Mentari Madara Uchiha.
Naruko menghela nafas beberapa kali karena harus terlahir kembali sebagai anak kecil.
"Nee ... Madara jii-chan kenapa aku harus kembali saat begini?"
"Karena pada jaman ini aku masih polos, jadi ku harap kau bisa membuatku berubah, agar perang dunia shinobi ke 4 tidak terjadi lagi."
Jawab Madara dari dalam tubuh Naruko, saat ini Madara terus bermeditasi untuk mengumpulkan chakra, agar kalau dalam pertarungan ia bisa membantu Naruto dengan lebih baik.
"Jadi Madara, apa kau sudah ada ide?"
"Sebenarnya ada. Itu kalau kau bisa menemukan tablet prasasti Uchiha yang sudah dirubah oleh Zetsu, jika kau sudah menemukannya maka hancurkan atau rubah tulisannya menjadi apapun yang akan membuat Uchiha menjauhi rencana mata bulan."
Jawab Madara panjang lebar, Naruko hanya mengangguk sembari berjalan mengikuti arah arus sungai.
Sampai akhirnya Naruko melihat seorang lelaki berambut hitam berdiri, sedang melempar batu beberapa kali, ia juga mengenakan Kimono hitam, Naruko terdiam untuk beberapa saat memperhatikan lelaki yang asik melempari batu ke sungai.
"Madara, itu siapa?"
Gumam tanya Naruko sembari memperhatikan lelaki itu dari semak-semak.
"Itu aku sewaktu masih kecil."
Jawab pelan Madara sembari menatap dirinya yang ada di masa lalu melalui mata Naruko.
Sementara itu Naruko hanya diam memperhatikan kegiatan Madara yang dalam usia remaja 13 tahun yang sedang asik melempar batu di tepi sungai. Naruko memperhatikan batu yang Madara lempar hasilnya batu itu selalu tidak sampai ke sebrang.
Naruko yang memperhatikan Madara secara tak sadar tersenyum manis.
"Ternyata Kakek sewaktu kecil terlihat tampan."
Puji Naruko secara tidak sadar akan penampilan Madara pada saat itu.
"Hem.."
Gumam Madara ketika mendengar Naruko memuji ketampanannya sewaktu masih muda.
Naruko kemudian melihat Madara kembali menyiapkan diri untuk melempar batu di sungai itu, namun lagi-lagi pantulannya tidak sampai ke sebrang.
"Piff Madara Jii-san payah."
Naruko terlihat menahan tawa ketika melihat wajah kesal Madara yang tidak bisa melempar batu sampai ke seberang.
Sementara Madara yang verada di dalam tubuh Naruko hanya bisa tersenyum kecil mendengarnya.
'Naruko aku akan memberikan semua pengetahuanku tentang berbagai macam jutsu di dunia yang telah aku dan Zetsu putih teliti.'
Batin Madara sembari tersenyum kecil, Naruko yang sedang asik mengintip tingkah laku Madara harus kaget dengan masuknya pengetahuan asing ke kepalanya secara paksa dan membuat Naruko pingsan di tempat.
Tak lama setelah Naruko sadar, Madara muda yang barusan ia intip tiba-tiba muncul dihadapannya dengan tampang seram dan selidik.
Naruko yang kebingungan hanya bisa mengedipkan matanya beberapa kali dan memiringkan kepalanya sembari berkata.
"Aku kelihatannya tertidur di hutan terlalu lama."
Madara yang mendengar kata'kata aneh dari Naruko langsung mengangkat alis matanya kebingungan.
"Huh ... kau siapa dan ... BAGAIMANA KAU BISA ADA DI TEMPAT SEPERTI INI?! ASAL KAU TAHU HUTAN BUKAN TEMPAT ANAK KECIL BERMAIN PERGI DAN PULANG SANA BERMAIN SAMA IBUMU!"
Madara yang emosi langsung membentak Naruko habis-habisan, karena hal itu Naruko kembali terdiam mendengarnya, ia benar-benar tidak mengerti kenapa Madara tiba-tiba marah padanya.
"Maaf kalau aku mengganggumu, tapi untuk saat ini hutan ini adalah tempat tinggalku ... Dan soal orang tua, maaf aku tidak punya hal itu."
