STUPID MARRIAGE

Park Chanyeol/Byun Baekhyun

GS

.

6. HONEYMOON

.

.

.

Pukul enam tiga puluh, waktu yang terlalu pagi bagi Chanyeol untuk bangun apalagi untuk memulai aktifitas. Beberapa kali ia mengerang malas saat Yoora menariknya paksa dari tempat tidur. Ia bahkan nyaris berakhir dengan dimandikan paksa oleh ibunya jika tidak ada Baekhyun, istrinya, wanita yang kemudian disuruh memandikan Chanyeol sehingga Chanyeol harus kelimpungan menolaknya mati-matian.

Pukul tujuh tiga puluh pagi, suasana bandara Incheon tampak sudah cukup ramai dengan orang-orang yang sibuk berlalu-lalang dengan menyeret koper masing-masing. Chanyeol menyeret kopernya sendiri sambil berusaha agar tetap terjaga. Ia menimang dua tiket pesawat di tangannya dan teringat bahwa Baekhyun tidak berada di sisinya. Ia berhenti untuk menoleh ke belakang, membiarkan Yoora, Sejeong dan Ibunya berjalan lebih dulu. Istrinya itu tampak kesulitan dengan kopernya yang juga menggembung. Chanyeol sempat berpikir untuk ke sana dan membawakan kopernya, tapi kakinya tidak bergeming dan justru hanya diam di tempat sampai Baekhyun berhasil menyusulnya.

Ketika mereka berjalan sejajar, Chanyeol ingin sekali menggenggam lengannya, memastikan gadis itu tidak akan kemana-mana tanpanya, tidak tersesat atau apa. Tapi jemarinya terlanjur kaku. Akhirnya ia menghentikan langkah sebentar, menunggu sampai gadis itu dua atau tiga langkah di depannya, baru kemudian ia berjalan menyusul. Dengan begitu, setidaknya ia masih bisa memastikan gadis itu tidak lepas dari pengawasannya.

"Jalanmu pelan sekali," ujarnya.

"Cerewet!"

Baekhyun menghentikan langkah sebentar untuk menyeka keringat yang mulai terbentuk di pelipisnya. Saat itulah Chanyeol menyeret kopernya, tak lupa sambil mengomel. "Kalau begini kita bisa ketinggalan pesawat!"

Ibunya tampak berlebihan sekali saat melepasnya, seolah Chanyeol bukannya mau pergi bulan madu tapi pergi menjalani wajib militer. Ngomong-ngomong, iya, itu benar. Ia dan Baekhyun akan pergi selama mungkin seminggu untuk... yah... itulah pokoknya. YoungMi menyusut airmatanya ketika memasuki pintu keberangkatan, secara bergantian ia memeluk Chanyeol dan Baekhyun begitu erat. Yoora hanya tersenyum lembut dan menepuk-nepuk pundak Chanyeol entah apa maksudnya, sedikit berbisik pada Baekhyun yang membuat mata gadis itu membeliak ngeri. Sementara Sejeong, dari tadi pagi ia sudah bersungut-sungut karena tidak diajak, tidak mengerti kenapa bulan madu artinya hanya pergi berdua saja.

Chanyeol mengecup pipi ibunya sekilas sebelum berangkat, membiarkan wanita baya itu menahan lengannya sebentar dan membisikkan sesuatu yang terdengar seperti menggoda. "Baik-baiklah kalian di sana. Jaga menantu Ibu, dan... tolong cepat berikan kami cucu."

''

"Memangnya... kita akan kemana, Yeol?"

Chanyeol mengangkat wajah dari layar ponselnya. Selama di pesawat, ini adalah kali pertama gadis itu bicara karena mereka tampak canggung sekali saat berduaan "Kepulauan Virgin," jawabnya.

"HAH?! V-virgin?! Virgin itu artinya P-perawan?!" Baekhyun nyaris berteriak histeris saking kagetnya, membuat Chanyeol terpaksa membekap mulut gadis itu agar ia tidak semakin mengundang perhatian. Tiba-tiba saja wajah gadis itu memucat seperti telah didatangi malaikat pencabut nyawa. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan bergerak pelan mundur menjauhi Chanyeol, berusaha tidak kentara, namun sebaliknya, ekspresi wajahnya tampak agak berlebihan.

"Kenapa?" Chanyeol mendengus kesal.

"T-tidak. Na-namanya terdengar menyeramkan."

