Manusia memiliki banyak kenangan dalam kehidupan mereka. Ada kenangan yang membahagiakan dan ada yang menyakitkan juga, sedangkan sisanya adalah kenangan yang mudah dilupakan. Di dalam sembilan tahun pertama kehidupannya, dia tidak memiliki kenangan yang membahagiakan.

Orangtuanya mati di malam kelahirannya, semua orang membencinya, dan tidak ada anak-anak seusianya yang ingin bermain dengannya. Kemudian dimanfaatkan oleh seorang pria tua dam menjalani kehidupan yang kelam sebagai bawahannya.

Kehidupannya berubah saat bertemu dengan gadis itu. Senyuman yang cerah, mata yang indah, dan kehadiran yang menghangatkan. Gadis itu adalah cahayanya di dalam kegelapan.


Disclaimer: Naruto bukan milik saya.

Arc 1 – Pengenalan

Chapter 1

Kelulusan


Shinobi atau ninja. Sebutan untuk orang-orang pengguna chakra yang bekerja untuk suatu desa. Mereka melakukan berbagai macam misi dari pekerjaan rumahan, mengawal seseorang, membawa informasi, sampai membunuh.

Hari ini adalah hari di mana akan diadakan ujian kelulusan di akademi ninja. Dan Uzumaki Naruto akan mengikuti ujian tersebut.

Naruto adalah seorang anak berusia 12 tahun, berambut pirang, dan bermata biru. Yang mencolok darinya adalah tiga garis menyerupai kumis kucing yang ada di masing-masing pipinya. Dia sedang berada di dalam sebuah tempat yang mirip saluran pembuangan.

"Ini adalah hari yang telah kutunggu-tunggu!" seru Naruto.

"Aku tidak menyangka kau akan sangat bersemangat untuk lulus."

"Kedai Ichiraku mengeluarkan resep terbaru mereka!"

"..."

Suara berat yang meresponi Naruto berasal dari rubah raksasa berbulu merah yang memiliki sembilan ekor. Matanya merah dengan pupil vertikal, dan telinganya seperti kelinga kelinci. Dua kaki depannya tampak seperti tangan manusia. Rubah raksasa ini dikenal sebagai Kyūbi.

"Kurama!" Naruto memanggil Kyūbi dengan nama aslinya. "Aku akan memeriksa resep terbaru Ichiraku. Tolong ingatkan aku nanti untuk mengikuti ujian kelulusanku."

Kurama menjawabnya dengan malas. "Ya… tunggu, bukankah seharusnya sebaliknya?! Hadiri ujian kelulusanmu dulu, lalu setelah itu makan di kedai ramen itu! Ini adalah hari di mana kau akan menjadi seorang shinobi!"

"Menjadi seorang shinobi? Kurama, aku telah mempelajari banyak hal. Aku tidak perlu menjadi seorang shinobi, aku sudah memiliki pengalaman yang cukup!"

"Apa kau mendengar apa yang kau katakan?! Seminggu yang lalu kau mengatakan kau akan lulus. Namun, sebuah resep terbaru dari sebuah kedai ramen menghentikanmu? Jika kau tidak menjadi shinobi, aku tidak tahu apa yang harus kau lakukan untuk hidupmu!"

"Aku bisa menjadi seorang koki ramen."

"Tidak mungkin jinchūriki-ku akan menjadi seorang koki ramen!"

Saluran pembuangan di mana mereka berada saat ini adalah alam bawah sadar Naruto. Kurama ada di dalam sebuah kurungan dan yang memisahkannya dari Naruto adalah jeruji besi. Di tengah jeruji besi itu, ada sebuah kertas jimat.

"Apakah aku benar-benar harus mengikuti ujian itu? Menurutku, resep kedai Ichiraku lebih penting."

"Hanya kau satu-satunya anak yang akan mengatakan itu."

Pada akhirnya, Naruto memutusukan untuk pergi ke akademi ninja dan mengikuti ujian kelulusan.

Dia mengenakan jaket hoodie berwarna orange dan hitam, jaketnya dibiarkan terbuka memperlihatkan kaus hitam polos sebagai dalamannya. Celana dan sendal ninjanya berwarna hitam, dan sebuah kantung shuriken di paha kanannya.

Meninggalkan apartemennya, Naruto berangkat menuju akademi. Di tengah jalan, dia mendapatkan tatapan benci dari banyak orang.

"Kaa-chan, kaa-chan, lihat ada ninja." Seorang anak berbicara kepada ibunya sambil menunjuk Naruto.

"Jangan melihatnya! Dia bukan ninja, dan jangan dekat-dekat dengannya." Sang ibu menarik anaknya untuk pergi.

"Mengapa?"

"Dia bukan orang yang baik. Dia adalah monster."

Naruto mendengarnya, tapi dia tidak peduli. Kurama hanya tertawa dalam alam pikiran Naruto.

'Kau mendengar itu? Sebagai seekor bijū, aku merasa lucu manusia sepertimu disebut monster.'

'Ya, semuanya berkat dirimu. Jinchūriki sepertiku sudah dibenci sejak dahulu kala. Kau memperburuk semuanya saat kau menyerang desa ini 12 tahun yang lalu. Selain itu, wanita itu tidak salah. Aku dulu adalah monster.'

Naruto tiba di akademi dan masuk ke dalam ruang kelasnya. Dia duduk sambil menutup kedua matanya. Beberapa saat kemudian, dia merasakan seseorang mendekatinya. Naruto membuka matanya dan menengok ke samping.

Inuzuka Kiba. Seorang anak seusianya yang berambut coklat berantakan dan pupil matanya menyerupai anjing. Ada tato taring merah di kedua pipinya.

Seekor anak anjing putih berada di dalam mantelnya. Itu adalah anjing ninja yang menjadi partnernya, Akamaru.

Kiba menyeringai. "Mengapa kau datang hari ini? Kau tidak akan lulus."

"Bagaimana denganmu, Kiba? Kau sama buruknya denganku." Balas Naruto.

Kiba menggeram. "Kau baru mengikuti akademi selama 9 bulan, tapi aku sudah ada di sini selama bertahun-tahun. Di antara kita semua, nilaimu adalah yang terburuk. Kau selalu menyerah dalam latihan taijutsu, artinya kau adalah seorang pengecut. Dan kau tidak pernah menunjukkan jutsu apapun."

"Kita lihat saja nanti. Aku akan lulus dengan mudah."

"Tch. Dasar pecundang." Gerutu Kiba sebelum berjalan pergi.

Beberapa murid lainnya yang mendengar percakapan mereka menatap Naruto dengan pandangan merendah.

"Dia serius ingin lulus? Jangan bercanda. Dia adalah yang terburuk di kelas ini." Ucap seorang murid.

"Orang bodoh itu tidak akan mungkin lulus." Ucap murid yang lain.

'Bukannya aku yang terburuk, tapi aku hanya ingin hidup yang tenang. Lagipula apa gunanya menunjukkan semua kemampuan yang kita miliki pada orang lain. Rahasia seorang shinobi harus dijaga agar musuhnya tidak mengetahui apapun.' Batin Naruto.

'Tapi nilaimu menjadi buruk.' Ucap Kurama.

'Tidak akan berpengaruh apapun. Orang-orang bodoh ini bisa kutipu dengan mudah dan mereka berharap bisa menjadi seorang ninja yang hebat. Naif dan polos. Aku penasaran jika salah seorang dari mereka akan menangis saat mereka menyadar betapa kejamnya dunia ini. Khukhukhukhukhu.'

'Aku tidak tahu mana yang lebih menyeramkan di antara kita berdua.'

Si instruktur kelas, Umino Iruka, masuk ke dalam kelas. Dia adalah seorang pria muda berambut coklat yang diikat ponytail. Ada bekas luka sayatan di sepanjang tulang hidungnya. Sama seperti beberapa shinobi lain di desa, Iruka mengenakan rompi ninja Konoha dan pelindung dahi.

Pelindung dahi itu berupa ikat kepala yang terbuat dari kain. Ada sebuah plat besi pada ikat kepala itu dan plat itu memiliki ukiran. Ukiran tersebut berupa simbol desa Konohagakure.

Ujian kelulusan dimulai. Naruto menyelesaikan prosesnya sampai ujian terakhir dengan baik. Dia tidak terlalu menganggap serius ujian tersebut dan tidak berusaha sama sekali. Demi tidak menarik perhatian, Naruto tidak ingin mendapatkan nilai yang tertinggi di antara semua murid.

Akhirnya tiba waktunya untuk tes terakhir.

"Untuk bisa lulus, kalian semua harus bisa menguasai Bunshin no Jutsu. Tunggu sampai nama kalian dipanggil, lalu datanglah ke ruangan di sebelah." Ucap Iruka sebelum meninggalkan ruang kelas.

'Bunshin no Jutsu, ya? Kau hanya perlu membuat klon tidak nyata yang biasa digunakan untuk menipu lawan.' Pikir Naruto.

'Kau masih kesulitan menggunakan jutsu itu.' Ucap Kurama.

'Ya. Jumlah chakra yang kumiliki terlalu besar, apalagi ditambah dengan yang kaumiliki. Kontrol chakra-ku baik, namun tidak cukup untuk memanipulasi semua chakra yang kumiliki.'

'Apa yang akan kaulakukan?'

'Lihat saja nanti.'

Nama mereka dipanggil satu per satu. Mereka pergi ke ruangan sebelah dan mengikuti ujian terakhir. Naruto memangku kepalanya dengan bosan, dia merasa risih karena ingin pergi ke kedai ramen Ichiraku sekarang juga. Dia bersyukur ketika namanya dipanggil.

Di ruangan sebelah, Iruka dan instruktur lainnya sedang duduk di belakang sebuah meja. Instruktur yang lainnya itu bernama Mizuki. Di atas meja, terletak beberapa pelindung dahi. Murid yang berhasil lulus akan menerima sebuah pelindung dahi.

Naruto mengangkat tangannya. "Aku mengundurkan diri dari ujian ini, sensei."

Kurama menampar wajahnya. Iruka dan Mizuki syok pada kata-kata Naruto.

"A-Apa maksudmu, Naruto?" tanya Iruka.

"Aku tidak bisa melakukan Bunshin no Jutsu. Jadi, aku tidak bisa lulus."

