BEAUTIFUL BAEKHYUN

Chapter 2

.

.

.

SM Entertaiment bukanlah agensi yang kecil, Baekhee tahu itu. SM Entertainment adalah satu dari tiga raksasa perusahaan industri Korea, kalau bukan yang berada di posisi pertama. Tapi, Baekhyun tidak tahu kalau SM Entertaiment bisa sebesar ini.

Setelah dengan gugupnya menunggu hampir setengah jam, hanya bermain dengan jari-jemarinya yang dingin, akhirnya seseorang menyuruhnya memasuki ruang audisi. Ya, meskipun agen dari SM menemukannya, ia masih harus membuktikan bahwa dirinya layak.

Baekhee─ah tidak, ia harus membiasakan diri dengan identitas barunya, Baekhyun─mengedarkan tatapannya ke depan. Ada tiga orang juri duduk di belakang sebuah meja panjang besar, semuanya menatapnya dengan ekspektasi, dan Baekhyun mau tidak mau, merasa terintimidasi. Di belakang mereka, beberapa pemuda ada yang berdiri dan ada yang duduk di lantai. Dari cermin yang mengelilingi ruangan, Baekhyun menebak tempat ini adalah salah satu ruang latihan, dan para pemuda di belakang itu adalah para trainee.

Puluhan pasang mata menatapnya sedemikian membuatnya semakin tidak karuan. Sampai akhirnya sepasang mata bulat mengunci tatapannya. Delapan detik. Kemudian, anak itu, seorang cowok dengan tinggi di atas rata-rata mengangguk padanya seraya tersenyum. Seolah mengatakan ... 'kau pasti bisa!'. Baekhyun masih bertanya-tanya apakah tadi itu lesung pipi yang muncul di pipinya saat sang juri menyuruhnya untuk mulai.

Baekhyun suka menarikan lagu-lagu SNSD dan f(x) tapi ia tahu, sebagai ehm, laki-laki, ia tidak mungkin melakukan itu sekarang. Jadi ia memutuskan untuk memulainya dengan sebuah nyanyian.

Hari ini, lagi, aku tidur di sisi tempat tidurku.
Menyisakan tempat untukmu di sisiku.
Semua yang ada di apartemen ini berpasangan.
Dari cangkir-cangkir hingga sikat gigi.

Clean Up dari The Rays, lagu yang ia persiapkan dadakan. Lagu yang, ketika ia nyanyikan, ia pejamkan mata, berusaha menghayati.

Hening. Mendadak Baekhyun merasakan ketakutan untuk membuka mata. Kata Junhoe, suaranya tidak selembut perempuan kebanyakan meskipun tidak seberat suara laki-laki. Suaranya cenderung serak, nasal dan tinggi. Tapi, mungkinkah mereka tiba-tiba mengenalinya? Mengetahui kebohongannya?

Lalu tepuk-tangan riuh menggema di ruangan. Baekhyun memberanikan diri membuka mata. Nyaris semua orang tersenyum dan bertepuk tangan untuknya.

"Tadi itu luar biasa sekali," ucap salah seorang juri.

"Setuju. Aku sampai merinding."

"Kau punya warna suara yang unik, snagat lembut dan high-pitched untuk seorang laki-laki. Luar biasa!"

Baekhyun tidak tahu apa ia harus merasa terpuji atau ketakutan atas komentar satu itu. Tapi ia hanya membungkuk dalam. Kemudian, dengan menggigit bibir, bertanya ragu-ragu. "Jadi ... apa aku ... lolos?"

"Tentu saja. Selamat bergabung di SM Entertainment, Byun Baekhyun!"

Tepuk tangan riuh lagi dari belakang, dan saat Baekhyun menatap ke arah sana, ia menemukannya lagi. Sepasang mata bulat yang menatapnya dengan senyum di wajah.

Ya, itu dimple kecil yang ada di pipinya. Meski agak kaku, Baekhyun tersenyum balik, mengucapkan terimakasihnya tanpa kata.

.


.

Baekhyun keluar ruangan dengan lemah. Ia memukul kepalanya sendiri dan mengutuk. Kemana keberanian yang susah payah ia berusaha kumpulkan menguap?