"Menyeramkan?"

"Eoh. K-kenapa harus Virgin, sih? Itu membuatku merinding. B-bisakan kita pindah tujuan saja? Atau setidaknya namanya diganti."

Atau boleh tidak ia tukar tambah istri saja? Chanyeol memutar bolamata.

"Kau pikir nenekmu yang menemukan atau membuat pulau itu? Lagipula kita itu sudah sah menikah, hentikan bersikap seperti aku akan memperkosamu!"

Baekhyun terdiam dan menunduk. Bukan apa-apa, wajahnya memerah sekarang. Tadi memang ia berteriak yang membuat penumpang sekitar sempat menoleh kearahnya dengan pandangan terganggu. Tapi sekarang, Chanyeollah yang membuat para penumpang itu kembali mencuri pandang mereka, sekarang dengan tatapan penuh minat. Pria itu tanpa sadar bicara terlalu keras.

"Maaf," sungutnya, mencebikkan bibir.

Chanyeol menyeringai puas. Ia mengembalikan kepalanya kepada sandaran kursi dengan masih membiarkan senyuman janggal menghiasi bibirnya. "Lagipula nanti, ketika kau melihat keseksianku, bisa dipastikan siapa yang pada akhirnya memohon-mohon, siapa yang akhirnya memerkosa siapa," gumamnya, senyum di satu sudut bibirnya semakin aneh saja. Baekhyun merinding.

"Permisi, Tuan, Nyonya."

Senyuman itu menghilang tiba-tiba. Chanyeol berdeham dan menegakkan posisi duduknya. Seorang pramugari dengan senyum ramah dan pipi yang entah kenapa agak merona merah menawarkan minuman, rupanya itu adalah waktunya coffee break.

"Aku minta segelas kopi," Baekhyun mendahului saat Chanyeol sudah akan angkat suara. Ia menutup mulutnya lagi dan menatap Baekhyun dengan pandangan heran, lalu cepat-cepat berbalik pada pramugari itu lagi.

"Kalau begitu tolong bawakan saya segelas susu."

Pramugari itu berlalu meninggalkan mereka, menawari penumpang yang lain sebelum ia keluar dari kabin penumpang menuju pantry.

"Chanyeol-ah, lihat ke bawah! Ada awan," gamitnya di lengan Chanyeol.

Chanyeol sebenarnya tidak berminat melihat awan dari atas pesawat, tapi berhubung Baekhyun terus mendesak, ia menurut.

"Tidak ada yang istimewa," ujarnya lalu bermaksud berbalik.

Sial! Seharusnya ia tidak menoleh pada Baekhyun tadi. Karena sekarang wajah gadis itu berjarak hanya hitungan senti darinya. Chanyeol seharusnya segera menjauh. Namun, alih-alih menjauh, Chanyeol justru berakhir dengan memotong lagi jarak wajahnya ke wajah gadis itu. Ini hampir akan menjadi benar-benar honeymoon bagi mereka jika saja... yah jika saja hal seperti ini tidak terjadi, setidaknya tidak di waktu sekarang.

Baekhyun sebenarnya tidak mungkin melakukan perlawanan apapun, hanya menahan napasnya ketika merasakan napas Chanyeol yang mendesak di indera penciumannya. Sayangnya, perutnya tidak sependapat. Tinggal sedikit lagi, namun tiba-tiba ia merasa akan muntah.

Chanyeol memundurkan tubuhnya, sedikit panik dan tentunya kesal. Tapi melihat bagaimana gadis itu memucat, seketika alasan dari kepanikannya berubah.

"Kau mual?"

"Hmm, hanya sedikit pusing. Mabuk udara," gumam Baekhyun sambil memijat keningnya, berharap dengan begitu pusingnya yang semakin menjadi-jadi akan berhenti.

"Sini." Chanyeol menarik pinggang gadis itu agar mendekat, memosisikan Baekhyun agar memunggunginya. Dan jemarinya mulai beraksi, menyusup di antara helai rambut halus Baekhyun, menyebabkan aroma segar stroberi semakin kuat mendominasi indera penciumannya. Ia tampak terampil saat memijat kepala Baekhyun, satu hal yang barusaja Baekhyun ketahui, tadinya ia berpikir pria itu hanya berbakat dalam dua hal; bermain ponsel dan menjahili orang. Ternyata bakat barunya adalah ahli pijat.

