Malam itu Luhan melihat kilatan aneh di kedua mata Sehun. Matanya menggelap dan sangat sulit diartikan, entah kenapa bulu kuduk Luhan tiba-tiba berdiri. Perlahan luhan melangkah mundur menjauhi Sehun, dan Sehun yang menyadari hal itu justru semakin mendekatkan dirinya kepada Luhan yang menatapnya takut, di tambah lagi sebuah seringaian layaknya seringaian lapar terlukis di wajah tampannya.

Dug!

Luhan membulatkan matanya saat merasakan punggungnya bertabrakan dengan tembok, di tambah lagi Sehun sudah berada di hadapannya dan mengunci pergerakannya, bahkan nyaris tidak ada jarak di antara mereka.

"Mau apa kau!? Menjauh atau aku akan teriak!" ancam Luhan mencoba memberanikan dirinya menatap Sehun.

Namun, seringaian Sehun malah makin melebar setelah ancaman yang Luhan lontarkan padanya. Sehun mendekatkan mulutnya pada telinga Luhan. "Teriak saja sesukamu cantik, tidak akan ada yang bisa menolongmu karena disini hanya ada kita berdua. Lagipula, jika ada orang yang lihat, orang itu tidak akan berani menghentikanku." Sehun meniup pelan telinga Luhan.

Mata Luhan melebar saat merasakan tangan Sehun menyentuh area privasinya, Luhan mengigit bibirnya dengan keras agar mulutnya tidak mengeluarkan suara yang menurutnya memalukan.

"Hentikan!" teriak Luhan, tapi Sehun menatap remeh Luhan.

Luhan mencoba memberontak selagi Sehun melucuti pakaian Luhan. "diamlah dan desahkanlah namaku."

"Hmmmpppphhhhh"

Deg!

Luhan langsung terbangun dari tidurnya. Luhan pun duduk dan menetralkan napasnya, matanya beralih ke arah Baekhyun kecil yang masih tertidur sambil memeluk boneka pikachunya, bahkan dengkuran halusnya yang seperti anak anjing masih terdengar. Luhan mengelus lembut kepala Baekhyun lalu menghela napas lega saat tahu Baekhyunnya tidak terbangun akibat dirinya yang bermimpi buruk.

"Kenapa aku bisa memimpikan kejadian 5 tahun yang lalu?" Luhan memijit keningnya frustasi, jujur dia sangat tidak ingin mengingat kejadian itu, apalagi dengan lelaki bernama Oh Sehun itu.

Tet! Tet! Tet!

Alarm berbunyi membuyarkan lamunan Luhan. Luhan menggeram kesal mendengar bunyi alarm itu, lalu dia beranjak dari kasurnya dan mematikan alarm menyebalkan itu. Tapi sebelum Luhan mematikannya, mata Luhan menangkap catatan di samping alarm itu.

Hari ini hari wawancara kerja, ayo Luhan semangat!!!!!

Mata Luhan membinar setelah membacanya, Luhan duduk lagi ketempat tidur dan membangunkan Baekhyun untuk sekolah.

"Baekkie, ayo bangun waktunya sekolah." Luhan menepuk-nepuk boneka pikachu yang dipeluk Baekhyun. Tapi bukannya bangun, Baekhyun malah menduselkan kepalanya ke boneka pikachunya dan mengeratkan pelukannya pada boneka pikachunya dan Luhan gemas melihatnya.

"Tidak mau, Baekkie maunya libur hari ini." Ucap Baekhyun kecil dengan geraman halus yang terdengar imut.

Luhan tertawa kecil mendengarnya. "Baekkie gak mau ketemu Kyungie? Kasihan lo Kyungie nanti mainnya sendirian doang."

