Disclaimer : Masashi Kishimoto [ Naruto ] and Ichie Ishibumi [ Highschool DxD ]
Pairing :
Genre : Fantasy, Adventure and Family
Rating : M
Warning : Typo (s), Strange Story, EYD (s), OOC (Maybe), Alternatif Universe, Original Plot (Maybe), School Life, OverPower, Smart!Naru, Skizofrenia!Naru, NoWhisker!Naru.
Summary : Hilang dan terlupakan. Lalu mencari demi apa yang di inginkan. Naruto selalu melakukan itu seperti yang di katakan oleh Gurunya. Trauma akan masa lalu menahan Naruto untuk lebih terbuka mengenai kekuatanya terlampau mengerikan. Apakah dia bisa lebih terbuka dan membungkam 'mereka' selalu menginjak harga dirinya?
...
...
...
...
...
...
Berdiri dengan tatapan tidak bisa di artikan, pemuda bernama Naruto tanpa nama belakang menyiaratkan keputusan asaan yang luar biasa. Blue sapphire indah membekukan waktu menatap lurus ke bawah. Arus sungai begitu deras, Naruto mengabaikan puluhan kendaraan melewati belakang punggungnya datang setiap menitnya. Dia masih berdiri di atas sebuah jembatan memiliki jarak 30 meter dari sungai di bawahnya.
.
"Ah.. betapa bodohnya." Naruto tersenyum simpul. Di tangannya sebuah amplop berisikan uang 1 juta Yen baru saja selesai di cairkan dari rekeningnya. Ruangan dengan cahaya remang remang tidak membuat nya takut akan sesuatu yang gaib. Saat ini Naruto menyusup ke salah satu asrama perempuan dari Kuoh Senior Academy karena satu alasan memaksa Naruto untuk melakukannya.
Naruto menatap sendu seorang gadis tengah tertidur pulas tanpa mengetahui seseorang sudah memasuki kamarnya tanpa izin. Gadis itu memiliki surai rambut berwarna coklat panjang yang di ikat menjadi dua jatuh ke bawah. Namun sekarang ikatan itu tampak kendor sehingga rambutnya begitu berantakan.
Naruto memilih duduk di tepi ranjang gadis sudah berjuang di alam mimpinya tanpa sedikit pun terusik oleh kedatangan Naruto yang tiba tiba. Wajah ayu sang gadis Naruto sentuh, dan menyentuh hingga mengelus surai coklat gadis itu tanpa membangunkannya. "Betapa bodohnya!" Remaja itu menghela nafas berat.
Naruto tersenyum kecil melihat gadis itu menggeliat terganggu akan sesuatu mengelus surai coklatnya. Naruto tidak panik walaupun bisa di cap sebagai kolor ijo dengan memasuki asrama perempuan secara diam diam seolah ingin melakukan pelecehan. "Aku baru menyadari kau begitu manis ketika tidur, Tohka - chan. Meskipun sudah sering menyusup ke asrama laki laki dan seenaknya menindihku dan tidur mengabaikanku yang sesak nafas oleh berat badanmu." Naruto terkekeh pelan. "Maafkan aku, Tohka - Chan. Aku meninggalkan mu di atas rasa frustasi ini." Naruto memilih untuk bangkit dari duduknya. Uang satu juta Yen beserta secarik kertas ia letakan di samping sebuah kacamata tipis terletak di samping lampu belajar.
"Eeh are? Kenapa bisa aku secengeng ini." Air mata menuruni pipi tan nya yang berasal dari blue sapphire sudah basah oleh air asin itu. Naruto membuang nafas pelan. Lingkaran sihir berwarna hijau muncul di bawah kakinya hingga secara instan kamar dari gadis yang Naruto sebut Tohka itu menerang dengan cahaya hijau.
Senyum lebar berkembang di bibir pria itu.
Begitu
Ah sekarang aku mengerti
Kita bertemu lagi, Tohka - Chan
Apa kabar?
Begini...
Rasanya agak aneh, ya?
Umh... Tohka - Chan.
Aku...
Benar benar...
... Berniat untuk mati ...
.
Tinttinnnn!?...
"Huhh?" Suara telakson kendaraan memekanan telinga. Lamunan Naruto langsung buyar oleh suara telakson kendaraan saling bersautan bagaikan alarm bagi Naruto untuk sadar dari dunianya. Naruto memegang pembatas jembatan dengan terkepal, surai pirang panjang menutupi hampir separuh wajahnya menggambar betapa frustasinya dia.
Satu kaki Naruto naik ke pembatas jembatan. Tidak berselang lama, sisa kakinya mengintruksikan untuk segera melakukan hal yang sama seperti apa yang di lakukan oleh kaki satunya. Udara malam memiliki suhu dingin menerpa Naruto masih menggunakan pakaian Kuoh Senior Academy sudah berantakan, Jas tanpa di kancing dan dasi sudah tidak beraturan.
Rambut kuning keemasan Naruto berkibar acak setelah berbenturan dengan angin malam kota Kuoh. Dia merentangkan tangan kedepan seakan ingin menggapai sesuatu yang nyatanya tidak terlihat, Invasible. 'Aku tidak perlu bertanya apapun kepada orang lain jika jawaban selalu sama saja.' Naruto menutup matanya menikmati detik detik terakhir.
Secara berlahan Gravitasi mengambil alih tubuh Naruto membuatnya menunduk dan terjun bebas ke sungai besar di bawahnya sedang masa masa pasang. Naruto membuka matanya sedikit menatap ke bawah di mana sungai dengan arus kuat setelah di guyur oleh hujan merupakan hal terakhir kalinya untuk dia lihat.
'Kesalahan kecil bagi seseorang merupakan hal sepele. Tapi untuku? kesalahan kecil inilah yang membuat orang laun tidak lagi mempercayaiku.' Samar samar suara teriakan dari atas jembatan memasuki telinga Naruto. Yah dia sudah tidak lagi peduli mengenai teriakan itu. Karena sebentar lagi ketenangan yang Naruto impi impikan menjadi kenyataan.
'Menyedihkan.'
BYYUURR!
Tubuh remaja 17 tahun itu tertelan oleh arus sungai setelah suara jatuhnya benda ke per-airan terdengar bahkan dari atas jembatan yang memiliki jarak 30 meter. Tubuh itu terus bergerak ke dasar sungai tanpa halangan apapun. Dengan ketinggian seperti itu, seharusnya menyebabkan patah tulang jikapun selamat.
Lupakan sesuatu yang penting mengenaimu!
Ingatlah gadis itu, Naruto. Cantik bukan?
Dia satu satu nya siswa siswi Kuoh Academy menganggap mu sebagai manusia.
Todou Tohka. Aku tahu kau menyukainya. Dia pun begitu. Sorot mata nya mengatakan itu.
Ketika kau lupa membawa bekal ataupun sarapan pagi. Gadis itu selalu saja memaksamu untuk makan meskipun secara diam diam.
Apa ekspresinya mengetahui belahan jiwa dan teman masa kecilnya tewas?
Kau akan menyesali itu dan memberikan Title untuk dirimu sendiri sebagai pria yang gagal.
Di saat kau ingin menjauhinya di sekolah hanya karena perbedaan level, dia justru menolak dan memarahimu habis habisan. Kau ingat itu, bukan?
Sekarang. Bagaimana kau memilih kedua opsi menentukan mu ke masa yang akan datang.
Berjuanglah, aku tahu kau tidak serendah itu. NARUTO!
Deg! Deg! Deeggg!
Blub! Blub! Blub!
Mata Naruto langsung terbuka lebar di saat nafasnya hampir habis dan menipis. Arus sungai membawa Naruto entah kemana. Naruto merentang kedua tangannya ke atas ku menariknya lagi. Dia lakukan itu secara berulang ulang bahkan beberapa kali balon balon air tercipta dengan mulut Naruto sebagai pusatnya. Sedangkan seseorang tersenyum mengenai ini, di balik bayangan seseorang sosok itu menghela nafas lelah dan kembali menghilang tertelan oleh sesuatu.
