedang dari sarungnya. Tangan kanan itu memegang pedang panjang yang semua dari penahan, bilah hingga gagangnya dibuat dari emas yang terpantul sinar bulan. Desain yang berbentuk bunga silang yang menghiasi penahan itu.

Melihat kearah setumpuk makhluk buas yang masih berada disana, Alice mengangkat pedangnya secara horizontal dengan kedua tangannya. Memompa prana secukupnya untuk dimasukan kedalam pedang miliknya.

"Sword Skill: Avalanche!"

*Slash!*

Ketika pedang tersebut mengayun kuat, aura dari jalur tebasannya yang berwarna emas kekuningan bersinar terang, seakan pedang tersebut sedang memantulkan sinar bulan menjadi warna emas yang indah.

*Roaaaarr!*

Dua dari lima serigala langsung tumbang bersimpuh darah. Serangan yang dilakukan oleh Alice benar-benar sangat hebat dan akurat. Karena terjangannya membuat jarak antara dia dan lawannya, ia langsung bisa mempersiapkan gaya berdirinya lagi sesaat setelah ia menggunakan Skill tersebut. Itu adalah Skill tingkat tinggi yang sangat bagus untuk membunuh monster.

"Kheeh, menarik sekali."

Masih dalam keadaan berlari di belakang Alice, Naruto berkomentar kagum melihat Skill tingkat tinggi tersebut. Tapi jika dibandingkan dengan Skill yang dikeluarkan oleh gadis emas itu, Naruto jauh lebih tertarik dengan pedang yang digunakannya. Entah mengapa insting Naruto mengatakan kalau pedang tersebut merupakan eksitensi agung yang sejajar dengan eksitensi agung lainnya.

'Siapa sebenarnya gadis ini? Siapa sebenarnya Alice Schuberg?' batin Naruto bertanya.

Namun pemuda pirang itu menggeleng kecil. Dia tidak boleh memikirkan tentang hal lain selain tujuannya, dan bergabung dengan salah satu dari Squad sihir di kerajaan adalah langkah terpenting untuk mencapai tujuannya tersebut.

Masih dalam laju larinya Naruto menciptakan dua buah gerbang dimensi di samping kiri dan kanannya. Setelah itu dia memasukan kedua tangannya ke sana dan menariknya kemudian. Ketika gerbang dimensi tersebut telah menghilang sepenuhnya, kedua tangannya yang sebelumnya tidak menggenggam apapun kini tersemat sebuah pedang pada masing-masing genggaman tangannya. Kedua pedang berjenis Long sword dengan bilah peraknya yang tajam.

Garis cahaya dapat terlihat dengan jelas pada jalur yang dilalui oleh kedua pedang ditangan pemuda pirang itu. Sepertinya prana yang dipompa sudah tepat pada takarannya sehingga pedang tersebut langsung dilapisi oleh pedar biru terang.

Naruto menarik napasnya sesaat. Cara bernapas juga akan mempengaruhi hasil tebasan yang dikeluarkan, itu sudah umum dalam dunia perpedangan. Ketika dia sudah berada sekitar 4 meter dari ketiga serigala sedang berada, dia lalu mengeluarkan Sword Skill miliknya.

"Sword Skill: Dual Blades [Fell Crescent]."

Bersamaan dengan gumaman tersebut, Namikaze Naruto melompat maju. Kedua pedang yang ia genggam membentuk kilatan cahaya yang tajam menuju ketiga serigala yang tersisa. Dua buah cahaya biru yang menyilaukan menyala dari lintasan kedua Long sword yang pemuda pirang itu kenakan.

*Slash*

*Slash*

Dua tebasan melengkung awal Naruto arahkan pada leher dan perut dari serigala yang nampak terbuka lebar. Tebasan tersebut menyebabkan sang serigala langsung tewas seketika dengan tubuh bersimpuh darah. Tapi langkah pemuda pirang tersebut tidak hanya sampai di situ, dia dengan segera melanjutkan terjangannya kearah serigala yang lain dengan dua tebasan melengkung miliknya.

*Slash*

*Slash*

*Rooaaaargh!*

Dua serigala sudah tumbang saat ini. Seakan tak terhentikan, Naruto kembali menerjang serigala ketiga dengan dua pedang bercahaya biru miliknya.

