The Fallen Knight

Masing-masing tokoh milik pencipta mereka

M

Adventure

Naruto X Rias

Warning: Typo, AU, OOC, OC, ETC


Summary: Naruto adalah seorang kesatria. Perang telah melukai dia lebih dalam dari yang dikira. Meneror setiap malam dengan mimpi buruk dan satu-satunya cara yang dia tahu untuk menghilangkan mimpi buruk itu adalah dengan mabuk. Kini apa yang terjadi ketika seorang teman lama mengetuk pintu rumah?, membawa surat yang dituliskan oleh rajanya, apa dia bisa menjawabnya?, mengalahkan mimpi terburuk yang kini akan terulang lagi atau akankah dia tenggelam bersama mimpi buruk?.


" Tuan Naruto…" Pelayan setia Naruto semenjak dia kecil diam menunggu Naruto yang masih bersandar di kursi keluarga. Pandangan Naruto jauh kearah luar, melihat tanah keluarga yang kini menjadi milik dia untuk dirawat sebagaimana titah raja.

" Ada apa?" Mata biru safir kini memandang pelayan tua itu dengan seksama. Berusaha membaca gelagat pelayan keluarganya.

Pelayan Naruto masih dengan wajah datar yang hingga kini tidak pernah dapat Naruto baca sama sekali. " Kenalan tuan berada di ruang temu."

Alis Naruto terangkat mendengarnya. Siapa yang datang menemui dia?, apa tujuannya?, kenapa sekarang?. Pertanyaan demi pertanyaan mengalir di benak dengan cepat.

" Hanya itu?" Pelayan Naruto mengangguk.

" Kau boleh pergi."

Tidak seperti pelayannya yang tadi segera pergi, Naruto malah kembali memperhatikan arah luar. Pikiran dia terbang dibawa pertanyaan-pertanyaan tadi. Lama dia kembali melamun hingga ketukan di pintu menyadarkan dia.

" Tuanku, tamu Anda menunggu."

" Baiklah, aku akan kesana."

" Sekarang tuanku" Ucapan pelayan itu diakhiri senyum penuh arti, sebelum akhirnya kembali pergi entah kemana meninggalkan Naruto sekali lagi.

Naruto sendiri meneguk segelas alkohol yang ada di meja samping kursi seraya pergi untuk menemui tamunya. Di lorong kastil, beberapa kali Naruto membalas sapa pekerjanya dengan senyum simpul ketika mereka berpapasan.

Sesampai Naruto pada ruangan dimana tamunya tengah berdiam, Naruto mematung. Tamu berambut merah darah yang tengah duduk penuh kesabaran tengah menutup mata membuat dia tidak menyadari Naruto.

Naruto menarik napas dalam, mengutuk diri karena tidak membawa botol alkohol yang ada di meja. Karena sepertinya dia akan membutuhkan banyak setelah ini.

" Gremory" Ucapan singkat Naruto cukup untuk memberi kesadaran yang dipanggil. Gadis tersebut langsung berdiri sigap ketika menyadari keberadaan Naruto.

Mata biru safir kini bertaut dengan mata hijau emerald gadis tersebut. Dengan kesedihan yang terpancar pada masing-masing pemilik mata. Lama keduanya terdiam saling tatap hingga gadis tersebut berdehem.

" Terima kasih telah menyempatkan waktu, tuan." Naruto mengangguk. Kemudian mempersilahkan gadis tersebut duduk sebelum akhirnya dia sendiri duduk tidak jauh dari gadis berambut merah itu.

" Apa gerangan yang membawa bangsawan Gremory pada tanah tua ini?" Ucapan Naruto menjadi tanda untuk Rias mengeluarkan surat yang telah dititipkan oleh raja mereka.

Mata Naruto tajam melihat surat ditangan Rias. Dadanya tiba-tiba penuh dengan segala macam emosi, didominasi oleh rasa takut ketika meliaht segel keluarga kerajaan pada surat tersebut.

Bibir Naruto gemetaran ketika ingin bersuara. " W-Wi-WILLIE!"

Pelayan tuan Naruto tidak lama datang ketika merasa ia dipanggil. Pandangan dari tuan yang dia layani lalu beralih pada surat yang berada di tangan gadis berambut merah. Dia menghela napas, dia tahu cepat atau lambat hal ini akan datang. Dia juga tahu Naruto sendiri pasti sudah menyadari hal tersebut.