"Bagaimana?"

"Hebat sekali. Aku tidak tahu kau itu seorang tukang pijat."

"YAH!"

Sebagai jawaban berikutnya, Chanyeol bisa mendengar gadis itu nyengir pelan. "Bercanda, Pabo -ssi."

"Perhatikan siapa yang kau panggil bodoh," balasnya dalam gumaman. Jemarinya terus bergerak dengan terampil, menekan titik-titik tertentu di pundak Baekhyun.

Setelah beberapa saat, entah bagaimana, suasana menjadi sendu.

"Baekhyun-ah, kau tahu? Aku mungkin bukan suami terbaik untukmu. Aku bukan suami yang bisa membawakan barang-barangmu dan menggendongmu kemanapun hanya agar kau tidak lelah, tapi setidaknya, aku suami yang selalu berdiri dibelakangmu untuk mengawasimu, dan suami yang ada dibelakangmu untuk memijatmu setiap kau merasa lelah...," Chanyeol diam sebentar, entah ia kerasukan malaikat apa tadi saat mengatakan itu. Dan sekarang, ia berharap Baekhyun tidak pernah berbalik atau wajahnya akan terlihat seperti habis direbus. Gadis itu memang tidak berbalik atau memberikan respon apa-apa.

"Baekhyun?"

Masih tidak ada jawaban.

"YAH! Pabo~ya! Kau tidur ya?!"

"Ehm? Kau membuatku mengantuk Chanyeol-ah..."

Chanyeol nyaris membenturkan kepalanya ke tembok pesawat jika saja pramugari yang sama dengan yang tadi sempat—katakanlah mengganggunya kembali. Di tangan wanita itu adalah sebuah baki berisi secangkir kopi dan segelas susu. Chanyeol mengambil kedua gelas itu. Kopi untuknya, dan menyerahkan gelas susu pada Baekhyun.

"Yeol, kita tertukar."

"Tidak. Kopi tidak bagus untukmu. Mulai sekarang, tidak boleh ada hal buruk di sekitarmu, selain aku tentunya."

''

"Woaaaaahhh. Daebak!"

"Wah, Yeol, lihat itu!"

"Lihat langitnya!"

"Lihat rumah-rumah itu!"

"Yeol, lihat orang plat mobil itu!"

Kata-kata seperti itu yang diucapkan Baekhyun berkali-kali sepanjang jalan hingga mobil yang menjemput mereka sampai di tempat tujuan. Pantai. Baekhyun segera melompat dari mobil, melepas sepatunya dan melempar mereka entah kemana hanya agar kakinya bisa segera merasakan pasir pantai yang halus di bawah kaki telanjangnya. Pasir disana putih dan ombaknya bagus, bergelung-gelung dengan warna biru langit memukau.

Baekhyun pasti sudah mengira ini Jeju jika saja tidak melihat beberapa orang asing tadi, termasuk supir yang menjemput mereka, dan kemudian mengira ini Hawaii jika saja Chanyeol tidak menyebutkan nama Kepulauan Virgin sebelumnya. Virgin, mau tidak mau nama itu kembali membuatnya merinding.

"Welcome to Saint Thomas. Please enjoy your tour, Mister, Misses," ujar pria pirang dengan kulit kemerahan berbintik-bintik yang tadi menjadi supir sekaligus guide mereka, logatnya Hawaiian, senyumnya lebar dan ramah, yang dibalas Baekhyun dengan membungkukkan badan sedikit dan balas tersenyum. Padahal ia tidak begitu mengerti orang itu bicara apa dari tadi. Mungkin mengenalkan diri sebagai Thomas? Thomas seperti nama kereta api biru yang sering ditontonnya.

Lalu Chanyeol merasakannya, ketika tangan halus itu menyelusup di antara jemari panjangnya, menariknya lebih dekat ke bibir pantai. Sampai pada garis dimana ombak mulai menyapu kakinya, Baekhyun menghentikan langkahnya. Ia menatap Chanyeol dan menyuruh pria itu duduk.

"Untuk apa?" tanya Chanyeol, waspada dan keras kepala.

"Duduk saja!"