*Slash*

*Slash*

*Duakh*

Cipratan darah menyebar kemana-mana dengan Naruto sebagai pusatnya. Pemuda itu menghela napas sejenak, mencoba untuk menormalkan kembali pernapasannya.

"Yang tadi itu bukankah Sword Skill tingkat tinggi? Kalau tidak salah Fell Crescent merupakan Sword Skill yang mengutamakan tumpuan pada kaki dan teknik pernapasan. Kelebihannya kau bisa menempuh jarak 4 meter dalam waktu 0,4 detik."

Naruto tersenyum untuk perkataan Alice. Sebelum membalasnya ia terlebih dahulu menghentakkan pedangnya sesaat untuk menghilangkan bekas darah yang tersisa.

"Ya, kau benar, Schuberg-san. Itu adalah Sword Skill: Fell Crescent, sebuah Sword Skill yang mengandalkan kecepatan terjangan dan tebasannya. Ini merupakan teknik yang paling sederhana dalam subtansi Sword Skill itu sendiri." Kata Naruto sembari memasukan kembali kedua pedang miliknya kedalam Dimension Space Magic.

Alice mengangguk sebagai tanda mengerti, namun kalau dilihat dari raut wajahnya, nampak ada beberapa hal yang membuatnya bingung sekaligus kagum.

"Tapi ini pertama kalinya aku melihat seseorang menggabungkan dua jenis Sword Skill menjadi satu bagian. Kau menggabungkan Sword Skill tingkat tinggi [Dual Blades] dengan Sword Skill sederhana [Fell Crescent] sehingga Skill 6 tebasan yang didapat dari [Dual Blades] diperkuat lagi dengan tebasan melengkung dari [Fell Crescent]. Kau cukup hebat, Namikaze-san."

Sudah seharian semenjak mereka bertemu tadi, ternyata Alice menjadi sangat bersemangat ketika membahas tentang Sword Skill. Lihat, dia bahkan nampak tersenyum sumringah membahasnya, sangat berbeda dari awal pertemuan mereka yang mana sikap dari Alice terkesan sedikit dingin.

"Terima kasih untuk pujiannya, Schuberg-san. Kau juga hebat, bahkan ini juga kali pertama aku melihat pedar prana berwarna emas murni seperti itu. Pedangmu juga terlihat menarik."

Melihat kedua rekannya sibuk membahas kemampuan mereka membuat Gabriel yang berada di dahan pohon tertawa sedikit. "Kerja bagus, kalian berdua. Lebih baik kita beristirahat dulu, kita masih punya 6 hari yang merepotkan lagi." Ucapnya sembari melompat dari dahan pohon yang tinggi.

"Aku setuju, dan sebaiknya kita mencari tempat lain untuk beristirahat. Bau darah dari bangkai ini akan mengundang makhluk buas yang lain."

Bersama dengan ucapan dari Alice, mereka bertiga pergi sedikit jauh menuju utara. Tempat mereka berhenti dekat dengan sebuah danau yang cukup besar. Tempat yang sangat strategis untuk beristirahat, belum lagi mereka adalah satu-satunya regu yang berada disekitar sini. Hal tersebut dapat dipastikan oleh Gabriel menggunakan sihir observasi miliknya.

Untuk jaga malam, mereka memutuskan untuk saling bergantian. Jadwal pertama pada malam ini adalah Naruto dan dia duduk didekat api unggun untuk menghangatkan diri sedangkan kedua gadis yang menjadi rekannya beristirahat dibawah akar pohon yang nampak besar tak jauh dari tempatnya.

Selama berjaga, Naruto selalu menyiapkan kelima panca indranya sebaik mungkin. Ia tidak ingin karena kelalaiannya, mereka berada dalam situasi yang bahaya.

"Kemarilah."

"Huh?" Naruto terdiam. Entah mengapa ia merasa ada suara yang seolah mengajaknya entah kemana. Dia menggeleng kecil. "Mungkin hanya perasaan ku saja." Ujarnya kemudian.

"Kemarilah anak ku."

Suara feminim itu terdengar kembali membuat mata dan kepala Naruto langsung menoleh pada sumber suara yang berada di timur, arah menuju danau.

"Siapa disana?" tanya Naruto dingin. Namun yang ia temukan hanya kekosongan yang hampa. Dia kembali menggeleng kecil. Sekali lagi Naruto berpikir, mungkin ia hanya berhalusinasi.

