Setelah beberapa jam kemudian, rapat selesai. Luhan merapikan berkas-berkasnya dan keluar dari ruang rapat itu. Luhan melihat Sehun berjalan dengan Kris, CEO dari perusahaan Wu sambil mengobrol dengan akrabnya. Sepertinya mereka teman dekat. Luhan menghembuskan napasnya lalu pergi keruangannya.

"Eummm... Luhan-ssi?"

Luhan menoleh ke belakangnya dan mendapati sekretaris Kris Wu, Kang Seulgi tersenyum charming kepadanya. Oh sial, seseorang seperti Kang Seulgi terlihat berkarisma sekali. Beda dengan dirinya yang laki-laki tapi selalu dianggap cantik dan lemah oleh banyak orang.

"Iya, ada apa seulgi-ssi?" Luhan tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya.

"Kau sekretaris Oh sajanngnim yang baru ya?" tanya Seulgi lagi.

"Eumm... iya. Aku baru saja di terima kemarin. Apa dia habis memecat sekretaris lamanya?"

Seulgi terkekeh pelan." Dari dulu Oh sajangnim memang suka menggonta-ganti sekretarisnya, Wu sajangnim saja sampai pusing dengan sikap keperfeksionisnya."Jelasnya.

"Luhan oppa!"

Luhan menoleh dan mendapati Irene yang sedang berjalan kearahnya. Luhan menatapnya bingung. "Ya, ada apa Irene?"

"Tao mencari oppa, katanya oppa nitip bubble tea kepadanya."

Luhan menepuk jidatnya. Oh, bagaimana bisa dia lupa. "Baiklah, aku akan kesana. Seulgi-ssi aku permisi."

Luhan pun meninggalkan Irene dengan Seulgi. Irene sedikit gugup saat berhadapan dengan Seulgi. Apalagi Seulgi juga menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia mengerti. Seulgi tersenyum kecil saat menyadari Irene sedikit minder dengannya.

"Aku dengar dari Luhan-ssi namamu Irene. Perkenalkan namaku Kang Seulgi, aku sekretaris dari Wu sajangninm."

Irene pun mendongak menatap Seulgi. Seulgi pun membalasnya dengan senyuman ramah yang membuat hati Irene tenang. "Na.. namaku Bae Irene, aku bekerja di bagian pendataan. Senang berkenalan denganmu Seulgi-ssi."

"Tidak usah formal begitu, panggil saja aku Seulgi. Mau keluar bersamaku sebentar?" tanya Seulgi.

Irene terpaku di tempatnya, tanpa ia sadari menganggukan kepalanya. Setelah mendapatkan lampu hijau dari Irene, Seulgi pun menarik tangan Irene untuk mengikutinya ke lift. Irene menatap pergelangan tangannya yang ditarik oleh Seulgi membuat jantung Irene terus berdetak dengan cepat.

'ada apa denganku?'

.

.

"Luhan ge! Ini bubble teamu." Teriak Tao dengan segelas bubble tea yang ada di tangannya.

Luhan pun menerima bubble tea itu dengan senang hati."Gomawo, Tao." Ucapnya lalu menyesap bubble tea itu dengan senang hati. Pipinya mengembung saat mengunyah tapioka pearlnya yang manis itu.

Tao tersenyum kecil melihatnya, Luhan terlihat menggemaskan sekali dengan pipi yang mengembung. Luhan terlihat seperti anak kecil. Tapi senyuman Tao memudar mengingat pria yang menjadi CEO perusahaan Wu. Dia tidak bisa membayangkan jika pria itu menemukannya bekerja disini. Luhan menyadari perubahan drastis pada Tao membuatnya khawatir.

Tangan kurus Luhan terulur menyentuh bahu Tao. "Tao kau baik-baik saja?" tanyanya.

Tao dapat melihat sorot kekhawatiran pada kedua mata Luhan. Tao tersenyum tipis, dia agak senang Luhan mengkhawatirkannya.

"Iya, aku baik-baik saja ,ge. Aku hanya butuh udara segar mungkin." Jawab Tao.

Dia mulai beranjak dari tempat duduknya. Baru saja mau melangkah Luhan menarik pergelangan tangannya.

