Flower on the Sand
Disclaimer : Masashi Kishimoto Sensei.
Story By : Yana Kim
Lenght : Chaptered
Rate : T semi M
WARNING!
Tidak ada manusia yang sempurna. Jadi harap maklum atas segala kesalahan yang mungkin terjadi. Hehehe.
Cast : Sabaku no Gaara x Yamanaka Ino
SUM:
Rombongan Konoha yang akan menghadiri pernikahan Shikamaru dan Temari dibuat tercengang oleh perlakuan khusus yang di berikan Kazekage pada Yamanaka Ino. Ada apa diantara mereka? Sejak kapan dua orang dengan sikap bertolak belakang itu, bisa menjadi begitu "dekat" ? Sequel of Fireflies.
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
Shikamaru menguap lebar. Sudah dua hari mereka melakukan perjalanan dari Konoha ke Sunakagure. Ia sudah sangat lelah dan ingin beristirahat dengan benar. Ya, istirahat dengan benar versi calon pemimpin Klan Nara itu adalah tidur panjang tanpa gangguan. Matanya mengamati para rekan dan juga beberapa keluarganya dari Klan Nara termasuk ibunya yang juga tampak kelelahan. Apalagi sebagian besar dari mereka jarang mendapatkan misi ke negara gersang itu. Otomatis tubuh mereka belum terbiasa dengan panasnya gurun pasir yang kini mereka jalani. Tidak banyak yang ikut selain beberapa keluarganya. Ada Ino dan Chouji, kedua orang ini tidak boleh tidak ikut karena mereka berdua lebih dekat bahkan melebihi keluarga. Ada Rock Lee, Tenten, Kiba,Shino dan Sakura. Naruto tidak bisa datang karena Hinata tengah hamil, dan begitu juga dengan Sasuke yang sedang mendapatkan misi. Namun meski begitu, ia sangat senang karena teman-temannya itu mau datang di hari bahagianya yang memang diadakan di Suna. Ya, hari bahagianya. Hari pernikahannya dengan perempuan paling merepotkan sekaligus paling di cintainya, Sabaku Temari. Raut muka lelah itu menjadi semangat begitu melihat gerbang Suna yang sudah di depan mata.
"Aku ingin mandi dan tidur. Lelah sekali. Badanku sudah sangat gerah." Sakura berujar yang di sambut oleh anggukan Tenten seraya membalas.
"Kulitku sudah terbakar. Padahal sudah mengenakan jubah ini, tapi tetap saja panasnya terasa menyengat."
'Dasar perempuan.' Shikamaru membatin sambil menarik sudut bibirnya menampakkan senyum kecil. Namun senyum itu hilang sedetik kemudian ketika otak jeniusnya menyadari sesuatu. Matanya beralih pada seseorang yang berjalan di depannya. Rekan setimnya, sahabatnya, adik kecilnya, Yamanaka Ino. Shikamaru baru menyadari kalau Ino tidak secerewet biasanya. Bukankah seharusnya gadis itu lebih heboh dari Sakura dan Tenten terkait panas yang membakar kulitnya? Ino sendiri tadi hanya tersenyum menanggapi gerutuan Tenten. Ada apa dengannya?
"Ino," panggilnya tiba-tiba. Ia harus memastikan sesuatu kan?
"Kau semakin gendut. Berat badanmu naik drastis ya?"
"Apa kau bilang?!" Ino langsung mundur ke belakang untuk menghadiahi Shikamaru dengan pukulan-pukulan kecil sambil mengeluarkan repetan andalannya.
"Gendut kau bilang?! Kau tahu aku sudah tidak makan karbohidrat lagi bahkan dalam perjalanan kemari untuk pernikahanmu! Kau bilang aku gendut?! Shika no Baka!"
Kejadian itu di sambut tawa oleh rombongan mereka. Meskipun harus menerima pukulan dari Ino, setidaknya Shikamaru tahu, Inonya baik-baik saja. Mungkin memang sedang ada yang dipikiri gadis itu, tapi Shikamaru yakin itu bukan masalah berat dan pasti akan bisa di selesaikan oleh sahabatnya itu.
Mereka memasuki gerbang Suna dan di sambut hangat oleh penjaga gerbang. Para ninja Suna itu langsung mengambil alih barang bawaan mereka untuk di bawa ke penginapan. Sementara itu, tak jauh di depan mereka, tiga bersaudara Sabaku bersama asisten Gaara yang mereka kenal bernama Baki datang untuk menyambut mereka.