Rencananya ia mau mengungkapkan saja jati dirinya yang sebenarnya, siapa tahu ia masih bisa diterima dan debut nantinya bersama grup wanita baru penerus f(x). Tapi di bawah tatapan pelatih dan trainee lainnya, nyalinya menciut. Masih bagus jika ia hanya ditendang keluar dari gedung ini, bagaimana kalau ia dilaporkan ke polisi karena kasus penipuan?! Ia tidak mau membusuk di penjara!

Ia menggelengkan kepalanya keras, berusaha mengenyahkan imajinasinya tentang penjara yang kotor, kejam, dan penuh kekerasan. Ia harus fokus! Bagaimanapun, hari ini adalah hari pertamanya resmi sebagai seorang trainee setelah audisi dua hari lalu. Tadi ia telah selesai dengan kelas latihan dasar, dimana sang pembimbing menjelaskan secara terperinci padanya dan beberapa trainee lain tugas dan hak para trainee, jadwal latihan, memberikan gambaran tentang apa-apa yang akan mereka temukan, dan sisanya motivasi.

"Seorang trainee itu harus bekerja keras dan kuat mentalnya," ujar lelaki ang mengenalkan diri sebagai Seo Yonghoon. "Ini belum seberapa. Saat kalian debut nanti, cobaan yang kalian hadapi akan semakin berat."

Sekilas, Baekhyun menatap trainee lainnya. Dan tidak ada yang mau menyapanya. Sehingga teman yang berhasil ia kumpulkan sekarang sebanyak ... nol. Payah.

Junhoe selalu bilang Baekhee itu aneh. Awalnya, ia sempat mengira gadis itu pendiam dan pemalu. Tapi setelah mengenalnya, ia bisa menjadi pelawak ulung. Dan Baekhyun setuju dengan pendapatnya.

Memeriksa arloji di tangannya, ia menemukan sekarang telah lima menit lewat pukul lima sore. Sekarang saatnya kelas latihan pertamanya, latihan vokal.

Di depan satu ruang latihan, ia membuka pintu perlahan, menemukan seorang pria tengah menari dengan lincahnya. Jujur saja, Baekhee tidak dapat mengalihkan tatapannya karena, wow, berapa banyak energi yang ia keluarkan untuk menari seenergic itu? Belum lagi keringat yang mengucur dimana-mana, membasahi kaus berwarna abu-abu miliknya.

"Kau siapa?"

Baekhyun terlonjak kaget, ia tidak sadar kapan pria itu telah berhenti, dan kapan pria itu menyadari kehadirannya. Ada sedikit aksen berbeda saat ia bicara. China, mungkin?

"Hm .. Aku ... Baekhyun."

"Kau mau latihan juga?"

Iya, tapi bukan menari dan aku tidak menemukan pelatih. Sepertinya salah ruangan. "T-tidak."

"Kalau begitu tolong keluar."

Merasa terusir, Baekhyun segera menutup pintu pelan-pelan dan berbalik, berlanjut mencari ruang latihan vokal. Gedung ini benar-benar besar. Dimana kira-kira?

Tapi, belum panjang langkah-langkahnya, sesuatu, lebih tepatnya seseorang menghentikan.

"Hey."

Ia menoleh, menemukan, dengan kedua mata sipitnya, seseorang berdiri di ujung koridor yang lain. Kurus, tinggi, dengan wajah seperti bayi. Senyumnya ... senyumnya ramah, meski agak terlalu lebar, agak menakutkan. Selama beberapa detik, mata mereka bersirobok.

Ia mengingatnya. Trainee yang memberinya lesung pipi kecil itu ketika tersenyum. Pria tinggi itu berlari menghampirinya.

"Kau, Byun Baekhyun, kan?"

Baekhyun hanya mampu mengangguk, sedikit terpesona dengan fakta bahwa; pertama, orang ini mengajaknya bicara, kedua, orang ini tahu namanya.

Pria itu tersenyum sekali lagi, lalu mengulurkan tangan.

"Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu. Namaku Park Chanyeol."