Naruto menjawab dengan tatapan datar. Kedua instruktur tidak bisa berkata apa-apa.

"Umm, Iruka… apa yang harus kita lakukan?" tanya Mizuki.

Iruka menghela napas. "Tidak ada yang perlu kita lakukan. Secara mengejutkan, Naruto memiliki nilai yang lumayan baik pada tes-tes sebelumnya. Namun dia tidak memiliki nilai yang cukup baik selama berada di akademi. Bunshin no Jutsu adalah pilihan yang terbaik untuk meluluskannya. Lagipula, dia baru berada di sini selama 9 bulan, masih terlalu cepat baginya untuk lulus. Maafkan aku, Naruto."

"Kuharap kau bisa lulus lain kali." Mizuki tersenyum kepada Naruto.

Naruto juga tersenyum. 'Senyuman palsu. Aku bisa merasakan emosi negatif yang diarahkannya kepadaku. Antara dia membenciku seperti penduduk lain atau dia memiliki niat yang buruk.'

'Kita harus berhati-hati kepadanya.'

'Kita bisa mengkhawatirkannya nanti. Sekarang, aku harus pergi ke kedai Ichiraku! Resep terbaru mereka telah menungguku!'


Setelah makan siang di Ichiraku Ramen, Naruto berjalan kembali ke apartemennya.

"Itu adalah ramen yang terbaik yang pernah kumakan." Ucap Naruto sambil tersenyum lebar, puas dengan resep terbaru Ichiraku.

'Kau mengatakan hal yang sama setiap kali ada resep terbaru dari kedai itu. Selain itu, apa kau bisa merasakan keberadaan orang itu?'

'Aku adalah tipe sensor, tentu saja aku bisa merasakannya. Orang ini seperti penguntit.' Batin Naruto.

Naruto berbalik dan menatap orang yang telah mengikutinya. Orang itu adalah Mizuki. Mizuki tersentak karena ketahuan telah mengikutinya.

"Mizuki-sensei?" Naruto menyipitkan matanya.

"Naruto, aku ingin meminta maaf karena tidak bisa meluluskanmu." Ucap Mizuki dengan ekspresi sedih.

'Aku bisa mendeteksi emosi negatif darinya. Dia berbohong.' Ucap Kurama.

'Aku tahu itu juga. Mari kita lihat apa yang direncakannya.' Balas Naruto. "Terima kasih, sensei. Kau memang orang yang baik."

Mizuki tersenyum dan berjalan bersama Naruto. "Iruka-sensei adalah orang yang serius, orangtuanya dibunuh saat dia masih muda dan dia harus melakukan semuanya sendirian. Dia ingin kau menjadi orang yang benar-benar kuat. Kuharap kau bisa mengerti perasaan Iruka karena kau juga tidak memiliki orangtua."

"Aku mengerti."

Mereka berjalan dalam diam. Saat mereka berada di jalan yang sepi, Mizuki membuka mulutnya.

"Kau tahu, aku akan memberitahu sebuah rahasia." Naruto menaikkan sebelah alisnya. Mizuki melanjutkan, "Ada sebuah tes tambahan untuk lulus. Jika kau berhasil mempelajari salah satu jutsu dari Gulungan Segel yang tersimpan di kediaman Hokage dan menunjukkannya kepada Iruka, kau pasti akan lulus."

'Apa dia pikir aku sebodoh itu?'

'Apa dia pikir kau sebodoh itu?'

'Bahkan tanpa kemampuan mendeteksi emosi negatif yang kuterima darimu, aku bisa mengetahui bahwa dia berbohong.' Naruto ingin sekali memukul wajah Mizuki, tapi menahan diri dan berpura-pura senang. "Benarkah?! Aku akan melakukannya!"

"Kalau begitu setelah kau mengambil Gulungan Segel secara diam-diam dari kediaman Hokage, lalu pergilah ke hutan. Iruka akan menunggumu di sana."

"Yosh! Aku pasti akan lulus!" Naruto menyengir dan berbalik. Dia berjalan pergi dan wajahnya berubah menjadi tanpa ekspresi, 'Aku tidak tertarik melakukannya. Aku sudah pernah membaca gulungan itu bahkan tanpa diketahui oleh Hokage-jiichan.'

'Kita harus melakukan sesuatu pada orang itu.' Kurama mengemukakan pendapatnya.

'Aku tahu apa yang harus dilakukan.' Batin Naruto.

Dia mendatangi area akademi lagi. Kantor Hokage, pemimpin dari desa Konoha, terletak di dekat akademi ninja. Dari luar keduanya terlihat seperti satu bangunan. Naruto masuk ke dalam kantor tersebut dan menemui pemimpin desa, Hokage Ketiga, seorang pria tua bernama Sarutobi Hiruzen.

Hokage Ketiga yang bernama asli Sarutobi Hiruzen adalah seorang pria tua berusia 68 tahun. Wajah pucat dan berkeriput, serta rambut beruban menunjukkan betapa tua dirinya.

"Apa kau memerlukan sesuatu, Naruto?" tanya Hiruzen.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu, jii-chan."


Pada malam hari, Naruto berdiri di suatu tempat di hutan sambil membawa sebuah gulungan besar. Dia datang ke sini sesuai arahan dari Mizuki tadi siang. Naruto tersentak dan memandang jauh.

'Iruka ada di sini.' Batin Naruto.

Beberapa saat kemudian, Iruka muncul dengan tubuh berkeringat, kemungkinan karena lelah telah mencarinya seharian. Dengan nafas memburu, dia tersenyum puas.

"Aku menemukanmu!"

'Aku tidak menduga dia akan datang ke sini, tapi sepertinya Mizuki telah menipunya juga.' Batin Naruto.

'Kutebak si pengkhianat itu telah memberikan kabar palsu bahwa kau mencuri gulungan itu.' Ucap Kurama.

"Seharusnya kau tidak berada di sini, Iruka-sensei."

Alis Iruka berkedut, dan dia memarahi Naruto. "Aku di sini karena kau telah menyebabkan kekacauan! Mengapa kau mencuri Gulungan Segel?!"

'Tidak ada salahnya memberitahunya.' Naruto berpikir sejenak sebelum menjawab. "Mizuki-sensei memberitahuku tentang gulungan ini dan tempat ini juga. Dia berkata jika aku menunjukkan sebuah jutsu dari gulungan ini, kau akan meluluskanku."

Iruka terkejut pada jawaban Naruto. Di saat bersamaan, mereka berdua sama-sama menyadari sesuatu. Sebenarnya Naruto sudah menyadarinya sejak tadi. Mizuki telah memantau mereka dari atas salah satu pohon.

Beberapa kunai terbang ke arah mereka. Naruto sudah melompat duluan sebelum Iruka. Mereka menghindari semua kunai yang dilemparkan Mizuki.

"Kau berhasil menemukannya." Ucap Mizuki.

Iruka menggertakkan giginya. "Aku mengerti. Jadi inilah yang sebenarnya terjadi."

Mizuki mengalihkan perhatiannya kepada Naruto. "Naruto, berikan gulungannya kepadaku."

"Naruto! Jangan berikan gulungannya bahkan jika kau mati!" seru Iruka. "Itu adalah sebuah gulungan yang berisi berbagai kinjutsu di dalamnya. Mizuki telah memanfaatkanmu untuk memperoleh gulungan itu."

Naruto menghela napas dan menatap dengan bosan. 'Aku sudah tahu itu, karena itulah mengapa ini disimpan di kediaman Hokage. Apa mereka pikir aku tidak menyadari betapa pentingnya benda ini? Lupakan saja. Aku akan melanjutkan sesuai rencana.'

"Naruto, tidak ada gunanya kau memiliki gulungan itu. Aku akan memberitahumu sebuah kebenaran." Ucap Naruto.

Sepertinya Iruka tahu apa yang akan dikatakan Mizuki. "Tidak! Jangan!"

"12 tahun yang lalu, kau telah mendengar bahwa iblis rubah Kyūbi menyerang desa dan kemudian dibunuh, kan?" Naruto menaikkan sebelah alisnya. Mizuki melanjutkan, "Sejak insiden itu, sebuah aturan baru diciptakan untuk desa ini. Tapi, aturan ini tidak boleh diberitahu kepadamu."

Naruto memberikan Mizuki sebuah tatapan datar. "Apa kau salah satu orang yang berpikir aku adalah Kyūbi?"

Mizuki menyeringai. "Aturan tersebut adalah…" dia ingin melanjutkan, tapi berhenti setelah memproses pertanyaan Naruto. "T-Tunggu dulu! Bagaimana bisa kau mengetahuinya?!"

"Oh, seseorang pernah memberitahuku." Ucap Naruto sambil mengorek telinganya. 'Ya, bukan itu yang terjadi. Tidak ada yang pernah memberitahuku, tapi biarkan itu menjadi rahasiaku.'

"Eh?" Mizuki menatap Naruto dengan syok. "Ehh?!"

Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat seseorang memukul lehernya dari belakang. Mizuki kehilangan kesadaran dan jatuh ke permukaan tanah. Orang yang telah memukulnya mengenakan sebuah topeng yang diukir menjadi wajah hewan beruang.

"Anbu? Apa yang dilakukan seorang Anbu di sini?" Iruka bingung dengan apa yang terjadi.

"Seperti yang diharapkan dari Skuad Khusus Pembunuhan dan Taktik, Anbu. Iruka-sensei dan Mizuki sama sekali tidak menyadari kehadiran kalian." Ucap Naruto dengan kagum.

'Aku bertaruh kau bisa melakukannya lebih baik.' Ucap Kurama, namun diabaikan oleh jinchūriki-nya.

"Tunggu! Apa yang sebenarnya terjadi di sini?!" Iruka masih bingung.


Naruto dan Iruka berada di kantor Hokage. Naruto sedang berbicara kepada Hiruzen sementara Iruka menyaksikan mereka.

"Ini terlalu mudah, Mizuki sama sekali tidak tahu bahwa gulungan ini palsu dan dia sedang diikuti oleh seorang Anbu. Aku tidak menyangka Iruka-sensei akan muncul, tapi setidaknya kita bisa mengalihkan perhatiannya agar Anbu itu dapat menyerangnya dari dekat."