'Kau benar benar merepotkan ku, diriku yang lain.'
.
Kuoh Academy
06 : 00 AM
KRING!
"Umnh... Jam berapa sekarang?" Tohka menekan tombol pada jam wekernya untuk berhenti menggangu pagi yang indah ini. Gadis itu mengucek ucek matanya dan nampak iris mata indah berwarna coklat sudah bersiap melakukan tugasnya dengan baik. "Hihihi~ aku bermimpi Naruto - kun membelaiku semalam." Tohka menutupi sebagian wajahnya dengan pipi sedikit memerah. Satu tangan membelai poninya sendiri dengan tawa merdu.
Mungkin jika Siswa Kuoh Academy melihat Kaicho tersayang mereka terkenal dengan ekspresi datar dan tegas bisa semanis ini akan masuk ke surat kabar Kuoh Academy dengan perantara Club pembawa berita.
Gadis itu turun dari ranjang kemudian mengambil handuk untuk menutupinya. Tohka mulai melepas piyama dan pakaian dalamnya lalu dengan cepat menutupi tubuh tanpa cacat itu dengan handuk dan bersiap untuk mandi. Mengacak acak lemari pakaiannya, Tohka langsung mengambil salah satu dari pakainya merupakan seragam sekolah dari Kuoh Academy.
15 menit menyelesaikan acara wajib di pagi hari. Tohka keluar dengan seragam sudah melekat di badan rampingnya. Gadis itu merapihkan sedikit poni yang berantakan menggunakan sisir tak lupa juga mengikat rambut coklat panjangnya menjadi dua bagian ciri khas bagaimana seorang Toudo Tohka di mata murid Kuoh Academy. Salah satu sekolah sihir paling terkenal di seantero Jepang.
Selesai dengan rambut. Tohka langsung mengambil barang wajibnya berupa kacamata tipis bulat namun elegan biasa di letakan di meja belajar. Memasang kacamatanya, mata coklat Tohka menyipit melihat secarik kertas dan sebuah amplop berukuran besar dengan ketebalan tidak main main.
Karena penasaran, Tohka langsung membuka amplop itu dengan tangan kanan menjapit kertas sama sekali belum dia baca. Mata Tohka membulat sempurna melihat jumlah uang dengan jumlah fantastis ternyata isi dari amplop ini. Dengan uang sebanyak ini, mampu memenuhi kebutuhan suatu keluarga untuk satu tahun tanpa harus bekerja.
"Siapa yang menaruh uang sebanyak ini di kamarku?" Tohka bertanya pada dirinya sendiri. Dia lalu melirik ke arah kertas misterius di tangan kanannya. Tangan kiri untuk memegang uang dan tangan tangan memegang kertas untuk di baca.
Untuk Tohka. Jika kau sudah menemukan surat ini dan membacanya. Berarti kau sudah tahu keberadaan ku saat ini di mana. Aku ragu kau akan tenang setelah mengetahui sesuatu... Hufh ( Hela nafas ) ...sesuatu yang membuatku menyesal telah meninggalkanmu sendiri. Kau boleh menyebutku pirang bego, atau pecundang seperti biasa yang di katakan oleh murid Kuoh Academy padaku. Aku berharap kau membenciku saat ini, namun oh aku tidak percaya kau akan melakukan itu bukan, Tohka - Chan? *Cengiran lebar*
Aku tidak bisa membuat surat perpisahan yang terkesan untukmu, Tohka - Chan. Namun aku mempercayai coretan kecil ini membuatmu mengerti kenapa aku harus melakukan tindakan bodoh ini. Yah kau boleh tertawa di atas rasa frustasi ku untuk mencari mereka. Aku ketakutan mengingat kenangan kenangan buruk itu selalu saja muncul di setiap tidurku. Kenangan mengenai alasanku tidak menggunakan kekuatanku lagi sejak lama.
Aku sudah mengosongkan semua tabungan kita. Itu bisa berguna untukmu atau anak anak. Aku percaya kau bisa menjaga mereka dengan baik. Aku titip anak anak, Tohka - Chan. Katakan pada mereka, aku menyayangi kalian melebihi apapun di dunia ini. Sayonara, Toudo Tohka.
Tes! Tes! Tes!.
"NARUTO!"
.
Kerajaan Babylonia. Berdiri gagah di negara Timur Tengah, Irak tepatnya pemercaya Mitologi Sumeria dengan tembok tembok megah membatasi dunia luar dan area kekuasaan kerajaan. Di mata dunia, Kerajaan Babylonia ibarat tambang emas dengan kekayaan tidak terbatas dengan penguasa kerajaan Babylonia merupakan raja terkuat dengan kenyataanya mampu mengeluarkan senjata dari balik lingkaran magic berwarna kuning.
Dia adalah raja yang sombong. Orang tau mengenai itu, tapi pada kenyataanya rakyat dari kerajaan Babylonia tidak sependapat mengenai pemikiran buruk orang luar.
Satu satunya raja yang mendapatkan anugrah berupa darah dewa mengalir bersama darah manusianya sehingga dalam jumlah Mana, sang raja memiliki kapasitas hampir tidak ada batasnya. Gilgamesh. Seorang raja tak pernah melakukan satu pertarungan pun dengan kerajaan lain sedari dulu.
Namun lupakan itu. Di luar istana megah dengan nuansa emas. Naruto berdiri dengan seragam Kuoh Academy yang basah kuyup akibat kejadian malam tadi. Berniat untuk segera pulang, namun salah satu bawahan dari Gilgamesh datang dan mengatakan Gilgamesh ingin bertemu dengan Naruto.
"Err Enkidu - san. Kenapa kau malah membawaku kemari?" Pertanyaan konyol muncul dari mulut Naruto. Enkidu, jelas Naruto tahu pria ini. Sahabat dan satu satunya orang mampu bertarung seimbang melawan Gilgamesh.
Enkidu tersenyum. "Ah Naruto - Kun. Bukankah tidak sopan jika bertemu sang raja dengan pakaian yang basah kuyup." Kamar besar bagi para tamu undangan. Naruto di bawa oleh Enkidu sebagai tamu spesial. Enkidu terkekeh pelan melihat facepalm Naruto. "Hahaha Naruto - Kun. Berhentilah bersikap kaku denganku. Lama tidak bertemu, kau melupakan panggilan itu."
"Uhh Enkidu - Sensei. Senyumanmu membuatku takut." Naruto menatap pria itu. Sosok sudah memberikan seluruh pengetahuan mengenai sihir kepadanya itu. "Baiklah baiklah, segara ganti pakaianmu, Naruto - Kun. Sang raja pasti sudah menunggumu." Pria dengan rambut hijau panjang itu melambaikan tangan untuk pergi.
"Baiklah. Kau bisa pergi, Enkidu - Sensei. Aku akan menemui Gilgamesh - Sensei di ruang biasa di bersantai. Arigatou Enkidu - Sensei."
"Kalau begitu, jaga dirimu baik baik, Naruto - Kun. Dan lagi, kalau mau bunuh diri cobalah dengan cara yang lebih keren. Menusukan Gae Bolg misalnya."
"Bagaimana bisa kau mengetahuinya." Naruto facepalm mendengar itu. Pria dengan rambut hijau panjang itu melambaikan tangan untuk pergi tanpa memberikan satu katapun kecuali dengan senyuman tipis. Meskipun pria itu merupakan seorang pria, tapi pada kenyataannya di lihat dari segi manapun wajahnya menunjukan sisi feminim yang begitu kuat.