Sebagai calon menantu yang baik, Temari berinisiatif untuk menyapa calon ibu mertuanya yang tidak lain adalah ibu dari Shikamaru. Senyum manisnya sudah diatur sedemikian rupa seiring dengan langkahnya yang semakin mendekat. Namun senyum manis putri Suna itu mendadak sirna bersamaan dengan langkah kakinya yang langsung terhenti. Bukan hanya dia tentu saja, semua rombongan dibuat kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Beberapa pasang mata membola menyaksikan kejadian itu. Jangan lupakan aksi menguap Shikamaru yang terhenti seketika.
Didepan gerbang Suna, dihadapan rombongan Konoha dan penjaga gerbang, Kazekage Suna, Sabaku no Gaara memeluk erat Yamanaka Ino.
.
.
.
"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk memberikan penjelasan, nona Yamanaka." Sakura melepaskan jubahnya dan duduk di kursi penginapan mereka. Gerakannya diikuti oleh Tenten.
"Kami tidak bisa menunggu lagi," kunoichi bercepol dua itu menambahkan.
"Hei, kalian tidak lihat kalau aku juga kaget dengan apa yang di lakukan oleh Gaara?" Ino memberikan pembelaan. Jujur saja ia sangat kaget dengan apa yang Gaara lakukan di gerbang tadi.
"Kalian sudah saling memanggil nama kecil?" Sakura bertanya lagi.
"Sebenarnya kalian sudah sedekat apa?" Tenten menambahkan. Lagi.
"Kami hanya bertemu di pesta pernikahanmu dengan Sasuke dan kami... mengobrol. Itu saja." Ia tidak berbohong. Ia dan Gaara kan memang bertemu pada hari pernikahan Sakura dan Sasuke. Dan mereka memang mengobrol. Kecuali fakta kalau ia menangis. Tentu saja Ino tidak akan mengatakannya.
"Aku penasaran dengan obrolan kalian sampai Gaara berani memelukmu tadi." Tenten tampak berpikir.
"Benar sekali. Dan jujur saja yang tadi itu..." Sakura dan Tenten saling melihat.
"MANIS SEKALI!" ujar keduanya dengan semangat. Ino menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua wanita yang kini tertawa cekikikan itu.
"Aku mau mandi du— tunggu, tasku dimana?" Ino melihat sekeliling mencari keberadaan tasnya. Ransel milik Sakura dan Tenten ada di sana namun tidak dengan miliknya.
"Bukannya ninja Suna suruhan Temari yang membawakan tas kita semua tadi?" Sakura melihat sekeliling untuk memastikan kalau tas sahabat pirangnya memang tidak ada di kamar itu.
"Tapi kenapa hanya tas Ino yang tidak ada disini. Sebaiknya kita tanyakan pada mereka, bisa saja mereka salah memasukkan tas Ino ke kamar Shikamaru atau rombongan lainnya. Atau kita langsung memeriksa kamar yang lain?" tanya Tenten.
Ketiganya keluar dari kamar dan untungnya langsung mendapati seorang dari beberapa ninja yang tadi membantu mereka. Pemuda itu terlihat sangat muda. Mungkin berumur sekitar lima belas tahun. Begitu melihat mereka, pemuda itu membungkuk hormat.
"Maaf tapi apa kau melihat ranselku? Ransel dengan pita ungu di salah satu resletingnya."
"Yamanaka Ino-san?"
"Ya benar, itu namaku."
"Saya mencari anda dari tadi. Maaf, Yamanaka-san. Anda tidak menginap disini. Anda akan menginap di penginapan dekat gedung Kazekage. Ransel anda mungkin sudah ada disana."
"APA!?" Hanya Sakura yang berteriak. Membuat Ino dan Tenten melihat ke arahnya dengan pandangan penuh tanya.
"Ada apa Saki?" tanya Ino.
"Hanya ada satu penginapan di dekat gedung Kazekage dan itu adalah penginapan khusus untuk para Daimyo dan Kage." Keterangan dari Sakura disambut wajah kaget Ino dan Tenten.
"Maksudmu temanku ini menginap disana?" Sakura bertanya pada ninja muda yang masih berdiri di depan mereka.
"Benar sekali. Mari, saya antarkan anda ke sana Yamanaka-san."
"Tidak-tidak. Bagaimana kalau kau menolongku untuk mengambilkan ranselku dari sana. Aku menginap disini saja dengan teman-temanku dan rombongan lainnya."
"Maaf, Yamanaka-san. Kami hanya menjalankan perintah dari Kazekage."