"Sepertinya begitu." Hiruzen duduk di kursinya sambil menghisap pipa tembakaunya.

Iruka mengangkat tangannya. "Umm, apakah aku boleh mendapatkan penjelasan apa yang terjadi?"

Hiruzen menatap instruktur akademi itu. "Beberapa jam yang lalu, Naruto mendatangiku dan memberitahuku tentang Mizuki. Kami menyadari bahwa Mizuki adalah seorang pengkhianat dan membuat rencana untuk menangkapnya. Rencananya adalah mengalihkan perhatian Mizuki agar dia bisa ditangkap oleh Anbu. Untuk suatu alasan, dia bisa menghindari pengawasan dariku."

"Dia tidak bisa menghindarimu. Kau berpikir bahwa dia bukan suatu ancaman, jadi kau tidak pernah mengkhawatirkannya. Ditambah dengan kedekatannya dengan beberapa orang di desa ini dan pekerjaannya sebagai instruktur akademi, dan dia adalah orang yang pandai berbohong. Kita tidak akan pernah menyangka bahwa dia akan menjadi seorang pengkhianat." Ucap Naruto.

Hiruzen tersenyum. "Kurasa kau ada benarnya."

Kemudian, sang Hokage mengambil sesuatu dan meletakkannya di atas meja. Naruto dan Iruka terkejut ketika mereka melihat sebuah pelindung dahi ninja.

"Jii-chan, kau…" Naruto menatap Hiruzen dengan pandangan tidak percaya.

"Aku telah mengawasimu selama kau berada di akademi. Kau tidak pernah menunjukkan kemampuanmu di akademi, tapi aku telah melihat latihanmu saat kau sendirian. Kau akan menjadi seorang ninja yang berbakat. Ambil pelindung dahi ini dan kau akan menjadi seorang genin. Itu adalah pangkat terendah seorang ninja yang diperoleh saat mereka lulus dari akademi."

Naruto berpikir sejenak sebelum mengambil pelindung dahi itu. Dia mengikatnya di kepala dan menyengir.

"Selamat, kau telah menjadi seorang genin." Iruka memberi selamat.

"Sebagai perayaannya, aku akan makan sepuasnya di Ichiraku Ramen!" Hiruzen dan Iruka sweatdrop terhadap pernyataan Naruto. "Ayo, Iruka-sensei! Kau harus mentraktirku!"

"Huh? Sejak kapan aku mengatakan aku akan mentraktirmu?"

Tidak menghiraukan protes dari Iruka, Naruto menarik instruktur akademinya dan keluar dari kantor Hokage. Tidak lama setelah kedua orang itu meninggalkan kantor Hokage, seseorang masuk dari jendela.

"Jadi, kau akan menempatkanya ke dalam timku?" tanya seorang pria di belakang Hiruzen.

"Dia dan dua orang lainnya. Kuharap kau mengawasinya seperti yang kuperintahkan. Naruto adalah orang yang misterius. Banyak orang tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa tahu ada yang disembunyikan oleh Naruto. Dia bukanlah anak biasa." Ucap Hiruzen.

"Dia dianggap sebagai murid terburuk di akademi. Apakah tidak apa-apa kau menempatkannya di timku? Apalagi bersama Uchiha Sasuke?"

"Aku percaya kau bisa membimbing mereka." Ucap Hiruzen sambil menghisap pipa tembakaunya. Kemudian dia menatap lawan bicaranya dengan tajam. "Dan jangan masuk lagi lewat jendela! Kau mulai meniru Jiraiya!"

"Jiraiya-sama adalah panutanku."


Setelah lulus dari akademi, seseorang akan diberikan pangkat genin. Genin adalah pangkat shinobi yang paling rendah. Mereka akan ditempatkan dalam sebuah tim berisi empat orang yang terdiri dari tiga genin dan satu jōnin. Satu orang jōnin itu akan bertindak sebagai pembimbing sekaligus pemimpin.

Saat ini Naruto tengah berada di kantor Hokage. Dia sedang tersenyum dan duduk di depan Hokage Ketiga. Hari ini Naruto mengambil foto yang akan digunakan untuk formulir registrasi ninja miliknya dan setelah itu dia menyerahkannya kepada sang Hokage.

"Jadi, bagaimana pendapatmu?" tanya Naruto.

Hiruzen melihat kembali foto Naruto yang ada di tangannya. "Aku lega kau tidak melakukan sesuatu yang aneh saat berfoto."

"Kaupikir aku akan melakukan apa? Menggunakan cat wajah dan berpose sok keren?"

"Kau tahu apa yang kupikirkan."

Selang beberapa saat kemudian, terdengar suara berisik di luar sebelum pintu ruangan tersebut terbuka.

"Pak tua, aku menantangmu untuk bertarung sekarang juga!" Seorang anak kecil berlari masuk. Anak berusia 8 tahun itu memiliki rambut coklat pendek dan mata hitam. Dia memakai sebuah syal yang sangat panjang. Anak itu berlari ke arah mereka, "Kali ini aku akan mengalahkanmu dan menjadi seorang Hokage!"

*Brak*

Dia terjatuh mencium lantai saat tanpa sengaja menginjak syalnya sendiri. Naruto sweatdrop sementara Hiruzen menghela napas.

"Omago-sama! Di mana anda berada?!" Seorang pria ikut berlari masuk. Pria itu berkacamata hitam dan ikat kepalanya diikat seperti bandana. Pria itu anak kecil tadi, "Omago-sama,apakah anda baik-baik saja?"

"Ada sesuatu yang membuatku terjatuh!" teriak anak kecil itu sambil memegang kepalanya.

"Omago-sama, di sini tidak ada apapun yang membuatmu terjatuh" ucap pria berkacamata itu. Pria itu kemudian melihat Naruto dan ekspresinya berubah menjadi benci, 'Bocah Kyūbi, dia adalah seorang pembuat onar.'

Anak itu berdiri dan menyadari keberadaan Naruto. Dia mendekati Naruto dan mengacungkan telunjuknya ke arah Naruto.

"Pasti kau yang membuatku terjatuh!" tuduhnya.

Naruto memandangnya sebelum menoleh ke arah Hiruzen. "Harga dirimu telah jatuh, jii-chan. Seorang anak kecil berani menantangmu bertarung."

"Aku terlalu tua untuk ini." Balas sang Hokage.

"Oi, aku sedang berbicara kepadamu!" Anak itu berseru lagi dengan marah, jarinya masih menunjuk ke arah Naruto.

Naruto menatap anak itu lagi. "Berhenti mengacungkan jarimu padaku. Kau terjatuh karena menginjak syalmu sendiri."

Wajah memerah Konohamaru membuktikan bahwa dia malu. "Bukan itu yang terjadi! Aku tahu bahwa kau telah memasang jebakan di sini! Kau menghalangiku dari pertarunganku dengan pak tua!"

"Kau ingin bertarung melawannya? Kau tahu bahwa orang yang kautantang ini adalah Sandaime Hokage. Dia dikenal sebagai Profesor karena menguasai banyak sekali jutsu dan juga Kage terkuat di era ini."

"Diam! Aku akan mengalahkan kakek tua itu dan menjadi Hokage selanjutnya!"

"Seorang anak kecil sepertimu? Aku salut dengan impianmu, tapi melihat tingkah lakumu saat ini, aku ragu kau bisa menjadi Hokage. Dan sudah kubilang berhenti mengacungkan jarimu kepadaku, kau sangat mengganggu."

Pria berkacamata tampak geram dengan ucapan Naruto. "Kau anak yang kurang ajar! Minta maaf kepada omago-sama sekarang, karena dia adalah Sarutobi Konohamaru, cucu dari Hokage-sama!"

"Dengarkan dia! Asal kau tahu saja, aku adalah cucu Hokage!" teriak anak itu. 'Dia pasti akan meminta maaf setelah tahu siapa aku ini sebenarnya.' Anak itu tersenyum angkuh dan melanjutkan ucapannya, "Ada apa? Apa kau sekarang takut karena kakekku adalah Hokage?"

Tanpa ia duga, Naruto berjalan ke arah pintu keluar dan menjawabnya dengan malas. "Aku tidak peduli jika kau adalah cucu monyet sekalipun. Di mataku kau tidak lebih dari seorang bocah tidak berguna yang sangat mengganggu."

'Apakah dia baru saja menyebutku monyet?' Batin Hiruzen.

Sang cucu hanya bisa terkejut mendengarnya, 'Dia… dia berbeda dari yang lain'

Hiruzen kemudian menatap pria berkacamata tadi, "Ebisu, aku sudah mempercayakanmu untuk mengawasi Konohamaru. Tapi ini sudah ke-20 kali dia berusaha menyerangku."

"Maafkan aku, Hokage-sama. Aku sudah lalai dalam tugasku. Tapi anda tidak perlu khawatir, aku akan lebih serius lagi dan melanjutkan pelajaran Omago-sama!" Ebisu berbalik dan mulai berceramah kepada Konohamaru. Ebisu segera menyadari bahwa Konohamaru sudah tidak ada lagi di tempatnya. "Ehh, kemana kau pergi, Omago-sama?!"

"Kurasa Konohamaru pergi mengikuti Naruto." Ucap Hiruzen.

Ebisu bertambah panik dan langsung berlari keluar ruangan. "Ini gawat! Omago-sama tidak boleh mendekati bocah itu!"


Naruto sedang berjalan menyusuri jalanan Konoha. Dia tahu sejak tadi Konohamaru terus mengikutinya dan mencoba bersembunyi di pagar jalan dengan menggunakan sebuah kain yang memiliki gambar seperti pagar itu.

Naruto menghela. "Keluarlah, aku tahu kau ada di situ."

Konohamaru menjatuhkan kainnya, "Jadi kau ternyata bisa mengetahui penyamaranku, ya? Sudah kuduga kau adalah ninja yang hebat."

"Apa maumu?"

"Aku ingin kau mengajariku cara untuk mengalahkan kakekku dan aku akan menjadi bawahanmu!" Jawab Konohamaru dengan antusias.

"Tidak, aku tidak ingin melatih siapapun. Dan bukankah kau sudah punya seorang guru?"

Konohamaru berlutut dan mulai memohon. "Aku ingin kau yang menjadi guruku. Kumohon jadikan aku muridmu, bos!"