Baekhyun perlahan membuka matanya yang masih berat dan melepaskan boneka pikachunya, lalu pelan-pelan Baekhyun duduk. Baekhyun menguap kecil dan mengusap matanya, lalu Baekhyun menatap Luhan dengan wajah bantalnya yang imut. Luhan tidak bisa menahan kegemasannya pun mencium pipi chubby Baekhyun gemas. Luhan menggendong Baekhyun dengan hati-hati.

"Kajja, kita mandi." Luhan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sedangkan Baekhyun hanya mengangguk imut dan menenggalamkan kepalanya ke ceruk lehernya Luhan. Baekhyun masih ngantuk bung.

.

.

.

.

Di lain tempat seorang lelaki tampan yang sedang duduk di meja kerjanya sambil memeriksa daftar orang-orang yang akan melamar kerja di perusahaannya, alisnya berkerut saat melihat salah satu karyawannya meletakan salah satu berkas di mejanya.

"Apa ini?" tanya lelaki itu dengan intonasi yang terdengar dingin, tidak luput dari wajahnya yang juga dingin.

Karyawan laki-laki itu tersenyum gugup. "Maafkan aku, sajangnim. Aku tidak sengaja meninggalkan berkas ini kemarin."

Lelaki itu menatap sekilas berkas itu, entah kenapa instingnya menyuruhnya untuk membukanya."Kau boleh pergi." Sang karyawan itu langsung keluar dari ruangan lelaki itu dengan cepat setelah mendengar perintah dari lelaki itu.

Lelaki itu membuka berkas yang di kasih oleh karyawannya tadi, dan sontak matanya membulat sempurna saat melihat siapa orang yang akan melamar pekerjaan di perusahaannya tersebut. Lalu, tidak lama kemudian sebuah hembusan napas pelan keluar dari mulut lelaki itu.

"Akhirnya, ketemu juga kau Xi Luhan." Gumam lelaki itu. Lelaki itu memandang wajah Luhan di foto itu lumayan lama, masih cantik, menawan, imut, dan ayu seperti dulu. Wajahnya tidak berubah, kecuali poninya yang ia panjangkan sampai menutupi alisnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi hingga kau menghilang selama itu, Xi Luhan?" gumam lelaki tampan yang bernama Oh Sehun itu menatap wajah Luhan sedikit sendu.

.

.

Deg!

Bulu kuduk Luhan tiba-tiba berdiri tanpa sebab, Luhan mengerutkan alisnya bingung. Entah kenapa dia mendapat firasat buruk pagi ini. Namun, Luhan membuangnya jauh-jauh dan menghabiskan sarapannya yang tinggal satu suapan.

"Appa lihat, makanan Baekkie sudah habis ." Baekhyun kasih lihat Luhan piringnya dan gelasnya yang sudah kosong. Tapi, di sekitaran bibirnya masih ada selai stroberi dan susu stroberi. Luhan terkekeh pelan melihatnya, lalu menghabiskan susunya juga. Moodnya meninggi sekarang, Baekhyun memang selalu bisa menaikan moodnya yang nyaris drop.

"Baekkie, lihat ini masih ada selai sama susu di bibir kamu." Luhan mengambil tisu dan mengelap bibir Baekhyun. Baekhyun mengerucutkan bibirnya sambil memejamkan matanya dengan gaya yang imut sekali, Luhan jadi gemas melihatnya.

Cup!!

Luhan mengecup pipi chubby Baekhyun, lalu mencuci piring dan gelas yang di pakai ia dan Baekhyun. Lalu tiba-tiba ibunya luhan menelpon.

"Halo, ibu?"

"Halo Luhan, hari ini kamu bakal lamar pekerjaan kan?"

"Iya ibu, nanti jam 8. Aku juga sekalian ngantar Baekkie ke sekolah." Mata rusa Luhan melirik ke arah Baekhyun yang sedang memakai sepatu yang sayangnya terbalik.

"Apa ibu harus menjemput Baekkie lagi? Kamu gak pulang malam lagi kan, kayak kemarin?"