Naruto menghela nafas, dia langsung memasuki kamar itu untuk mengganti seragam basahnya dengan pakaian yang baru. Kamar ini adalah kamar Naruto selama di sini, Gilgamesh yang memberikannya secara langsung jika suatu hari nanti Naruto membutuhkan.
.
Kini Naruto memasuki ruangan dengan nuansa emas menyilaukan mata. Itu emas murni, Naruto sempat berpikir sekaya apa raja dari kerajaan Babylonia ini? Yah Naruto sempat bertanya dan jawaban Gilgamesh menciptakan kedutan kecil di ujung pelipisnya. 'Aku bisa membeli negara Jepang beserta isinya tanpa kehilangan sepersen dari seluruh harta kekayaanku.'
Di ujung ruangan. Terlihat pria tidur dengan beberapa dayang duduk melayaninya sebagai seorang raja. Satu wanita menyuapi Gilgamesh dengan beberapa buah buahan kecil seperti anggur berkualitas tinggi. Kedatangan Naruto tentu dapat Gilgamesh rasakan dengan jelas. Dia menyuruh seluruh dayang nya untuk pergi dari ruangan itu menyisahkan Naruto dan Gilgamesh.
Tap!
Naruto menangkan satu buah apel berwarna merah segar. Dia tersenyum kecil menatap apel pemberian Gilgamesh, basa basi. "Arigatou Gilgamesh - Sensei." Remaja 16 tahun itu langsung mengigit kecil bagian daging apel. Rasa manis menyegarkan meleleh di mulutnya, ini memang apel berkualitas tinggi.
"Duduklah, Naruto." Naruto mengangguk dan menuruti Senseinya itu dengan duduk di hadapannya. Gilgamesh membuka suara. "Bagaimana kabarmu? apa kau sudah menemukan mereka?" Mereka yang Gilgamesh maksud adalah orang tua sudah tega membuang Naruto di panti asuhan.
Naruto menggeleng. Mungkin jika orang lain berada di posisi Naruto, orang itu akan mengalami grogi tingkat dewa bisa berhadapan dengan raja paling terkenal di dunia ini. "Masih belum. Seluruh usahaku sia sia, yah lagipula setelah aku menemukan mereka, aku tidak yakin apakah orang tua ku mau menganggap ku ada."
"Perkataan konyol. Hei sejak kapan aku mengajarimu untuk bersikap seperti seorang Autis yang sama sekali tidak memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri." Gilgamesh menatap Naruto tenang. Meski nadanya terkesan tinggi tapi Naruto tidak mempermasalahkan itu karena bagaimanapun sikap Gilgamesh memang keras.
"Maafkan aku." Naruto menunduk, dia mengeluarkan nada lirih. "Lupakan. Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting untukmu, Naruto." Dengan cepat, Naruto mengangkat wajahnya menatap Gilgamesh bingung.
Raja itu menyeringai kecil. Ini waktu yang tepat untuk memulai rencana sudah tersusun rapi dan tinggal tahap pengerjaan. "Aku ingin kau ikut pada Turnamen sekolah mu beberapa hari mendatang. Aku tidak butuh penolakan darimu, kau harus ikut." Potong Gilgamesh cepat ketika melihat Naruto ingin memotong ucapannya.
"Ah sepertinya untuk pertama kalinya aku akan membangkang perintah mu, Gilgamesh - Sensei." Gilgamesh menatap lurus Naruto sedang menunduk menyembunyikan ekspresinya di balik rambut. "Konyol! Berhentilah berbicara omong kosong di sini, Naruto. Aku benar benar muak dengan anjing kampung dengan berani menyentuhmu seenak mereka." Guru manapun pasti akan merasa marah melihat murid mereka di perlakukan selayaknya budak. Mereka tidak tahu siapa Naruto? Maka Gilgamesh akan meratakan tanah kelahiran mereka hingga mereka mampu mengingat lagi.
"Aku sudah lama tidak menggunakan kekuatanku, ku pikir-"
Brakh!
"Uhuk?!... " Ucapan Naruto terpotong oleh Gilgamesh secara tiba tiba mencekik leher Naruto dan mendorong hingga menyentuh tembok di mana Gilgamesh masih mencekik Naruto dengan tatapan marah. Tembok berlapis emas retak pun Gilgamesh tidak peduli. Dia ingin mengajari murid bodohnya ini mengenai arti kekuatan yang sesungguhnya.
"JANGAN BERPURA PURA MENJADI BABI, BRENGSEK! SADARILAH TEMPATMU SEBAGAI MURID KU! RAJA PALING DI AGUNGKAN DUNIA! KAU MAU MEMPERMALUKAN KU HA?"
"Cough.. jika Sensei menginginkan itu. Maka ambilah seluruh kekuatan ini, aku justru berterima kasih untuk itu." Dengan susah payah Naruto membalas teriakan Gilgamesh meskipun keadaanya sangat tidak memungkinkan untuk mengeluarkan kata kata. Gilgamesh sempat sedikit tersentak dengan ucapan Naruto, dia sendiri tidak menyangka jawaban konyol ini akan benar benar keluar dari satu satunya anak yang dia anggap sebagai murid.
Buakh!
Buakh!
Buakh!
Gilgamesh memukul Naruto dengan kekuatan cukup lalu melepaskan cengkeramannya. Naruto terjatuh ketika pukulan terakhir mengenai pipi kanannya. Dia hanya bisa terbatuk-batuk darah di pipi menandakan memang pukulan Gilgamesh tidak main main. "Uhuk.. kenapa berhenti Se-Sensei?" Gilgamesh benar benar geram dengan kepribadian Naruto yang sudah berubah 180 derajat ini.
Gilgamesh menghela nafas. "Kau adalah salah satu orang yang menganggap hidup ini itu tidak adil merasa di abaikan. Menjadi sampah masyarakat bahkan di sekolah tidak ada yang menyapamu karena memang tidak ada yang peduli padamu. Itu benar benar menyedihkan!" Gilgamesh sebenarnya tidak mau mengatakan ini dan memukul muridnya. Tapi keadaan mengharuskan dia melakukan ini.
"Sekarang jelaskan padaku. Bagaimana kau bisa berubah menjadi seorang pecundang seperti ini?" Naruto dengan menahan sakit di perut berusaha bangkit dengan kaki kiri sebagai penyangga untuk tidak jatuh lagi. Tatapan Naruto lurus, "Kenapa kau bertanya seperti itu, Sensei?"
Gilgamesh menghela nafas, lagi. Seperti dugaan ya Naruto tidak mau mengatakan alasan itu sekarang. "Kita ubah persepakatan. Jika kau benar benar menang di Turnamen sekolahmu. Aku akan memberitahumu sesuatu yang selama ini tidak pernah kau ketahui bahkan setelah mencarinya." Akhirnya Gilgamesh mengeluarkan kartu As - nya setelah segala usaha membujuk Naruto tidak berhasil.
Naruto menelan ludah lagi. Rasa anyir dari darah tidak mau hilang dari mulutnya. Walaupun hanya dua pukulan perut, Naruto merasa memang pukulan itu hampir saja menghancurkan organ dalamnya. "A-apa itu, Sensei?" Dengan pandangan penasaran, Naruto menjawab.
Gilgamesh tidak langsung menjawabnya. Dia berjalan kembali ke arah kursi panjang tempat biasa dia bersantai. "Aku akan memberitahumu mengenai siapa sebenarnya orang tua mu saat ini. Bukan hanya itu, aku akan mempertemukan mereka denganmu. Adil bukan?" Gilgamesh menyeringai dalam hati melihat tatapan tidak percaya Naruto. Oh ini adalah hal paling di inginkan muridnya. Naruto tidak bisa menolak.
Naruto menunduk hingga wajahnya tertutupi oleh rambut. "Jangan bercanda dengan hal hal seperti ini, Sensei!" Gilgamesh menaikan sebelah alis. Sepertinya memang Naruto tidak mempercayai nya.