Jawab Naruko sembari tersenyum ke arah Madara, Naruko pun berjalan pergi mencoba meninggalkan Madara kecil, namun, tak sampai dua langkah Naruto menjauhi Madara, secara tiba-tiba tangan Madara menahan bahu Naruko.
"Ku rasa kau tetap tak usah pergi, ah tidak maksudku jangan pergi!"
Perintah Madara ketika ia menahan tubuh Naruko, sementara itu Naruko jadi swedrop sendiri.
'Tadi ngusir sekarang malah nahan, mau mu itu apa sih?'
"Apa, bukannya tadi kau mengusirku sampai teriak-teriak tidak jelas?"
Tanya Naruko sembari menatap Madara dengan sedikit perasaan kesal karena Modnya hancur gara-gara Madara.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengusirmu, hanya saja ini bukan tempat yang tepat untukmu, karena ..."
"Sedang terjadi perang bukan?"
Madara kaget, karena sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, Naruko sudah memotongnya duluan.
"I-iya dan maaf, aku tidak tau kalau kau tidak punya orang tua ... oh iya siapa namamu?"
Mendengar pertanyaan dari Madara, Naruko sedikit terdiam, ia kemudian menatap ke udara dan tak lama angin berhembus sedikit kencang dan membuat rambut pirangnya melambai-lambai, Naruko pun tersenyum ke arah Madara dan menjawab.
"Naruko, itulah namaku, ah kalau nama lengkapku adalah Namikaze Naruko."
Jawab Naruko sedikit gerogi ketika ditatap tajam oleh Madara.
"Kau santai sekali memberitahukan nama klanmu pada orang asing sepertiku."
Gumam Madara sembari menatap aneh Naruko.
"Benarkah ... hem apakah, memberitahukan klan itu adalah sesuatu yang tabu?"
Tanya Naruko pada Madara remaja dihadapannya. Naruko menatap datar Madara dalam beberapa saat Naruko kembali tersenyum.
"Bagiku klan bukanlah hal yang harus disembunyikan, karena ... aku ingin bisa hidup bebas."
Tambah Naruko sembari tersenyum manis ke arah Madara
"Apa kau tidak khawatir kalau ada klan yang membenci klanmu akan membunuhmu?"
Madara kembali bertanya kepada Naruko.
"Jika saat itu terjadi, aku akan lari sebisaku, jika tidak mungkin maka aku akan melawan."
Jawab pelan Naruko sembari mengambil beberapa batu dan melemparkannya ke sungai dan memantulkannya hingga ke seberang.
"Apa kau seorang Shinobi?"
Secara tiba-tiba Madara bertanya pada Naruko yang sedang asik memantulkan beberapa batu di tangannya ke air.
Naruko yang mendengar pertanyaan dari Madara sedikit terdiam, ia bingung mau menjawab apa, jika ia bilang ia bukan Shinobi, maka Madara akan meneriakinya dan menceramahinya ini itu lalu bersih keras untuk mengantarnya pulang dan jika ia menjawab kalau dirinya adalah seorang Shinobi, maka Madara pasti akan waspada kepadanya.
"Apa penting statusku sebagai Shinobi atau bukan?" tanya Naruko sembari terus melempari batu ke air dan terus memantulkannya hingga ke seberang, Madara yang melihat kelakuan Naruko yang melempari batu ke sungai dan menyebrangkannya ke seberang dengan sangat mudahnya. "Tapi yang pasti lemparanku jauh lebih baik dari pada lemparanmu yang tak pernah sampai ke seberang."
Mendengar jawaban dari Naruko tentu saja membuat wajah Madara memanas karena marah, ia tidak menyangka gadis yang bernama Naruko Namikaze itu sejak dari tadi mengejeknya dengan cara menampilkan kemampuannya berkali-kali.
"Jadi kau melempari batu ke sungai hanya untuk pamer kemampuan dariku!"
Madara langsung naik darah dan berteriak-teriak tidak jelas ke arah Naruko, sementara Naruko malah cengengesan dan mengorek-ngorek telinganya yang gatal karena terus mendengar gerutuan dari Madara.