Ada tiga jenis manusia yang kita temui. Pertama, orang yang hanya kita lihat sepintas lalu, hanya bersinggungan sesaat, tidak kenal, tidak berarti apa-apa. Yang kedua, orang yang menetap cukup lama dalam hidup kita, meninggalkan nama dan kenangan mereka. Dan yang ketiga, orang yang ... akan tinggal selamanya di hati kita, mempunyai arti besar, nyaris segalanya.

Dan detik ketika Baekhyun menjabat tangan hangat Park Chanyeol untuk kali pertama, ia tidak pernah membayangkan pria itu akan termasuk dalam golongan ketiga.

.


.

Chanyeol membimbingnya ke elevator dan berlanjut menuju ruang latihan vokal. Kebetulan, pria itu juga memiliki jadwal yang sama dengannya.

"Kau mengenalku?" Baekhyun mengerjap begitu mereka terjebak di dalam elevator. Pertanyaan yang sebenarnya berlari-lari di benaknya sejak tadi.

Chanyeol mengusap belakang lehernya dengan segan. "Ah itu. Aku ... terpesona dengan suaramu saat audisi. Jadi aku ingin sekali bertemu denganmu. Aku ingin jadi penggemarmu."

Satu perpaduan antara dengkus dan tawa lolos dari bibir tipis Baekhyun. Ia menatap Chanyeol lekat-lekat, mencoba menemukan nada mengejek atau bahkan bully di sana. Tapi tidak ada. Hanya senyum lebar yang tampak begitu tulus.

Dan Baekhyun segera menyadari pipinya memanas detik itu juga.

"A-aku ... b-bagaimana mungkin kau jadi penggemarku. Kau trainee di sini juga, kan?"

"Pokoknya aku adalah penggemar pertamamu, tolong jangan dilupakan," balas Chanyeol sambil tersenyum lebih lebar. Selama sedetik, Baekhyun nyaris melempar dirinya ke belakang. Senyum itu sangat lebar, memamerkan gigi-giginya yang rata dan besar. Agak ... menakutkan.

"Dan ya, aku juga trainee di sini."

"Sudah berapa lama?"

"Lumayan lama," Chanyeol menghitung dengan jari. "Empat atau lima tahun, kukira."

Selama itu. Dan mendadak Baekhyun tidak yakin bagaimana ia bisa bertahan. Dari bisik-bisik yang ia dengar, akan ada grup baru yang debut tiga bulan dari sekarang. Terlalu terlambat baginya untuk ikut. Setelah itu mereka biasanya akan mendebutkan grup wanita satu atau dua tahun setelahnya. Dan Baekhyun mulai mencari cara bagaimana ia bisa menjelaskan keadaannya dan debut dalam grup wanita tersebut.

"Lama sekali. Kau pasti akan segera debut dan jadi idola, kalau begitu."

"Kuharap." Senyum itu melemah. "Maksudku, aku tidak memiliki suara yang bagus sepertimu. Kemampuan menariku juga payah. Satu-satunya hal yang membuat mereka mempertimbangkanku hanyalah karena aku pandai bermain berbagai alat musik."

"Kau pandai main alat musik?"

"Aku akan menunjukkannya padamu nanti," kerlingnya.

Menjadi trainee memang tidak mudah, seperti yang dikatakan pelatihnya nanti. Kita harus memiliki minimal satu bakat yang bisa ditonjolkan, lalu belajar mati-matian untuk menguasai bakat yang lain. Modal Baekhee di sini hanya suaranya, yang juga belum terasah dengan begitu baik. Ia tidak bisa memainkan alat musik apapun, tidak bisa mencipta lagu, tidak bisa menari dengan baik. Belum lagi, tarian untuk grup laki-laki biasanya sangat berat. Ia harus latihan dengan begitu keras, kalau begitu.

Ia pasti melamun karena ketika ia tersentak, itu karena Chanyeol menarik tangannya. Elevator telah terbuka. Baekhyun terpaku sejenak, bagaimana cara Chanyeol menyentuhnya. Dan pria itu seperti sama terkejutnya.

Di depan elevator yang telah kembali menutup, ia menaikkan tangan Baekhyun untuk memeriksanya.

"Jarimu ... kenapa cantik sekali?"

Baekhyun merasakan dua hal secara bersamaan detik itu juga. Pertama, jantungnya yang serasa mau meletup. Kedua, pipinya yang serasa terbakar. Ia pasti memerah hebat sekarang.