"Tunggu sebentar! Kau mau keluar? Aku juga ikut!" Luhan mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di benda elektronik itu sebentar, lalu menyimpannya kembali.

"Ayo kita keluar, aku sudah izin kok kepada Oh sajangnim." Luhan menarik tangan Tao menuju lift dan menekan tombol lobby.

"Kau tahu? Entah kenapa rapat seperti tadi membuatku cepat sekali lapar. Aku tidak bisa menahan diri untuk memakan apapun habis ini." Ucap Luhan.

Tao tertawa pelan menanggapinya. "Bukannya tadi kau sudah makan tadi?" tanya Tao.

Luhan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu, tapi entah kenapa sehabis rapat bawaannya mau makan." Jawab Luhan dengan polosnya.

Tao kembali tertawa mendengar jawaban polos Luhan, mungkin dia bisa melupakan masalahnya sejenak.

.

.

Sekarang mereka berdua mampir di kedai sederhana dekat kantor, Luhan tampaknya lapar sekali dia bahkan memesan ramyeon pedas dengan satu porsi odeng. Tao yang didepannya hanya tersenyum geli sambil sambil memakan ayamnya. Luhan benar-benar terlihat menggemaskan dengan pipi yang mengembung karena mengunyah makanan.

"Gege seperti gak makan selama sebulan saja." Goda Tao sambil tertawa.

Luhan mengerucutkan bibirnya."Rapat itu membuat seseorang lapar, Tao." Kilah Luhan lalu kembali menyeruput ramennya dengan suara keras. Ramen di sini enak sekali aahh- Surga, juga odengnya.

Ahjussi pemilik kedai itu tampak bahagia melihat Luhan makan senikmat itu, Tao jadi ikutan tersenyum melihatnya dan kembali memakan ayamnya. Luhan dan Tao segera menghabiskan makanan mereka dan kembali ke kantor. Mereka bisa-bisa kena masalah kalau berlama-lama diluar kantor.

Tao terlihat tidak nyaman saat mereka berjalan ke kantor, Luhan yang menyadarinya jadi khawatir. Sifat Tao berubah seperti ini saat mereka makan siang tadi. Luhan ingat sekali kalau Tao bertanya soal CEO perusahaan Wu. Apakah Tao mempunyai masalah dengan CEO itu di masa lalu?

"Tao.." panggil Luhan.

"Waeyo, ge?" tanya Tao.

"Apa kau benar-benar baik-baik saja? Tingkahmu aneh setelah kita makan siang." Tanya Luhan.

Tao terdiam setelah mendengarnya, mereka tiba-tiba berhenti di depan perusahaan. Tao mengepalkan tangannya, tubuhnya juga bergetar. Luhan semakin khawatir dengan Tao.

"Tao, kau kenap-

Ucapan Luhan terhenti saat melihat Kris Wu berdiri tidak begitu jauh dari mereka. CEO perusahaan Wu itu juga terkejut melihat mereka lebih tepatnya melihat Tao. Mereka terdiam cukup lama, sampai Tao sadar duluan dari keterkejutannya lalu menarik tangan Luhan dan kabur secepatnya dari sana.

"Taozi... Huang Zitao!" Kris yang tersadar langsung mengejarnya, tapi sayangnya Tao dan Luhan sudah menghilang duluan di antara kerumunan orang yang berlalu lalang.

"Brengsek! Sialan!" Kris mengumpat dan menendang udara kosong saking kesalnya. Padahal dia sudah menemukan kembali Tao, tapi bodohnya dia malah membuang kesempatan itu. Kris mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor Sehun. Kris semakin kesal karena butuh waktu yang agak lama untuk Sehun mengangkat teleponnya.

"Ya, ada ap-

"Kau memiliki karyawan yang bernama Huang Zitao bukan!?" tukas Kris dengan nada tinggi.

Disebrang telepon, Sehun mengernyitkan keningnya. Sangat tidak biasa untuk seorang Wu Yifan menanyai perihal karyawannya, kecuali karyawannya itu membuat masalah dengan Kris. Tapi apa pedulinya?

"Ya, aku memang pun-

"Cepat kirimkan datanya kepadaku!" tukas Kris lagi. Tubuhnya saja tinggi tapi, sumbu kesabarannya tidak setinggi tubuhnya.

