Sasuke selalu menyukai kopi, terlebih kopi buatan si cewek gila. Lebih nikmat lagi jika diminum berdua, ada aroma khas napasnya bercampur dengan aroma kopi. Sasuke tergugah sesaat. Sembari meletakkan cangkir di atas nakas, dia melirik datar Sakura yang tengah duduk di single sofa, melipat satu kaki putih mulusnya dengan elegan.
Matanya menajam. "Kenapa kamu nggak bilang sudah pulang dari Osaka?"
Menikah di usia dua puluh tujuh tahun, siapa yang mengira jika hubungan mereka akan seawet itu. Sakura yang seringkali membuat ulah, namun Sasuke lebih memilih diam membiarkan cewek itu berbuat sesukanya. Jika Sakura sedang emosi, belanja dan sejenisnya sangat jitu meredam. Dalam dua puluh empat jam, mereka akan kembali berhubungan seperti biasa.
"Kamu capek nggak yang? Mau aku pijatin?"
Sasuke menggeleng pelan sembari melepas seragam kerjanya. "Aku yang harusnya tanya begitu ke kamu."
Mulai dari sepatu, kaos kaki, jam tangan, topi, seragam kepolisian, sabuk serta celana panjangnya Sasuke tanggalkan satu persatu. Dia berjalan ke lemari besar di sudut ruangan, mengambil bathrobe dan langsung mengenakan itu.
"Kerjaanmu di Osaka sudah beres? Kok cepat banget pulangnya?"
Ini dia asal muasal masalah.
Belum genap dua bulan menikah, Sakura yang berprofesi sebagai model terpaksa harus berada berkilo meter jauhnya dari Sasuke. Pengantin baru, masih dua kali melakukan hubungan intim, kemudian selama hampir satu setengah bulan tidak bertemu.
"Ayo dong yang? Jangan ngambek gitu. Lagian juga itu tuntutan pekerjaan, nggak ada tuh rencanaku bikin kamu merana. Kalau mau marah, marahin saja managerku."
Tidak kira-kira, suami mana yang mau diperlakukan seperti ini? Apa lagi jika dia sudah melihat bagaimana indahnya tubuh sang istri. Setiap hari tegang dong, ya kali.
"Kurang apa loh aku? Kamu pulang kerja sudah aku siapin kopi, pakai lingerie seksi, tanpa bra tanpa panty yang."
Ah, benar sekali. Sakura tengah mengenakan lingerie hitam yang kontras dengan kulitnya, menerawang dan membentuk seluruh jengkal tubuhnya. Sasuke menelan ludah sesaat, tapi tidak berupaya langsung menerkam. "Masih sore kok pakai pakaian kayak gitu? Mendingan kamu pakai daster kedodoran terus bersih-bersih rumah."
Asw! Dikira dia ini pembantu.
Sakura cemberut. Dia segera bangkit dari sofa dan langsung memblokade suaminya yang akan masuk ke kamar mandi.
"Yang kamu jangan marah dong? Aku kangen banget sama kamu, tahu. Yuk bikin anak?"
Enak ya cuma bilang begitu?
Sasuke mendecih acuh, berusaha melepaskan diri. "Nanti deh, aku mau mandi dulu."
"Sekarang saja yang."
Istrinya nafsuan, senang memancing. Sasuke akhirnya tidak tahan lagi dan langsung tertawa serak. "Kalau aku beneran kena setan, kamu tanggung konsekuensinya."
"As you wish."
Dibandingkan kesehariannya, Sasuke adalah cowok yang liar di atas ranjang. Dua kali berhubungan badan, dua kali pula Sakura kewalahan, tapi dia tidak merasa kapok. Biar sakit tapi juga enak, begitu tuturnya.
Sakura menjerit saat merasakan tubuhnya melayang di udara, juga geraman rendah Sasuke yang menggendongnya ke atas ranjang. "Istri gue makin hari makin seksi."
Loh? "Kok lo gue sih? Aku kamu dong."
Sayangnya, Sasuke tidak mengindahkan itu. Dia lebih memilih langsung mendaratkan ciuman hangat, menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Sakura tepat saat tangannya bergerak melepaskan lingerie. Istrinya benar-benar telanjang, persis seperti bayi yang baru terlahir. Payudaranya menggantung indah, besar dan memenuhi telapak tangan. Ini nih gunanya payudara besar seperti yang dikatakan Sakura dulu, tentu saja untuk memuaskan pasangan, biar Sasuke tidak coba-coba melirik cewek lain. Cukup milik istrinya saja yang seperti ini, Sasuke puas meremasnya, menghisap keras putingnya, menjilat ringan kulitnya, menggerakkan lidahnya ke atas dan ke bawah.
"Bathrobe kamu lepas dong yang."
Sasuke menuruti.
Napasnya masih tidak teratur, tapi ia tetap mencoba membuat dirinya telanjang, bergabung bersama Sakura.
"Ooh..." Sakura melenguh tanpa sadar, lebih ke arah desahan yang memenuhi pendengaran Sasuke. "Jangan digigit gitu, sakit."
Istrinya sangat berisik ketika berhubungan intim, sebentar pun dia tidak bisa diam.
Sembari menghisap putingnya, tiga jari Sasuke bermain di bagian bawah, memainkan daging kecil Sakura hingga seluruhnya mengetat, memompanya keluar masuk. Sial! Keduanya ingin lebih, gilanya Sakura menyanggupi. Dia membelai ujung kejantanan Sasuke yang telah mengeras, menelusuri panjangnya, mengambil napas lebih banyak lagi ketika tangan si empunya ikut membantu membelai.
"Aku nggak bisa kalau dipegang saja seperti ini, aku butuh lebih."
Sasuke tidak tahan dan langsung memasuki Sakura, merasakan kejantanannya tumbuh lebih besar di dalam sana.
"Ohh, sayang..." Ini hukuman untuk istri menyebalkan.
Disela-sela gerakan tubuhnya, Sasuke tersenyum miring melihat ekspresi keenakan Sakura yang memeluk lehernya, payudaranya bahkan mengayun berulang kali menabrak dada bidang Sasuke. Sementara Sakura merasa tenggorokannya tercekat, suaminya langsung mengajak berciuman, memberikan sensasi licin pada bibir masing-masing.
Sampai pada puncaknya, Sasuke memegangi kedua paha Sakura yang telah mengangkang sejak tadi, menggerakkan kejantanannya keluar masuk hingga orgasme itu datang begitu kuat dan membuat tubuhnya seperti meledak. "Fuck!"
Istrinya sudah membuatnya kecanduan setengah mati, lebih gila dari narkoba.
Masih dengan napas terengah-engah, payudara Sakura bergerak naik turun hingga menjadi pusat pandangan Sasuke. Suaminya itu memeluknya lagi, menciumi lehernya hingga menciptakan bekas memerah.
"Aku beneran kena setan, jadi kamu harus menerima konsekuensinya."
Mantap.
Senju Sakura harus menanggung akibat dari segala keusilannya dulu, habislah dia diperdaya Sasuke.
Lanjut lagi kuy.
The End
Langsung lanjut baca sequelnya yahh, judulnya Sweet Home.