Dan seolah semua itu belum cukup, Chanyeol menurunkan tangannya tanpa melepaskan, lalu tersenyum lagi. "Tapi tidak heran, sih. Wajahmu juga cantik."

.


.

Usai latihan vokal seperti biasanya, sang pelatih mengumpulkan mereka semua di ruang latihan menari utama. Di sana, telah banyak trainee lainnya. Para trainee memang tidak semuanya berlatih bersama, selain karena tidak akan efisien karena jumlahnya yang banyak, masing-masing orang juga memiliki jadwal berbeda dalam kehidupannya selain sebagai trainee.

Mungkin ada sekitar lebih dari tiga puluh trainee yang memenuhi tiap sudut ruangan saat itu, lelaki dan perempuan berbaur. Setelah tiga bulan menjadi trainee di sini, Baekhyun sudah mengenal hampir semuanya. Hanya sekedar tahu nama atau tahu wajahnya. Jika soal pertemanan, ia hanya bisa menyebutkan satu nama sejauh ini. Pria yang sedang sibuk mengobrol bersama pria lain yang lebih tinggi. Entah perasaaan Baekhyun saja atau pria yang selalu bersama Chanyeol itu terlihat sedikit seperti orang asing?

Ya, Park Chanyeol adalah satu-satunya temannya sekarang. Baekhyun cukup pandai berteman namun sangat tidak pandai membuat orang lain menjadi temannya. Jadi tidak mengherankan. Di awal-awal pertemanan mereka saja, Chanyeollah yang selalu berinisiatif, selalu menyapa lebih dulu, selalu mengajak makan siang bersama, bahkan selalu berjalan pulang bersama Baekhyun karena arah rumah mereka yang sama, katanya.

"Kalian tahu kenapa saya mengumpulkan kalian semua hari ini?" Sang pelatih paling senior, Kang Jaehyun memulai. Di sampingnya para pelatih lain berdiri. Dan di antara mereka adalah seorang petinggi di agensi mereka. Wakil CEO sendiri! Detik itu juga Baekhyun tahu ada sesuatu yang penting yang akan terjadi.

"Beberapa dari kalian ... akan segera debut."

Ucapan itu sontak disambut teriakan dan tepuk tangan suka cita dari para trainee, berharap bahwa itu mereka, yang akan segera diperkenalkan kepada dunia sebagai idola baru Kpop.

Dan tiba-tiba saja, Baekhyun merasakan jantungnya berdegup kencang di dalam rusuknya.

Ugh, bodoh sekali, Baekhee. Kau itu baru di sini, mana mungkin mereka akan memilihmu.

"Setelah melalui rapat yang panjang. Kami telah sepakat memilih di antara kalian untuk debut sebagai EXO. Choi Sajang-nim di sini akan mengumumkan langsung nama-nama yang kami pilih."

Jadi, rumor yang beredar tentang grup yang akan debut bukan lagi rumor namun kenyataan. EXO. Nama yang ... keren. Baekhyun ingin sekali berada di dalamnya.

"Kim Jongin," pria yang dipanggil Choi Sajang-nim memulai. Dan satu detik setelahnya, ruangan itu ramai oleh tepuk tangan.

Kim Jongin, tentu saja. Dia adalah salah satu trainee paling populer. Di kelas latihan menari, dia selalu menduduki ranking pertama, disebut-sebut tariannya adalah satu keajaiban. Baekhyun pernah melihatnya menari, dan tidak bohong, mereka tidak melebih-lebihkan sama sekali. Ketika Jongin menari, ia seperti bukan lagi dirinya, pria berkulit tan yang pemalu jika diajak bicara, ia menyatu dengan tariannya dan seperti ... hilang. Magis.

Baekhyun melihat orang-orang ramai mengerubungi Jongin, termasuk seorang gadis bermata sipit yang terus menerus menepuk pundaknya bangga. Seulgi, kalau tidak salah, namanya.

"Berikutnya," Choi Sajang-nim berdeham, dan semua orang mengembalikan fokus mereka pada pengumuman ini.

"Kim Jongdae."