"Baiklah aku akan mengirimkan datanya kepadamu ASAP." Sehun pun memutuskan sambungan teleponnya sepihak.

Tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar dari notifikasi e-mailnya. Kris menatap tajam data yang masih fresh di ponselnya itu.

'Kali ini, aku tidak akan melepaskanmu lagi, Tao.' Batin Kris lalu masuk ke dalam mobilnya.

.

.

.

Sedangkan Tao dan Luhan barhenti di balik pepohonan yang sepi. Luhan menatap sedih Tao yang terus-terusan menangis, bahkan napasnya sampai tercekat. Luhan menarik tubuh Tao dan memeluknya, tangan satunya Luhan gunakan untuk mengelus punggungnya.

"Menangislah sampai dirimu lega Tao." Ucap Luhan.

Tao menyandarkan kepalanya di pundak Luhan dan menangis sepuasnya. Sudah lama dia tidak menangis seperti ini karena pria itu, terakhir kali Tao meangisinya tujuh tahun yang lalu. Setelah dia naik ke kelas 2 SMA sedangkan pria itu lulus dari SMA.

Beberapa menit kemudian, setelah Tao menangis dengan puas, Luhan memberikannya minuman dingin untuk menenangkannya. Setelah Luhan rasa Tao sudah lebih tenang, barulah Luhan menanyainya.

"Tao, apa kau baik-baik saja?" tanya Luhan dengan lembut dan hati-hati. Wajah cantiknya mengeluarkan ekpresi yang sangat khawatir.

Tao mengelap air matanya, lalu ia tersenyum manis ke arah Luhan. "Ne, aku baik-baik saja ge. Tapi.. bisakah kita di sini dulu untuk beberapa saat?" Tanya Tao.

Luhan menghela napasnya, lalu menganggukan kepalanya. Demi Tao, mungkin tidak apa-apa jika ia sedikit lagi di luar kantornya. "Ne, tapi jangan lama-lama. Kita harus bekerja setelah ini." jawab Luhan.

Tao kembali tersenyum. "Dan juga... bisakah gege memelukku?" tanya Tao lagi.

Luhan menaikan alisnya, lalu ia tertawa mendengar permintaan Tao. Tanpa pikir panjang, Luhan menarik kembali tubuh Tao yang lebih tinggi darinya itu ke dalam pelukannya. Tangan satunya ia gunakan mengelus-elus kepala Tao dengan lembut.

"Aigooo... Kau manja sekali ya? Apa kau berusaha bertingkah imut eoh?" goda Luhan sambil tertawa.

Tao ikutan tertawa menanggapi godaan dari Luhan. Luhan tersenyum lega melihat Tao kembali ceria seperti biasanya.

"Aku memang seperti ini jika suasana hatiku sedang sedih. Setiap kali aku bersedih, aku akan meminta Qian jiejie untuk memelukku. Tetapi, sekarang aku sudah jarang mendapat pelukan dari Qian jiejie lagi, karena dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai model." Jelas Tao sambil tersenyum.

Luhan tersenyum mendengar penjelasan dari Tao, lalu ia menguatkan dekapannya terhadap Tao.

"Tao, tubuhmu hangat." Ucap Luhan.

"Tubuh gege juga." Balas Tao. Lalu tiba-tiba Tao meninggalkan sebuah kecupan pada pipi chubby Luhan.

Luhan terkejut saat merasakan suatu kenyal dan basah mendarat di pipinya, dan jangan lupakan rona merah di kedua pipi chubbynya. Dan Tao hanya tertawa menanggapi ekspresi Luhan yang menurutnya lucu. Luhan mengerucutkan bibirnya melihat Tao tertawa.

Tidak mau kalah, akhirnya Luhan ikutan mengecup pipi Tao. Kini giliran Tao yang wajahnya memerah karena malu. Luhan pun gantian menertawakan Tao. Tao melihat wajah bahagia Luhan pun ikutan tertawa bersamanya.

Tanpa mereka berdua sadari, seorang pria dengan kacamata hitam memperhatikan mereka, tidak lupa juga pria itu mengabadikan momen mereka dengan video sekaligus foto. Lalu tangan pria itu merogoh ponselnya dan men-dial nomor yang sudah ia hapal di luar kepalanya.