"Iya."
Jawaban singkat dari Naruko cukup untuk membuat Madara marah dan langsung berlari mengambil beberapa batu dan saat sudah berada di hadapan Naruko.
"KAU AKAN AKU BUAT MENYESAL DENGAN MEMPERLIHATKAN LEMPARAN TERBAIKU PADAMU!"
Madara lalu melemparkan batu pipih di tangannya lalu membuatnya memantul berkali-kali di air, namun sebelum sampai di seberang batu itu sudah berhenti memantul dan tenggelam.
"Itu lemparan terbaikmu?" tanya Naruko swedrop melihat lemparan Madara kecil.
"Berisik! Itu pasti karena kau sengaja berdiri di belakangku!"
Madara kembali marah-marah, ia nampak tidak senang mendengar Naruko mengejeknya begitu saja. Sementara itu Naruko yang mendengar Madara yang marah-marah mengenai dirinya yang berdiri di belakang Madara menjadi sedikit swedrop.
"Apa hubungannya dengan ketiidak efisienanmu dalam melempar batu?"
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Naruko membuat Madara menahan sedikit amarahnya, ia nampak kesal dengan perempatan muncul di dahinya.
"A-asal kau tau saja! Aku bahkan tidak bisa kencing jika ada seseorang yang memperhatikanku dari belakang!"
Mendengar jawaban Madara yang terdengar seperti mengada-ngada membuat Naruko tambah swedrop, ia benar-benar tidak percaya kalau Madara adalah orang yang memiliki alibi paling aneh untuk menutupi ketidak mampuannya.
"Alibimu terlalu dibuat-buat."
Perkataan dari Naruko jujur membuat Madara semakin kesal, Madara sangat kesal karena tidak bisa membantah apa yang Naruko katakan, memang benar jika alasannya terlalu aneh, namun itulah kenyataannya.
"Kau tidak percaya padaku!"
Teriak Madara sembari menatap serius ke arah Naruko, Naruko yang mendapat tatapan serius dari Uchiha Madara, sedikit mengedipkan matanya beberapa kali lalu menatap ke arah langit.
"Percaya padamu yah? Apakah aku bisa percaya pada orang sepertimu?"
Gumam tanya Naruko sembari menatap ke arah langit lalu mengambil beberapa batu lagi, Madara pun menatap ke arah Naruko, ia memperhatikan cara Naruko melempar batu pipih ditangannya sehingga bisa memantul hingga ke seberang sungai.
"Cih baiklah, terserah padamu."
Tukas Madara sembari memperhatikan Naruko yang berdiri di sampingnya, Naruko sedikit tersenyum kecil mendengarnya, lalu dengan cepat Naruko melemparkan batu yang ada di tangannya ke arah sungai dan memantulkannya hingga ke seberang.
"Oh iya, aku kan sudah memberitahukan namaku, kalau boleh tau siapa namamu?"
Tanya Naruko pada Madara, sementara itu Madara sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Naruko barusan, ia juga tidak sadar kalau ia belum memperkenalkan namanya pada Naruko.
"Ah benar juga, namaku Madara, karena aku seorang Shinobi ku rasa aku harus merahasiakan nama belakangku."
Jawab Madara dengan nada tenang, sementara Naruko hanya tersenyum kecil mendengarnya, bagi Naruko, Madara yang ada di hadapannya saat ini sangat jauh berbeda dengan Madara yang ada di dalam tubuhnya, entah kenapa Naruko merasa nyaman bersama Madara yang masih bocah.
"Heeeeh ... apakah Madara-kun seorang Uchiha?"
Mendengar pertanyaan Naruko mengenai apakah ia adalah seorang Uchiha, membuat Madara kaget, Madara langsung menatap tajam ke arah Naruko.
"Darimana kau tau kalau aku adalah seorang Uchiha?"
Naruko yang mendengar pertanyaan dari Madara, hanya tersenyum kecil dan akhirnya menjawab dengan santai seolah ia sama sekali tidak terbebani dengan pertanyaan dari Madara.