"Hn kenapa kau tidak percaya?"
"Karena aku mengatakan itu." Naruto membalas tajam namun Gilgamesh mengabaikan tatapan menusuk dari Naruto. Itu sama sekali tidak membuatnya takut.
Flash!
Pluk!
Dari balik lingkaran magic. Sebuah perlamen berwarna merah darah jatuh di hadapan Naruto masih menunduk memegang perutnya. Naruto menatap itu bingung. "Buka saja. Kau akan tahu setelah membukanya." Naruto mengangguk tahu. Meraih ikatan ujung perlamen, Naruto langsung melepaskan ikatan perlamen hingga terbuka dan nampak kertas berukuran 30x30 cm dengan tulisan kanji kanji Jepang.
"I-ini! Tidak mungkin kan?"
"Itu nyata. Ini sayembara 15 tahun yang lalu tepat hari di mana kau menghilang." Naruto jelas melihat setiap paragraf mengatakan hilangnya anak mereka bernama Naruto namun beberapa tulisan sengaja di coret hingga membuat Naruto bingung. Sebagai anak sudah menghabiskan waktunya di Jepang, Naruto sama sekali tidak mengetahui apapun mengenai sayembara ini dengan kata lain seseorang sudah menghapus data data di masa lalu.
"S-siapa kedua orang tuaku, Sensei." Gilgamesh tidak bisa untuk tidak mengembangkan seringai tipis. Dengan ini, berakhir sudah masa masa terpuruk muridnya. Anjing hina di Jepang akan merasakan apa itu arti dari kekuatan sesungguhnya. Oh dia tidak sabar untuk melihat Turnamen dan menunjukan jati diri dari bagian terpenting kerajaan Babylonia.
Turnamen di Kuoh Academy akan di siarkan langsung ke seluruh Chanel TV Lokal pada perdelapan final dan seterusnya. Dengan begitu, repusitas buruk Naruto akan berakhir detik itu juga. Meskipun bisa saja Gilgamesh mengatakan Naruto adalah muridnya ke seluruh dunia, tapi Gilgamesh menginginkan Naruto sendiri yang berusaha untuk menarik repusitas.
Perlamen di tangan Naruto menghilang menjadi butiran emas dan menguap bersama udara. "Menangkan Turnamen itu dan datanglah ke kerajaan Babylonia setelah itu. Aku akan menunjukan sesuatu mengenai siapa sebenarnya orang tuamu." Terang Gilgamesh.
Naruto terdiam beberapa saat. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menggunakan kekuatannya lagi. Karena sesuatu itu, dia harus kehilangan orang paling Naruto anggap sebagai malaikat dalam kehidupannya. 'Tck Kuso!' Syarat untuk bertemu dengan orang tuanya sangat sulit. Jika sudah begitu, Naruto hanya bisa menggertakan gigi saja.
Naruto menghembuskan nafas pelan menenangkan diri. "Aku — akan melakukan sebisa ku Sensei!" Dengan itu Gilgamesh tertawa terbahak bahak mendengar itu. Keputusan raja adalah mutlak. Tidak ada yang bisa menolak keputusan dari raja tertinggi Babylonia.
"Bolehkah aku pergi, Sensei?"
"Pergilah. Dan pada waktu yang sudah di tentukan, injak kepala bagi mereka yang menganggap mu babi, —"
"... Naruto!"
... The Lost Namikaze ...
[ Projection ]
Adalah tingkat sihir selanjutnya dari [ Amplification ]. [ Amplification ] merupakan sihir dasar dalam buku sihir dasar dasar bagi murid SMP pada umumnya. Sangat jarang orang mengetahui adanya sihir [ Projection ] karena dari segi manapun mengembangkan [ Amplification ] sangat sulit yang membutuhkan waktu lama namun sangat tidak berguna di pertempuran.
Satu satunya orang di dunia mampu mengoptimalkan potensi dari [ Projection ] hanya satu. Naruto namanya, anak SMA tanpa marga. Syarat dasar untuk membuat sihir [ Projection ] bekerja adalah memahami unsur unsur dasar senjata dan mengcopy nya. Namun [ Projection ] tidak bisa di gunakan untuk menciptakan makhluk hidup.
Naruto mampu mengcopy senjata manapun dan berapapun jumlahnya selama Naruto memahami material dasar dari senjata tersebut. Satu satunya sihir memiliki kesamaan seperti [ Projection ] hanya satu, yaitu Gate of Babylon - King's Treasure milik Senseinya. Gilgamesh.
Sebab itulah, Gilgamesh mau melatih Naruto menjadi kuat bahkan beberapa senjata suci dari balik penyimpanan Gate of Babylon sudah berhasil Naruto copy dengan meneliti seluruh unsur unsur elemen dari senjata tersebut dan mempelajari dasar dasar kekuatan senjata itu. [ Projection ] memiliki kelemahan yaitu barang palsu tidak akan pernah mengalahkan aslinya. Namun pada kenyataan Naruto mampu mengubah kelemahan itu pada senjata umum seperti Katana, peluru, dan senjata biasa di gunakan public lain.
True Power dari [ Projection ] bernama [ The True Unlimited Power : The World ]. Naruto menyebarkan mana dalam jumlah besar ke seluruh penjuru arena pertarungan dan mentransfer apapun berada di jangkauan mana ke dunia yang Naruto ciptakan sendiri bersama kedua Senseinya. Perfect Copy : Nightmare. Berbagai senjata seperti pedang ataupun tombak terpajang rapi tidak terbatas di dalam Nightmare yang Naruto ciptakan dan siap menuruti perintah tuannya yaitu Naruto sendiri.
[ Transfiguration ] Sebenarnya bila di katakan kekuatan tidak juga. Kemampuan Naruto yang ini adalah mengubah kepribadian Naruto seperti selayaknya orang baru saja di lahirkan dengan kepribadian yang berbeda jauh. Mode ini di namakan Yandere Mode. Suasana hati akan berubah dalam hitungan detik dan berdampak besar pada persentase kekuatan Naruto.
Itulah kekuatan Naruto sebenarnya. Namun karena satu alasan di masa lalu. Naruto harus menahan seluruh kekuatannya hingga batas ke maximum. Kemampuan sudah Naruto latih bahkan sejak masih menginjak bangku Sekolah Dasar. Gilgamesh dan Enkidu kedua guru yang berpengaruh besar dengan perkembangan kekuatannya sudah melatih Naruto sebelum Naruto masuk SMP dan masa pelatihan berhenti ketika Naruto menginjak kelas 2 SMP bahkan Enkidu dan Gilgamesh sendiri tidak tahu alasan Naruto sebenarnya hingga suatu hari mereka mengetahui masa masa kelam Naruto.
... The Lost Namikaze ...
Kuoh Academy. Sekolah elite berdiri di pusat kota Kuoh dengan pemilik resmi keluarga bangsawan, Gremory. Sekolah yang mengutamakan bakat itu setiap tahun nya selalu menerima siswa dan siswi dengan potensi menjanjikan. Kecuali satu siswa di pandang sebelah mata atau tidak sama sekali namun memiliki kecerdasan di atas rata rata hingga membuatnya di terima oleh Kuoh berkat nilai Academic nya.
Club OSIS mereka berisikan para monster berbakat Kuoh Academy dengan kemampuan mereka sangat menjanjikan. Seto Kaicho : Todou Tohka ( kelas 2 ), Fuku Kaicho : Namikaze Menma ( kelas 3 ), Sekretaris : Sona Sitri ( kelas 2 ), pengelola keuangan : Ootsutsuki Kaguya ( kelas 2 ), dan anggota OSIS lainya : Uchiha Itachi ( kelas 3 ), Gabriel Acadia ( kelas 3 ), Rossweise ( kelas 3 ), dan Sairaorg Bael ( kelas 2 ) yang bertanggung jawab dengan repusitas Kuoh Academy.