Butuh waktu agak lama untuk seseorang yang ia telepon itu mengangkat teleponnya, namun begitu orang yang di teleponnya mengangkat teleponnya. Pria itu langsung memberikan laporannya. Tidak lupa pria itu mengirimkan beberapa gambar dan video yang ia abadikan tadi.

"Tuan. Xi Luhan dan Huang Zitao berada di taman yang tidak jauh dari kantor anda tuan. Dan mereka sekarang tengah berpelukan, dan juga mereka bercanda sambil mencium satu sama lain seperti yang ada di foto dan video yang saya kirimkan tadi." Lapor pria itu.

Pria yang di sebut tuan itu terdiam di sebrang telepon, namun pria itu dapat merasakan jika tuannya sedang menahan amarah atas laporan yang di berikannya.

"Terimakasih atas laporannya. Awasi mereka lebih ketat lagi, dan juga tolong perintahkan kepada mereka untuk kembali ke kantor. Mereka sudah keluar melebihi batas waktu." Perintahnya.

"Baik tuan."

Telepon di putus sepihak oleh pria yang dipanggil tuan itu. Pria itu pun berjalan mendekati Luhan dan tao yang sedang berbincang-bincang mengenai sesuatu. Saat pria itu sudah di dekat mereka, pria itu berdehem pelan.

"Ehm! Maaf merusak kesenangan anda tuan Luhan dan tuan Zitao, tapi tuan Oh memerintahkan kalian untuk kembali ke kantor. Tuan Oh bilang kalian sudah melebihi batas waktu pergi keluar." Ucap Pria itu.

"Maafkan kami atas kelalaian kami, tuan. Kami akan segera kembali ke kantor. Ayo, Tao."

Luhan pun menarik tangan Tao untuk meninggalkan taman itu bersama pria itu. Pria itu menatap punggung dua lelaki manis itu dalam dia, lalu mengikutinya tanpa suara dan di sadari oleh keduanya.

.

.

.

Sementara itu, Park Chanyeol kini tengah menunggu kedua temannya Jongin dan Jaebum di sebuah taman. Chanyeol sudah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian kasualnya. Membuat dirinya semakin tampan hingga para wanita yang melihatnya lupa segalanya.

Chanyeol menghela napas pelan, Jongin dan Jaebum lama sekali. padahal mereka berjanji untuk pergi ke rumah Namjoon, jam 15.00 sore untuk menonton film biru yang baru di dapatkan oleh Namjoon dengan susah payah. Dan kebetulan juga, ayah dan ibu Namjoon tengah pergi Honeymoon ke pulau Jeju untuk dua minggu.

Jam sudah menunjukan pukul 14.43, namun kedua orang itu masih belum datang. Chanyeol memilih untuk duduk di salah satu kursi taman untuk melepas penat. Ia bersumpah untuk membunuh keduanya jika masih ngaret hingga jam 15.00. chanyeol memejamkan matanya, hingga ia mendengar sebuah suara.

"Humpht! Hari ini membosankan sekali! kenapa Kyungie harus pergi!" rengek suara itu terdengar kesal.

Chanyeol tertawa dalam hatinya. Rengekan itu terdengar menggemaskan khas anak kecil, di tambah dengan nada marahnya. Pasti ekspresinya imut sekali dengan pipi yang kembungkan. Chanyeol pun membuka matanya dan menoleh ke sebelahnya. Dan benar saja! ada balita yang kira-kira berusia lima tahun tengah duduk di sampingnya dengan ekspresi marahnya yang menggemaskan.

Tiba-tiba bocah itu menoleh kearahnya. Chanyeol terdiam melihat bocah itu, Chanyeol terhipnotis dengan mata jernih balita itu yang memandangnya polos bagaikan puppy. Wajah balita itu juga cantik sekali, entah kenapa wajah bocah ini familiar di mata Chanyeol.

"Hyung? Kenapa Hyung melihat Baekkie seperti itu?" tanya balita itu polos. Sambil mengerjap-ngerjap matanya polos.

Sontak Chanyeol tersadar dari terpukaunya, ia pun menampilkan senyuman canggung itu kepada balita itu.