"Bos? Aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu." Naruto berniat untuk pergi namun berhenti ketika dia merasakan kakinya ditahan oleh Konohamaru.

"Kumohon, bos! Aku akan melakukan apapun untukmu asalkan kau mau mengajariku."

Ingin sekali Naruto menendang anak ini. Tapi Naruto tahu tipe orang seperti apa Konohamaru itu, dia adalah tipe orang yang tidak akan menyerah sampai mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Baiklah. Aku akan mengajarkan padamu sedikit pengetahuan yang kumiliki" ucap Naruto membuat Konohamaru berteriak kegirangan, "Tapi aku ingin kau mengikuti semua perintahku. Apa kau mengerti?"

'Kau benar-benar akan melatihnya?' tanya Kurama.

'Kau benar-benar percaya aku akan melatihnya?' Naruto balik bertanya. "Aku akan memberitahu jalan pintas untuk menjadi seorang Hokage!" ucap Naruto, dan mata Konohamaru berbintang-bintang saat mendengarnya. "Jika kau ingin mengalahkan kakekmu, kau harus tahu bagaimana caranya menjahili orang."

"Tapi, Ebisu-sensei mengatakan bahwa menjahili adalah tindakan yang buruk."

"Apa kau lebih mempercayainya daripada aku?" Konohamaru menggeleng pada pertanyaan Naruto. "Kalau begitu, lakukan apa yang kukatakan. Biar kuberitahu kau, seorang ninja harus bisa menyerang musuhnya secara diam-diam dan meloloskan diri saat mereka berada dalam bahaya. Langkah pertama latihanmu adalah menyerang musuh, dan yang perlu kau lakukan adalah menjahili orang-orang. Jika kau ketahuan, kau harus bisa meloloskan diri. Apa kau mengerti?"

"Ya, aku mengerti!"

"Bagus. Sekarang mari kita lihat bagaimana kau menjahili mereka! Oh, dan tolong pake topeng."

"Topeng?"

Beberapa menit kemudian, Konohamaru dikejar oleh gerombolan orang yang marah.

"Kyaa! Mengapa dia mamakai celana dalam di kepalanya?!"

Jika mereka melihat dengan teliti, mereka mungkin bisa menyadari bahwa anak itu adalah cucu Hokage Ketiga. Namun karena dia mengenakan celana dalam di kepalanya, tidak ada yang peduli untuk mencaritahu siapa dirinya, apalagi setelah apa yang diperbuatnya kepada orang-orang yang mengejarnya. Mereka semua tampak seperti baru saja mandi dengan cat warna-warni.

"Bos! Selamatkan aku!" Konohamaru berseru dengan putus asa.

Dia tidak tahu Naruto sedang menonton aksi kejar-kejaran itu di atas atap sebuah gedung sambil makan ramen instan.

'Jika dia melepaskan benda itu dari kepalanya, dia bisa menunjukkan identitasnya kepada mereka.' Komentar Kurama.

'Aku penasaran mengapa dia belum melakukan itu.' Tambah Naruto.

Setelah Konohamaru berhasil bersembunyi dari para pengejarnya di salah satu lapangan latihan. Naruto muncul di hadapannya.

"Kerja bagus. Aku bangga kepadamu." Ucap Naruto sambil berpura-pura bangga.

Konohamaru melepaskan celana dalam di kepalanya dan meleparnya ke tanah. Dia menunjuk Naruto. "Kau menipuku!"

"Menipu? Apa yang kau bicarakan, Konohamaru? Kau telah melakukan yang terbaik. Kau berhasil menjahili orang-orang itu dan melarikan diri dengan selamat. Dengan begini, kau sudah berada satu langkah lebih dekat untuk menjadi Hokage!"

Konohamaru menjadi ragu sebelum menurunkan tangannya. Saat Konohamaru akan mengatakan sesuatu, terdengar suara Ebisu. Mereka melihatnya berlari dan menghampiri mereka.

"Akhirnya aku menemukanmu, omago-sama!" ucap Ebisu sebelum memberi Naruto tatapan tajam. "Sekarang, omago-sama, ayo kita pulang!"

"Aku tidak mau! Aku sedang berlatih dengan bos. Dia mengajarkanku cara untuk mengalahkan ojii-san!" jawab Konohamaru.

"Omago-sama, tidak ada yang bisa anda pelajari dari orang sepertinya. Anda harusnya berlatih bersama denganku. Percayalah aku akan menunjukkanmu jalan pintas untuk menjadi Hokage, karena aku adalah seorang ninja elit bukan seperti anak bodoh itu." Ucap Ebisu dengan bangga sekaligus mengejek Naruto.

"Tidak ada yang namanya jalan pintas untuk menjadi Hokage. Kau memerlukan kerja keras dan tekad yang kuat untuk menjadi seorang Hokage." Balas Naruto.

"Beraninya kau, bocah! Kau itu hanya ninja bodoh, tidak sepertiku yang merupakan elit. Aku adalah jalan terbaik untuk menjadi Hokage!" geram Ebisu. "Omago-sama, jangan pernah lagi mendekatinya! Dia hanya akan membuatmu menjadi anak nakal, hanya aku yang bisa mengajarkanmu bagaimana menjadi anak yang baik."

"Sudah kubilang aku tidak mau!"

Ebisu menggeram kembali kepada Naruto, "Ini salahmu, bocah! Kau telah membuat omago-sama menjadi seperti ini. Yang bisa kau lakukan hanya membuat masalah saja!"

"Sikapnya memang seperti ini sebelum bertemu denganku. Jika dia bersikap seperti ini kepadamu, aku bertaruh kau bukan seorang guru yang hebat. Sepertinya Hokage-jiichan telah salah memilih orang untuk mengajari cucunya."

"Aku adalah pilihan terbaik untuk omago-sama. Seorang elit di antara para elit!"

Naruto menyeringai. "Buktikan padaku bahwa kau adalah seorang elit. Tunjukkan apa yang bisa kau ajarkan kepada Konohamaru untuk menjadi seorang Hokage."

"Jangan meremehkanku! Kau itu hanya anak nakal, posisimu itu berada jauh di bawahku. Berbeda denganku yang merupakan seorang elit, kau adalah anak yang lahir dari kalangan bawah. Aku yakin kedua orangtuamu hanyalah pemabuk dan pelacur."

Pada saat itulah, kata-kata Ebisu menjadi sebuah pemicu pada sesuatu yang tidak ada di dalam Naruto sejak lama. Kemarahan meluap di dalam dadanya dan pupilnya secara perlahan melirik Ebisu.

"Sekarang ayo ikut denganku, omago-sama. Kita akan melanjutkan pelajaranmu." Ucap Ebisu yang menarik lengan Konohamaru untuk membawanya pulang.

"Tarik kembali kata-katamu." suara dingin berasal dari Naruto menarik perhatian Ebisu dan Konohamaru, "Aku ingin kau menarik kembali apa yang kau katakan tentang orangtuaku."

Ebisu dan Konomaru merinding karena suara Naruto, namun orang yang mengaku sebagai elit itu tidak sudi menunjukkannya di depan Naruto. "Untuk apa aku melakukan itu?"

Ebisu membeku saat secara tiba-tiba dia merasakan hawa membunuh yang sangat besar. Bukan hanya Ebisu, Konohamaru juga merasakannya sampai dia menjadi takut dan melangkah mundur.

Naruto berjalan mendekati Ebisu. Dia mengangkat kepalanya dan menunjukkan wajah tanpa emosi dan tatapan matanya dingin. Ebisu tidak menyangka sebuah seringaian tipis akan muncul di wajah tanpa emosi Naruto. Untuk suatu alasan, seringaian tipis itu menakutinya.

"Kau bilang kau adalah seorang ninja elit, kan?" tanya Naruto.

"A-apa yang akan kau lakukan?" tanya Ebisu dengan gugup.

"Aku ingin mengetes apakah seorang ninja elit bisa bertahan dari seranganku. Kau akan menjadi kelinci percobaan yang bagus saat ini." Naruto membentuk sebuah segel tangan, dan kepulan asap menutupi mereka.

"Tajū Kage Bunshin no Jutsu."

Ketika kepulan asap menghilang, Ebisu dan Konohamaru syok. Ada banyak orang yang mirip dengan Naruto, atau bisa dibilang mereka semua adalah klonnya.

"Ini… Kage Bunshin! K-Kau bisa membuat sebanyak ini?" tanya Ebisu yang tidak percaya.

Naruto melanjutkan dengan segel tangan yang lainnya. Kepulan asap muncul kembali dan ketika semuanya menghilang, sesuatu yang terduga telah dilakukan Naruto dan semua klonnya. Mereka menggunakan Henge no Jutsu untuk berubah menjadi wanita-wanita cantik yang tidak berpakaian.

"Harem no Jutsu!"

Orang mesum manapun yang melihat pemandangan tersebut sudah pasti akan mimisan dan sekarat karena kehabisan darah. Tidak terkecuali seorang ninja elit seperti Ebisu yang ternyata secara diam-diam adalah orang mesum. Pria berkacamata itu dikalahkan oleh ninjutsu ciptaan Naruto. Semua klon Naruto menghilang dan Naruto menghentikan Henge no Jutsu.

"Itu adalah ninjutsu terbaru yang kuciptakan dengan menggabungkan Oiroke no Jutsu dan Kage Bunshin no Jutsu. Kau harus merasa bangga karena telah menjadi orang pertama yang merasakan serangan jutsu ini." Ucap Naruto pada Ebisu yang telah kehilangan kesadarannya.

'Siapa yang ingin bangga karena diserang oleh jutsu memalukan seperti itu?! Itu adalah jutsu paling tidak berguna yang pernah ada!' Kurama memarahi Naruto dari dalam segelnya.

'Jangan salah, Kurama. Kau pernah menyuruhku untuk mencari solusi bagaimana caranya menyusup ke negara lain dengan lebih mudah setelah kita hampir ditangkap di Kumo. Dan inilah solusinya! Jutsu ini paling berguna untuk menggoda seseorang. Di atas semua itu, aku bisa mengalahkan orang mesum, tidak peduli siapapun mereka, dengan menggunakan Harem no Jutsu!' jelas Naruto dengan bangga.