Selain itu. Lulusan terbaik tahun ini tidak kalah dengan tahun tahun sebelumnya. Beberapa dari bangsawan kelas atas dan beberapa lagi dari keluarga biasa yang kebetulan mendapatkan beasiswa. Peringkat pertama adalah Uchiha Sasuke, peringkat dua Vali Lucifer, peringkat 3 Sabaku no Gaara, peringkat 4 Hyodou Issei, peringkat 5 Ootsutsuki Toneri, peringkat 6 Siegfried, peringkat 7 Hyuuga Neji, peringkat 8 Jeanny Lily, peringkat 9 Riser Phenex dan menduduki peringkat 10 adalah Nara Shikamaru.
Meskipun hanya bertautan satu peringkat. Pada kenyataan peringkat 1 dan 2 memiliki perbedaan kekuatan cukup jauh. Itupula bisa saja berlaku di peringkat bawah mereka.
Kini Naruto berdiri di depan sekolah itu setelah pulang dari kerajaan Babylonia. Dia sempat melewati jembatan di mana dia meloncat dan beruntung tidak ada satu orangpun mengenal dirinya karena jembatan itu masih di isikan warga penasaran dengan pencarian yang di lakukan untuk mencari dirinya.
'Apa yang harus ku katakan pada Tohka. Bisa mati aku kalau muncul setelah bilang mau bunuh diri.' Keringat dingin membasahi pelipis Naruto. Dia menggaruk kepalanya acak frustasi membayangkan betapa mengerikannya Tohka ketika kesal, tapi ini sepertinya lebih dari kata kesal.
Kepalanya terbalut oleh perban akibat ulah Gilgamesh mendorongnya. Beruntung para dayang kebetulan mengenal Naruto mengobatinya. Yah terasa lebih mendingan. 'Sial jika aku bisa memilih, di antara pukulan Gilgamesh - Sensei dan Raikiri Tohka - Chan. Aku lebih memilih tidak merasakan keduanya. Sakit oii.' batin Naruto nista. Ekspresi tersiksa tercetak jelas di wajahnya.
"Masuk saja lah. Dari pada nanggung balik lagi ke Babylonia." Dengan gantle. Naruto mulai melangkah masuk ke Academy dengan perasaan deg deg an menebak nebak reaksi Tohka setelah ini. Jam sudah menunjukkan jam 1 siang. Berarti pelajaran masih berlangsung dan Naruto lebih memilih masuk ke asrama pria dari pada mendapatkan Double karma dari Tohka dan kepala sekolah?
Naruto menghilang tertelan oleh lingkaran sihir.
... The Lost Namikaze ...
Cklek
Hiks Hiks Hiks
Naruto baru saja membuka kunci kamar asramanya harus berhenti ketika suara tangisan lirih terdengar dari dalam kamarnya. "Hantu? Tidak mungkin kan ada setan di siang hari?" Guman Naruto. Dia kuat tapi jika berhubungan dengan sesuatu yang gaib lebih baik mundur. Apalagi Hantu (Favorite) nya adalah Sadako, amit amit.
Pintu di buka tanpa suara. Pemikiran Naruto terhadap Sadako harus berhenti melihat seorang gadis menunduk menyembunyikan wajahnya di balik kedua paha. Naruto menghela nafas pelan, tatapan takut mengenai hal gaib langsung berubah menjadi tatapan sendu dengan rasa bersalah.
Naruto kembali melangkah tanpa suara. Dia berjalan hati hati untuk tidak mengejutkan gadis itu, Naruto benar benar merasa sakit yang teramat sangat di hatinya melihat sahabat masa kecil ketika di Panti Asuhan dulu menangis bersama surat ciptaannya tergeletak di sebelahnya.
'Kami - sama.'
Naruto menunduk menjajarkan tubuhnya dengan Tohka. Seragam gadis ini terlihat lusuh padahal baru di tinggal tidak lebih dari 24 jam. Tohka sama sekali tidak menyadari kedatangan Naruto, dia masih terus menangis lirih dan memanggil nama Naruto tanpa henti.
Puk!
"!" Tepukan pelan mendarat di surai coklat Tohka. Gadis itu mengangkat pelan wajahnya hingga dengan sempurna bisa melihat wajah Naruto dan perban melilit surai emas pelaku yang membuatnya harus bolos sekolah dan lebih memilih menangis bersama dengan kamar satu satunya orang paling mengerti dirinya.
Tohka mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa sangking merasa kehilangan Naruto membuat Tohka harus berkhayal seperti ini? Atau ... Tapi jazad Naruto - nya belum di temukan oleh polisi. Tangan Naruto dengan lembut menghapus jejak air mata Tohka hampir mengering, dengan telaten Naruto memperbaiki poni gadis itu dan tersenyum.
"Gomennah. Apa aku membuatmu khawatir?" Ujar Naruto benar benar lembut. Segala perilaku tadi sama sekali tidak Tohka nikmati, tatapan iris coklat Tohka masih ada pada Naruto seorang. Apa benar ini Naruto - nya?
Dan setelah itu...
"NARUTO - KUN!."
"Eh apa— gyaaaaa!?"
Dubrakh!
Tanpa adanya persiapan matang. Tohka langsung memeluk Naruto membuat keduanya harus terjengkang belakang. Tohka membenamkan wajahnya di dada bidang Naruto sambil terus menangis tidak memperdulikan posisi mereka benar benar tidak lazim(?)
"Aku kira Skizofrenia mu kambuh huwhaaa?"
"MANA ADA YANG SEPERTI ITU!"
Naruto berucap jengkel. Yang tadinya benar benar kasihan sekarang menguap entah kemana. 'Mau bahagia tapi kesel! jadi bingung harus beraksi seperti apa. Bahagia saja deh' Batin Naruto agak menyesali perasaanya. Oh ayolah, penyakit Skizofrenia miliknya sudah benar benar sembuh, Naruto bisa mengontrol penyakit itu dengan segala kemauannya sendiri jadi mustahil bagi Naruto bisa lepas kendali.
"Aku benar benar khawatir denganmu. Aku tidak bisa menukar uang satu juta Yen dengan nyawamu, hiks Naruto - kun! aku tidak tahu kehidupanku selanjutnya jika kau mati!"
"T-t-tohka justru kau lah yang ingin membunuh ku, uhhhggg aku benar benar akan mati!"
"Eh—"
"NAFAS!"
Dengan segala upaya bertahan hidup. Naruto kempas kempis mencari pasokan udara dan berusaha menyelamatkan diri dari pelukan Tohka sudah terlalu Overpower menurutnya. Dia sama sekali tidak bisa bernafas.
"Huwwaaa Gomenasaaaaaii!"
Buru buru Tohka bangun dari dekapan Naruto meninggalkan Naruto masih berusaha mengatur nafasnya. Wajah penuh akan kesedihan Tohka berubah secara drastis menjadi perasaan antara panik dan senang. Naruto bangun, dia mengusap kepala, tidak tahu kan hantaman Gilgamesh sangatlah menyakitkan bagi kepalanya?
"Naruto - Kun?"
"Hm?!"
"Jangan tinggalkan aku."
Naruto terdiam kemudian senyuman tipis merekah di wajahnya untuk menenangkan Tohka. "Entahlah. Namun yang pasti dari segala hal ku pelajari dari kejadian hari ini. Aku masih memiliki satu orang paling berharga dalam kehidupanku. Anak anak pasti membutuhkanku juga, jadi jangan katakan kau tidak ingin kehilangan diriku lagi. Hal itu seolah olah kau memang tidak pernah mempercayaiku." Naruto tidak menurunkan senyuman itu. Tohka mengangguk dan tersenyum seperti sedia kala, tidak ada kesedihan justru kebahagiaan memeluk diri - nya.
