Naruto : Masashi Kishimoto

Story : Haruta Uzunaru

Warning : Ooc (maybe), Typo, bahasa kurang baku, Crack pair, Lime maybe.

Dont like dont read

Part 1

Setiap pertemuan, pasti diakhiri dengan perpisahan. Setiap hubungan pasti akan ada akhirnya, entah berakhir bahagia atau buruk. Tapi dibandingkan dengan takut dan menghindarinya, lebih baik menghadapinya dan melihat akhir mana yang akan didapat. Itulah pegangan Sakura dalam hidupnya.

Wanita berusia dua puluh lima tahun yang selalu terlihat bersemangat itu, tidak pernah meratapi kesedihannya. Orang-orang di sekitarnya saja tidak pernah tahu kapan dia bersedih. Dia selalu menjadi mentari yang membuat hangat hati setiap orang. Namun, hari ini mentari itu tidak bersinar terang. Sama dengan cuaca yang sedang tidak bersahabat di luar sana.

"Kenapa kau tidak makan makanannya, bukankah kau sangat suka salmon?"

Sakura berbalik ketika Ino menegurnya. Jujur saja, dia sedang tidak nafsu makan saat ini. Siapa yang bisa makan dengan tenang dihari pernikahan mantan kekasihnya? Mereka menjalin hubungan selama dua tahun dan hari ini pria itu malah menikah dengan teman baiknya.

Kalau bisa, Sakura ingin menangis sekeras-kerasnya. Namun hatinya terlalu lelah untuk melakukan itu. Dia sudah menyerahkan segalanya untuk pria itu, tapi akhirnya malah jadi begini. Di saat seperti ini, dia ingin ada orang yang menopangnya. Meski itu semua hanyalah kebohongan.

Teman-teman yang biasa dia hibur malah tertawa bahagia dan mengajaknya datang ke pernikahan terkutuk ini. Mereka bahkan memuji pengantin wanita di hadapan Sakura. Tidakkah mereka pikir hatinya sedang hancur sekarang? Sejak tadi dia hanya berusaha tegar dan tersenyum layaknya orang bodoh. Semakin lama, dia semakin tidak tahan dengan keadaan ini.

"Huum, salmonnya enak." Lagi-lagi bibirnya tersenyum, kenapa sulit sekali menunjukkan wajah sebenarnya pada dunia? Memasukkan potongan salmon terakhir dalam mulutnya, Sakura berjalan ke tempat makanan dan mengambil beberapa salmon lagi.

Setelah piringnya terisi penuh, dia mengangkat wajahnya, menatap video pengantin yang sedang diputar. Keduanya tampak bahagia di sana. Rasa sakit itu kembali merasuk hatinya. Seharusnya dia yang ada di sana, bukan perempuan itu. Karena kesal Sakura mengambil salmon di piring lalu memakannya dengan penuh kasar.

"MEREKA TIDAK COCOK, SANGAT TIDAK SERASI."

Sebuah teriakan menyita perhatian semua undangan termasuk Sakura. Suara itu berasal dari meja di pojok belakang. Di sana seorang pemuda berambut blonde duduk dengan empat botol sake di mejanya. Wajah tannya tampak memerah, mungkin karena terlalu banyak minum. Kesimpulan yang bisa diambil adalah dia sudah mabuk berat.

Wajahnya tampak tidak asing, Sakura menyipitkan mata, dia sepertinya pernah bertemu pemuda itu di tempat lain. Otak Sakura langsung berpacu, berusaha menemukan ingatan saat bertemu pria itu.

"MEREKA BERDUA LICIK DAN MUNAFIK." Sekali lagi, kata-kata kasar keluar dari mulut pria blonde itu tanpa pikir panjang.

Tidak lama kemudian, keamanan datang dan membawa pria itu keluar dari ruang pesta. Entah apa yang ada di pikiran Sakura, dia mengikuti pria itu sampai di luar gedung.