'Itu bukan sebuah jutsu baru, kau hanya menggunakan Henge untuk berubah menjadi seorang wanita. Bahkan jutsu kedua itu tidak berbeda, kau hanya menggabungkannya dengan Kage Bunshin!'

'Hmm, kau benar. Ini bukan jutsu baru, jadi aku tidak bisa menyebutnya kreatif. Ini adalah sebuah perkembangan dari jutsu yang ada, jadi ini bisa disebut sebuah inovasi!'

Naruto tidak menyadari Kurama sedang mengeluh mengapa jinchūriki-nya adalah seorang anak yang merubah salah satu kemampuan dasar shinobi menjadi jutsu mesum dan memalukan. Sejarah akan mengenal Uzumaki Naruto sebagai seorang revolusioner yang mengembangkan Henge no Jutsu ke tingkat yang baru.

"K-Kau mengalahkannya." Ucap Konohamaru. Entah mengapa, anak itu kagum dengan apa yang dilakukan oleh Naruto.

"Oh, aku hampir lupa ada anak kecil di sini. Kuharap kau tidak memberitahu ini pada kakekmu." Ucap Naruto saat menyadari dia baru saja berubah menjadi wanita tanpa pakaian di depan Konohamaru juga. 'Sebenarnya aku ingin sekali menghajar pria ini, tapi saat ini pangkatku adalah genin, lebih rendah dari pangkatnya.'

'Kau baru saja mengalahkan seorang tokubetsu jōnin dengan menggunakan jutsu memalukan itu. Dia memang tidak terluka secara fisik, tapi harga dirinya telah hancur.'

"Kau memang kuat. Tolong ajari aku jalan pintas untuk menjadi Hokage!" Konohamaru memohon kepada Naruto setelah melihatnya mengalahkan Ebisu.

Naruto menatapnya selama beberapa saat sebelum bertanya, "Mengapa kau ingin sekali menjadi Hokage?"

Konohamaru mengepalkan tangannya. "Ojii-san menamaiku Konohamaru, diambil dari nama desa ini. Saat mendengarnya, kau pasti berpikir bahwa sangat mudah untuk mengingatnya karena kau tinggal di desa ini. Tapi tidak ada seorangpun yang memanggilku dengan nama itu, mereka memanggilku Omago-sama. Itu karena kakekku adalah Hokage. Mereka semua melihatku sebagai cucu terhormat dari Hokage Ketiga. Jika aku bisa menjadi Hokage, maka orang-orang akan tahu siapa aku. Karena itu aku ingin mengalahkan Ojii-san. Jika aku bisa mengalahkannya, aku bisa menjadi Hokage!"

"Jangan bermimpi." Sela Naruto. "Apa kau pikir kau yang sekarang bisa mengalahkannya? Apa kau pikir orang sepertimu ini bisa menjadi Hokage? Jangan membuatku tertawa."

"A-apa maksudmu?" tanya Konohamaru yang terlihat tersakiti oleh kata-kata Naruto.

"Tidak semua orang bisa menjadi Hokage. Seorang ninja menjadi Hokage bukan karena dia kuat, tapi dia juga harus bijak. Bukan hanya itu, kau juga harus mendapatkan pengakuan dari penduduk desa dan kepercayaan mereka karena seorang Hokage harus melindungi semua orang di desa."

Setelah mengatakan itu Naruto berdiri dan mulai berjalan untuk meninggalkan Konohamaru.

"Dan juga ingat kata-kataku ini, tidak ada jalan pintas untuk menjadi Hokage. Hokage adalah ninja terhebat yang ada di desa ini baik dari segi kekuatan maupun kepintarannya. Karena itu, jika kau ingin menjadi Hokage maka kau harus bekerja lebih keras lagi dan mendapatkan pengakuan dari semua orang."

Konohamaru mengangguk, "Aku mengerti, bos!"

"Berhentilah memanggilku bos. Kau sudah memiliki Ebisu yang bisa mengajarimu dengan baik. Dia memang terlihat bodoh, tapi dia memang adalah seorang ninja elit dan tokubetsu jōnin. Kau juga akan masuk ke akademi, dan ada banyak instruktur yang baik di sana, terutama pria bernama Umino Iruka. Kau akan mempelajari banyak hal darinya."

"Aku mengerti!" ucap Konohamaru sambil tersenyum lebar.

Naruto dan Konohamaru meninggalkan lapangan latihan tersebut. Mereka tidak menghiraukan Ebisu yang sedang sekarat karena hampir kehabisan darah.


Beberapa hari kemudian, Naruto pergi ke akademi untuk menghadiri pembagian tim. Sama seperti terakhir kali dia di sini, semua orang yang ada di dalam ruang kelas sangat berisik.

Naruto hanya duduk berdiam diri sambil menutup kedua matanya. Beberapa saat kemudian, dia merasakan seseorang mendekatinya. Naruto membuka matanya dan menengok ke orang yang sudah berada di dekatnya. Itu adalah Kiba dan anjing kecilnya, Akamaru.

"Kau mengejutkanku, aku tidak menyangka kau bisa lulus."

"Kau juga mengejutkanku, Kiba. Aku tidak menyangka kau bisa lulus."

Kiba hanya menggeram marah sebelum menunjukkan senyuman meremehkan. "Siapapun tidak akan beruntung jika mereka menjadi rekan setimmu. Aku yakin kau tidak akan bisa bertahan menjadi ninja selama satu minggu."

"Aku yakin kau tidak akan bisa bertahan sebagai ninja selama tiga hari."

Sepertinya apapun usaha Kiba untuk mengejek Naruto tidak berguna, malahan dia yang menjadi marah karena diejek dengan cara yang sama. Dia meninggalkan Naruto sendirian, sementara Naruto hanya menyeringai. Di samping Naruto, Shikamaru memiliki ekspresi bosan pada wajahnya.

Nara Shikamaru adalah salah seorang teman Naruto. Dia memiliki rambut hitam sebahu yang dikuncir dan bermata coklat. Pelindung dahinya diikat di lengan kiri.

"Kau membuatnya marah." Ucap Shikamaru dengan malas. "Tapi aku tidak peduli. Chōji, bangunkan aku saat jōnin yang membimbing kita datang." Lanjutnya sebelum menaruh kepala di atas meja dan tidur.

Anak di sebelahnya adalah Akimichi Chōji. Dia berambut coklat, berbadan gemuk, dan memiliki tanda spiral merah di kedua pipinya. Chōji tidak membalas Shikamaru, dia sibuk memakan cemilan yang dibawanya. Setelah menghabiskan sebungkus cemilan, dia mengambil bungkusan yang lain dan lanjut makan.

Beberapa menit telah berlalu dan semua orang yang lulus sudah berada di dalam kelas. Pintu ruangan terbuka dan Iruka masuk ke dalamnya.

"Sebelum aku membagi tim, aku ingin mengucapkan selamat pada kalian karena mulai hari ini kalian adalah ninja" ucap Iruka mendapatkan teriakan gembira dari semua orang, "Baiklah, sekarang dengarkan aku. Seperti yang kalian tahu, hari ini dan seterusnya kalian akan dibagi menjadi tim beranggotakan tiga orang dan masing-masing tim akan dibimbing oleh seorang jōnin."

Iruka mengambil papan catatannya dan mulai membaca. Naruto mengabaikan keenam tim pertama yang disebutkan dan ketika dia mendengar namanya, dia memasang telinganya.

"Selanjutnya Tim 7, anggotanya adalah Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke, dan Haruno Sakura. Jōnin pembimbing kalian adalah Hatake Kakashi."

Naruto melihat ke seluruh ruangan untuk mencari dua orang yang akan menjadi rekan setimnya itu.

Orang pertama adalah seorang anak laki-laki berambut dan bermata hitam, rambutnya menggantung seperti poni di belah dua. Anak laki-laki ini dikenal di seluruh penjuru desa sebagai Uchiha Sasuke, Uchiha yang Terakhir. Simbol kipas merah dan putih di belakang kausnya adalah simbol klan Uchiha.

Orang kedua adalah seorang gadis berambut merah muda yang panjang, bermata hijau, dan memiliki dahi yang lebar. Pelindung dahinya diikat menjadi bando. Gadis tersebut adalah Haruno Sakura.

Sasuke adalah seorang jenius dan hampir semua gadis di akademi menyukainya, termasuk Sakura. Tidak heran Sakura bersorak gembira ketika namanya disebutkan bersama Sasuke dalam Tim 7. Tapi, gadis itu sepertinya tidak menyukai fakta bahwa Naruto satu tim dengan mereka.

'Prediksiku benar, salah satu rekan setimku adalah Sasuke. Menempatkan orang yang memiliki nilai yang tertinggi dan terendah pada satu tim akan menciptakan sebuah keseimbangan pada tim tersebut. Kurasa Sakura hanyalah tambahan acak pada tim ini.' Batin Naruto.

'Gadis itu pintar. Tapi dia adalah sebuah kekecewaan karena lebih memikirkan bocah Uchiha itu daripada menjadi kunoichi yang baik.' Kurama menyuarakan ketidaksukaannya pada Sakura.

Setelah selesai membacakan pembagian semua tim, Iruka meninggalkan kelas dan semuanya menunggu sampai masing-masing jōnin pembimbing mereka datang untuk menjemput mereka.

Waktu terus berlalu dan satu-satunya tim yang tersisa di kelas adalah Tim 7. Naruto mulai merasa kesal karena hanya jōnin mereka belum datang sama sekali. Dia melihat ke arah jam dinding, 'Ini sudah dua setengah jam. Di mana orang itu sebenarnya?'

Bahkan Naruto bisa melihat Sasuke yang sudah kehilangan kesabarannya.

Naruto menyipitkan matanya, 'Dia datang.'

Pintu kelas terbuka dan pada saat itulah Naruto melemparkan sebuah kunai ke arah orang yang membukanya. Dengan sigap, orang itu menangkap kunai yang dilemparkan Naruto.

Orang itu adalah seorang pria berambut perak yang disisir ke samping kiri dan bermata abu-abu gelap. Bagian bawah wajahnya tertutup topeng hitam dan pelindung dahinya menutup mata kirinya sehingga yang bisa dilihat dari wajahnya hanyalah mata kanan. Rompi khas Konoha dipakai olehnya.