Di dalam tenggorokannya, Baekhyun tahu ia menggeram pelan. Tentu saja, Kim Jongdae. Anak itu dapat menjangkau nada-nada tinggi yang Baekhyun kesulitan raih dengan mudahnya. Ia juga selalu mendapat peringkat tertinggi selama latihan vokal, jadi tidak mengherankan.

"Zhang Yixing."

Seorang anak yang berdiri di pojokan tampak kebingungan begitu namanya dipanggil. Baekhyun ingat, itu adalah pria yang sama yang mengusirnya dari ruang menari saat ia pertama kali ke sini. Dia memang tampak agak ... aneh.

"Kris Wu."

Sekali lagi, banyak orang bertepuk tangan heboh. Baekhyun seketika mengerti. Sama seperti Jongin, Kris adalah idola para trainee di sini. Baekhyun melihatnya sekarang, berdiri di samping Chanyeol. Badannya yang sangat tinggi tidak membuatnya tenggelam di antara manusia yang mengelilinginya mengucapkan selamat. Dia tampak biasa saja. Tampak dingin, malah.

Baekhyun heran. Dia tidak bersyukur atau bagaimana, sih?

Kemudian nama-nama itu semakin bergulir satu-persatu. Dari orang-orang yang ia kenal, seperti Kim Junmyeon yang ramah, Do Kyungsoo yang suaranya memang luar biasa, Kim Minseok yang tampak sangat imut, dan juga orang-orang yang ia baru tahu namanya atau bahkan baru pernah lihat. Seperti Huang Zitao dan Lu Han.

Dari tempatnya berdiri, Baekhyun terus-menerus melihat ke arah Chanyeol. Ia tidak berdiri di sisinya sekarang karena latihan mereka sebelumnya yang terpisah. Dan dengan Chanyeol yang dikelilingi teman-temannya, Baekhyun tidak punya keberanian untuk mendekat meskipun ia ingin. Dari malam-malam yang mereka habiskan berjalan bersama, menunggu bis bersama, ia tahu bagaimana Chanyeol begitu ingin debut dan betapa ia putus asa dengan hal itu.

Seharusnya Baekhyun berdiri di sana, menggenggam tangannya dan menyemangatinya. Delapan nama telah disebut, kesempatan untuk terpilih semakin menipis saja. Baekhyun menoleh sekelilingnya. Tahu, bahwa semua orang di ruangan itu memiliki bakat besar.

Seperti Jonny, contohnya, yang disebut-sebut dalam gosip harian para trainee bakal terpilih sebagai member EXO. Atau Taeyong, yang diidolakan para perempuan karena ketampanannya yang mirip senior Kim Jaejoong. Hmm, sebenarnya, Baekhyun juga suka, memandangi wajahnya itu. Tapi ia harus berhati-hati karena ia sekarang adalah laki-laki.

Lalu, kepalanya dengan cepat berputar begitu sang pelatih menyebutkan nama berikutnya. "Park Chanyeol."

Baekhyun dapat mendengar teriakan bersemangatnya. Lalu teriakan teman-temannya. Lalu ia dapat merasakan tubuhnya sendiri meringan dan baru menyadari ia baru saja melompat-lompat. Untung, tidak ada yang menyadari. Semua ucapan selamat terpusat pada pria jangkung yang sepertinya menjadi teman semua orang itu, Park Chanyeol.

Ia larut dalam kebahagiaan pria itu dari kejauhan. Terus memandanginya. Tidak begitu menyadari ketika Choi Sajangnim menyebutkan nama berikutnya, terdengar seperti Oh Sihoon atau apa. Dan ia juga nyaris melewatkannya ketika nama yang dipanggil adalah ...

"Terakhir, Byun Baekhyun."

Mendadak, semuanya terasa seperti berada dalam gerak lambat, tanpa suara. Orang-orang di sekitarnya menepuk pundaknya, memberi selamat. Matanya bertemu dengan Chanyeol, pria itu bergerak ke arahnya dengan senyum lebar yang familiar. Detik ketika Baekhyun mengerjap, ia telah berada di pelukan Chanyeol.