"Dia kenalan saya, biar saya yang urus dia." Mengambil kesempatan dalam kesempitan, Sakura bersedia bertanggung jawab atas pria blonde itu. Dengan tenaganya yang tidak seberapa, dia memapah tubuh pria itu ke tempat parkir.

"Ugh berat sekali." Karena tidak kuat, Sakura menjatuhkan tubuh pria yang sudah tidak sadarkan diri itu ke tanah. Wanita itu meraba seluruh tubuh pemuda itu mencari sesuatu yang akan membantunya.

Akhirnya setelah beberapa menit, mencari _merape_ Sakura mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tombol hitam kecil ditekan dan suara alarm mobil bergema di ruang parkir. Ternyata Sakura mencari kunci mobil si pria. Dia bukan gadis baik hati yang akan melakukan hal baik pada orang yang tidak dekat dengannya. Ada alasan kenapa Sakura mau bersusah payah melakukan hal ini.

BRUK

Akhirnya tubuh pria itu sukses masuk ke mobil bagian depan. Dia tampak nyaman bersandar di kursi.

"Ahaha Hina sudah kuduga kau masih punya perasaan padaku. Kau tidak mungkin berpindah hati pada si teme ahaha." Pria itu meracau dan membuat Sakura geli melihatnya.

Hinata adalah nama pengantin wanita dan Sasuke adalah nama pengantin pria yang mereka hadiri pernikahannya. Sakura sudah ingat siapa sosok pria ini. Dia adalah Uzumaki Naruto, si pirang berisik yang merupakan mantan kekasih Hinata. Dia sendiri adalah mantan kekasih Sasuke Uchiha.

Terkadang takdir seburuk ini, Sasuke dan Naruto adalah sahabat. Mereka berempat pernah berkencan ganda sekali. Di sanalah dia bertemu dengan sosok blonde itu, tapi dia tidak menaruh perhatian padanya. Dan sekarang, mereka berdua merana karena ditinggal menikah pasangan masing-masing.

Rentang waktu dalam menjalin hubungan tidaklah menjadi jaminan bahwa kau akan menikahi pasanganmu nanti. Itu adalah perkataan yang Sakura pegang selama ini. Tapi dia lupa memikirkan bagaimana kondisi hatinya saat mantannya menikah dengan orang lain.

"Huh berisik."

Kesal dengan pria di sampingnya, Sakura menyalakan mesin dan membawa mereka ke jalanan. Dia tidak dekat dengan Naruto untuk mengetahui di mana letak rumah pria itu. Dia melakukan hal ini karena merasa menemukan teman yang senasib dengannya.

Menelusuri jalanan yang sepi, Sakura akhirnya menghentikan mobil ketika sampai di tujuannya. Tepi pantai yang jauh dari keramaian kota. Tempat ini gelap, hanya suara ombak dan semilir angin yang menemani mereka. Siapa juga yang mau datang ke tepi pantai jam dua belas malam?

Sakura menurunkan kaca mobil dan membiarkan wajahnya terkena angin malam. Setidaknya dia sedikit merasa tenang sekarang. Dia mengeluarkan sebuah plastik dari tasnya. Plastik itu berisi beberapa macam obat tablet yang dicampur. Dengan cepat dia memasukkan obat itu dalam mulutnya bagai orang kelaparan.

Dia sudah menyiapkan semua ini sejak putus dengan Sasuke dan menurutnya ini adalah saat yang tepat.

BRAK

"Hoek."

Sakura berbalik ketika mendengar suara dari seberang. Naruto telah sadar dan tengah mengeluarkan isi perutnya di luar. Pecundang itu, Sakura tidak akan membantunya. Dia menggunakan kesempatan ini untuk memasukkan kembali kantung plastik itu.

"Hah di mana ini? Huahh kau siapa? Kenapa kau ada dalam mobilku? Apa kau penculik? Tolong lepaskan aku, tidak ada yang bisa kau dapatkan dari melakukan hal ini padaku."

Sakura memutar bola matanya bosan, melihat reaksi Naruto. Apa dia selalu heboh seperti ini? Jelas sekali Sakura adalah gadis cantik, dan dia tidak mungkin menculik pria ini. Meski yang dia lakukan tadi juga tidak bisa dibilang legal.