"Hem, mata hitam, rambut berwarna Raven dan agaak berantakan, Kimono berwarna hitam yang kau pakai itu menambah kesan suram dalam auramu di tambah kau benci kalah dan hasrat ingin menjadi yang terkuat. Dari sana aku bisa yakin kau seorang Uchiha, meskipun hanya 47% saja."
Jawaban ngasal Naruko membuat Madara sedikit tercengang, ia nampak tak bisa berkata apa-apa mengenai Naruko yang bisa menebak ia berasal dari klan mana hanya dari gaya rambut dan gaya berpakaiannya, bahkan kimono miliknya tidak ada lambang klannya.
"Dan satu lagi, kau cukup tampan."
Tambah Naruko sembari tersenyum manis ke arah Madara, Madara yang mendengar perkataan dari Namikaze Naruko itu sedikit tersipu malu, karena ia tidak menyangka kalau Naruko akan memuji ketampanannya.
"Mah, ku rasa aku harus pulang, hari sudah gelap anggota klanku pasti mencariku, kau juga harus cepat pulang."
Madara lalu pergi meninggalkan Naruko sembari berlari meninggalkan hutan, sementata itu Naruko hanya menatap Madara dengan senyum kecil ia pun duduk tenang atau bisa dikatakan bermeditasi di sungai itu dan memasuki alam bawah sadarnya, tak lama setelah itu gambaran alam bawah sadar Naruko yang merupakan tempat gelap dipenuhi genangan air pun muncul dengan Uchiha Madara yang terlihat sangat tua duduk menatapnya dengan satu mata sharinggan yang terlihat, yah Madara berbohong mengenai ia menolak pengorbanan matanya, karena itu memang pengorbanan yang diperlukan untuk menggunakan Izanagi.
"Kakek, matamu ..."
Gumam Naruko yang melihat mata kanan Madara berubah menjadi warna putih tanpa pupil.
"Tenang saja Naruko, mataku masih bisa berfungsi dengan baik meski hanya ada satu, untuk memulihkan mata kananku aku harus membangkitkan Rinnegan, tapi itu semua sudah tidak penting lagi. Bagiku kita bisa sampai ke masa lalu dengan selamat sudah bagus, sisanya bagaimana kau bisa merubah takdir yang aku alami."
Jawab Madara yang berada di dalam tubuh Naruko, tubuh keriputnya dan rambut putihnya membuatnya nampak lemah dalam penampilannya yang tua renta, wujud itu ia dapatkan karena kekurangan chakra, Madara mengatakan kalau ia bisa memulihkan mata kanannya kalau Rinnegan berhasil di bangkitkan, namun bagaimana cara membangkitkannya?
"Lalu bagaimana caranya agar kau bisa membangkitkan Rinegan milikmu?" tanya Naruko pada Madara, Madara sedikit terdiam lalu mengatakan.
"Sebenarnya kalau soal membangkitkan Rinnegan aku sudah melakukannya, jadi mungkin faktornya hanyalah chakra yang aku miliki, aku tidak bisa mengaktifkan Rinnegan karena chakra yang aku miliki kurang, aku harus mengumpulkan banyak chakra untuk mendapatkan Rinnegan kembali."
Mendengar perkataan Madara tua itu, sedikit tersenyum yah ia lega karena Madara tidak harus kehilangan matanya hanya karena membalikan waktu ke masa lalu sebelum desa Konoha belum diciptakan.
Naruko kemudian membuka matanya, tak lama kemudian ia merasakan kehadiran chakra yang cukup kuat di dekatnya, tak lama setelahnya terlihat sebuah kunai melesat ke arahnya dan karena tidak mau mati, Naruko dengan cepat menangkap gagang kunai yang melesat ke arahnya lalu menatap si pelaku pelemparan yang ternyata adalah seorang pria mengenakan armor berwarna hijau dengan rambut berwarna hitam dan lambang klan yang tidak Naruko kenal sebelumnya, namun Madara yang ada di dalam tubuh Naruko langsung memberitahukan Naruko.
"Gawat, apa yang akan kau lakukan Naruko? Dia kelihatannya ninja dari klan Hagoromo, apa kau akan lari atau kau melawannya, semua pilihan yang kau pilih akan aku dukung seratus persen."