"Biar aku yang akan bicara pada Kazekage nanti. Kau tenang saja."
"Maafkan saya, Yamanaka-san. Untuk hal ini, saya tidak bisa membantu anda. Kazekage akan marah dan—"
"Sudahlah, Ino. Pergi saja dengannya. Gaara sudah mempersiapkannya dan kau malah menolaknya?" Ino menatap tak percaya pada Sakura.
"Benar sekali. Lagi pula, kau tidak lihat kalau ranjang di kamar kita hanya ada dua?" Kali ini Tenten mendorong Ino agar segera pergi.
Merasa tidak ada pilihan lain, Ino mengikuti langkah pemuda itu. Berarti dia harus berjalan di bawah teriknya matahari Suna untuk pergi ke penginapannya. Untung saja ia masih memakai jubahnya.
"Siapa namamu?"
"Maaf belum memperkenalkan diri. Nama saya Shouta. Tanaka Shouta. Saya bertugas mengawal anda selama disini."
"Mengawal? Tidakkah ini berlebihan? Apa rombongan lain juga di kawal?"
"Hanya anda, Yamanaka-san. Ini perintah langsung dari Kazekage."
Ino menghela nafasnya.
"Berapa usiamu, kalau boleh tahu? Ah panggil aku Ino saja."
"Enam belas tahun, Ino-san."
"Muda sekali. Senang bertemu denganmu, Shouta-kun."
"Begitu juga dengan saya, Ino-san. Kita sudah sampai. Anda menginap di gedung ini. Mari,"
Ino memasuki gedung yang memang jauh lebih mewah dari penginapan sebelumnya. Shouta mengantar Ino ke kamarnya. Kamar itu sangat luas dengan sebuah ranjang yang besar. Dan benar saja, ransel Ino sudah ada di atas ranjang besar itu.
"Saya berada di lobi penginapan ini kalau anda butuh sesuatu. Malam ini akan ada makan malam bersama di gedung Kage. Saya akan membangunkan anda kalau waktunya sudah tiba. Selamat beristirahat."
"Terimakasih, Shouta-kun."
Shouta membungkuk kemudian pergi meninggalkan Ino. Ino mendudukkan dirinya di ranjang kelewat empuk itu. Membuka jubahnya kemudian mengambil baju ganti dari dalam tasnya dan langsung melesat ke kamar mandi.
Ino melepaskan pakaiannya dan menyalakan shower. Air dingin langsung membasahi tubuhnya yang sudah lengket akibat kegerahan di perjalanan. Juga membasahi wajahnya yang mendadak panas mengingat kejadian beberapa saat lalu, saat Gaara memeluknya di depan semua orang. Jujur saja ia kaget. Tidak menyangka kalau Gaara melakukannya. Dalam hati bertanya-tanya apakah seharusnya ia tidak membalas surat Gaara waktu itu? Ya, semuanya di mulai sejak saat itu.
.
.
.
Flashback on,
Desa Konoha sudah terlihat sibuk padahal matahari belum lama menampakkan dirinya. Pasar sudah di penuhi oleh orang-orang yang mencari nafkah juga mencari kebutuhan sehari-hari mereka. Yamanaka Ino sendiri sibuk menata bunga-bunga yang dijual di tokonya. Ia sedang tidak ada misi sehingga memilih untuk menemani Hisami, gadis yang tinggal dengan mereka dan membantunya menjaga toko. Ibunya entah pergi kemana, mungkin sedang berkumpul dengan para teman-temannya di aliansi ibu-ibu yang entah sejak kapan berdiri. Namun Ino tidak masalah, sejak gugurnya sang ayah dalam perang, Ino membiarkan ibunya melakukan apa saja agar tidak larut dalam kesedihan.
Ini sudah sebulan pasca di gelarnya pernikahan dua ninja luar biasa Konoha yang juga sahabatnya Haruno Sakura dan Uchiha Sasuke. Ino sendiri sudah sepenuhnya mengikhlaskan perasaannya dan mendoakan kebahagiaan sahabatnya. Hisami sedang ke pasar untuk membeli pita yang stoknya mulai menipis sehingga Ino tinggal sendirian ditokonya. Gadis pirang itu sedang menata beberapa bunga tulip saat ia mendengar suara langkah kaki yang masuk ke tokonya.
"Selamat datang!" sapanya ramah dengan senyum yang merekah.
"Selamat pagi, Ino-san."