Setelah berpikir panjang, dan setelah Baekhyun terasa memaksa dengan mencoba mendorong ke bawah pundak Chanyeol, pria itu mengalah dan duduk di atas pasir. Gadis itu berjongkok di hadapannya, memasang senyum. Sesaat gravitasi tidak berlaku bagi Chanyeol. Sesaat itu ia tidak tahu apakah ikan hidup di laut atau kebun binatang. Sesaat itu ia menjadi begitu idiot ketika melihat gadis itu menyunggingkan satu senyum manis miliknya. Bibirnya menipis, tapi semakin menggoda, giginya putih dan berjejer rapi, kecil, dan dua gigi taring menyembul sedikit seperti anak kucing. Senyum terbaik yang pernah ia lihat.

Baekhyun melepaskan sepatu Chanyeol berikut kaus kakinya, lalu dengan hati-hati ia menjejakkan kedua kaki pria itu ke atas pasir laut yang menyimpan kehangatan. Membuat Chanyeol bergidik sebentar dengan perubahan suhu di bawah kakinya.

"Sepatu tidak selamanya melindungi kakimu, kau kan jadi tidak bisa merasakan betapa menyenangkannya pasir pantai."

Lalu, air laut segera menerjang halus mereka berdua, menyebabkan pasir-pasir tertinggal di kaki keduanya.

Sepanjang sore, mereka menghabiskannya dengan bergandengan sepanjang pesisir seperti orang tua dan bermain layaknya anak-anak. Gadis itu, dengan segala tampak luar kekanak-kanakkannya, membuat Chanyeol merasa ngeri sekaligus ingin tertawa bergulingan ketika menyaksikan Baekhyun yang hampir digulung ombak ketika mengambil bola pantainya.

"Suami tidak selamanya melindungimu, kau kan jadi tidak bisa merasakan betapa menyenangkannya air laut," oloknya, memutar balik kalimat Baekhyun yang terpatri di otaknya. Akibatnya, pria itu harus merasakan perih di mata saat Baekhyun memercikkannya air laut.

Dan ia baru menyadari ia bisa tertawa selepas ini, mengangumi sejauh ini. Ternyata pantai atau tempat manapun bisa saja seindah ini jika bersama orang yang tepat. Bahwa di satu waktu tertentu, kau bisa saja tidak bisa melindunginya. Setidaknya, kau membuatnya nyaman, itu yang lebih penting.

''

Bulan madu. Seharusnya ini menjadi liburan sempurna baginya. Tanpa si berisik Sejeong, tanpa ibu atau nunanya yang cerewet, tanpa ayahnya yang kaku. Hanya satu gadis bodoh ini, dan itu... entahlah, tidak bisa dikatakan mengganggu. Saint Thomas, salah satu dari Kepulauan Virgin yang disebut-sebut sebagai salah satu tempat paling romantis untuk menghabiskan bulan madu. Pulai sempit, vila pribadi di tengah hutan tropis, curah matahari yang banyak, pantai eksotis dengan ombak menawan dan pasir lembut, dan yang paling penting, bukan kawasan ramai seperti Hawaii atau Bali. Tempat ini benar-benar simbol dari kehidupan mewah yang bersifat penuh privasi.

Yah, tempat yang sangat sempurna untuk berenang atau berjemur, atau mungkin— seperti fungsi pulau ini, berbulan madu tentunya. Dan Chanyeol menghabiskan hari pertama honeymoonnya itu dengan duduk di kasur menatap laptop. Kali ini ia tidak bermain game apalagi melakukan suatu pekerjaan, tapi melakukan perselancaran internet. Kecepatan browsing di sini memang tidak sebagus di Korea, tapi ini sudah termasuk cukup memuaskan. Baekhyun sudah berangkat pagi-pagi sekali entah kemana bersama Margareth, wanita gemuk berusia awal tiga puluhan pengurus villa mereka. Dia bilang ke pantai, tapi bahkan tanpa mengajak Chanyeol, membuat pria itu harus mendengus lagi mengingat itu. Margareth pintar berbahasa Korea karena sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarga Park, dan itu sedikit membuat Chanyeol bersyukur bahwa ia tidak benar-benar terdampar di planet asing sekarang. Tapi sialnya membuat Baekhyun lebih akrab dengan wanita yang bahkan baru dikenalnya beberapa jam lalu itu ketimbang suaminya sendiri.