Luhan mengerutkan keningnya, namun mengingat banyaknya orang yang daftar untuk melamar kerja kemarin membuatnya terpaksa merepotkan ibunya lagi."Kayaknya lebih baik iya deh, soalnya yang melamar kerja pasti banyak. Mengingat perusahaan Oh itu perusahaan ternama di negara ini."

Lalu hening, ibu Luhan tidak bicara apa-apa lagi, hanya terdengar suara Baekhyun yang sedang mecahin bubble wrap di belakangnya.

"Ibu? Ibu masih disana?'

Ibunya Luhan tersentak."Ibu masih disini kok, maaf sudah mendiamkanmu. Sebenarnya ibu hanya ingin bilang, kalo ibu punya firasat buruk tentang lamaran pekerjaan kamu."

Luhan mengernyitkan keningnya setelah mendengar penuturan dari ibunya. 'Jadi gak cuma aku yang merasakan firasat buruk?'

"Mungkin Cuma perasaan ibu saja, lagipula aku harus dapat pekerjaan ini. Masa iya aku harus bergantung kepada ibu terus, mana lagi umurku sudah 29 tahun. Dan juga aku sudah punya anak, harusnya aku yang punya penghasilan untuk Baekhyun dan juga ibu."

Mata rusa Luhan beralih kepada jam dinding diruang makannya, dan matanya membulat saat melihat jamnya sudah menunjukan pukul 07 : 15.

"Omo! Sudah jam tujuh lewat lima belas! Aku harus cepaat!."

"Begitu ya..semoga kamu baik-baik aja."

"Pastinya." Lalu ibunya memutuskan sambungan teleponnya, dan Luhan buru-buru membenarkan sepatu Baekhyun yang terbalik. Lalu mereka berdua pun meninggalkan rumah mereka.

.

.

"Baekkie, hari ini Baekkie bakal di jemput nenek ya.." ucap Luhan mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Baekhyun.

Baekhyun mengerucutkan bibirnya dengan imutnya. "Memangnya appa mau kemana?"

"Appa mau kerja dan bisa jadi pulangnya sore banget, jadi nanti kamu bisa main sama Kyungie dulu dirumah nenek ya, mengerti?" Jelas Luhan yang membuat mata Baekhyun membinar, sebenarnya rumah ibunya Luhan cuma 20 menitan naik bus dari TK-nya Baekhyun, jadi Baekhyun sering banget di titipin disana kalo Luhan kerja. Dan sebelum Luhan tau ada lowongan pekerjaan di perusahaan Oh, Luhan sudah kerja di banyak tempat.

"Oke, Baekkie ngerti."

Lalu saat sudah di depan TK-nya, Luhan mencium pipi Baekhyun. Lalu pergi ke perusahaan Oh setelah mengantarkan Baekhyun sampai pintu masuk, yang langsung di gandeng sama Kyungsoo yang kebetulan datang secara bersamaan.

.

.

.

Luhan menatap jam diponselnya yang menunjukan pukul 12, waktu sudah memasuki jam makan siang. Antriannya masih sangat panjang, gilirannya juga masih terbilang sangat lama. Luhan bersyukur sudah membiarkan ibunya untuk menjemput Baekhyun, jika tidak dia gak tahu apa jadinya.

"Luhan gege!" Luhan menoleh dan mendapati Huang Zitao, tetangga flatnya sedang berjalan cepat menuju kearahnya.

"Lho? Aku gak nyangka gege bakal melamar kerja disini." Tao mendudukan diri di samping Luhan dan menatapnya.

Luhan mengangkat bahunya."Ya begitulah, aku dengar dari Amber kalo perusahaan ini sedang membuka lowongan kerja terbilang lumayan banyak. Jadi aku mencoba lamar aja, semoga aja dapat." Jelas Luhan, Tao menganggukan kepalanya mengerti.

"Gege kok belum di panggil-panggil? Emangnya gege dapat nomor urut berapa?"