Hirai Shinosuke. Salah satu petugas pos yang bertugas mengirimkan surat dan juga paket untuk warga Konoha. Hokage ke enam secara resmi mendirikan Divisi Pos untuk para warga agar dapat mengirimkan surat dan juga paket keluar Konoha namun masih dalam lingkup lima negara besar.
"Ada surat untuk anda."
Ino menerima surat itu dan berterimakasih pada pemuda yang langsung pamit dengan mengendarai sepedanya yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat membawa barang.
Matanya membesar saat melihat cap Kazekage Suna disana. Sempat ragu apakah surat itu sebenarnya ditujukan kepada Hokage. Namun rangkaian namanya yang tertulis di sudut atas amplop meyakinkannya kalau surat itu benar untuknya. Otaknya langsung berputar pada malam menjelang pagi dimana ia menghabiskan waktu bersama Kazekage di hutan Konoha saat pernikahan sahabatnya. Ada apa gerangan Sabaku no Gaara mengirimkannya surat?
Ino ingin membukanya saat itu juga. Namun entah kenapa ia merasa surat ini bersifat privasi sehingga akan lebih baik kalau ia membukanya di tempat yang bersifat privasi juga.
Hisami datang di saat yang tepat. Ino pamit ke dalam rumah dan segera memasuki kamarnya. Ia mendudukkan dirinya di meja kerjanya dan mulai membuka amplop putih itu. Ino tidak menyangka tulisan Gaara bisa serapi itu.
"Teruntuk, Yamanaka Ino.
Aku tidak tahu apakah surat ini akan sampai padamu di pagi hari, siang hari ataupun malam hari. Jadi aku tidak tahu salam apa yang harus aku ucapkan. Sebenarnya aku ingin menggunakan burung pengantar surat khusus, namun aku menghargai prosedur baru yang sudah lima Kage rapatkan terkait pengiriman surat dan barang.
Bagaimana keadaanmu? Aku berharap kau selalu sehat. Apakah kau masih sering menangis? Kau memang sudah berjanji padaku untuk tidak menangis. Aku harap kau menepati janjimu itu. Apa kau sering mendapatkan misi? Entah kenapa membayangkanmu menjalankan misi berbahaya tiba-tiba membuatku khawatir.
Mungkin kau bingung karena aku tiba-tiba mengirimimu surat. Aku juga tidak tahu kenapa mengirim surat padamu menjadi pilihanku setelah sebulan belakangan ini aku gusar sendiri.
Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu. Aku tidak tahu apakah hanya aku yang merasakan hal ini. Mungkin ini jadi salah satu alasan mengapa aku membuat surat ini. Tapi... setelah kita bertemu di hutan Konoha sebulan yang lalu, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu.
Sabaku no Gaara.
NB : Balaslah bila kau ada waktu."
Kazekage tidak berhenti memikirkannya? Benar itu yang tertulis di dalam surat itu kan? Benar kan? Ino merasakan pipinya memanas setelah membaca surat itu.
Namun ia tidak mau merasa besar kepala. Mungkin saja Gaara hanya khawatir karena terakhir kali bertemu dengan Gaara, Ino dalam keadaan menangis. Gaara bisa saja khawatir Ino akan bunuh diri karena ditinggal menikah oleh orang yang dicintainya.
Ya, alasan terakhir paling masuk akal. Dan Ino harus berterimakasih karena Gaara sudah khawatir padanya. Ino kemudian mengambil kertas berwarna ungu muda dari lacinya dan mulai menulis surat balasan untuk menghargai pria itu. Gaara bilang, balas jika ada waktu kan. Hari ini Ino punya banyak waktu untuk membalas surat Gaara.
.
.
.
Gaara baru saja kembali dari kunjungannya ke Akademi Ninja. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang dimana matahari sedang berada tepat di tengah. Meskipun sudah biasa dengan panas matahari Suna, entah kenapa Gaara merasa lelah hari ini. Dari pada lelah fisik, bisa di katakan bahwa pikirannya lah yang sedang lelah. Sudah seminggu sejak ia mengirimkan surat pada Ino. Namun belum ada balasan yang datang. Apakah surat itu sudah sampai? Atau malah terjatuh di suatu tempat? Ia sudah memberikan stempelnya pada amplop surat, bukannya suratnya seharusnya didahulukan?
Apakah suratnya sudah sampai, namun Ino memang tidak membalasnya? Entah kenapa hatinya mendadak sedih.
Asistennya Baki muncul dengan membawa setumpuk laporan yang harus di periksanya. Helaan nafasnya terdengar.