"Hagoromo? Ada keperluan apa shinobi dari klan Hagoromo menyerang gadis yang sedang bermeditasi di sungai?"
Tanya Naruko dengan sedikit santai, Naruko tidak ada maksud untuk menyerang ataupun mengejek shinobi dengan nama klan yang mirip dengan nama Pertapa Enam Jalan.
Shinobi yang berada di depan Naruko lalu mencabut pedangnya dan mulai mempertanyakan beberapa hal yang menurut Naruko tidak perlu di tanyakan dari dirinya.
"Kau, Shinobi dari desa mana kau sebenarnya?
Tanya Ninja dari Hagoromo tersebut pada Naruko, sementara itu Naruko nampak memperhatikan sesuatu dari klan yang ada di hadapannya.
"Apa teman paman baik-baik saja? Kelihatannya ia sedang terluka."
Tegur Naruko sembari menatap kondisi orang yang ada di belakang orang yang mengancam Naruko dengan pedang.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!"
Naruko sedikit kaget dengan sifat orang yang ada di hadapannya, karena ia mengira orang yang memakai nama klan Hagoromo adalah orang yang memiliki sikap ramah dan juga penuh wibawa, namun ia tidak sangka kalau orang itu memiliki rasa ego yang besar.
"Maaf paman, saya bukanlah seorang Shinobi yang bertarung di medan perang, saya hanya ingin menikmati kebebasan dan saya tidak mau menggunakan kekuatan yang aku miliki untuk menyakiti orang."
Jawab Naruko pada shinobi yang ada di hadapannya, namun para shinobi dari klan Hagoromo harus kaget karena kecepatan Naruko yang berada di luar nalar, yah Naruko sekarang sudah berada di hadapan shinobi yang terluka lalu meletakan tangannya pada orang itu.
"Oy apa yang kau la..."
Mereka kembali kaget ketika melihat teman mereka yang tadi nampak sekarat dan hampir mati kembali sehat tak lama setelah Naruko menyentuhnya, yah secara perlahan luka yang ada di tubuh orang itu menutup dan hilang disertai shinobi yang terluka tadi terlihat pulih.
"Nah dengan begini tugasku selesai, paman toloong lain kali jangan main lempar senjata itu berbahaya. Oh iya nama saya Namikaze Naruko, saya tak pernah belajar ninjutsu lain selain penyembuhan, jadi saya tidak akan ikut berperang dan tolong biarkan aku menikmati pemandangan di hutan ini."
Ujar Naruko sembari tersenyum lalu akhirnya duduk di tepi sungai, sementara itu orang-orang dari klan Hagoromo nampak menatap Naruko dengan tatapan tak percaya mereka.
"Namikaze, maukah kau ikut dan membantu klan kami dalam perang?"
Secara tiba-tiba mereka meminta Naruko dengan cara baik-baik untuk bergabung bersama mereka, namun sayang nampaknya Naruko malah menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Aku benci peperangan dan aku tidak mau menyakiti orang lain, aku juga tidak mau berpihak pada siapapun ... aku hanya ingin hidup tenang dan berharap bisa membuat perdamaian dengan banyak klan, aku hanya ingin orang-orang dari klan manapun tidak saling berperang dan bersahabat lalu saling merangkul satu sama lain, tanpa harus saling bunuh."
Mendengar pernyataan dari Naruko membuat para shinobi dari klan Hagoromo itu terdiam dan tak bisa berkata apa-apa selain pergi meninggalkan Naruko yang kembali duduk santai menikmati pemandangan sungai yang mengalir dengan indah.
Meski secara teknis Naruko bisa saja membunuh para anggota klan Hagoromo Naruko tidak melakukannya, karena hal ini bisa membuat alur kehidupan menjadi sulit di tebak, Naruko berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang tidak perlu agar perubahan yang tidak di inginkan tidak terjadi di masa depan.
Ke esokan harinya.