"Euummm...647, sekarang masih 345." jawab Luhan malas, mata Tao membulat mendengarnya.

"Omo! Kau yang terakhir gege! Aku dengar dari Xiumin-hyung yang melamar tahun ini ada 647 orang, ya wajar sih.. lowongannya ada lebih dari seratusan tahun ini. O iya, nanti Baekkie bagaimana?"

Luhan menghela napas lelah."Untungnya yang menjemput Baekkie itu ibuku, jadi aku sedikit lega dan bersyukur biarin ibu jemput Baekkie."

Tao menganggukan kepalanya lagi, lalu berdiri sambil menarik tangan Luhan. Luhan menatapnya bingung.

"Yasudah, karena giliran gege masih lama. Gege makan siang aja dulu bareng aku, toh sekarang lagi waktu makan siang, pasti yang melamar kerja pada istirahat juga." Luhan berpikir sebentar, lalu menganggukan kepalanya dan beranjak dari tempat duduknya bersama Tao.

.

.

"Silahkan dinikmati, tuan."

Luhan dan Tao menyantap makan siang mereka dalam diam, sampai dua namja rekan kerja Tao menghampiri mereka berdua. "Tao! Kenapa kau makan siang gak bilang-bilang, sih?" ucap salah satunya, dan satunya ikutan mengangguk.

"Ya maaf, gegeku lagi lamar kerja disini. Masa iya aku cuekin dia." Jawab Tao agak kesal.

"Gege? Jadi kau Luhan gege yang sering diceritakan oleh Tao?" namja yang tadi cuma ngangguk, mendudukan diri disamping Luhan.

Luhan menaikan sebelah alisnya. 'diceritakan?'

"Ya, begitulah." Jawab Luhan seadanya, kedua namja itu tersenyum ramah.

"Namaku Zhang Yixing, tapi aku sering dipanggilnya Lay." Ucap namja disebelah Luhan mengulurkan tangannya kepada Luhan.

"Dan aku Kim Minseok, orang-orang memanggilku Xiumin." Namja yang memperkenalkan diri sebagai Xiumin juga mengulurkan tangannya kepada Tao.

"Xi Luhan, tetangga flatnya Tao." Luhan menjabat tangan Xiumin juga Lay.

"Tao sering cerita dengan antusias tentang dirimu, dia bilang kau itu pemberani, tekun, sangat baik, juga pintar. Tapi, kalau dilihat dari auramu kayaknya ceritanya Tao itu benar. Sepertinya panda kecil ini sangat mengagumi dirimu." Jelas Lay sembari memberikan tatapan menggoda kepada Tao.

Tao membuang mukanya sambil menyeruput minumannya. Lay, Xiumin, dan Luhan bisa lihat rona merah di kedua pipi Tao. Tao jadi terlihat menggemaskan. Xiumin tersenyum jahil, sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Aigoo, uri panda kecil kita malu-malu." Lay tertawa mendengar godaan yang dilontarkan Xiumin kepada Tao, sedangkan Luhan hanya tersenyum simpul.

Tao mendengus kesal, wajahnya semakin memerah. "Oh, diamlah hyung." Tapi Xiumin dan Lay malah tertawa semakin kencang mendengarnya dan Luhan juga ikutan tertawa. Tao bisa bertingkah imut juga.

"Daripada itu, kau dapat nomor urut ke berapa Lu?" tanya Lay setelah menghentikan tawanya dan mengusap air matanya yang mau jatuh.

"Dia dapat nomor urut yang terakhir, ge." Jawab Tao mendahului Luhan yang hendak menjawab.

"Begitu ya, sini biar kukasih tau. Sajangnim kita ini orangnya sangat dingin dan perfeksionis, saking dinginnya banyak orang yang gugup saat berhadapan dengannya. Juga, kalau salah sedikit kau bisa jadi tidak keterima akibat sikapnya terlalu perfeksionis. Jadi, gak heran kalau orang yang melamar kerja lebih dari 600. Bahkan tahun lalu banyak orang yang di keluarkan akibat kesalahan kecil pada pekerjaan mereka." Jelas Xiumin.