Chanyeol mengklik mousenya, membuka jendela jejaring sosial instagram. Loey27, itu yang ia masukkan tadi saat login, dan detik berikutnya ia sudah membuka pilihan setting akun, detik itu juga terpikir untuk mengganti password. Ia mengetik cepat sambil-sambil menyeringai aneh. Tidak ada yang tahu sejak kapan mengganti password Instagram adalah sesuatu yang sangat membahagiakan bagi seorang Park Chanyeol. Ia keluar dari akun itu, lalu mencoba login lagi. Senyumnya semakin lebar ketika kata sandi baru yang ia masukkan ternyata berhasil. "BaekLoveYeol".

Berikutnya mousenya terdengar berbunyi klik beberapa kali. Chanyeol melihat-lihat pemberitahuan dan berbagai foto di halaman berandanya sebelum merasa jengah. Membuka Instagram lewat web memang semembosankan itu. Maka ia nyaris mengklik pilihan signout untuk kedua kali ketika satu ide kembali muncul. Ia mengetik di kotak pencarian nama Byun Baekhyun. Ada beberapa akun yang muncul, namun tidak sulit bagi Chanyeol untuk mengetahui Baekhyun yang mana. Itu dia. baek_hyunee.

Chanyeol menatap setiap unggahan foto gadis itu dengan penuh minat, tanpa mendekatkan jempol besarnya pada pilihan follow. Ia tidak mau gadis itu tahu bahwa ia telah memata-matainya. Unggahan gadis itu tidak banyak, bersaing dalam jumlah siapa paling sedikit dengan akun milik Chanyeol sendiri. Yang membuat Chanyeol melongo adalah beberapa—puluhan komentar untuk gadis itu. Kesemuanya berasal dari fans Chanyeol. Ya, ya, jangan tertawa dulu. Chanyeol memang punya fans, para gadis yang nyaris menjerit setiap ia lewat, entah itu semasa SMA, maupun selama ia berkuliah di Melbourne. Gadis asing saja tidak bisa menampik pesonanya. Chanyeol mengenal sebagian dari akun-akun kurang ajar itu karena merekalah yang setiap hari memenuhi pemberitahuan dan kotak masuk Chanyeol dan membuat matanya sakit membaca semua kalimat memuja itu. Sekarang ia baru menyadari bahwa mereka juga dengan kurang ajarnya melontarkan kata-kata kasar untuk Baekhyun, mereka sangat tidak terima dengan pernikahan Chanyeol dan Baekhyun lah sasarannya.

chanwifeu: Cantik juga tidak. Wajahmu itu seperti tikus mati. Lebih baik menjauh dari Chanyeol sekarang juga!

loeysbabe: Is this Loey's wife? LOL u must be kidding me!

loeysbabe: Stay away from Loey!

rosieforloey: LOL Loey should marry me instead rather than this PIG. What a joke!

Chanyeol menghela napas gerah. Ia mengklik keluar dari akunnya, memutuskan menyabotase akun adiknya. Cara ini efektif sekali dalam dua hal, menjaga nama Chanyeol tetap bersih, dan yang kedua tidak akan membuat mereka semakin menghinakan Baekhyun karena Chanyeol. Mudah saja untuk memasuki akun si bodoh Sejeong itu mengingat hanya ada satu nama yang sering berputar di otaknya, 'ChaEunWoo', itu passwordnya. Dengan senyum jahil tak henti-henti, ia membalas satu persatu setiap umpatan yang terlontar (dengan akun adiknya yang malang tadi), tentunya minimal sepuluh kali lebih menyakitkan dari yang pernah gadis-gadis monster itu bayangkan. Jiwa setannya seperti tercukupi dahaganya berkat setiap kalimat sadis yang ia tulis itu.

sejeongpark: rosieforloey: LOL DID YOU JUST LOOK AT THE MIRROR WHEN YOU SAID PIG?!

sejeongpark: loeysbabe Nah, you're the one should change ur username that makes me want to puke ;p

Lalu, sebelum ia berhasil membersihkan setiap hama di timeline gadis itu, sebuah unggahan terbaru membuat konsentrasinya buyar. Gadis itu sedang online! baek_hyunee yang difollow Sejeong sedang online. Parahnya, foto terbaru yang ia publikasikan beberapa detik lalu itu membuat mata Chanyeol panas seketika.

Keterangan di foto itu pendek saja, berbunyi "liburan di Amerika yang menyenangkan ^^"

Apa katanya?! Liburan?! Harusnya ia menulis bulan madu! Lalu foto itu, astaga, apa-apaan sih dia itu?!