"Ehm.. daripada itu. Kenapa kamu main kesini sendirian hm? Taman ini lagi sepi-sepinya, kamu gak takut di culik hm?" tanya Chanyeol.

Baekhyun mengembungkan pipinya di sertai kerucutan pada bibirnya. "Hmpt! Teman-teman Baekkie tidak bisa main hari ini! appa juga lagi kerja, halmeoni lagi masak. Jadi Baekkie kesini saja karena bosan." Adu balita itu lagi.

Chanyeol tertawa pelan mendengar penuturan polos dari alita di sampingnya ini. "Baiklah, nama hyung Park Chanyeol. panggil hyung Chanyeol hyung. Boleh hyung tahu nama kamu?" tanya Chanyeol ramah.

"Nama Baekkie Xi Baekhyun. Tapi appa dan teman-teman manggilnya selalu Baekkie." Jawab Baekhyun.

Mata Chanyeol membulat mendengarnya. Entah bagaimana bisa Baekhyun memiliki marga yang sama dengan Luhan gege, padahal marga milik Luhan gege itu terbilang jarang di Korea. Chanyeol bertanya-tanya, apakah mereka berdua berhubungan satu sama lain?

"Sebenarnya, hyung mau saja menemani Baekkie bermain. Tapi Hyung tidak bisa karena sudah memiliki janji." Ucap Chanyeol.

"Yaaah.." Baekhyun mengembungkan pipinya bersamaan dengan kerucutan pada bibirnya. Jangan lupakan jika Baekhyun berkacak pinggang hingga ia semakin terlihat menggemaskan. Chanyeol mengepalkan tangannya menahan rasa gemas.

Oh bagaimana bisa anak dari orang lain bisa semenggemaskan ini?

"Tapi sebagai gantinya, Hyung akan menemani Baekkie berbicara." Chanyeol mengangkat tubuh ringan dan mungil balita itu dan mendudukannya di pangkuannya.

Baekhyun menyandarkan tubuhnya di dada Chanyeol. chanyeol tersenyum lalu mengelus-elus puncak kepala Baekhyun dengan gerakan yang lembut.

"Baekkie sudah bilang ke halmoeni belum jika mau ke sini?" tanya Chanyeol.

Baekhyun menggelengkan kepalanya lucu, Chanyeol jadi ingin membawanya pulang.

"Beluuuumm... halmeoni kan sibuk masak. Gak bisa main sama Baekkie." Baekhyun mem-poutkan bibirnya kesal.

Chanyeol kaget mendengarnya, lalu ia menghela napasnya. "Baekkie. Kamu tidak boleh begitu. Nanti halmoeni kamu khawatir, halmoeni takutnya Baekkie kenapa-kenapa. Bisa aja Baekkie di culik kan?" ceramah Chanyeol dengan intonasi agak marah.

Baekhyun mengembungkan pipinya, mata jernihnya berkaca-kaca. "Ta.. tapi hanya...

Oh tidak! Baekhyun akan menangis! Chanyeol jadi gelagapan melihat Baekhyun yang bersiap untuk menangis.

"Aduh.. maafkan hyung, Baekkie. Hyung gak bermaksud mengomeli Baekkie." Chanyeol buru-bur mendekap balita itu dalam pelukannya.

Namun kemudian, Chanyeol kembali terdiam saat wajahnya sudah menempel di leher Baekhyun. Baekhyun memiliki wangi yang harum sekali. chanyeol sangat menyukainya sampai ia sendiri mabuk kepayang karena wangi tubuh balita itu.

Tanpa Chanyeol sadari, kedua sobatnya, Jongin dan Jaebum sudah sampai di taman itu. Kedua laki-laki itu mengernyit melihat Chanyeol yang asik berpelukan dengan seorang balita. Jaebum menyenggol Jongin dengan sikutnya, lalu dia mengisyaratkan 'apa yang terjadi pada temanmu?'

Sedangkan Jongin memasang wajah tidak tahu sambil mengangkat kedua bahunya. Mereka berdua memilih untuk mendekati Chanyeol sekaligus menegurnya.

"Chanyeol! apa yang kau lakukan?" tegur Jongin saat mereka sudah di hadapan Chanyeol.