" Ambilkan botolku di meja."

" Tapi tuan…"

" SEKARANG!" Teriakan Naruto yang keras menggema di ruangan. Pelayan tua itu berlari mengikuti perintah Naruto, meninggalkan kedua orang tersebut di ruangan.

Rias menggeleng pelan. Sosok pemuda yang berada dihadapannya jauh dari sosok yang dulu. Kesatria Naruto yang bertempur bagai tidak ada hari esok kini tidaklah lebih dari kesatria yang hari-hari diisi dengan sudah pancaran masa lalu, yang membaut musuh gentar untuk berhadapan dan membuat moral meningkat drastis ketika dia datang.

" Maafkan aku bila tidak selayak tunanganmu" Ucapan Naruto dijawab pelototan Rias.

" Kau. Adalah. Tunanganku." Ucapan Rias berat. Dengan setiap kata yang diisi oleh nada kekesalan.

" Tidak lagi. Pertunangan kita dari keluarga, bukan karena cinta. Dan seperti yang kau tahu tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku." Rias diam. Dia kini tidak tahu harus berkata apa. Perut Rias mual mendengar Naruto, dada dia sesak.

Rias akan segera menangis, dan hal itu menyakiti Naruto. Dia tahu dengan pasti sifat dan tingkah laku Rias. Naruto biarkan, lebih baik seperti ini. mendapat kebencian Rias, dia tidak ingin gadis yang dia sukai harus merasakan penderitaan dia juga. Dia tidak ingin gadis yang dia cintai seumur hidupnya untuk terluka, Naruto tidak akan kuat.

"Minuman tuan" Pelayan tua itu akhirnya datang, membelah kesunyian yang tercipta di ruangan.

" Tolong bacakan surat itu." Pelayan tersebut langsung menuju kearah Rias. Mengambil surat yang berada dihadapan Rias.

" Teruntuk Namikaze Naruto, keturunan dari bangsawan Namikaze, juga kepala keluarga dari bangsawan Namikaze kini. Berat untuk memberitahukan bahwa aku membutuhkan tenagamu sekali lagi. Sebagai seorang kesatria, memimpin pasukanku di medan perang. Aku tahu dirimu sudah lama meninggalkan dunia peperangan, tapi aku, membutuhkanmu. Bukan sebagi seorang raja, tapi sebagai seorang teman lama yang dulu bahu membahu dalam perang. Aku harap kau dapat datang pada rapat kerajaan, tertanda teman lama." Tubuh Naruto mengeras mendengar isi surat barusan.

Dengan cepat dia meneguk botol alkohol. Pelayannya kini pergi, meninggalkan Naruto dan Rias sekali lagi.

" Maafkan aku Naruto" Ucapan Rias pelan sebelum kemudian pergi meninggalkan Naruto seorang diri di ruangan.

Rias sendiri tahu seberapa berat hal ini untuk Naruto. Dipanggil oleh raja langsung berarti tidak ada alasan untuk menolak, bila tidak ingin dicap sebagai pengkhianat. Mengikuti sekali lagi hal yang paling Naruto takuti. Bagaimanapun juga perang mengubah Naruto hingga ketitik paling rendah. Keluarganya habis dalam peperangan; ayah, adik, kakak, paman, semuanya habis, membuat Naruto sebagai kepala keluarga.

Setelah perang usai Naruto segera melepas jabatannya, pukulan yang dialami membuat dia jatuh dan tidak bangun kembali. Pertunangan antara dia dan Rias di batalkan secara sepihak, mengunci diri pada kastil keluarga, dan tenggelam pada minuman-minuman keras demi melupakan mimpi buruknya.

Kini sekali lagi dia dipanggil.


Seminggu kemudian

" Saya dan segenap pasukan yang saya bawa siap berjuang di samping Anda, rajaku." Naruto berlutut di depan raja.

Sang raja tersenyum melihat Naruto yang akhirnya datang. " Berdiri Naruto, Maafkan aku tidak sempat memberikan jamuan untuk pahlawan kerajaan ini."

" Ikuti aku Naruto" Raja tersebut segera berdiri dari kursinya yang lalu diikuti Naruto dari belakang.