"Naruto! Kenapa kau menyerangnya?!" teriak Sakura kepada Naruto.

Mengabaikan Sakura, Naruto menatap tajam orang itu, "Dia sudah membuat kita menunggu lama, aku ingin tahu apakah dia benar-benar seorang jōnin."

"Hmm, bagaimana aku akan mengatakannya, ya? Kesan pertamaku adalah… aku tidak menyukai kalian." Ucap Kakashi dengan nada yang malas. "Temui aku di atap sekarang juga"

Mereka berempat pergi ke atap akademi. Kakashi sedang bersandar pada pagar pembatas sementara Naruto, Sasuke, dan Sakura duduk di depannya. Kakashi kemudian memulai pertemuan mereka.

"Baiklah, Tim 7. Sekarang aku ingin kalian memperkenalkan diri masing-masing. Mulai dari nama, apa yang kalian suka, apa yang tidak kalian suka, hobi, impian kalian di masa depan, sesuatu seperti itulah."

"Bagaimana kalau kau yang memulainya, sensei?" tanya Sakura.

"Oh, aku? Namaku adalah Hatake Kakashi, kalian belum cukup umur untuk mengetahui kesukaanku, ketidaksukaanku tidak terlalu penting, aku memiliki banyak sekali hobi, dan impianku… aku rasa aku belum memiliki impian."

'Yang kita dapatkan hanya namanya saja.' Batin ketiga murid Kakashi.

"Selanjutnya giliran kalian. Perempuan duluan." Lanjut Kakashi.

"Namaku Haruno Sakura, yang kusukai adalah… m-maksudku orang yang kusukai…" Sakura melirik Sasuke dengan malu-malu. "Hobiku adalah…" melirik Sasuke lagi. "L-lalu impianku di masa depan…" sekali lagi meliriknya sebelum menjerit kegirangan. "Yang tidak kusukai adalah Naruto dan anak-anak perempuan yang lain!"

Naruto kemudian berkata, "Jadi yang kau sukai adalah Sasuke, yang tidak kau sukai selain aku adalah orang yang merebut Sasuke, hobimu adalah menguntit Sasuke, dan impianmu adalah menikahi Sasuke. Melihatmu seperti itu, aku penasaran apakah kau menguntitnya sampai di kamar tidurnya atau saat dia sedang mandi."

"Diam, Naruto-baka! Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Jika aku ingin mengintip Sasuke-kun mandi, aku akan melakukannya dengan hati-hati."

"Jadi kau mengakui bahwa kau memang mengintipnya mandi? Astaga! Sasuke, kau harus berhati-hati kalau tidak, kau pasti akan diperkosa olehnya."

"B-bukan begitu!"

Sasuke bergidik takut membayangkan apa yang dikatakan oleh Naruto dan kemudian bergeser menjauh dari Sakura. Kakashi hanya menghela napas melihatnya.

'Anak gadis jaman sekarang sepertinya lebih tertarik dengan cinta daripada menjadi kunoichi.' Pikirnya dengan kecewa. Dia menunjuk Sasuke, "Selanjutnya kau."

"Aku adalah Uchiha Sasuke, tidak ada yang kusukai, yang tidak kusukai ada banyak, aku tidak punya hobi, lalu impianku- tidak, ini lebih seperti sebuah ambisi, ambisiku adalah… membunuh seseorang." Ucap Sasuke dengan dingin.

'Sasuke-kun keren!' jerit Sakura dalam hatinya.

'Sudah kuduga.' Batin Kakashi.

'Aku bertaruh seluruh hidupku gadis itu sedang berpikir bahwa bocah Uchiha itu keren.' Ucap Kurama.

"Sekarang kau yang terakhir." Ucap Kakashi kepada Naruto.

"Namaku adalah Uzumaki Naruto, yang kusukai adalah ramen, yang tidak kusukai adalah orang yang menjelekkan orang lain, hobiku adalah berlatih dan melakukan kejahilan, impianku… hmm, entahlah, aku belum memikirkannya." Ucap Naruto sambil mengangkat bahunya.

'Jadi seorang fangirl, seorang pembalas dendam, dan seorang anak misterius. Oh, mengapa aku harus mengalami cobaan ini?' Kakashi berpikir dengan wajah masam. "Sekarang kita sudah saling berkenalan, aku akan memberitahu kalian apa yang akan dilakukan besok untuk memulai tugas kalian sebagai shinobi."

"Apa yang akan kita lakukan, sensei?" tanya Sakura.

"Kita akan melakukan latihan bertahan hidup. Dan sebelum kalian bicara biar, aku beritahu satu hal. Ini bukan latihan biasa tapi latihan ini akan lebih sulit dari apapun yang kalian lakukan saat masih di akademi."

"Memangnya sesulit apa latihan ini?" giliran Naruto yang bertanya.

"Dalam latihan ini, kalian akan bertarung melawanku. Sebenarnya ini lebih terlihat seperti sebuah tes dibanding latihan."

"Tes?" Sakura menyuarakan kebingungannya.

"Dari 27 orang yang lulus akademi hari ini, hanya akan ada sembilan yang akan menjadi genin secara resmi. Dengan kata lain, kalian hanya punya kesempatan 33% untuk berhasil. Jika kalian gagal, maka kalian akan dikirim kembali ke akademi."

"Kalau begitu, untuk apa kita mengikuti ujian kelulusan di akademi?" tanya Sakura lagi.

"Oh, ujian itu? Ujian itu hanya untuk memilih siapa yang memiliki potensi untuk menjadi genin. Sementara tes yang akan diberikan oleh jōnin adalah untuk melihat apakah kalian benar-benar bisa menjadi ninja." Jelas Kakashi sebelum memberikan beberapa selembaran kertas kepada mereka. "Rinciannya bisa kalian baca di sini. Jangan terlambat besok."

Dengan begitu Kakashi menghilang lagi di dalam kepulan asap dan ketiga muridnya pulang ke rumah mereka masing-masing.


Pagi hari berikutnya, Naruto dalam perjalanan menuju tempat latihan yang dikatakan oleh Kakashi. Dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi Kakashi setelah mengumpulkan semua informasi tentang pembimbing timnya itu.

'Hatake Kakashi merupakan yang terbaik di angkatannya. Dia menjadi jōnin di usia 12 tahun, selamat dari Perang Dunia Shinobi Ketiga, dan kemudian menjadi anggota Anbu di usia muda. Dia disebut 'Pahlawan Sharingan' setelah menjadi tokoh penting di Insiden Jembatan Kannabi di perang ketiga. Dengan menggunakan Sharingan, dia telah meniru ribuan jutsu milik orang lain dan dijuluki 'Kakashi Si Ninja Peniru''

Akhirnya Naruto sampai di Lapangan Latihan 3 dan mendapati Sasuke dan Sakura yang sedang menunggu tapi dia tidak melihat Kakashi. Terlihat Sakura yang sudah kehilangan kesabarannya dan marah-marah tidak jelas.

'Mengapa dia harus marah? Dia bisa menghabiskan waktu bersama Sasuke sampai Kakashi datang.' Batin Naruto yang heran.

'Mengapa kau harus peduli?' tanya Kurama.

'…Aku tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.'

Berjam-jam kemudian dan Kakashi belum juga datang. Sudah hampir siang saat Kakashi akhirnya datang ke tempat latihan.

"Yo, semuanya!" Kakashi menyapa mereka tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Kau terlambat!" teriak Sakura sambil mengacungkan jarinya pada sang guru.

"Oh, maafkan aku. Tadi aku harus membantu seorang nenek membawa barang-barangnya, kemudian saat di tengah jalan ke sini aku melihat seekor kucing hitam, karena tidak mau kena sial aku memutuskan untuk mencari jalan memutar, dan tanpa kusadari aku pun tersesat di jalan kehidupan."

Ketiga muridnya sweatdrop mendengar alasannya. Kakashi kemudian memasang sebuah alarm di atas salah satu dari tiga batang kayu yang berdiri di lapangan itu.

"Baiklah! Alarmnya akan berbunyi pada pukul 12 nanti." Ucap Kakashi sambil mengeluarkan dua buah lonceng kecil, "Tes kalian hari ini adalah merebut dua lonceng ini dariku sebelum alarm berbunyi. Siapapun yang tidak mendapatkan satu buah lonceng akan diikat di batang pohon itu dan tidak mendapatkan jatah makan siang."

*Brr*

Suara gemuruh terdengar dari perut Sasuke dan Sakura. Itu karena mereka berdua belum sarapan sejak tadi. Berbeda dengan mereka, Naruto tidak menuruti perintah Kakashi dan sudah sarapan, 'Jadi ini adalah alasan mengapa dia melarang kami sarapan.' Pikir Naruto.

"Tapi, sensei. Kami ada bertiga, dan loncengnya hanya ada dua." Ucap Sakura.

"Ya, itu benar. Salah satu dari kalian tidak akan mendapatkan lonceng dan akan gagal. Jika kalian ingin berhasil, maka kalian harus menyerang dengan niat membunuh, kalian boleh menggunakan senjata dan jutsu apapun yang kalian miliki karena kalau tidak kalian akan gagal. Dan jangan lupa, jika kalian gagal maka kalian akan dikirim kembali ke akademi." Ucap Kakashi dan mereka bertiga memasang kuda-kuda bertarung mereka. "Baiklah kalau begitu, siap… mulai!"

Mengikuti aba-aba Kakashi, mereka bertiga melesat pergi dan bersembunyi.

'Hmm, mereka dapat menyembunyikan hawa keberadaan mereka dengan baik. Tapi aku masih bisa merasakannya.' Pikir Kakashi sambil melihat sekitarnya, 'Sekarang siapa yang harus kucari terlebih dahulu?'

Di lain tempat, Naruto bersembunyi di atas salah satu cabang pohon.

'Dia menyuruh kita menyerangnya dengan niat membunuh agar dia bisa merasakan hawa membunuh yang kita keluarkan. Jika bukan itu alasannya, berarti dia meremehkan kemampuan kita. Bagaimanapun juga, dia memiliki reputasi yang baik. Akan sulit untuk merebut lonceng itu.'