Luhan mengangguk-angguk mengerti ."Begitu ya.."

"Semoga saja kau bisa keterima dan satu divisi dengan kita." Tambah Lay yang membuat Luhan menyunggingkan senyumnya.

"Eh, jam makan siangnya sudah mau habis. Kita harus cepat." Ucap Tao kaget melihat jam di tangannya.

Dengan cepat keempat namja itu menghabiskan makan siang mereka dan meninggalkan cafe itu setelah membayar tagihannya. Saat di lift, Tao, Lay dan Xiumin turun duluan dari Luhan di lantai 2 sebelum Luhan turun.

"Maaf ya ge, kami tidak bisa menemanimu. Kami ada tugas yang harus kami selesaikan, jika tidak di selesaikan kami bisa dipecat." Tao menatap Luhan tidak enak sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tidak apa-apa kok, aku bisa sendiri." Ucap Luhan sambil tersenyum.

"Kalo begitu, kami duluan ya." Tao, Lay, dan Xiumin keluar dari lift. Luhan memperhatikan mereka sampai pintu lift tertutup. Lalu lift kembali naik ke lantai teratas.

"Yosh, semoga aku keterima." Gumam Luhan begitu pintu lift terbuka di lantai tujuannya.

.

.

.

Dan setelah berjam-jam terlewati, akhirnya tiba giliran Luhan untuk di wawancarai. Bahkan Luhan tadi, sudah bertelponan dengan ibunya selama 2 jam karena Baekhyun lagi agak rewel. Luhan mengetuk pintu ruangan CEO perusahaan itu.

"Masuk."

Luhan pun memasuki ruangan itu setelah mendengar titahan dari calon bosnya, dan Luhan mendapati bosnya sedang duduk membelakanginya, dengan kursi kerja yang menutupi punggungnya. Entah sedang apa yang dilakukan calon bosnya itu.

"Jadi kau pelamar yang terakhir?" tanya lelaki itu.

Luhan mengerutkan keningnya saat mendengar suara lelaki itu, entah kenapa rasanya suara lelaki itu pernah ia dengar di suatu tempat. Namun, Luhan membuang pikiran itu jauh-jauh.

"Nee, Sajangnim. Nama saya Xi Luhan, saya lulusan dari jurusan teknik di Seoul National University." jelas Luhan.

Hening, bosnya tidak bicara apa-apa lagi. Melihat keterdiaman lelaki itu, membuahkan perasaan tidak enak pada diri Luhan.

'apa aku membuat kesalahan?' pikirnya.

"Sa..sajangnim?" panggil Luhan memastikan.

"Aku benar-benar tidak menyangka kau akan melamar kerja di perusahaanku, Xi Luhan." Ucap calon bosnya dengan intonasi yang berat, mendominasi, juga mengintimidasi.

Jantung Luhan berdetak sangat cepat mendengarnya, perasaannya semakin tidak enak. Kenapa bosnya itu berkata seolah-olah jika dia sudah mengenal dirinya sejak lama. Lalu perlahan bosnya memutar kursinya dan duduk menghadapnya. Mata rusa Luhan membulat saat melihat rupa dari bosnya itu, dia benar-benar tidak percaya apa yang dilihatnya. Tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Ka..kau..." Luhan menjatuhkan berkas yang dibawanya dan melangkah mundur.

"Lama tidak berjumpa, Xi Luhan. Haruskah kupanggil Hannie?" bosnya tersenyum kecil, tapi dia tidak menyadari jika senyuman itu berdampak buruk kepada Luhan.