" seperti yang kau lihat saat ini kerajaan kita sedang dalam kekacauan. Perang terhadap Valon sudah berlangsung terlalu lama. Kerajaan kita telah Lelah, sumber daya kita terkuras. Dan sekarang ketika kita mengira semua yang buruk telah lewat, kekaisaran Breton mengambil pihak." Raja tersebut menghela napas.

" Breton? Kekaisaran barat, tapi bukankah mereka jauh dari daratan kita?" Raja mengangguk menanggapi pertanyaan Naruto.

" Mereka dan armada terkutuk mereka." Mulut Naruto membentuk huruf 'O'.

Langkah Naruto berhenti bersamaan dengan langkah rajanya.

" Kau siap Naruto?" Naruto mengangguk.

Raja Naruto tidak memperhatikan Jawaban Naruto. Dia segera mendorong pintu besar tempat rapat perang tengah dilaksanakan. Seisi ruangan segera berdiri dan memberi hormat melihat raja mereka, beberapa mata lain mencuri pandang kepada Naruto yang berada dibelakang.

" Lanjutkan rapat kalian." Raja lalu duduk di kursi paling tengah miliknya sedangkan Naruto mencari tempat paling belakang untuk bersandar dan kemudian meneguk alkohol yang dia bawa di saku. Membuat orang-orang di ruangan menatap tingkah tidak hormat Naruto dengan tatapan tajam.

" Baiklah, seperti yang kita tahu…"

" Bukankah kau Namikaze Naruto?" seseorang yang jauh lebih muda dari Naruto berbisik. Pandangannya tetap kedepan. Naruto mengangguk menanggapi pertanyaan pemuda tersebut sembari kembali meneguk alkoholnya.

" Dan kau adalah?"

Pemuda berambut cokelat pucat itu tersenyum lebar. " Konohamaru Sarutobi, pemimpin dari pasukan 'Kaveleri merah'".

" Ah pasukan kaveleri. Kini aku tahu seberapa terpuruknya kerajaan untuk mengangkat bocah ingusan sebagai salah satu pemimpin divisi." Naruto menyeringai, lalu sekali lagi meneguk alkohol. Wajah Konohamaru yang ceria berubah murka. Wajahnya memerah seolah habis meminum alkohol dalam jumlah besar, tidak pernah dia dimalukan seperti saat ini.

Naruto melirik Konohamaru dari ekor mata. Lalu menyeringai, lebih lebar dari yang pertama. " Mungkin kau lebih cocok pulang dan menangis di kakekmu, minta di gendong mungkin, ah! Dia telah caca…"

" APA MAKSUDMU!" Konohamaru menggebrak meja dan berteriak kencang. Membuat perhatian ruangan kepada mereka. Bisik-bisik terdengar dari segala penjuru ruangan.

" Seperti maksudku tadi, kakekmu cacat" Konohamaru membalikan badan kearah raja.

" Ampunilah hamba rajaku."

BUAGH

Ucapan Konohamaru ditutup dengan dia yang memutar badan dan memukul pipi Naruto. Membuat Naruto terhempas jatuh ke lantai. Darah mengalir dari ujung bibir Naruto, seringai masih juga tetap berada di wajahnya.

" Bocah sialan!"

BUAGH

Naruto memukul perut Konohamaru kuat, sayang tidak membuat dia terjatuh. Konohamaru meringis menahan sakit sebelum menghantam Naruto di pipi kembali.

BUAGH

BUAGH

Naruto yang setengah mabuk kembali mencoba berdiri dengan darah yang mengalir dari pelipis dan bibir.

" Kau tahu?, kau hanya banyak bicara." Konohamaru berbicara.

BUAGH

Menendang perut Naruto kuat hingga-hingga pemuda berambut kuning itu jatuh tersungkur di lantai kastil. Naruto mengumpat pelan, bibirnya serasa sakit.

Orang-orang tidak ada yang coba untuk melerai. Rias sendiri yang berada diruangan ketika akan berlari kearah Naruto segera dihentikan oleh rajanya dengan tatapan tajam. Membuat Rias hanya dapat berdiri dan menutup mata.

" Almarhum tuan Minato pasti malu melihatmu" Ucapan Konohamaru diakhiri dengan ludah yang mendarat di rambut kuning Naruto.