Terlihat Naruko memperhatikan peperangan antar para shinobi pada masa itu, di depan matanya ia melihat dengan jelas bagaimana anak-anak bertarung untuk melindungi klannya dan jalan shinobi yang diterapkan pada masa Konoha belum ada sangat jauh berbeda pada masa kehidupannya dulu, pada masa ini Shinobi tidak berlindung dalam satu desa, namun berlindung di atap klan yang sama, yang artinya jika kau bukan dari klan yang sama maka kau adalah musuh.
Naruko juga melihat seorang pria berambut hitam mangkok berkimono putih yang ternyata ia adalah seorang Hokage pertama atau Hashirama Senju, hal itu diketahui Naruko melalui Madara yang ada di dalam tubuhnya, Naruko juga belajar tentang beberapa Genjutsu, Ninjutsu dan Fuinjutsu dari Madara tua yang tersegel di dalam tubuhnya.
Naruko mengamati Hashirama dan mulai mendengarkan pembicaraannya dengan ayahnya, Naruko juga mengamati gerak-gerik Hashirama dan dari mana asal ide untuk membuat desa dan perdamaian.
Terlihat Tobirama membenarkan pendapat Hashirama mengenai perdamaian, Tobirama juga Naruto baru tahu kalau Hashirama masih memiliki satu orang adik dan adiknya itu memiliki dua warna rambut yang berbeda, satu mirip Hashirama dan satu berwarna cream vanila seperti Tobirama.
Setelah mendengar pembicaraan para Senju, Naruko kembali ke sungai tempat dimana Madara selalu berlatih melempar batu, Naruko bisa melihat Madara begitu gigih melatih lemparan batunya.
"Yo Madara-san gimana kabarnya?"
Madara yang kaget langsung mengarahkan pandangannya ke arah belakang dan dilihatnya Naruko tersenyum manis ke arahnya.
"Hoh, ada apa Namikaze-san? Apa kau bermaksud mengejekku lagi?"
Naruko sedikit tersenyum ketika mendengar penuturan dari Madara yang menganggap ia datang hanya untuk mengejeknya.
"Tidak ... untuk apa aku mengejekmu," jawab Naruko sembari berjalan ke arah Madara dan berdiri di sampingnya. "Karena aku sudah tidak di belakangmu aku ingin lihat apa kau sudah berhasil melakukannya."
Madara paham maksud dari perkataan Naruko, lalu mencoba berkonsentrasi kembali dan melemparkan batunya, namun tak juga sampai ke seberang, nampak Naruko hanya mengawasi Madara melempar batu sembari tersenyum dan itu sudah menjadi rutinitas mereka, ketika para klan memutuskan untuk istirahat dari pertempuran mereka, Madara akan menyempatkan diri untuk menenangkan diri dengan cara melemparkan batu ke air dan membuatnya memantul hingga ke seberang.
Hingga akhirnya hari menjelang sore Madara pun berhasil memantulkan batu di air hingga ke seberang. Madara yang melihat usahanya tidak sia-sia langsung berteriak kegirangan dan menatap ke arah Naruko lalu menunjuk batu yang ia lempar tadi sembari mengatakan.
"Kau lihat itu Namikaze? Aku benar-benar melakukannya!"
Naruko hanya tersenyum kecil memperhatikan batu yang dilempar Madara berkali-kali dan terus mencapai ke seberang sungai.
"Kau hebat Madara-san."
Naruko memuji Madara dengan senyuman kecil, Madara sedikit bingung dan bertanya.
"Benarkah? Padahal aku perlu latihan berkali-kali."
Naruko menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Kau bisa mempelajarinya hanya dalam dua hari latihan, itu sungguh luar biasa, bagiku butuh waktu satu tahun untuk bisa memantulkan batu itu sampai ke seberang."
"Benarkah? Mah aku sih tidak terlalu tidak terlalu masalah ... Ne selain melempar batu kau hebat dalam hal apa?"
Mendengar pertanyaan dari Madara, Naruko sedikit tersenyum kecil, ia pun menatap ke arah Madara lalu menjawab.
"Aku ... suka mempelajari ninjutsu medis."
Jawab Naruko sembari melukai tangan kanannya dengan batu lalu menyembuhkannya dengan menggunakan tangan kirinya yang terselimut chakra berwarna hijau.
Madara menatap kagum kemampuan Naruko dalam menyembuhkan luka luar dengan menggunakan chakra.