Jaebum melirik ke arah Baekhyun yang masih menguburkan wajahnya di dada Chanyeol. "Dan... siapa balita ini, Chanyeol?" tanya Jaebum.

Chanyeol langsung tersadar dari lamunannya, ia pun mendongak menghadap Jongin dan Jackson.

"Aah.. aku lagi menenangkan Baekkie. Tadi dia menangis karena aku tidak sengaja mengomelinya." Jawab Chanyeol.

Jongin dan Jaebum menaikan alisnya. "Baekkie? Siapa itu Baekkie?" tanya Jongin.

Chanyeol melonggarkan dekapannya pada Baekhyun. Perlahan dia menghapus air mata yang ada di sekitar mata Baekhyun sekaligus pipi chubby-nya. chanyeol terdiam melihat wajah cantik balita yang ada di depannya ini. tapi, Chanyeol memilih untuk membuang jauh-jauh pemikiran itu karena ia merasa seperti pedofil.

"Baekkie, teman hyung sudah datang. Hyung mau mengenalkan Baekkie pada mereka. Tidak apa-apa kan?" tanya Chanyeol.

Baekhyun menganggukan kepalanya imut sebagai jawabannya. Oh.. bagaimana bisa ada makhluk seimut ini?

"Jongin, Jaebum perkenalkan ini Baekkie." Ucap Chanyeol.

Baekhyun tersenyum di sertai rona merah di pipinya. Ia terlihat malu-malu. Jongin dan Jaebum tersenyum ramah pada Baekhyun. Perlahan Baekhyun turun dari pangkuan Chanyeol.

"Hai, nama hyung Im Jaebum. Dan hyung ini namanya Kim Jongin salam kenal." Ucap Jaebum.

Jongin tersenyum lalu mengelus lembut kepala Baekhyun. Jongin jadi merindukan keponakan bandelnya yang imut sekarang.

"Nama Baekkie, Xi Baekhyun. Hyung bisa manggilnya Baekkie." Ucap Baekhyun.

Jongin dan Jaebum mensejajarkan tinggi mereka dengan Baekhyun. Mereka berdua tersenyum senang melihat Baekhyun berekspresi ceria. Perlahan kedua tangan mungil Baekhyun menangkup kedua pipi Jongin.

Baekhyun tertawa pelan. "Jongin hyung mirip dengan nini. Kyungiee pasti suka, soalnya Kyungie sangat suka sama Penguin dan nini." Celoteh Baekhyun.

Jongin sedikit terkejut mendengarnya, baru kali ini ia di puji oleh anak kecil seperti Baekhyun. Keponakannya saja yang umurnya setara dengan Baekhyun laknat sekali kelakuan mereka kepada Jongin.

Chanyeol mendengus pelan melihat wajah Jongin yang merona karena di puji oleh balita seperti Baekhyun. Heol, kenapa balita secantik Baekhyun harus memuji lelaki mesum macam Kim Jongin.

Chanyeol kembali menarik balita itu ke atas pangkuannya, tidak mempedulikan ekspresi kecewa yang di lontarkan Jongin kepadanya.

"Aah.. Chanyeollie hyung. Padahal aku masih mau ingin bersama dengan nini hyung." Rengek Baekhyun di sertai bibir yang di cebikan dan pipi yang di kembungkan..

Alis Jongin, Jaebum, dan Chanyeol terangkat. 'Nini hyung? Chanyeollie?'

"Baekhyunnie!"

Atensi mereka berempat teralihkan saat mendengar suara wanta meneriakan nama Baekhyun. Mata Baekhyun membinar melihat wanita paruh baya itu.

"Halmeoni!"

Baekhyun pun turun dari pangkuan Chanyeol dan berlalri ke arah wanita paruh baya itu. Wanita yang di kenali sebagai nenek dari Baekhyun itu terlihat lega melihat Baekhyun, ia pun berjongkok mensejajarkan tingginya dengan tinggi Baekhyun..

"Baekkie kemana saja tadi? halmeoni begitu khawatir saat tahu Baekkie tidak di rumah." wanita itu berbicara dengan napas yang terengah-engah, kedua tanganya menangkup pipi chubby Baekhyun.