Melihat Tohka yang sudah tenang. Naruto langsung mengajak Tohka duduk di ranjangnya. Remaja laki laki itu merapihkan rambut berantakan Tohka dengan telaten sedangkan gadis itu begitu menikmati setiap sentuhan lembut dari Naruto. Ya, sama seperti dulu. Ketika mereka berusia 5 tahun di mana Naruto selalu mengikat rambut panjang Tohka hingga sekarang jika waktu luang pun Naruto selalu melakukan itu meski Tohka bisa melakukannya sendiri.
Aku mencintaimu, Todou Tohka!
Aku pun begitu, Naruto - kun
Aku mencintaimu dengan segala kekurangan dan kelebihanmu, dengan segala kelemahan dan kekuatanmu, aku mencintaimu tanpa alasan apapun.
Aku tahu, aku tahu.
Maka dari itulah, Kenanglah aku sebagai aku yang kau kenal dulu, bukan yang sekarang Sebab aku bukanlah siapa-siapa. Tetaplah bersamaku, Todou Tohka.
Naruto - Kun!
Hanya dirimu yg aku punya, hanya dirimu satu - satunya harapan aku agar kita bisa membangun semuanya berdua, melangkah dan hidup bersama mu. Tohka - chan
Kalau begitu. Izinkan aku menjadi satu satunya wanita yang mencintaimu, Naruto - kun
Tentu Tohka - Chan tentu.
Di balik waktu yang menyaksikan kedunya. Terdapat satu air mata kepedihan di antara mereka. Sekuat apapun dia menolak kenyataan, segigih apapun dia mencoba menahan suara itu pada akhirnya tangisan lirih mengkhianati maksud tersembunyi dari dirinya.
Ternyata benar. Aku tidak memiliki harapan sama sekali. Aku memang egois menganggapnya sebagai miliku seutuhnya.
... The Lost Namikaze ...
Keesokan harinya.
Kantin. Tempat ini begitu ramai di penuhi oleh siswa siswi untuk mengisi perut mereka dalam bentuk makanan apapun. Termasuk tokoh utama cerita ini. Dia duduk di sebuah pohon cukup terlalu jauh dari Kantin namun jarang di lewati oleh orang karena tempatnya terlalu kumuh. Di sinilah tempat di mana Naruto bisa duduk dan memakan makanannya dengan tenang.
Naruto membelah sedikit roti yang dia beli beberapa menit lalu dan menaruh di bawah kakinya. Dia terkekeh geli bagaimana dengan susah payah tikus itu berusaha memakan potongan roti. Naruto tidak menyangkal apapun tempat ini adalah tempat menjijikan, pembuangan sampah dan aliran air kecil memiliki bau yang menyengat merupakan limbah kotoran dari Kantin. Naruto menikmati makanannya dengan suka cita dari pada duduk di Kantin penuh akan celoteh murid lainya jelas menganggap Naruto tidak memiliki harga diri.
Memakan bersama tikus tikus selokan hal biasa bagi Naruto. Meskipun setiap harinya Tohka yang sekarang berstatus sebagai kekasihnya itu mengomel dan memaksa Tohka untuk makan bersamanya. Tentu saja Naruto keberatan, dia tidak ingin babak belur di hajar Fans boy Tohka. Gadis itu nyatanya tidak peduli dan mengancam siapa saja ingin melukai Naruto. Huh remaja itu bersyukur Tohka mau mengerti namun dengan syarat makan malam harus bersama Tohka walau dengan cara hide and seek.
Cit Cit Cit
Naruto menaikan alisnya bingung melihat beberapa tikus sedang menikmati makanannya tiba tiba lari terbirit-birit karena langkah kaki seseorang. Naruto masih duduk hanya bisa melihat sepatu seseorang di bawahnya. Tiga siswa berdiri memandang Naruto selayaknya budak.
"Makan dengan saudaramu eh? kau memang pantas di sebut sebagai pecundang. Menjijikan." Remeh salah satu dari mereka. Yang lain terbahak bahak dalam penghinaan itu. 'Padahal aku sudah tahu tempat ini aman dari public.' Batin Naruto tersenyum kecut.
"Ano ada urusan apa denganku, senpai?" Tanya Naruto mengangkat majahnya ke atas. Dia sama sekali belum berniat untuk bangun. "Tentu saja, pecundang. Boleh kami bermain main sedikit denganmu." Salah satu lagi dari mereka tersenyum meremehkan.
Naruto jelas mengetahui maksud dari mereka, bermain main. "Etto bukankah ini jam istirahat untuk menghajarku?" Tersenyum kecut. Tatapan Naruto menunjukan permintaan ampun namun ibarat hiburan, ketiga remaja labil itu justru tertawa. Beruntung mereka sedang jauh dari Kantin sehingga tidak ada satu orang pun.
"Hajar!" Perintah salah satu dari mereka.
Buakh!
Tendangan keras mengenai dada Naruto membuatnya terpental menabrak pohon di belakangnya. Jus jeruk di tangannya tumpah namun Naruto tidak bisa apa apa untuk menyelamatkan minuman - nya. Dia meringis namun ketiga remaja itu justru menyeringai puas dan menginjak minuman satu satunya milik Naruto.
"Pecundang. Keluar saja dari Kuoh Academy, hahaha!"
Buakh!
"Uhuk!... " Seakan belum puas dengan itu. Remaja lainya mengirim lagi tendangan di saat posisi Naruto masih terjelembak di tanah. Lagi lagi tendangan secara acak dengan kekuatan cukup Naruto terima tanpa bisa melawan.
"Miskin... kau tidak sejajar dengan kami, Pecundang!"
Set
Buakh!
Buakh!
Buakh!
"Cough...!" Di tariklah kerah Naruto. Lalu pukulan beruntun mulai dari perut, pipi dan ulu hati membuat Naruto kembali menahan sakit dan memuntahkan sedikit darah dari mulutnya tanpa sedikitpun berniat untuk melawan. Tawa jahat mereka semakin menjadi jadi.
"Kau tidak pantas sekolah di sini."
Buakh!
Tendangan terakhir di lakukan oleh ketua pelaku bullying itu hingga Naruto terjebur ke selokan dalam keadaan benar benar babak belur hasil dari pukulan atau tendangan tanpa bisa melawan. Naruto meringis berusaha bangun, seragamnya sudah benar benar kotor oleh air bekas limbah makanan kantin.
"Ughh!.."
Tap!
Belum puas. Dengan cara hina, satu di antara ketiganya menginjak wajah Naruto hingga keseluruhan wajahnya terjelembab ke dalam selokan. Mereka kembali tertawa, Naruto tidak bisa bernafas di saat wajahnya mereka gunakan sebagai pijakan untuk tidak mengotori kaki mereka dengan selokan.
"Lihat ini teman teman. Dia lebih cocok menjadi menjadi batu loncatan kita hahaha."
"Hahahaha."
'Apa salahku sehingga mereka memperlakukanku sangat hina seperti ini?' Batin Naruto menangis. Dia kembali memutar otaknya mencari kesalahan di masa lalu setelah masuk ke Kuoh Academy. Tidak ada kesalahan sehingga membuatnya sebagai korban bullying. 'Di mata mereka. Aku sama sekali tidak memiliki harga diri.'
Cuh!
Air ludah di muntahkan tepat mengenai rambut emas Naruto. Mereka masih terbahak bahak mengabaikan Naruto hampir kehabisan nafas akibat injakan kaki terlalu keras menghantam wajahnya. Mereka mengangkat dan menghantamnya lagi berulang kali.
"Hahaha ini menyenangkan."
"Menyenangkan? Peraturan no 7 dari 9 peraturan Kuoh Academy berbunyi 'Perilaku Bullying terhadap siswa maupun siswi memiliki konsekuensi yang sepadan dari tindakan kalian dalam melakukan pelanggaran no 7.' Tangkap mereka bertiga dan seret ke ruangan ku."