Chanyeol merasa seluruh darahnya sekarang terpompa ke atas kepala hanya dengan menatap foto itu. Gadis itu tampak begitu lugu di depannya tapi bahkan memakai pakaian seminim ini, berwarna merah dan menunjukkan begitu banyak kulit. Bahkan menguploadnya di media sosial.

Baiklah, Chanyeol merasa akan meledak sebentar lagi. Ia mengatupkan giginya rapat-rapat dan membanting laptop itu. Pikirannya berubah kacau dengan alasan yang tidak begitu ia mengerti. Ia kesal, itu saja.

''

"Baru pulang? Kemana saja?" tanya Chanyeol sinis begitu sore itu Baekhyun memasuki ruang tamu dengan langkah riang. Ia melirik pakaian gadis itu, menemukan semuanya tertutup rapat, membuatnya mendengus lagi.

Margareth berdiri di belakangnya, dengan pakaian khas pantai, sebelum tersenyum pada Chanyeol dan berlalu ke dapur, ia harus menyiapkan makan malam untuk majikannya yang sekarang tampak mirip singa kelaparan.

Baekhyun mengganti alas kakinya dengan sandal rumah bunny penuh bulu halus merah muda kesayangannya. Bahkan pergi kemana-mana ia tidak bisa tanpa sandal itu. Ia melangkah ke karpet di depan tivi dekat perapian dan duduk di samping Chanyeol yang sedang bersandar pada sofa. Pria itu hanya duduk di atas karpet dengan sebotol wine di atas meja serta kacang-kacangan.

"Aku habis ke pantai, Yeol. Ya Tuhan, di sana bagus sekali tadi! Aku dan Margareth mengumpulkan kerang, kemarin kita tidak melakukannya." ucapnya tanpa merasa bersalah apalagi menyadari pandangan tidak suka yang semenjak tadi Chanyeol tampilkan, membuat pria itu semakin tidak sabaran.

"Uh-uh, dan memakai bikini demi berburu pria bermata biru?" tanya Chanyeol sinis.

"Huh?" gadis itu tersentak, dengan cepat menoleh kearah Chanyeol, ada raut bingung sekaligus terkejut di wajahnya.

Baekhyun mengerjap sebentar. "Bagaimana kau tahu?" ucapnya blak-blakan, wajahnya menunjukkan sedikit takut, tapi lebih dikarenakan takut terhadap Chanyeol yang seolah memiliki kekuatan meramal atau apa.

Chanyeol mengatupkan rahangnya geram. Demi kura-kura Yesung! Dia bahkan lebih suka jika gadis ini berbohong demi menjaga perasaannya.

"Yah! Aku ini suamimu! Bagaimana bisa kau memamerkan tubuhmu pada orang lain tanpa seijinku?! Ah tidak, walaupun misalnya aku tiba-tiba gila dan mengijinkanmu melakukan itu, kau tetap tidak boleh melakukannya! Mengerti?! Aissh, setidaknya kau tidak perlu sampai memamerkan tubuhmu di Instagram yang bisa dilihat pria mana saja selain aku." Tampak sekali kekesalan dari setiap kata yang Chanyeol ucapkan.

Gadis itu menatap wajah Chanyeol yang memerah, rasa bersalah menghampirinya. Ia ingin mengatakan maaf tapi pasti Chanyeol akan tambah memarahinya, ia sendiri bingung kenapa ia selalu saja salah bagi pria itu. Jadi ia hanya mengigit bibir bawah sambil memelintir serat-serat karpet di dekat kakinya, berharap menemukan ide.

"T-tadi... Margareth yang meng-uploadnya, maafkan aku..."

"Sudah kuhapus."

"Apa?"

"Aku membajak akunmu dan menghapusnya."

"K-kenapa bisa?"

"Tentu saja bisa, aku 'kan jenius."

Baekhyun tidak berkomentar lagi, ia tidak mau Chanyeol dan kata-kata pedasnya meluncur semakin banyak. Pria itu terlihat menarik napas, juga menarik botol wine dari atas meja dan menuang ke cangkirnya sampai terisi seperempat.

"Kalau kau melakukan itu lagi," tatapan tajamnya kembali ke arah Baekhyun. Gadis itu telah menyiapkan mentalnya mendengar kata mutilasi atau komplotannya sementara jantungnya menunggu dengan gugup.