"Anda baik-baik saja, Kazekage-sama?" tanya Baki.
"Ya, aku baik-baik saja." Baki dapat melihat bagaimana Gaara memandang laporan yang masih bertumpuk di mejanya. Merasa bersalah karena ialah yang memnumpuk laporan itu kemarin.
"Anda terlihat tidak sehat. Bagaimana kalau anda pulang dan beristirahat?"
"Aku tidak apa-apa. Kembalilah bekerja. Tunggu, wangi apa ini?"
"Oh, saya lupa. Ada surat untuk anda dari Konoha. Amplopnya itu berbau seperti bunga. Saya letakkan di tumpukkan paling atas laporan yang baru sa—
."
Baki membelalakkan matanya tak percaya melihat Gaara yang secepat kilat mengambil amplop berwarna ungu muda itu. Wajah lelah pria berambut merah itu berubah menjadi merona bahagia melihat benda yang kini ada ditangannya itu. Senyum tipis yang sangat jarang terlihat itu tiba-tiba muncul.
Baki mengerti sekarang, penyebab Gaara terlihat galau belakangan ini dan juga bahagia saat ini adalah surat itu. Surat dengan amplop yang berbau seperti bunga dan juga nama Yamanaka Ino yang tertulis disana. Tentu saja Baki tahu nama itu. Baki kemudian undur diri dan meninggalkan Gaara yang tidak membalas salam pamitnya karena masih menatap takjub pada benda di tangannya.
Gaara sadar bahwa ia terlalu lama memandang pada namanya yang tertulis rapi di atas amplop yang wangi itu. Wangi yang langsung mengingatkannya pada gadis berambut pirang yang merupakan salah satu kunoichi Konoha. Tak lama kemudian, Gaara membuka amplop itu dengan hati-hati. Gaara mengeluarkan kertas yang warnanya serupa dengan amplop dan mulai membacanya. Gaara sudah yakin sebelumnya kalau tulisan tangan Ino akan secantik orangnya.
"Kepada yang saya hormati Kazekage-sama,
Tapi karena kau sudah memintaku untuk tidak formal padamu maka aku akan melakukannya.
Teruntuk, Gaara.
Hai. Bagaimana kabarmu? Aku sehat-sehat saja kalau itu yang kau tanyakan. Aku juga berharap kau selalu sehat karena Kazekage tidak boleh sakit. Dan hei! Aku tidak pernah menangis lagi ya! Jadi jangan khawatir. Karena sekali aku berjanji, aku akan menepatinya.
Aku bersyukur bertemu denganmu saat itu. Kalau tidak, mungkin aku masih terpuruk karena patah hati sekarang.
Senang bisa menerima surat darimu. Aku tahu kau khawatir padaku dan aku berterimakasih untuk itu. Aku jadi merasa kalau kau sudah menganggapku sebagai temanmu. Terimakasih, Gaara.
Aku sedang menjaga toko bungaku saat suratmu sampai padaku. Itu artinya aku sedang tidak menjalankan misi dan memang sudah jarang. Dan itu membuat berat badanku bertambah. Sepertinya aku harus mulai diet lagi. Seandainya aku menjalankan misi berbahaya sekalipun, kau tidak perlu khawatir. Aku ini salah satu kunoichi terkuat di Konoha asal kau tahu. Haha.
Bagaimana hari-harimu? Aku yakin kau menjalankan tugasmu sebagai Kazekage dengan baik. Jaga kesehatanmu. Makanlah makanan yang bergizi dan istirahatlah yang cukup. Kapan kau datang ke Konoha? Aku akan menunjukkan tempat-tempat yang lebih indah dari sungai dan hutan tempat kita bertemu sebulan lalu. Jadi kalau kau datang ke Konoha jangan lupa cari aku.
Sekian dulu surat dariku. Aku tidak tahu kalau membalas suratmu bisa semenyenangkan ini. Sampai jumpa lagi.
Gadis tercantik di Konoha. (Aku harap kau setuju dengan ini. Hahaha. )
Yamanaka Ino. "
Gaara tidak pernah merasa sebahagia ini hanya karena sebuah surat. Tapi tentu saja ini bukan surat sembarangan. Ini adalah surat dari Yamanaka Ino. Kunoichi Konoha yang membuat pikirannya kacau karena selalu memikirkan gadis itu. Tapi semua kegalauannya mendadak sirna begitu membaca surat dari Ino. Rasa rindunya seolah terobati hanya dengan mencium aroma dari surat itu. Gaara hanya berharap wangi tersebut tidak hilang seiring berjalannya waktu. Kemudian dengan secepat kilat, Gaara mengambil selembar kertas dan mulai menulis. Kali ini ia tidak mengharapkan balasan. Karena ia mengharapkan, Yamanaka Ino sang sumber wangi bunga itu yang datang sebagai balasan. Tapi apa bisa?