Suara datar nan dingin membuyarkan kegiatan mereka bertiga dalam melakukan bullying kepada Naruto. Dengan gerakan patah patah, mereka membalikan badan tepat di hadapan mereka berdiri 10 orang yang di pimpin oleh satu remaja kelas 3. Dia menatap ketiganya tegas. Iris violetnya benar benar membuat ketiga siswa itu bergetar ketakutan.
"F-fuku Kaicho!" Ucap mereka berbarengan. Tidak ada lagi tawa meremehkan, tidak ada lagi wajah menunjukan kesenangan. Hanya ada ketakutan ketika berhadapan dengan Fuku Kaicho sekaligus ketua Komisi Ketertiban Sekolah terkenal kejam dalam menghukum siswa manapun yang berbuat salah tidak peduli latar belakang mereka.
"Hai Taichou!"
Kesembilan bawahannya mengangguk patuh dan menangkap ketiga murid itu dengan keras. Setiap kali mereka melawan, pukulan atau tendangan keras mereka terima dari anggota Komisi Ketertiban sekolah terkenal mengerikan. Bagi siswa siswi Kuoh Academy, ruangan Komisi Ketertiban sekolah merupakan mimpi buruk.
Namikaze Menma memiliki perawakan 175 cm dengan iris violet tajam seperti elang dan rambut merah darah memiliki jambang cukup panjang di samping kedua pipinya. Murid angkatan tahun terakhir cukup kuat hingga mampu memenangkan 2 Turnamen sekolah berturut turut. Apalagi sistem pemenang Turnamen memiliki 5 pemenang di setiap tahunya.
Sebagai wakil ketua OSIS. Menma buta mengenai latar belakang siswa. Dia sama sekali tidak peduli dari keluarga apapun mereka, selama mereka melakukan kesalahan ya hukuman harus di tanggung.
Selama kepimpinannya sebagai ketua Komisi Ketertiban Sekolah, setiap kali murid di seret olehnya akan mengalami perubahan pada mental mereka dan lebih menurut lagi pada peraturan sekolah yang ada.
Tatapan datar dan tajam Menma langsung luntur. Dia berbalik berniat membantu Naruto masih terjelembab di selokan sekolah. Menma menelan ludah, bagaimana bisa kohainya ini bisa bertahan di siksaan seperti tadi? Lagipula Menma baru kali ini melihat ada bullying sekeras ini.
"Kau bisa berjalan?" Menma bertanya. Wajah kohainya benar benar sudah kotor dan darah tidak henti hentinya keluar dari mulut dan hidungnya. Naruto mendapatkan bantuan membatin bersyukur. Dia tertawa lirih sembari menahan sakit di sekitar ulu hati nya. "Ah a-aku baik baik saja, Namikaze - sama." Naruto berusaha tertawa meskipun merasakan sakit di sudut bibirnya.
"Apa kau sering mengalami ini?" Menma membantu Naruto duduk. Dia sendiri jongkok di hadapan Naruto. Murid Gilgamesh sendiri bingung harus menjawab apa, bolehkah sekarang dia jujur?
"Luka seperti ini sudah biasa bagiku untuk setiap Minggu nya, Namikaze - sama hehe." Tertawa di paksakan. Menma semakin di buat terkejut, setiap minggunya? Dia sama sekali tidak pernah mendengar pembullyan seperti ini.
"Setiap minggunya? kenapa kau tidak melaporkan kepada kepala sekolah atau setidaknya melaporkan padaku?" Naruto membatin, mana bisa! Tapi dia justru lebih memilih untuk menggelengkan kepalanya.
"Aku sempat berpikir seperti itu. Namun semakin aku melaporkannya maka perbuatan mereka semakin menjadi. Ternyata tanpa aku membuat laporan pun tingkah laku mereka justru semakin parah." Jelas Naruto dengan suarai parau.
"Kenapa kau tidak melawan? kau bisa melawan jika memang di butuhkan." Lagi lagi Naruto menggelengkan kepalanya menandakan tidak bisa. Astaga, Menma benar benar tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya hari hari Naruto, dia meyakini satu hal. Jika dia berada di posisi Naruto, dia lebih memilih mundur dari pada terus maju jika setiap harinya selalu sama.
"A-aku, aku tidak bisa." Jawab Naruto lirih. Beruntunglah orang yang menolong dirinya Fuku Kaicho, bagaimana jika Tohka yang turun tangan? Naruto tidak bisa yakin mengenai bentuk ketiga pembully Naruto itu. Naruto pun melanjutkan, "Nilai Praktekku di bawah rata rata. Haha beruntung nilai Academic menolongku untuk tidak di keluarkan."
"Sini biar aku obati lukamu." Naruto menatap Kakak kelasnya bingung. Namun samar samar rasa dingin membungkus setiap inci lukanya hingga beberapa menit tanpa suara. Aura pengobatan dari Menma benar benar sudah menyembuhkan seluruh luka fisik namun tidak untuk bagian perut, dia masih merasakan nyeri nya.
Menma membantu Naruto untuk berdiri. "Ketika kehidupan tidak kau jalani dengan penuh kesungguhan, maka kau akan menjalaninya dengan penuh kelemahan. Di sini tidak ada julukan Genius kau mengerti? kami semua di sini memulai sesuatu nya dari nol, kau pun harus melakukan yang sama tidak peduli apapun yang kau hadapi." Ucap Menma. Ada rasa simpati pada dirinya mengetahui kehidupan Naruto di sekolah seperti selayaknya budak.
Naruto tertegun dengan kata kata itu. Dia tersenyum kecil. "Arigatou Namikaze - sama. Bantuanmu sangat berharga untuk murid rendahan ini." Menma menatap Naruto tidak suka.
Tuk!
"Aww~" Naruto meringis pelan sambil memegang dahinya terkena sentilan Menma yang kebetulan memiliki postur tubuh 5 cm di atasnya itu. Fuku Kaichou terkekeh pelan. "Jangan ulangi perkataan mu itu di hadapanku, kau mengerti? kita sama sama murid SMA tidak peduli apapun latar belakang kita. Jadi berhentilah bersikap selayaknya pembantu di sini."
"Hehehe Iya." Tawa Naruto nervous. 'Masih ada kah bangsawan memandang kami sama.' Batin Naruto tertegun.
"Kita mengobrol sedangkan aku tidak mengetahui namamu." Ucap Menma tidak menurunkan senyumannya. Naruto terbengong sebentar. "Naruto kelas 1 E. Hanya Naruto."
"Naruto?" Beo Menma. Naruto menatap Fuku Kaichou bingung, kenapa ekspresinya menjadi tidak mudah di baca?. Dengan cepat, Menma menggelengkan kepalanya, 'Mungkin hanya sama. Tidak mungkin dia adiku yang sudah lama hilang kan? mungkin aku terlalu merindukan adik kecilku.' Batin Menma sendu.
"Apa hanya Naruto?" Tanya Menma lagi. Naruto mengangguk meng-iyakan. "Sejak kecil aku sudah tinggal di panti asuhan. Naruto adalah nama yang di gunakan ibu panti untuku." Jelas Naruto bersemangat.
'Souka? Memang bukan.'
"Baiklah, Naruto. Sepertinya obrolan kita harus di tunda. Aku akan kembali ke ruang kerjaku. Kau bisa kembali ke kelasmu sekarang. Satu lagi, jika kau memang membutuhkan bantuan, jangan sungkan untuk datang ke ruangan ku." Menma pun pergi. Naruto menatap lurus punggung lebar Menma yang hampir menghilang sebelum berbelok arah. 'Aku berhutang padanya.'
... The Lost Namikaze ...
Kerajaan Babylonia.