"Kita baru bertemu dua minggu lalu dan kau sudah melupakanku?" Entah kenapa naruto mudah sekali membuatnya kesal.

"Ahh maaf kukira kau penculik." Tersenyum, Naruto kembali masuk ke mobil. Dia menatap Sakura dari kepala hingga kaki. Setelah berpikir beberapa menit, dia akhirnya ingat siapa wanita ini.

"Err jadi bagaimana perasaanmu, aku masih tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini. Aku bahkan sudah membelikan cincin untuk melamarnya, semua ini tidak bisa diterima." Naruto menggigit bibir bawahnya, berusaha menekan perasaan sakit di hati. Dia sudah cukup menangis dua minggu ini.

"Aku tidak tahu apa yang kurasakan sekarang. Menurutku mereka telah merencanakan kencan itu dan memutuskan kita setelah kencan itu berakhir." Sakura berbalik menatap Naruto. Dia minum lumayan banyak tadi tapi masih bisa mempertahankan kesadarannya.

"Huh licik sekali. Lalu kenapa kau membawaku ke sini?" Naruto baru sadar di mana mereka berada sekarang.

"Aku hanya muak berada di sana dan kebetulan bertemu denganmu. Aku tidak tahu rumahmu jadi aku membawamu ke sini. Di sini tenang, aku bisa berpikir jernih." Sakura berbalik. Seluruh tubuhnya mulai memanas, mungkin karena obat tadi mulai bereaksi.

Wanita itu sengaja membuka kancing kemejanya hingga belahan dadanya terlihat jelas.

"A-apa yang kau lakukan?" Naruto menatap tidak percaya pada Sakura, berani sekali wanita ini.

"Panas." Bukannya merapikan bajunya, Sakura justru sengaja mengebaskan pakaiannya. Naruto memalingkan wajahnya, dia masih belum sadar penuh dan dia tidak ingin melakukan hal buruk saat dipengaruhi minuman.

Tangan Sakura membelai pipinya lembut dan menarik wajah Naruto agar melihatnya. Bahkan semakin berani, Sakura mendekatkan wajah mereka dan menatap Naruto dalam. "Kenapa? Bukankah kau tidak menyukaiku? Tidak apa-apa kan jika seperti ini?"

"Meski aku masih menyukainya, aku tetap laki-laki." Naruto menelan salivanya dengan susah payah. Dalam hati dia memaki diri sendiri yang mulai tergoda. Pria mana yang tidak senang jika diberikan pemandangan seperti ini?

"Kalau begitu lakukan saja." Sakura menarik sudut bibirnya seolah berusaha menantang Naruto.

"Tidak." Naruto menggeleng.

"Baiklah."

Sakura langsung menyatukan bibir mereka dan di luar dugaan Naruto menyambutnya. Kecupan kecil berlanjut menjadi ciuman panas. Suara ombak kini bercampur dengan decapan di dalam mobil. Situasi semakin memanas ketika Naruto mendorong tubuh Sakura hingga bersandar di pintu mobil.

"Mmhhh aahhh."

Sakura mendorong Naruto menjauh untuk melepas ciuman mereka. Keduanya saling bertatapan, dan Naruto seolah baru mendapat kesadarannya kembali.

"Maaf aku tidak bermaksud untuk." Gelagapan, Naruto memukul kepalanya pelan. Bodoh sekali melakukan hal memalukan tadi. Bahkan dia melupakan kepalanya yang sakit karena terbentur atap mobil saat didorong sakura barusan.

"Sakit ya?" Sakura mendekat lalu duduk di atas paha Naruto, membuat pria itu terkejut.

Terbuai dengan suasana, Naruto menganguk. Sakura tersenyum lalu membelai rambut pirang Naruto yang tebal. Wanita itu menunduk dan pergulatan mereka kembali berlanjut.

Yah malam ini bukan malam yang buruk untuk keduanya.

TBC