"Khu khu khu."

Suara tawa yang menggema membuat Naruto merasa tak nyaman untuk berdiam diri saja. Pemuda pirang itu langsung berdiri dan menoleh kembali kearah sumber suara ditempat yang sama.

Meski sesaat dan samar-samar mata biru itu melihat sesosok wanita pirang dewasa yang mengenakan gaun putih panjang berdiri ditempat itu dengan melambaikan tangannya, seolah-olah mengajak Naruto untuk pergi bersamanya.

Awalnya Naruto ragu untuk pergi ketempat itu, namun entah mengapa ia merasa sangat familiar dengan sosok yang dilihatnya barusan yang lalu megambil rasa penasaran pada diri untuk datang melihatnya kembali. Untuk beberapa saat, Naruto menoleh kebelakang tempat dimana Gabriel dan Alice tidur. Dia ingin memastikan keamanan dua rekannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk pergi ketempat itu.

"Baiklah, aku akan mencoba untuk melihatnya. Hal apakah disana yang seolah memanggil diriku."

Dengan langkah diam, kaki itu melangkah kesana—menuju kearah timur tempat wanita itu mengajaknya.

Dedaunan dan semak belukar yang rimbun disingkirkan oleh tangan itu, bersama dengan mata biru yang mencari keberadaan yang mengambil rasa penasarannya.

Wanita itu terlihat kembali, ia nampak tersenyum dan tertawa sembari mengitari sebuah pohon besar didekatnya. Ketika mata wanita itu bertemu dengan mata biru Naruto, dia berlari kecil sembari melambaikan tangannya, seolah mengajak Naruto untuk mengikuti dirinya lagi.

Naruto kembali mengikutinya, hingga beberapa saat setelahnya sampailah ia di tepian danau yang lumayan luas. Mata birunya melihat kearah wanita yang tengah memunggungi dirinya. Tidak, itu bukan wanita yang tadi, meski sama-sama menggunakan gaun putih dan berambut pirang, seingat Naruto wanita yang mengajaknya untuk kemari rambutnya tidak dibiarkan lurus seperti wanita ini.

"Naruto Namikaze, putra satu-satunya dari Minato Namikaze. Benang takdir yang terurai kini terikat kembali. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan pemilik darah yang sama dengan darah yang pernah kutemui dahulu."

Raut wajah Naruto langsung mengeras ketika mendengar nama ayahnya terucap. Dengan sikap waspada miliknya ia langsung menyiapkan diri andaikata pertarungan akan terjadi.

"Darimana kau tahu namaku dan juga nama ayahku? Dan juga siapa sebenarnya dirimu ini? Aku sama sekali tidak mencium bau darah darimu." Tanya Naruto dengan cukup serius. Selama hidupnya, Naruto sudah bertemu dengan banyak orang dari yang kuat sampai yang lemah, dan ini untuk kali pertamanya dia tidak mencium aroma darah dari lawan bicaranya.

Sosok wanita itu tidak segera menjawab pertanyaan Naruto. Dengan langkah kakinya yang halus wanita itu berbalik, memperlihatkan sosoknya yang menyamai sosok bidadari bersama dengan senyumnya yang lembut.

"Aku adalah Lady of the Lake, Seraphim yang menjaga segala kedamaian dan segala kesucian di tanah ini."


To be Continued


A/N:

Yo sawadikhap! Kalau dihitung udah sekitar berapa bulan ya aku enggak aktif di Fanfiction? Entahlah aku sedikit lupa.

Hmm, sebenarnya menjelang libur semester satu kuliah ini aku berencana untuk melanjutkan fanfiksi utamaku "Fate The True King of Heroes". Tapi entah kenapa ide membuat fanfiksi sihir langsung terlintas di otakku sehingga aku pun langsung bergegas menulisnya dan menghabiskan waktu dua hari untuk chapter 1 ini.

Okay, sedikit saja bercakap-cakapnya. Aku ingin segera melanjutkan mengetik fanfiksi utamaku. Babay, selamat membaca dan kuharap kalian bisa memberikan review kepadaku, karena jujur aku membutuhkan kata-kata dari kalian untuk meningkatkan semangat ku dalam mengetik.

Sekian, terima kasih.

[ Di edit kembali pada 26 Februari 2020 ]