Kakashi terus berdiri di tempatnya tanpa melakukan apapun. Murid-muridnya hanya terus memantaunya dan menunggu membuatnya merasa bosan. Kakashi kemudian memasukkan tangannya ke dalam tas senjatanya dan mengambil sesuatu.

Ketiga muridnya melihatnya mengambil sesuatu dan mereka menjadi siaga. Namun kesiagaan mereka berubah menjadi sweatdrop begitu melihat bahwa yang dikeluarkannya adalah sebuah buku.

'Dia benar-benar meremehkan kita.' Batin Sakura.

Kakashi masih membaca bukunya saat tiba-tiba sebuah kunai dilemparkan ke arahnya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari buku, Kakashi menangkap kunai itu dengan mudah. Butuh waktu bagi Kakashi untuk menyadari sebuah kertas peledak yang tergulung pada gagang kunai itu.

*Boom*

Ledakan besar menutupi tempat Kakashi berada. Naruto yang mengawasinya dari salah satu dahan pohon.

'Dia berhasil lolos.' Batinnya.

Kakashi muncul di depan Naruto sambil tetap memegang bukunya, "Kau benar-benar ingin membunuhku, Naruto?"

Naruto hanya tersenyum, "Kau sendiri yang menyuruh kami untuk menyerang dengan niat membunuh. Sebelum kita bertarung, bolehkah aku bertanya? Apakah benar siapapun yang merebut lonceng itu akan lulus?"

"Kau bisa menyadarinya? Kalau begitu biar kuberi kau satu nasihat… ninja itu bisa melihat ke yang lebih dalam dari yang terdalam." Ucap Kakashi.

"Aku tidak mengerti. Tapi, ya sudahlah." Ucap Naruto dengan tidak peduli. 'Ternyata ada maksud lain di balik tes ini. Tidak mungkin kita hanya perlu mendapatkan lonceng itu.'

Kakashi langsung merasakan hawa keberadaan seseorang dari belakang dan mendapati ada klon Naruto yang berusaha menendang kepalanya. Dengan cepat dia menunduk untuk menghindar namun Naruto yang asli menyerang dengan kunai.

Kakashi melompat menjauhi mereka dan kemudian beberapa buah shuriken melayang dari tempat lain menuju dirinya. Shuriken-shuriken berhasil mengenai tubuhnya namun dia tiba-tiba menghilang digantikan sebuah batang pohon.

'Kawarimi no Jutsu. Dia berganti tempat.' Pikir Naruto.

Selang beberapa saat kemudian, Kakashi muncul di belakang Naruto. "Seorang ninja tidak akan membiarkan dirinya ditangkap dari belakang." Ucap Kakashi selagi membentuk segel Tora dengan kedua tangannya.

'Dia akan menyerangku dengan jutsu.' Pikir Naruto yang langsung bersiaga.

"Konohagakure Hiden Taijutsu Ōgi: Sennen Goroshi"

Meneriakkan nama jutsunya, Kakashi menusukkan jarinya tepat menuju tempat-di-mana-cahaya-tidak-bersinar dengan dalam.

*Poof*

Kakashi melebarkan mata satunya ketika 'Naruto' menghilang dalam kepulan asap, dan saat itu Naruto yang lain menyerang Kakashi dari belakang. Dengan cepat Kakashi menghindari serangannya. Satu lagi klon Naruto keluar dari persembunyiannya dan menyerang.

Kedua klon Naruto itu mulai melancarkan tendangan bersamaan yang berhasil membuat Kakashi terpental mundur. 'Dia tidak membiarkanku untuk membaca buku.' batin Kakashi sambil menghindari serangan dua Naruto, 'Tampaknya aku harus serius.'

Kakashi kemudian melompat mundur dan memasukkan kembali bukunya. Setelah itu dia maju dan mulai bertukar serangan dengan mereka.

Di tengah pertarungan mereka, salah satu Naruto mengambil sebuah kunai lalu berniat menusuk Kakashi. Kakashi menghindar dan menangkap tangan Naruto itu sebelum melemparnya ke Naruto lainnya. Ketika kedua Naruto itu bertabrakan, mereka langsung menghilang dalam kepulan asap.

'Bunshin lagi, ya? Jadi yang asli masih bersembunyi di suatu tempat.' Kakashi kemudian ikut menghilang juga dalam kepulan asap.

Tidak jauh dari sana, Naruto yang asli sedang bersembunyi. 'Si mesum itu, kupikir dia akan menggunakan jutsu. Jika aku yang asli mendapatkan serangan itu, aku bersumpah akan membakar semua buku kotornya!"

Di lain tempat, Sakura keluar dari persembunyiannya dengan niat untuk mencari Sasuke.

"Sakura, di belakangmu."

Sakura mendengar suara seseorang dari belakang. Dan ketika dia berbalik, yang pertama kali dilihatnya adalah Kakashi melototinya. Pria bermasker itu membentuk segel tangan Ne.

"Magen: Narakumi no Jutsu."

Sakura melihat dedaunan yang berputar mengelilinginya sebelum akhirnya terbang menjauh. Saat itu juga Sakura tersadar dan melihat sekitarnya namun tidak menemukan Kakashi di manapun. "Di mana sensei? Tadi dia ada di sini."

"S-Sakura."

Sakura tersenyum senang ketika mendengar suara Sasuke. Saat dia menoleh ke asal suara tersebut, wajahnya memucat. Dia melihat Sasuke dalam keadaan hampir mati dengan banyak kunai dan shuriken yang tertancap di tubuhnya.

"Kyaaa!" jerit Sakura sebelum akhirnya pingsan.

'Kurasa aku kelewatan.' Batin Kakashi sebelum lanjut membaca bukunya.

Naruto mendengar jeritan Sakura, tapi dia tidak memedulikannya dan mulai berpikir.

'Hanya ada dua lonceng, itu artinya apapun yang terjadi salah satu dari kami pasti akan kembali ke akademi. Kemarin dia mengatakan akan ada sembilan orang yang berhasil. Sudah kuduga ini akan menjadi sulit. Hanya ada dua orang yang berhasil dari tes ini, dan sudah pasti kami akan saling memperebutkan loncengnya. Dia berusaha membuat kami bertiga saling bertarung satu sama lain demi lonceng itu, artinya… begitu ya.'

Di tempat Sasuke berada, dia juga mendengar jeritan Sakura dan melihat ke asal jeritan itu.

"Tenang saja, itu hanya genjutsu."

Sasuke berbalik ketika mendengar suara Kakashi. Pria itu saat ini bersandar pada sebuah pohon masih dengan pandangan pada bukunya.

"Genjutsu ya… aku tidak terkejut dia akan kalah. Tapi aku tidak sama seperti mereka, aku bisa merebut lonceng itu." Ucap Sasuke dengan dingin.

"Katakan itu setelah kau merebut loncengnya."

Sasuke kemudian melemparkan beberapa shuriken ke arah Kakashi yang berhasil dihindarinya. Tapi Kakashi kemudian menyadari salah satu shuriken itu memotong sebuah tali dan beberapa pisau melayang ke arahnya, membuat Kakashi menghindar lagi.

Secara mengejutkan, Sasuke muncul di belakangnya dan melancarkan tendangan. Kakashi menangkis tendangan itu dan menahan kakinya. Tapi Sasuke kemudian melancarkan sebuah pukulan dan diikuti tendangan dari kaki yang lain.

Kakashi menggunakan tangannya yang lain dan menangkap tangan Sasuke kemudian menangkis tendangannya. Walaupun kedua kakinya ditahan, Sasuke berusaha mengambil lonceng yang ada pada Kakashi. Dengan cepat Kakashi melemparkan Sasuke untuk menjauh darinya.

"Kuakui kau memang berbeda dari Sakura, tapi itu masih belum cukup untuk merebut loncengnya. Apa kau tahu walau Naruto gagal mendapatkan loncengnya, dia hampir mengalahkanku. Harus kukatakan dia lebih hebat darimu."

"Tch. Jangan samakan aku dengan si bodoh itu." Ucap Sasuke sebelum membentuk beberapa segel tangan.

"Katon: Gōkakyū no Jutsu!"

Kakashi melebarkan matanya. 'Jutsu itu seharusnya tidak bisa dipelajari oleh seorang genin.'

Sasuke menyemburkan sebuah bola api berukuran besar dari mulutnya dan bola api itu melahap Kakashi. Ketika bola api itu menghilang, yang tersisa hanya kawah kecil di tempat Kakashi, namun Kakashi sendiri sudah menghilang.

"Di mana dia?!" Sasuke melihat sekitar.

*Zrak*

Sebuah tangan keluar dari dalam tanah dan memegang kaki Sasuke.

"Doton: Shinjū Zanshu no Jutsu."

Tangan itu menarik Sasuke ke bawah sehingga menyisakan kepalanya di atas permukaan tanah. Setelah menarik Sasuke ke dalam tanah, Kakashi keluar dan menghampirinya.

"Kemampuanmu memang mengagumkan. Tapi seperti kataku tadi, itu masih belum cukup untuk mengalahkanku." Ucap Kakashi sebelum meninggalkan Sasuke sendirian.

Beberapa saat kemudian, Kakashi melihat Naruto yang sedang berdiri menunggunya, "Apa kau yang asli atau hanya bunshin?"

"Kau pikir aku akan memberitahumu?"

"Benar juga. Aku tidak menyangka kau adalah lulusan terburuk di akademi setelah melihat kemampuanmu sejauh ini. Bukan hanya itu, dapat menggunakan Kage Bunshin no Jutsu… kau bukan anak biasa." Kakashi memuji Naruto. 'Hokage-sama mengatakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikannya. Aku harus mengawasinya.'

"Aku sudah tahu tujuan sebenarnya tes ini." Ucap Naruto membuat Kakashi tertarik mendengarnya. "Tes ini sejak awal bukan untuk merebut lonceng itu, tapi untuk melihat apa kami bertiga bisa bekerjasama atau tidak. Kau membawa dua lonceng karena ingin membuat kami berpikir ini adalah kompetisi individual, tapi sebenarnya kau ingin mengetes kerja sama kami."

"Kau sudah mengerti apa maksud tes ini. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Tidak ada yang bisa kulakukan dalam tes ini. Sasuke pasti tidak peduli dengan kami berdua dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Sakura hanya akan mementingkan Sasuke saja. Mereka berdua tidak mungkin mau mendengarkanku."