Kenapa tidak.
.
.
.
Ino baru saja menyelesaikan misi setelah sekian lama tidak ada misi untuknya. Hanya misi memata-matai gerombolam pencuri yang berkedok pedagang dan memastikan bahwa mereka layak untuk ditangkap. Ino baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya saat Hisami mengetuk pintu kamarnya. Gadis remaja korban perang yang diangkat oleh sang ibu itu membuka pintu begitu Ino menyahut agar ia masuk saja.
"Ino-nee. Ada surat untukmu. Sudah sampai pagi tadi, tapi karena nee-san sampai sore ini aku baru ingat untuk memberikannya."
Seketika Ino menghentikan gerakannya yang sedang mengusap rambutnya dengan handuk kecil itu. Karena tidak pernah menerima surat dari siapapun sebelumnya, Ino yakin bahwa itu adalah surat dari Gaara. Entah kenapa hatinya berbinar karena pemikiran itu. Ia segera menerima benda itu dari Hisami. Kalau di pikir sudah hampir seminggu sejak Ino mengirimkan surat balasan itu.
"Terimakasih, Hisami. Istirahatlah."
Hisami baru akan berbalik ketika Ino kembali memanggilnya.
"Kau... tidak membacanya kan?" Ino mengangkat surat itu sambil meringis.
Hisami menggeleng.
"Mana mungkin aku berani, nee-san. Ada cap Kazekage disana." Hisami tersenyum jahil. Ino terkekeh.
"Ini akan jadi rahasia kita kan?"
"Percaya padaku." Hisami mengacungkan jempolnya dan beranjak dari kamar Ino.
Ino membungkus rambutnya dengan handuk dan mendudukkan dirinya di ranjangnya.
"Teruntuk, Gadis tercantik di Konoha.
Yamanaka Ino, terimakasih karena sudah membalas suratku. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa membuat suratmu menjadi begitu wangi. Wangi yang membuat aku langsung teringat padamu.
Hari-hariku biasa saja. Tumpukan dokumen yang harus aku periksa masih terus bertambah setiap hari. Jujur saja aku mulai jenuh. Tapi aku harus tetap mengerjakannya karena itu adalah tugasku.
Bagaimana dengan dietmu? Aku tidak tahu kenapa wanita suka melakukan diet padahal tubuh mereka sudah bagus. Seperti Temari. Dia gencar melakukan diet menuju hari pernikahannya dengan Shikamaru. Dia rekan setim mu kan?
Bicara tentang mereka. Karena Temari akan tinggal di Konoha setelah menikah, para tetua memutuskan agar upacara pernikahan mereka di lakukan di Suna. Bagaimanapun, Temari adalah kakak dari Kazekage dan putri Suna. Acaranya dua bulan lagi dan aku yakin kalian rombongan Konoha akan datang.
Aku pribadi sangat menantikan kedatanganmu, Ino. Aku ingin menunjukkan tempat-tempat indah yang ada di sini. Suna bukan hanya padang pasir kering kerontang, aku ingin kau melihat keindahan didalamnya. Aku harap hal-hal yang akan aku tunjukkan akan membuatmu betah. Karena maaf sebelumnya, aku berencana untuk mengajakmu tinggal di Suna. Sebagai istri Kazekage, sebagai nyonya Sabaku, sebagai wanitaku.
Sekali lagi, maaf. Maaf karena aku menyukaimu.
Sabaku no Gaara.
NB : Aku tidak mengharapkan balasan kali ini. Aku mengharapkan kehadiranmu."
Ino memegang dadanya. Mendadak jantungnya berdegup kencang seolah ada yang sedang menabuh gendang disana. Wajahnya sudah memerah sempurna.
"Apa ini? Apa ini? Gaara... Gaara melamarku?"
Flashback Off.
.
.
.
TBC
.
.
.
Lagi suka banget sama Gaara Ino. Aduh mereka tuh kiyut banget ga sih? Ino yang cerewet dan Gaara yang kaku kayak kanebo. Jadi aku memutuskan untuk membuat kelanjutan dari Fireflies.
Semoga suka ya teman-teman!
Mind to review?
Salam
Yana Kim _