"Kalau kau melakukannya lagi, aku bisa kesal dan cemburu. Bisakah kau mengerti perasaanku?"

''

Baekhyun mengantarkan Margareth sampai ke pintu ketika sudah memasuki jam sembilan malam. Margareth tidak menginap karena rumahnya dekat, ia akan datang pagi-pagi sekali sekitar pukul enam untuk melakukan tugasnya dan pulang setiap jam sembilan. Sekarang villa besar itu terasa semakin sunyi saja setelah tidak ada orang lain, selain dia dan Chanyeol.

"2003 Vintage Bourgagne," gumam gadis itu ketika ia kembali duduk di sisi Chanyeol yang menuang kembali wine-nya. Kontan menyebabkan pria itu menaikkan alis dalam kebingungan. Gadis ini baru saja menyebutkan jenis wine di atas meja yang sedang Chanyeol minum.

"Kau tahu?"

"Euhm. Keluargaku sangat menyukai wine. Kami memiliki gudang penyimpanan khusus. Dan asal kau tahu saja, aku adalah peminum yang cukup baik," satu senyuman kembali menghiasi bibirnya, kali ini seperti sebuah kebanggan.

Tentu saja kebanggaan. Chanyeol saja nyaris memuntahkan kembali wine-nya demi mendengar itu. Gadis ini? Balita maniak merah jambu ini? Peminum wine? Telinganya pasti bercanda. Seperti bisa membaca pikiran meremehkan Chanyeol, ia memicingkan mata, lalu meraih gelas lain dari atas meja (ada dua buah gelas di situ) dan menuangnya seperti seorang profesional. Cara dia menenggaknya juga sempat membuat Chanyeol tertegun, begitu anggun dan... terbiasa. Gadis itu nyaris tidak mengernyit sama sekali ketika aroma dan rasa kuat Vintage Bourgagne menyentuh lidahnya.

Pulau tropis, hujan tengah menyapu setiap inchi tanah dan bangunan di luar malam itu. Membuat udara menjadi dingin sehingga Chanyeol harus menambahkan terus botol-demi botol wine ke gelasnya. Chanyeol menggelengkan kepalanya kuat ketika kesadarannya nyaris punah akibat bergelas-gelas wine yang tidak ia hitung. Ia memutuskan tidak meminum apa-apa lagi, menyerah. Menelengkan kepalanya ke samping, menemukan Baekhyun yang sudah jatuh tertelungkup di atas meja, mungkin tertidur.

"Baekkie-ah," panggilnya berbisik seraya menggoncang pelan punggung itu.

"Baekkie, di sini dingin, sebaiknya ke kamar jika kau ingin tidur."

"Hmm," hanya gumaman itu yang Chanyeol terima sebagai balasan. Gadis itu mengangkat wajahnya lambat, mempertemukan iris Chanyeol dengan pemandangan... eung... katakanlah, menggoda.

Baekhyun menatapnya dengan mata redup, setengah menutup. Bibirnya sedikit terbuka dan sial, tampak semakin merah saja. Ia menarik kerah baju Chanyeol, menyebabkan pria itu terpaksa condong ke depan, tujuannya sebenarnya hanya agar ia bisa mendapatkan tempat bertumpu untuk bangun.

Gadis itu mencoba berdiri dan berjalan namun gagal, alkohol ternyata telah mengambil alih sistemnya, membuatnya mengutuk diri karena kebanyakan minum setelah sebelumnya memamerkan diri sebagai Miss Wine. Ia bahkan sudah bisa dipastikan jatuh ke lantai jika saja Chanyeol tidak memegangi pinggangnya. Pria itu menyeringai tidak keberatan ketika terpaksa membopong Baekhyun sampai kamar. Pun dengan beban bobot tubuhnya yang terbilang agak berisi—tidak gemuk, tapi tidak dipungkiri bahwa ia memang berat—ia tidak keberatan sama sekali.

"Yeol?"

"Euhm?" Chanyeol masih berjalan, rute yang tiba-tiba terasa lama antara ruang tivi dan kamar utama tempat mereka tidur. Sebisa mungkin ia berusaha tidak melihat ke arah Baekhyun, kearah wajahnya yang dua kali lipat lebih menggoda atau mantelnya yang terbuka dan mengekspos rendah leher gadis itu. Ada tahi lalat kecil, berapa tadi jumlahnya? Dua? Tiga? Ia lupa. Haruskah ia melirik sekali lagi guna memastikannya? Tapi pasti itu akan berakhir dengan keinginannya yang bertambah-tambah dan mungkin menyimpang. Seperti menghitung jumlah tahi lalat di seluruh tubuh Baekhyun. Seluruh tubuh.