Chanyeol memeluknya. Erat. Bermaksud menaikkannya ke udara ketika Baekhyun menyadari ada beberapa hal yang salah. Pertama, Baekhyun, atau sebenarnya Baekhee tidak pernah dipeluk laki-laki selain ayahnya sebelumnya. Kedua, pelukan itu sangat erat sampai Baekhyun dapat merasakan payudaranya yang dibabat hingga nyaris ratapun tergencet di dada Chanyeol.

Gadis itu terkesiap karena kaget dan mendorong Chanyeol menjauh.

"Ada apa?" Chanyeol bertanya keheranan. Alisnya membentuk lengkungan.

Baekhyun buru-buru menggeleng sambil dengan lengan berusaha meraba dadanya, memastikan babatannya tidak lepas. "Tidak. Hanya ... kaget."

"Dua belas orang yang dipanggil, harap bertahan. Yang lainnya boleh keluar." Pelatih Kang berkata lain.

Satu-persatu, para trainee lain pun meninggalkan ruangan, sebagian dengan wajah kecewa karena tidak berhasil debut, sebagian membagi senyum teman-teman mereka yang telah terpilih.

Sekarang, dengan hanya dua belas orang tersisa, ruangan itu terasa lebih luas. Baekhyun akhirnya dapat menghirup udara dengan leluasa. Mereka berkumpul di tengah, dan Baekhyun mulai meneliti setiap orang yang akan menjadi kelompoknya nanti. Chanyeol adalah temannya. Junmyeon ramah dan perhatian pada semua orang. Jongin dan Yixing lebih banyak menghabiskan waktu di ruang latihan menari jadi dia belum pernah mengobrol dengan mereka. Kyungsoo terlihat pendiam, sama seperti Jongdae, tapi mereka benar-benar baik dan ramah. Dan ya, Minseok juga. Sisanya, ia belum kenal.

"Seperti yang telah disampaikan oleh Pelatih Kang," Choi Sajang-nim memulai. "Kalian akan debut bersama sebagai EXO. Perlu saya katakan, bahwa kalian semua adalah istimewa, terbaik dari yang terbaik. Rancangan tentang EXO ini telah lama kami buat. EXO yang artinya luar biasa. Kalian berasal dari EXO Planet, dimana kalian memiliki kekuatan masing-masing. Dan kalian akan dibagi menjadi dua sub-group. EXO-K untuk EXO-Korea dan EXO-M untuk EXO-Mandarin."

Semua orang kini duduk di atas lantai, membentuk lingkaran. Dan hampir semua mengangguk-angguk paham.

"Sampai di sini, ada yang ingin kalian tanyakan?"

Di samping Baekhyun, tangan Chanyeol melayang ke udara.

"Pelatih, apa kita akan membentuk Co-Ed grup?" Chanyeol bertanya, wajahnya murni penasaran.

"Co-Ed grup?" sang pelatih, dan semua orang menatapnya bingung. Co-Ed grup adalah grup yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok. Jadi apa maksudnya dengan Co-Ed grup?

Seketika jantung Baekhyun berdegup kencang. Mungkinkah ... Chanyeol telah mengetahui rahasianya?

Dengan cepat ia menunduk memeriksa dadanya. Penyamarannya masih tertutup seperti tadi pagi. Tapi ... bagaimana Chanyeol tahu?

"Apa maksudmu Co-Ed grup?"

"Itu ...," Chanyeol mengerjap sebentar, memilih kata sementara ia membolak-balikkan tatapannya pada Baekhyun, dan seorang pria pendek yang duduk di seberangnya. Luhan, kalau tidak salah. "Kenapa ... mereka cantik-cantik?"

"Yah! Apa maksudmu cantik?!"

Tidak ada yang sempat mencegahnya, karena Luhan telah merangkak maju dan mencengkeram kerah pakaian Chanyeol. Wajahnya sangat tidak terima.

"Siapa yang kau bilang cantik?!" teriaknya.

Baekhyun meringis. Harus ia akui, pria ini memang sangat cantik, tubuhnya sependek Baekhyun, wajahnya mulus bersih dengan mata besar yang indah dan hidung kecil. Suaranya juga halus, tidak terlalu laki-laki. Wajar saja jika orang menyangka ia perempuan. Tapi demi keselamatannya, Baekhyun tidak mengatakan itu.

