kata mereka aku ini orang nya pendiam
kata mereka aku ini tidak berguna
kata mereka aku tidak tau apa apa diluaran sana
kata mereka hidup ku ini membosankan
kata mereka aku tidak mempunyai bakat
kata mereka aku tidak memiliki cita cita
kata mereka aku tidak akan sukses
kata mereka aku ini hanya sampah
kata mereka aku ini merepotkan
kata mereka aku ini tidak pantas hidup
kata mereka aku ini aneh
kata mereka aku ini pembawa sial
kata mereka harusnya aku hidup di neraka
kata mereka aku anak haram
kata mereka
kata mereka
kata mereka
who am i?
sebenarnya aku ini siapa? kenapa semuanya menjauh sambil menatap jijik dan takut kepada ku
aku juga ingin hidup seperti mereka ,anak normal yang lainnya
aku tidak cacat, fisik ku sempurna
tapi kenapa semuanya menjauh? apa yang salah dari ku?
aku menatap cermin didepan dengan tatapan penuh tanda tanya. Apa yang kurang dari diriku?
tubuh tinggi, kulit putih, mata seperti boneka, hidung mancung, bibir tipis, rahang tegas
kupikir tidak ada yang salah dengan ku, hanya mereka yang menganggap ku berlebihan
jadi yang salah itu mereka atau aku?
tok... tok...tok
"Devan cepat sarapan"
aku menatap pintu kamar dengan tatapan datar, senyum kecil terlukis diwajah ku
"iya bu"jawab ku, lalu memakai kacamata. Entah mengapa aku sangat suka memakai kacamata walau mataku baik baik saja
aku berjalan menuju meja makan, menatap lapar pada masakan ibu ku, tidak mewah tapi rasanya jangan ditanya lagi, sudah tentu lezat
"maaf hanya ada tempe dan sayur bayam"
aku tersenyum kearah ibu dan memeluknya mengucapkan terima kasih sekaligus menenangkan nya
aku mulai sarapan, tapi saat suapan pertama ayah datang dan melempar kan sendok ku hingga terjatuh
"kau tidak boleh duduk disini anak sial".
suasana yang hangat pun kini berubah menjadi dingin
sikap ayah yang selalu kasar terhadap ku, padahal aku sendiri tidak tau salah apa
yang bisa kulakukan adalah pergi ke kamar sambil membawa sarapan ku
aku pikir dia belum pulang, makanya tadi aku berani makan dimeja makan
aku berjalan di koridor sekolah, dan seperti biasa mereka tanpa henti dan tanpa rasa bosan menatap ku dengan tatapan jijik dan membicarakan ku dibelakang
tidak sedikit mereka melempar ku dengan sampah
kenapa mereka percaya dengan rumor itu, padahal mereka tidak tau yang terjadi sebenarnya. Kenapa mereka hanya bisa menghakimi dari satu sisi sudut pandang tanpa tau sudut pandang lainnya?
dan kenapa mereka sangat bodoh karena percaya berita yang tersebar dari mulut ke mulut, padahal mereka tidak melihat langsung kejadiannya
jadi, yang bodoh itu aku atau mereka?