Naruto diam. Dia menarik napas panjang, lalu meringis kesakitan. Dipegangnya erat-erat belati yang ada di sabuk celananya. Menunggu kesempatan untuk menikam Konohamaru.

" Maafkan aku Raja, karena Anda harus melihat sesuatu yang seperti ini" Konohamaru berbalik kearah raja dan menunduk. Naruto yang melihat kesempatan segera melompat kearahnya dengan sebilah belati di tangan.

BUAGH

Naruto terbang melayang bersama belati yang dia pegang ketika seseorang meninjunya kuat. Lebih kuat dari pukulan Konohamaru. Hingga-hingga membuat Naruto jatuh pingsan.

Konohamaru sendiri hanya membelakan mata dan menelan ludah ketika tersadar dia bisa saja mati barusan karena Naruto.

" Terimakasih Itachi." Pria berambut hitam yang baru meninju Naruto hanya mengangguk pelan sembari berjalan kearah Naruto yang telah pingsan.

" Aku tidak menolongmu, aku menolongnya." Pria berambut hitam berbicara pelan hingga-hingga hanya dia yang dapat mendengarkan ucapannya barusan. Menggendong Naruto yang pingsan di bahunya.

" Aku meminta izin untuk membawa Naruto ke kamarnya, rajaku." Itachi meminta izin yang segera di berikan oleh sang raja.

Rias yang melihat Naruto dibawah keluar dengan wajah penuh darah pun segera menyusul, meninggalkan ruangan yang masih sepi. Raja hanya menggeleng pelan, tidak habis pikir hari pertama Naruto berada di sini sudah membuat perkara.

" Baiklah kembali pada pembahasan tadi"


Tiga bulan kemudian

Sang raja berdiri di atas balkon kastil memperhatikan pasukannya yang keluar secara teratur dari gerbang utama kota.

Dia menghela napas ketika melihat bendera keluarga Naruto di barisan pasukan. Pasukan berkuda terkenal kerajaan yang telah lama tidak aktif. Kini sekali lagi dikepalai oleh keluarga Namikaze.

" Katakan padaku Itachi, apakah dia siap?" Raja tersebut menatap Itachi yang bersandar di belakang. Menutup matanya, entah apa yang tengah dia pikirkan.

Mata hitam Itachi yang hitam berubah menjadi merah lalu kemudian kembali normal lagi. " Hanya Tuhan yang tahu."

" Satu yang aku tahu, dia masih memiliki kemampuan bertarungnya." Itachi memegang tangannya yang diperban. Raja kastil itu menggeleng, masih sulit untuk percaya bahwa Naruto dapat melukai salah satu kesatria terbaik kerajaan.

" Kalau begitu mari berharap yang terbaik untuknya, dia akan membutuhkan itu"


HOLA! Mkasih udah baca ya!

Jangan sungkan untuk bertanya, apapun itu. entah mau di PM atau Review hehehe.

Bingung mau ngomong apa, latar? semacam era Medieval dan high Fantasy. Untuk Narutonya sendiri dia ga lemah kok cuman ya gitu, trauma sama perang yang bakal membuat dia kesulitan. Klo kehebatannya dalam bertarung mah ga usah di tanyain lagi.

Di dunia ini bakal ada sihir, tapi tidak semuanya bisa. Bakal ada ras juga, iblis, manusia, elf (mungkin), malaikat, dan semacamnya lah. untuk Pairing sendiri udah diputusin untuk Naruto dan Rias.

Ada beberapa hal yang membuat Author kesulitan. misal nama tokoh dan kerajaan, bila ada yang mau ngasih saran jangan sungkan ya karena bakal membantu banget. jangan sungkan untuk kasih sarah tokohnya.

Oh ya untuk chapter depan kemungkinan sih Naruto bakal bertempur, mungkin aja. dia bukan jendral atau apalah, jadi dia bakal banyak bertarung.

ah dan untuk list kerajaannya.

Naruto (belum ada nama, help? rajanya juga belum ada nama.)

2. Kerajaan Valon, tetangga kerajaan Naruto yang berada di pesisir barat. saat ini sedang perang dan dibantu oleh armada kekaisaran Breton.

3. Kekaisaran Breton. salah satu yang paling kuat, terutama armada kapalnya. belum di tahu apa motif membantu Valon dalam berperang.