"Bagaimana caranya kau melakukan hal itu? Kalau aku bisa melakukan itu maka kami tidak perlu repot-repot dalam mencari obat untuk menyembuhkan luka orang-orang yang terluka."
Mendengar pujian dari Madara membuat Naruko sedikit tersenyum, ia lalu mengatakan.
"Aku tidak mau kemampuan ini digunakan untuk berperang."
Ujar Naruko sembari menatap ke arah Madara dengan tatapan tajam, Naruko lalu menatap ke arah sungai dan kembali mengatakan sesuatu, yah meski hanya kebohongan.
"Aku benci perang, kedua orang tuaku mati karena permusuhan antar klan shinobi dan perang ini. Ayahku seorang Namikaze dan ibuku adalah seorang Uchiha. Karena adanya rasa permusuhan antara klan shinobi, ayah dan ibuku di asingkan dari klan Namikaze."
Tambah Naruko sembari menatap Madara dengan mata kirinya yang sudah berubah menjadi sharinggan, namun mata kanannya tetap berwarna biru hal ini disebabkan Madara yang ada di dalam tubuhnya kehilangan mata kanannya ketika menggunakan Izanagi.
"Mata ini aku dapatkan, ketika melihat ayah dan ibuku mati di bunuh oleh para ninja yang berperang, aku tak bisa berbuat apa-apa selain bersembunyi. Aku terlalu lemah, selama ini aku hanya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan, aku tidak berguna bahkan untuk melindungi ayah dan ibuku. Aku tidak diterima di klan Namikaze dan mungkin aku juga tidak akan diterima di klan Uchiha. Maka dari itu aku memilih tinggal di sekitar hutan."
Naruko lalu tersenyum dan menghilangkan mata sharinggan miliknya, Madara sedikit terdiam mendengarnya.
"Naruko..."
Madara lalu mendekat dan secara tiba-tiba memeluk Naruko dengan erat.
"M-Madara-san?" Naruko sedikit kaget ketika Madara memeluknya, sementara itu Madara yang ada di tubuh Naruko tersenyum penuh kemenangan.
"{Naruko! Menikahlah dengannya! Aku merestuimu!}"
Mendengar seruan Madara yang ada di dalam tubuhnya, muka Naruko secara tiba-tiba memerah seperti tomat matang.
"Maaf, aku tidak tau kalau kau memiliki kenangan yang buruk. Tenang saja meski orang-orang Uchiha tidak bisa menerimamu, aku akan membuat orang-orang menerima orang-orang sepertimu, kau tidak akan menderita lagi."
Madara mencoba menghibur Naruko sembari mengelus rambut pirangnya.
"Terima kasih Madara-san."
Ujar Naruko sembari tersenyum dan sedikit mendorong tubuh Madara untuk melepaskan pelukannya, Madara pun melepaskan pelukannya dan melihat Naruko mengeluarkan sedikit air matanya, Madara tersenyum dan menghapusnya.
"Meski kau bukan Uchiha murni, kau tetaplah Uchiha. Oh iya Naruko selain kau aku juga punya seorang Rival bernama Hashirama, entah kemana dia, mungkin besok kita bisa bertemu dengannya."
"Hashirama, menarik apakah dia orang hebat?"
"Yah dalam permainan melempar batu, tapi meski begitu dia sangat menyebalkan dengan tampangnya yang mudah depresi itu!"
Naruko bisa melihat Madara begitu kesal karena beberapa hal yang menyangkut Hashirama.
"Madara-san kau kelihatannya kesal sekali."
"Yah itu karena dia adalah orang yang menyebalkan."
Tak lama setelah itu ada suara elang lewat, Madara pun akhirnya menatap ke arah belakang dan menatap ke arah Naruko kembali.
"Maaf Naruko, kelihatannya aku harus pergi dan sebaiknya kau tidak usah berlama-lama di sini, perang akan kembali dimulai."
Setelah mengatakan itu Madara pun dengan cepat berlari meninggalkan Naruko, sementara Naruko hanya diam menatap kepergian Madara dengan senyum, lalu menghilang dalam kepulan asap.
Bersambung