"Kau... Oh Sehun. Bagaimana bisa kau menjadi CEO di perusahaan ini?" Ucap Luhan tidak percaya, hatinya kembali sakit melihatnya. Luhan benar-benar tidak menyangka perusahaan Oh itu milik Oh Sehun bukan seorang Oh yang lainnya. Luhan menyesal sudah tidak mempedulikan firasatnya dan firasat ibunya.

"Daripada itu, aku lebih bingung denganmu yang menghilang selama 5 tahun. Sebenarnya, apa yang terjadi malam itu." Sehun mengabaikan pertanyaan Luhan dan menatap Luhan menyelidik.

Jantung Luhan berdenyut sakit. Sialan! Walau Luhan tahu pria itu tidak mengingatnya, tetapi itu sangat menyakiti hatinya saat pria itu bertanya tanpa beban. Dan itu membuat Luhan membenci pria itu sekaligus tidak ingin melihatnya lagi.

Luhan menatap Sehun dingin. "Aku hanya pulang ke Beijing, dan melanjutkan studi di sana."jawab Luhan dengan kebohongan yang nyaris sempurna.

Sehun menatap Luhan tidak percaya. "Benarkah? Tapi, kau sampai tidak bisa dihubungi selama 5 tahun!"

Luhan menahan untuk memutar kedua matanya malas." Ponselku hilang dan aku harus membeli ponsel baru, dan sialnya aku tidak ingat nomor teman-temanku." Jawab Luhan dengan nada ketus kali ini, Sehun sedikit tidak percaya mendengarnya.

"Tapi tatapanmu tidak menunjukan seperti apa yang kau bilang. Apa aku membuat sebuah kesalahan padamu malam itu?" Sehun mulai berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menghampiri Luhan.

Deg!

Mata Luhan membulat mendengarnya."Te.. tentu saja tidak! Kau tidak punya salah apapun denganku. Ka ...kalau ada pasti sudah ku maafkan!" Luhan mengumpat dalam hatinya saat tahu nada bicaranya yang terdengar gugup.

Sehun mensejajarkan tingginya dengan Luhan yang lebih pendek darinya. Dirinya menatap tajam Luhan yang menatapnya gelisah.

"Kali ini nada bicaramu yang tidak meyakinkan, Luhan. Sekara-

Kriiing!!!! Kriiing!!!!!!

Suara telpon menginterupsi telinga Sehun dan Luhan. Sehun menggeram kesal dan mengangkat telepon tersebut. Luhan menghela napas lega sambil memegangi dadanya, dia sangat berterima kasih kepada orang yang menelpon Sehun. Mata rusanya melirik Sehun yang sedang mendengarkan lawan bicaranya dengan serius. Beberapa saat menit kemudian Sehun memutuskan teleponnya sepihak dan menatap Luhan.

"Kau boleh pulang, sekarang. Aku akan memberikan pemberitahuannya kepadamu nanti." Ucap Sehun sambil merapikan jasnya yang sedikit berantakan.

Luhan pun keluar dari ruangan Sehun tanpa sepatah kata apapun dan cepat-cepat keluar dari gedung perusahaan itu. Saat sudah di luar gedung seseorang memanggilnya.

"Luhan-ge!" Luhan menoleh dan kembali mendapati Tao yang berada beberapa meter di depannya. Tao pun tersenyum manis dan menghampiri Luhan.

"Ge, kau mau langsung pulang?" tanya Tao menyamakan langkahnya dengan Luhan.

"Tidak, aku mau kerumah ibu dulu, mau jemput Baekkie." Jawab Luhan.

"Mau kuantar? Kebetulan aku bawa mobil." Tawar Tao.

"Tidak, gak usah. Aku bisa naik bus, kok. Lagipula dari sini Cuma sekitaran 20 menitan." Tolak Luhan halus.

Tao mengerucutkan bibirnya."Tapi ge, bukannya tidak baik menolak kebaikan yang orang lain berikan?" Tao mengembungkan pipinya. Oke, Tao terlihat menggemaskan sekarang. Luhan tidak tahan untuk tidak mencubit pipinya.