Saat ini Bangsawan Namikaze satu satunya bangsawan memiliki ikatan kuat dengan Kerajaan Babylonia berkunjung karena sang raja mengirim undangan kepada mereka. Lord Namikaze dan Lady Namikaze turun dari kereta kuda berlapis emas murni kereta biasa di gunakan oleh Gilgamesh ketika berpergian.
Lord Namikaze tersenyum ramah ke para dayang berjejer sepanjang pintu masuk menyambut sahabat sang Raja sekaligus Clan kerja sama Kerajaan Babylonia. Sepanjang perjalanan para dayang tidak berhenti untuk menunduk dan memberikan hormat. Lord dan Lady Namikaze hanya membalas mereka dengan senyuman ramah.
Hingga saat ini di ruang biasa Gilgamesh menghabiskan waktu nya untuk bersantai sekaligus tempat khusus untuk rapat antara Kerajaan Babylonia dan Clan Namikaze. Gilgamesh menggunakan armor emas berkilauan sedangkan keluarga Namikaze tidak menggunakan pakaian tempur apapun.
Gilgamesh menjabat tangan Minato dengan senyuman. "Lama tidak bertemu, Minato. 5 tahun bukan? bagaimana kabarmu?" Tanya Gilgamesh ramah. Di samping Enkidu menggunakan pakaian formal menemani Gilgamesh dalam pertemuan ini.
"Seperti yang kau lihat saat ini. Aku dan istriku baik baik saja begitupula dengan Menma." Balas Minato. "Ah Enkidu - Dono. Kau tidak berubah ya." Minato mengalihkan pandangan ke samping Gilgamesh.
Enkidu tertawa pelan. "Saya memang selalu seperti ini, Minato - Dono. Senang bertemu dengan keluarga Namikaze kembali." Ucap Enkidu membungkukkan tubuh sopan. Mereka bertiga adalah sahabat, selain karena kekuatan mereka seimbang meskipun Minato adalah manusia. Gilgamesh memiliki rasa kagum bagaimana manusia biasa memiliki kekuatan setara dengan manusia setengah dewa sepertinya.
"Dan Kushina - Dono. Anda tidak memiliki perubahan pada diri anda ya. Jika di banding istri, anda lebih cocok sebagai adik Minato - Dono." Canda Enkidu di balas tawa ketiganya. Yah penampilan Kushina walaupun sudah kepala tiga tapi dengan gaun hijau tosca itu seperti selayak nya gadis 20 tahunan.
"Anda bisa saja, Enkidu - san. Tapi aku pun bingung kenapa Minato memiliki perubahan mencolok di wajahnya." Balas candaan dari Enkidu. Minato cemberut, dia hanya berubah beberapa bagian saja. Dia tidak terlalu tua bahkan bisa di katakan masih terlihat muda, tidak ada kerutan di wajahnya.
"Hahh baiklah kita mulai saja pertemuan ini. Tapi sebelumnya terima kasih sudah mau datang Minato. Sebenarnya hal yang ingin ku bicarakan tidak terlalu penting untuk aliansi kita, tapi ku pikir ini penting untuk kalian berdua." Gilgamesh membuka pembicaraan. "Jangan di pikirkan, kita ini Aliansi sejak lama. Tidak mungkin aku menolak ajakanmu untuk bertemu." Balas Minato tidak mengambil pusing. Lagipula pertemuan seperti ini juga jarang di lakukan.
Gilgamesh ternyum kecil. "Syukurlah. Tapi sebelum itu, aku ingin kalian berjanji untuk tidak melakukan tindakan gegabah mengenai apa yang ingin ku katakan." Ekspresi Gilgamesh berubah menjadi serius. Minato dan Kushina saling bertatap muka bingung.
"Tentu. Jika memang di perlukan kami tidak masalah, bukan begitu Kushina?"
"Ya, dari dulu bukankah kami selalu terbuka mengenai apapun di antara aliansi."
Minato dan Kushina semakin di buat kebingungan ketika seorang dayang masuk membawa sebuah kotak kaca anti peluru berwarna gelap dengan bagian kerangka berwarna emas murni. Dayang itu meletakan kotak di meja lalu menunduk dan pergi.
"Bersiaplah kalian untuk menguji kata kata kalian itu." Gilgamesh mengambil kotak itu lalu membukanya. Hal pertama ketika Gilgamesh mengangkat sebuah liontin dengan bandul Cristal hijau adalah ekspresi shock kedua pasangan Namikaze itu. Gilgamesh menghela nafas pelan, ini adalah waktu yang sangat pas untuk memberitahu sebuah rahasia besar dalam dirinya.
"Ini adalah Liontin anak kalian sudah menghilang sejak 15 tahun yang lalu. Naruto, menghilang di usianya yang ke 1 tahun setelah kelahirannya." Ucap Gilgamesh membongkar rahasia. "Aku sudah tahu reaksi kalian. Dan aku berniat memberitahukan ini padamu, Minato, Kushina."
"D-dari mana kau mendapatkan benda itu, Gilgamesh." Tanya Minato bergetar, dia menerima benda satu satunya tanda untuk mencari anak mereka yang hilang. Namikaze Uzumaki Naruto, anak dari Lady Namikaze dan Lord Namikaze adik dari penerus Clan keluarga itu, Namikaze Menma.
"Hiks tolong beri tahu kami keberadaan nya, Gilgamesh." Isak Kushina tidak kuat lagi membendung tangisan - nya. Mereka sudah mencari selama ini dan tidak membuahkan hasil yang mengarah ke titik terang keberadaan Naruto.
"Aku hanya bisa menyampaikan ini kepada kalian. Aku akan berkunjung ke Jepang untuk menyaksikan muridku bertarung di Turnamen. Kalian bisa menemuiku dan berbicara mengenai kelanjutan cerita." Gilgamesh tidak bisa menyampaikan rahasia sekarang. Jika mereka tahu, pasti urusan Naruto dengan Turnamen menjadi kacau. Gilgamesh tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
.
.
.
.
.
.
"Naruto, akhirnya kami menemukan titik terang keberadaan mu, nak."
To be Continued.
Jujur, menulis Fanfic Immortal, Lemon dan Truth Phenex lumayan bosan wkwk. Jadi mumpung ada ide jadi sayang kalau tidak di limpahkan via tulisan. Saya menulis ini 3 hari yang lalu nonstop sebelum Immortal telah di selesaikan hari ini.
Fanfic ini tidak akan panjang. Paling tidak sampai 20 chapter sudah tamat. Lagipula tidak ada Last Boss seperti Fanfic - Fanfic saya yang lain. Jadi, kemungkinan besar cuman itu itu saja.
Chapter depan pembukaan Turnamen atau bahkan Turnamen sudah di mulai dalam sistem liga. Pokoknya tunggu aja deh.
OverPower kah? Ketik pendapat kalian di kolom Review.
Skizofrenia adalah penyakit di mana seseorang mempunyai 4 kepribadian yang berbeda. Namun kali ini saya hanya memberikan dua untuk Naruto. Umumnya penderita Skizofrenia sedikit memiliki keanehan tingkah laku mereka, kalian bisa melihat di film Who i am. Itu salah satu Film Favorite saya.
Projection. Kekuatan menurut saya paling keren di antara Blue Magic, Gate of Babylon atau Ramesseum Tentyris yang di buat oleh Type - Moon. Hanya Projection menarik minatku.
Transfiguration, tau Arashi Seijuro? Saya mengambil konsepnya dari sisi lain Akashi.
True Power Projection?. Saya hanya berpikir jika Genjutsu Tsukoyomi dan Reality Marble di gabungkan menurut konsep cara kerja keduanya akan menarik.
Ok baiklah saya Author baru apalagi gaya menulis masih berantakan. Mohon berikan kritik dan saran kalian para Senpai :D