Astaga! Apa yang kau pikirkan Park Chanyeol?! Gemasnya dalam hati.

"Yeol, boleh aku memegang bibirmu? Kelihatan tebal dan menarik,"

Detik itu juga Chanyeol merasa ada yang menyiramkan air es ke batok kepalanya ketika tangan halus Baekhyun bergerilya di dagu, hidung, sampai bibirnya. Detik itu juga ia berharap pintu kamar segera muncul di hadapannya karena sulit untuk tidak memiliki gadis ini saat ini juga di lantai.

"Aissh, kenapa kau bisa menjadi gadis bar-bar saat mabuk, hah?!"

Gadis ini, membuat hormonnya lebih menyiksa berkali lipat. Ia tidak pernah merasa sekacau ini sebelumnya. Keinginan sangat besar untuk memiliki gadis itu, meyakinkan diri bahwa gadis itu memang untuknya, memastikan tidak akan ada pria lain selain atau setelah Chanyeol. Ingatan tentang bagaimana foto tubuh gadis itu yang ia upload tidak sengaja di Instagram mendesaknya. Jika ada orang lain pernah melihat tubuh istrinya, maka seharusnya paling tidak, tidak ada orang lain yang berhak menyentuhnya kecuali Chanyeol sebagai suaminya. Tapi kemudian tangan gadis itu menghalangi. Wajahnya memucat dan tampak kesadarannya sudah agak pulih.

"Yeol, aku baru ingat."

"Huhm? Apa?" Chanyeol meneguk ludah, perasaannya mendadak berubah tidak nyaman.

"Tadi sore, aku..." Baekhyun berhenti, tidak tahu harus bicara apa, ia menggigit bibir bawahnya dengan takut. "Tadi sore aku kedatangan itu."

Pelan. Pelan sekali. Jawaban yang diutarakan sangat pelan. Tetap saja berhasil terdengar sampai telinga Chanyeol hingga pria itu menghentikan detak jantungnya sesaat. Ia mengingat dan mengulang-ulang sebentar. Ketika malam pertama pernikahan mereka, tidak ada yang tahu betapa ia mati-matian berusaha menahan hasratnya. Ia melakukan segala cara termasuk mengajak bermain game hanya agar ia tidak dipermalukan oleh penolakan gadis ini. Ia sudah berusaha mati-matian agar tertidur juga saat gadis itu sudah tidur, bukannya mencumbunya diam-diam. Sekarang, malam ini, rasanya ia sudah hampir sekali berhasil, sedikit lagi, ketika kalimat laknat itu menghancurkan rencana masa depannya. Dewi kesialan pasti tengah tertawa sampai berurai airmata melihatnya sekarang.

Chanyeol berguling ke sisi, sebisanya memasang wajah arogan kembali. Tidak, ia tidak mungkin kehilangan wajah di depan gadis ingusan ini. Demi bulu hidung Yesung!

"Kau itu berpikir apa, gadis mesum? Aku hanya ingin merapikan pakaianmu. Jangan sampai masuk angin, huh? Aku tidak mau repot-repot memijatmu lagi!" serunya cepat, kesal, sekaligus terdengar memaksa dan itu menggelikan. Dengan cepat pula ia sudah berbalik membelakangi Baekhyun dan menarik selimut sampai batas dagu.

Baekhyun melongo, tidak tahu harus tertawa atau merasa bersalah pada pria ini. Jadi kemudian ia bergerak mendekat, memeluk Chanyeol dari belakang. Pria itu jelas menyadarinya, tapi tidak berkomentar apa-apa, tidak juga berbalik. Mungkin ia sedang merajuk, pikiran itu membuat Baekhyun nyengir dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Jaljjayo[1]~ suamiku~"

''


A/N: Males banget misahin chapter yang pendek-pendek itu, jadi digabungin aja. Minta reviewnya, kalo boleh?

Dan iklan dikit ya. Aku lagi ngadain PO buku Paper Hearts, ChanBaek GS juga. PO sampai 5 Oktober. Ayo ikut dong, lagi ada GA juga kalo nyari yang gratisan. Cek IG, ya, unamenya specialnay27