"Iya, iya dasar pemaksa. Ayo, antarkan aku." Luhan terkekeh pelan lalu melepaskan cubitannya.

Tao meringis pelan. "Gege gak harus cubit pipi aku juga kali." Tao mengusap kedua pipinya yang memerah sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kamu imut sih, bikin gemas tahu! Pose kamu aja bikin aku mau cubit lagi." Luhan mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Tao lagi. Tapi, Tao buru-buru masuk mobilnya, cubitannya Luhan sakit tahu!

Luhan hanya tertawa pelan melihat tingkah Tao yang sangat menggemaskan , lalu ikutan masuk ke dalam mobil Tao. Tanpa Luhan sadari Sehun menatap tidak suka ke arah mereka berdua sejak tadi dari jendela kantornya.

.

.

.

.

.

"Appa!!!!!" Baekhyun yang lagi main sama Kyungsoo berseru senang saat melihat Luhan turun dari mobilnya Tao. Luhan tertawa geli, lalu menggendong Baekhyun sekaligus mencium pipinya gemas. Tao yang baru turun dari mobilnya, terkekeh gemas melihat interaksi ayah dan anak itu.

Lalu mata puppy Baekhyun beralih ke arah Tao. "Tao gege!" Baekhyun juga berseru senang melihat Tao, Luhan membawa Baekhyun untuk mendekati Tao.

"Halo juga, Baekkie." Tao mencubit pelan pipi chubby Baekhyun dan Baekhyun hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Lho? Luhan, kamu kok jemput Baekkie gak bilang-bilang? Oh, halo juga Tao." Ibunya Luhan keluar dari dalam rumah dan menghampiri Luhan sama Tao.

"Maaf, ibu. Aku lupa." Luhan menurunkan Baekhyun dari gendongannya dan membiarkan Baekhyun kembali bermain dengan Kyungsoo.

"kebetulan ibu lagi siapin makan malam, kamu makan malam di sini aja bareng Tao." Lalu ibunya Luhan kembali masuk ke dalam rumah, Tao sedikit terkejut mendengarnya.

Tao hendak menolaknya."Tunggu bibi, tidak usah. A..aku-"

"Sudahlah, makan saja disini. Lagipula tidak baik bukan menolak kebaikan yang orang lain berikan?" potong Luhan mengikuti perkataan Tao tadi sambil tersenyum penuh kemenangan. Tao mengembungkan pipinya kesal.

"Dasar gege pemaksa." Tao mengerucutkan pipinya kesal. Luhan tertawa geli menanggapinya.

"Yasudah, aku masuk dulu." Luhan pun masuk ke dalam rumah ibunya.

Namun, saat Luhan berada di kamar lamanya, tiba-tiba ponselnya Luhan berdering. Luhan mengangkat alisnya saat melihat nomor tidak di kenalnya menghubungi ponselnya. Tapi, Luhan tetap mengangkatnya.

"Halo?"

"Halo, apa ini dengan tuan Xi Luhan?" tanya lawan bicaranya yang bersuara cowok.

Luhan mengerutkan jidatnya."Ya, ini saya. Xi Luhan. Maaf, ini siapa ya?" Tanya Luhan bingung.

"Saya Kim Jongdae, HRD perusahaan Oh ingin menginformasikan bahwa tuan di terima di perusahaan Oh. Anda bisa bekerja disini mulai besok." Jelas cowok yang diketahui bernama Kim Jongdae dari seberang telepon.

Luhan menghela napasnya lega, akhirnya dia di terima perusahaan Oh setelah mengantri lama. Baru saja, Luhan ingin memberi tahu ibunya dan Tao, Jongdae kembali bersuara.

"Maaf tuan, saya lupa bilang. Besok anda mulai bekerja di sini sebagai sekretaris Oh sajangnim." Lalu, Jongdae memutuskan sambungannya. Luhan mematung setelah mendengarnya, tubuhnya melemas seketika.