"Benar!" ujarnya, justru menyokong Luhan. Ia berusaha sekerasnya agar suaranya terdengar manly. "Apa maksudmu menunjuk-nunjuk kami dan mengatakan cantik? Aku ini laki-laki yang tampan, tahu!"

"Nah! Dengarkan itu!" Luhan melepaskan Chanyeol. Sayup-sayup, Baekhyun dapat mendengar anggota yang lain cekikikan di belakang. Ia tidak bisa memastikan, karena Luhan memandanginya saat ini.

Pria itu tersenyum seraya mengulurkan tangan. "Aku Luhan."

"Baekhyun."

Dan ketika Baekhyun menjabat tangan Luhan, ia bertanya-tanya dalam hatinya. Mungkinkah ... ia bukan satu-satunya yang menyamar di sini? Mungkinkah ... Luhan satu kaum dengannya?

.


.

Malam itu, sambil menunggu bis yang akan membawa mereka ke tujuan masing-masing, Chanyeol ke rumahnya dan Baekhyun ke rumah Junhoe, mereka duduk dengan senyum yang tidak bisa lepas dari bibir.

Di tangan masing-masing adalah satu es krim batang, milik Baekhyun rasa stroberi dan Chanyeol rasa pisang. Chanyeol yang membelikannya.

"Aku tidak sabar memberitahu keluargaku bahwa aku akan segera debut," ujar Chanyeol, untuk yang ke sekian ratus kalinya. "Yoora akan berhenti meledekku. Lihat saja."

Baekhyun menggigit es krimnya pelan dan mengangguk-angguk. "Aku juga tidak sabar memberitahu Junhoe."

"Junhoe?" Chanyeol tampak mengerutkan alis lagi. Dan Baekhyun diam-diam ingin memukul kepalanya, seharusnya ia tidak bercerita itu pada Chanyeol. Kalau penyamarannya terbongkar, bagaimana? "Siapa?"

"Temanku," ujarnya, lalu menggigit es krimnya lagi dalam usaha menghindari obrolan lebih jauh.

Chanyeol sepertinya juga tidak berniat menekan karena topiknya kembali berubah. "Baekhyun apa kau kedinginan?"

"Huh?"

Chanyeol membuka telapak tangannya, lalu ia tampak berkonsentrasi tinggi menatap telapak tangannya itu, membuat Baekhyun keheranan. "Apa yang kau lakukan?"

"Menciptakan api. Kekuatanku kan api."

Hmm ... memukul kepala orang dengan sepatu sampai pingsan bisa masuk penjara tidak? Karena Baekhyun ingin sekali melakukannya sekarang. Setelah Choi Sajang-nim memberitahunya bahwa kekuatannya adalah api, Chanyeol sepertinya mendadak gila.

"Apaan, sih," ujarnya, menjauhkan tangan itu dan terkekeh kecil.

Chanyeol tersenyum. "Baekhyun, lihat deh."

Baekhyun mendongak, mengikuti arah pandang Chanyeol pada langit di atas mereka. Langit malam ini cerah. Bulan tidak terlihat namun bintang-bintang bertaburan memenuhi langit.

Chanyeol menunjuk salah satunya, yang paling terang. "Itu Baekhyunee."

"Huh?" Baekhyun beralih menatap sisi wajahnya, lagi-lagi kebingungan.

Sampai Chanyeol menoleh padanya dan menawarkan senyum itu lagi. "Baekhyunee adalah cahaya. Dan bintang-bintang itu adalah Baekhyunee. Kelak, setiap malam dan menatap keluar jendela sebelum tidur, aku akan selalu mengingat Baekhyunee."

Baekhyun segera membuang wajah. Ia nyaris yakin, pipinya bercahaya merah sekarang.

.


To be continued...


A/N: Gimana? Ada pendapat? Kritik dan saran dipersilahkan. Anyway tolong baca ini dong.

Saya lagi buka PO sampai 5 Oktober, novel ChanBaek yang berjudul Paper Hearts. Cocok untuk kamu yang suka cerita sad dan angst. FF ini awalnya dipost di Asianfanfic dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa lho. Jangan sampai ketinggalan, ayo cek IG specialnay27.

PS: Ada giveawaynya juga.