Baekhyun menunjukan wajah ngambek menggemaskannya kepada neneknya. "Aku bosaan, tidak ada yang bisa bermain dengan Baekkie! Termaksuk halmeoni dan Kyungie. Yasudah aku taman saja" Rengeknya.

Nenek Baekhyun menghela napas pelan. Tangan satunya lagi ia gunakan untuk mengelus lembut rambut Baekhyun sembari tersenyum. "Jangan begini lagi Baekkie. Lain kali jika mau kemana-mana izin dulu. Jika sesuatu buruk terjadi pada Baekkie bagaimana? Appa pasti sedih mendengar Baekkie kenapa-kenapa. Baekkie tidak mau appa sedih kan?"

Mendengar kata appa, ekspresi ngambek Baekhyun berubah menjadi sedih. "Ani yo. baekkie tidak mau membuat appa sedih." Ucapnya.

"Kalau begitu jangan di ulangi lagi ya?"

Baekhyun menganggukan kepalanya, mata sipitnya melirik kearah Chanyeol, Jongin, dan Jaebum. Ekspresi Baekhyun kembali ceria.

"Halmeoni, baekkie tadi berkenalan dengan hyung-hyung ini. mereka baik sekali kepada Baekkie."

Nenek Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol, Jongin, dan Jaebum. Mereka bertiga terlihat gugup karena tatapan tajam yang di lontarkan wanita paruh baya itu kepada mereka.

"Ma maaf, kami belum memperkenalkan dfiri. Nama saya Park Chanyeol."

"Saya Kim Jongin."

"Saya Im Jaebum."

Baekhyun berlari kecil menuju Chanyeol. "Chanyeol hyung ini yang tadi menemukan Baekkie, untung kan karena Baekkie ketemunya sama Chanyeol hyung." Jelas Baekhyun dengan nada ceria.

Tatapan nenek Baekhyun melunak, ia pun tersenyum ramah kepada Chanyeol, Jongin, dan Jaebum. "Terima kasih, jika tidak ada kalian aku tidak tahu bagaimana nasib Baekhyun."

Chanyeol menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ani. Aku hanya kebetulan bertemu dengan Baekhyun saat aku menunggu kedua temanku ini." jelas Chanyeol.

Nenek Baekhyun tersenyum mendengarnya, lalu ia memandang ke arah Baekhyun. "Baekkie, ayo kita pulang. Sudah mau sore." Ajaknya.

Baekhyun menganggukan kepalanya, lalu ia mendongak, menatap Chanyeol. "Chanyeollie hyung.." panggil Baekhyun sambil menarik-narik pelan celana jeans yang di kenakan Chanyeol.

Chanyeol pun berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Baekhyun. "Wae?" tanyanya sambil tersenyum.

"Lain kali kita main ya, soalnya Baekkie mau banget main sama Chanyeollie hyung." Ucap Baekhyun.

"Ne, lain kali kita bermain bersama." Balas Chanyeol di sertai senyum tampannya, hingga terlihat dimple manis di pipi kirinya.

Tanpa Chanyeol duga, Baekhyun menangkup kedua pipinya lalu mengecup lembut pipi kirinya. Chanyeol menatap Baekhyun kaget, Baekhyun membalasnya dengan senyuman menggemaskan dan juga polos membuat Chanyeol ingin menculiknya ke rumahnya.

Setelah itu Baekhyun menghampiri neneknya dan menggandeng tangan neneknya, sebelum Baekhyun dan neneknya meninggalkan mereka bertiga. Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol.

"Sampai jumpa Chanyeol hyung." Ucap Baekhyun di sertai senyumannya.

Chanyeol memandang wajah manis Baekhyun sambil melongo. Demi apapun, wajah Baekhyun kini terlihat berkali-kali lebih cantik dari yang pertama ia lihat. Tanpa ia sadari hidungnya mengeluarkan darah hingga Jongin dan Jaebum kaget melihatnya.

"Yak! Kenapa kau mimisan begini? Apa kau berubah menjadi shotacon sekarang!?" teriak Jongin.

"Kau benar-benar terlihat seperti pedofil. Semoga saja polisi tidak melihatmu." Timpal Jaebum.

TBC...