*Riiing*

Alarm yang dipasang Kakashi berbunyi.

"Sudah berakhir, ya?" gumam Kakashi.

"Kami sudah gagal. Jadi apa ini artinya kami akan kembali ke akademi?" tanya Naruto.

"Kau akan tahu nanti."

Beberapa menit kemudian, mereka semua berkumpul. Sakura diikat pada salah satu batang pohon. Terdengar gemuruh dari perut Sasuke dan Sakura.

"Tidak satupun dari kalian yang mendapatkan loncengnya, jadi kalian semua gagal dalam tes ini." Kakashi mulai berbicara.

"Jadi apa kami akan kembali ke akademi?" tanya Sakura.

"Tentang itu, kurasa kalian tidak perlu kembali ke akademi." Ucapan Kakashi membuat mereka bertiga terkejut. "Kalian bertiga… berhentilah menjadi ninja."

Mereka lebih terkejut lagi dari sebelumnya. "A-Apa maksudmu berhenti menjadi ninja?" tanya Sakura.

"Naruto, katakan apa inti dari latihan ini!"

"Kerjasama tim." Jawab Naruto membuat Sasuke dan Sakura melihatnya dengan wajah terkejut.

"Itu benar. Jika kalian bertiga bekerjasama, kalian pasti bisa mengambil lonceng ini dariku. Ini adalah tes yang dirancang dengan tujuan untuk melihat apa kalian bisa bekerjasama tanpa mementingkan kepentingan pribadi. Alasannya hanya ada dua lonceng adalah untuk membuat kalian tercerai."

Sasuke dan Sakura akhirnya mengerti apa maksud Kakashi sebenarnya. Tapi mereka masih tidak mengerti mengapa mereka harus berhenti menjadi ninja daripada kembali ke akademi.

"Apa kalian tahu mengapa sebuah tim dibentuk? Mengapa harus diseimbangkan? Itu semua karena yang terpenting bagi seorang ninja adalah kerja sama." Kakashi sebelum berjalan menuju sebuah monumen batu yang ada di sana. "Lihatlah ini, ada begitu banyak nama yang diukir di atas monumen ini, ini adalah nama para pahlawan yang ada di desa ini. Mereka bukan sekedar pahlawan biasa, mereka adalah pahlawan yang mati dalam misi mereka. Nama teman-temanku juga terukir di sini."

Dia kemudian melirik mereka bertiga.

"Kalian akan kuberi kesempatan satu kali lagi. Tapi setelah ini tesnya akan menjadi lebih sulit, jadi makanlah bekal yang sudah kusediakan. Tapi jangan beri bekal itu kepada Sakura karena dia tidak melakukan apapun. Siapapun yang memberikannya akan langsung gagal. Ingatlah, di sini aku yang membuat peraturan!"

Setelah mengatakan itu, Kakashi menghilang di balik kepulan asap.

Naruto dan Sasuke duduk dan memakan bekal makan siang mereka. Sementara itu Sakura masih terikat pada batang pohon dan diam kelaparan. Sesekali terdengar perutnya yang keroncongan.

Karena merasa kasihan, Naruto mengambil sebuah kunai dan memotong tali yang mengikat Sakura. Sakura menjadi terkejut dan bingung karena dia dilepaskan. Naruto kemudian memberikan bekal makan siangnya pada Sakura.

"Ini, makanlah. Aku sudah sarapan tadi pagi." Ucap Naruto, "Jika kau mati hari ini, itu akan sangat merepotkan."

'Oh, ayolah. Aku ingin melihatnya menderita.'

'Diamlah, Kurama.'

"Naruto, kau…" Sakura menjadi terharu karena orang yang dibencinya selama ini berbalik menolongnya. Secara mengejutkan Sasuke memberikan bekal makan siangnya juga.

"Makan punyaku juga. Saat ini aku tidak merasakan kehadiran Kakashi. Lagipula kau tidak akan berguna jika bertarung dengan perut kosong nantinya." Ucap Sasuke.

"Kalian…" gumam Sakura.

*Poof*

Kepulan asap besar muncul di depan mereka, dan dari dalam sana keluar Kakashi. "Kalian… sudah kubilang jangan beri bekal itu kepadanya. Sudah kubilang aku adalah peraturan dan kalian melanggarnya."

"Memangnya kenapa jika kami melanggar aturan yang kau buat? Sakura adalah rekan kami, sudah seharusnya kami menolongnya. Kau sendiri yang berkata kami harus mengesampingkan kepentingan pribadi kami." Balas Naruto.

"Aku setuju dengannya." Tambah Sasuke.

"Kalian berdua sudah berani melanggar perintah guru kalian sendiri, huh?"

"Kakashi-sensei! Jangan salahkan mereka berdua. Daripada mereka, sebaiknya kau gagalkan saja aku. Akulah yang tidak berguna di sini dan hanya menyusahkan mereka berdua. Biar aku saja berhenti menjadi ninja!" sela Sakura yang membuat mereka bertiga melihatnya dengan terkejut.

"Kalian…" Kakashi memberikan mereka tatapan tajam. Mereka bertiga sudah siap menerima apa yang akan dikatakan oleh Kakashi. "Lulus."

"Eh?" mereka bertiga hanya menatapnya dengan bingung. "Kenapa kami lulus?!" tanya Sakura membuat Kakashi tersenyum lewat matanya.

"Di antara semua tim yang mendapatkan tes ini dariku, kalian adalah tim pertama yang berhasil lulus. Selama ini semua tim mematuhi perintahku sehingga saling berlawanan atau tidak memberikan bekal mereka. Karena itulah, mereka gagal. Seorang ninja itu harus bisa melihat ke yang lebih dalam dari yang terdalam…" Kakashi kemudian menatap monumen batu tadi. "Orang yang melanggar peraturan disebut sampah, tapi orang yang meninggalkan temannya sendiri lebih buruk daripada sampah."

Ketiga genin yang baru lulus dari akademi itu menjadi senang.

"Baiklah! Tes hari ini selesai dan kalian semua lulus. Jadi mulai sekarang kita adalah Tim 7 dan besok kita akan melaksanakan misi bersama!" lanjut Kakashi membuat Sakura berteriak kegirangan sementara Naruto dan Sasuke hanya tersenyum tipis.

Hari itu juga Tim 7 terbentuk dan perjalanan mereka sebagai shinobi telah dimulai.


FLASHBACK


"Hiks…"

Langit sedang menangis. Namun tangisan langit tidak sekeras tangisannya. Dia menatap tubuh tidak bernyawa.

Dia mengalihkan pandangannya dan melototi sosok di depannya. Sosok itu memiliki mata yang aneh, pola matanya seperti riak air atau tiga cincin berbeda ukuran. Sosok itu menyeringai, membuatnya menggertakkan giginya.

Tubuhnya terluka parah, dia tidak bisa bergerak. Dia memeluk mayat gadis yang ditangisinya, dan menjerit keras.

"Raaaarrgh!"


To Be Continue


Chapter 1 selesai!

Saya kembali dengan hasil rewritten dari Naruto Chronicles: The Orange Shinobi dan Naruto Chronicles 2: Dawn of Despair! Judulnya telah saya ubah menjadi Maelstrom Chronicles. Mengapa saya menulis ulang cerita ini? Alasannya sederhana, saya kehilangan ide untuk melanjutkan cerita originalnya.

Di cerita original, saya memberikan banyak kekuatan kepada Naruto. Oleh karena itu, saya merasa bingung bagaimana harus menulis pertarungannya. Kemudian, ide-ide lain seperti Danzō menjadi Hokage, Naruto dan yang lainnya menjadi buronan, aliansi Jinchūriki, Nichibotsu, dan masih banyak lagi. Saya merasa terlalu banyak ide di dalam cerita sehingga bingung bagaimana mau melanjutkannya.

Di tengah kebingungan saya, saya memutuskan untuk menunjukkan kekuatan Rikudō Senjutsu yang seharusnya tidak Naruto gunakan sebelum menghadapi musuh yang benar-benar terlalu kuat. Kemudian, bertambah buruk dengan pembicaraan Naruto dan Ay sebelum Naruto pergi ke Iwa.

Akan ada beberapa perubahan penting pada cerita ini. Salah satunya adalah Kaguya. Dia tidak berada di dalam tubuh Naruto sejak awal cerita, tapi akan tetap menjadi tokoh yang penting nantinya.

Lalu, mengenai karakteristik Naruto. Berbeda dengan sikap dingin di cerita original, Naruto di cerita rewritten memiliki sikap jahil juga. Tapi kita tahu bahwa di cerita original, Naruto juga menyembunyikan kepribadian aslinya. Jadi, saya tidak bisa mengatakan apakah Naruto yang sedikit jahil di cerita ini adalah kepribadian aslinya atau bukan. Tunggu, sepertinya saya sudah menunjukkan sedikit tentangnya di chapter ini.

PROFIL KARAKTER

Uzumaki Naruto

Gender: Laki-Laki

Usia: 12 tahun

Klasifikasi: Jinchūriki, Tipe Sensor

Afiliasi: Konohagakure; Ne (dahulu)

Klan: Klan Uzumaki

Profesi: Shinobi

Pangkat Ninja: Genin; Anbu (dahulu)

Tim: Tim 7

Bijū: Kurama/Kyūbi

Perubahan Alam: Fūton/Angin

Jutsu: Kage Bunshin no Jutsu, Oiroke no Jutsu dan variasinya, Tajū Kage Bunshin no Jutsu, beberapa jutsu Fūton

Kemampuan Lain: Sensor, Shunshin no Jutsu, merasakan emosi negatif, penyembuhan diri saat menggunakan chakra Kyūbi


RINGKASAN ARC BERIKUTNYA

Tim 7 melakukan beberapa misi sebagai ninja! Namun, mereka akan menerima satu misi yang lebih sulit lagi. Seorang tukang bangunan datang dan mereka akan melakukan perjalanan ke luar desa. Mengungkap rahasia di balik misi mereka dan menghadapi bahaya yang terlalu besar untuk tim yang baru lulus dari akademi.

Arc 2 – Negara Ombak

Chapter Berikutnya: Misi Pengawalan

Jā matane!