"Sialan kau, Oh Sehun!" umpat Luhan pelan sambil memandang ponselnya kesal.

Jika Luhan menjadi sekretarisnya Sehun, maka cepat atau lambat pria itu akan tahu soal Baekhyun. Dan Luhan sama sekali tidak ingin pria itu tahu. Mengingat hal itu yang selalu membuat hatinya berdenyut sakit.

"Luhaaan!!! makan malam sudah siap!" teriak ibu Luhan dari bawah, Luhan tersentak dari lamunannya dan buru-buru ke bawah.

Luhan menduduki kursi di samping Baekhyun, dirinya mengernyitkan keningnya saat tidak mendapati Kyungsoo di samping kursinya Baekhyun. "Ibu, Kyungsoo mana? Dia gak makan malam?" tanya Luhan sambil menyendok nasinya.

Ibunya Luhan yang baru membuat susu untuk Baekhyun mendudukan diri depannya."Kyungsoo di jemput pulang sama Myungsoo, katanya mereka harus pergi ke rumah saudara malam ini." Jelasnya.

Luhan mengangguk-angguk mengerti sambil menyuapkan Baekhyun, sepintas di pikiran Luhan untuk memberitahu ibunya soal dirinya yang keterima di perusahaan Oh.

"Ibu, aku di terima di perusahaan Oh." Ucap Luhan.

Ibunya Luhan terlihat kaget dengan kalimat yang di lontarkan Luhan. "Lho? Cepat banget pengumumannya. Padahal tadi Tao cerita, kalo tahun ini yang melamar kerja lebih dari 600 orang."

"Sepertinya, Sajangnim tertarik dengan gege. Buktinya, gege di terima secepat itu." Timpal Tao yang dari tadi diam sambil makan.

Luhan terdiam, entah kenapa perkataan Tao membuatnya teringat dengan Sehun lagi. Tao menatap Luhan khawatir setelah ekspresi Luhan berubah akibat perkataannya.

.

.

.

Di perjalanan pulang, Baekhyun sudah tertidur pulas di pangkuan Luhan. Suara dengkuran halusnya yang seperti puppy mengisi keheningan di dalam mobil yang Tao kendarai. Tao melirik Luhan yang sedang melihat pemandangan malam lewat jendela mobil dengan tatapan kosong. Tao menelan ludahnya bimbang, tapi Tao tetap memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Luhan.

"Luhan ge..." panggilnya saat trafic light berubah merah.

"Hmmm..?" Luhan menoleh ke arah Tao.

"Gege di terima di posisi apa?" tanya Tao hati-hati.

Tubuh Luhan tersentak mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Tao. Padahal dirinya sudah mengira Tao akan bertanya soal itu. "Aku.. diterima di posisi sekretaris.."jawab Luhan pelan di sertai senyuman palsunya.

Tao terdiam sebentar lalu menatap Luhan. "Pantas gege terlihat sedikit lesu, itu wajar. Banyak orang sering kayak gitu waktu tahu mereka dapat posisi sebagai posisi Oh Sajangnim."

"Wajar?" Luhan menatap Tao tidak mengerti.

"Ya, tadi Xiumin hyung cerita soal betapa perfeksionisnya Oh sajangnim, bukan? Salah sedikit auto pecat, jadi mereka sadar kalo pekerjaan mereka gak akan bertahan lama." Jelas Tao kembali menjalankan mobilnya dari lampu merah.

Luhan mengangguk-angguk mendengar penjelesan Tao, walau sebenarnya bukan begitu.

TBC.

A/N : Hai, ini Hayato. sebenarnya ini pertama kalinya aku buat fanfic. sebenarnya aku udah coba bikin fanfic tapi hasilnya menurut aku jelek terus, jadi aku hapus ceritanya. jadi tolong vote dan commentnya juseyo.