"Senju Sakura." Seksi sekali, Sakura diam-diam menyeringai kecil tatkala mendengar suara serak cowok bermata tajam yang tengah berdiri di depannya. "Sudah ke lima kalinya gue ngelihat elo menerobos masuk ke sekolah dengan cara seperti ini."

Suka-suka Sakura dong.

"Setahu gue, keluarga Senju terkenal dengan tabiat disiplin dan tepat waktu. Kalau ngelihat tingkah elo yang begini, terus terang gue curiga jangan-jangan elo halu doang bilang keturunan Senju."

Terkesan cukup kasar, ucapan Uchiha Sasuke nyatanya sama sekali tidak membuat Sakura sakit hati. Dia sudah kebal, bahkan beberapa hari lalu Sasuke sempat melontarkan kalimat yang lebih pedas dari ini. Sakura hanya diam mendengarkan, melipat kedua tangannya cuek seolah tengah dimarahi Ibu tiri. Tidak salah banyak teman-temannya memilih menghindari Sasuke lantaran posisi yang dipegang cowok itu sebagai penegak kedispilinan sekolah. Heran juga, Sakura pernah berpikiran apa Sasuke tidak lelah memburu siswa maupun siswi yang ketahuan menyalahi aturan? Kalau dia sih mending berbuat kebalikannya.

"Berhenti membuat masalah atau nama lo bakalan gue tulis di buku pelanggaran."

Ini yang membuat Sakura bertanya-tanya.

Sudah tidak terhitung berapa banyak kesalahan yang Sakura perbuat, tapi sampai detik ini dia tidak pernah kedapatan Kakashi Sensei memanggilnya ke ruang bimbingan dan konseling. "Gue bosan dengar lo ngancam gitu terus deh Beb, kali-kali gitu gue lo tulis di buku lo biar bisa dipanggil Sensei rambut jigrak juga nggak apa-apa."

"Oh, boleh. Lo mau?" Sasuke dengan tampang santainya mengeluarkan buku pelanggaran dari dalam saku celana dan berlagak seolah akan menuliskan sesuatu di sana.

Mati. "Eh, ya jangan. Bercanda gue, elo mah gitu banget."

Pertama kali melihat rupa Sasuke, kebanyakan cewek pasti akan menyukai. Dia tampan, posturnya tinggi dan kekar, pokoknya body goals. Tapi ketika sudah mengenal benar, mereka semua lebih memilih mundur dari pada didamprat cowok itu. Hanya Sakura seorang yang dengan seenak jidatnya berani membuat masalah, setiap harinya tidak pernah bosan menggoda, berkomentar pedas, bahkan tidak jarang melakukan hal-hal nakal. Lagi pula, salah Sasuke sendiri kenapa harus menjadi penegak kedisiplinan yang sejujurnya dari dulu tidak begitu Sakura sukai. Dia kan remaja yang punya jiwa bebas, dan berhadapan dengan cowok seperti Sasuke merupakan sebuah tantangan.

"Make up terlalu tebal, dasi nggak dipakai, sepatu warna merah, dan rok elo masih lima belas senti di atas lutut seperti dua minggu lalu." Cerewet melebihi Ibunya. "Lo mau sekolah atau mau ngeMall?"

"Kalau jadi cowok jangan galak-galak, jadi perjaka tua baru tahu rasa lo!"

"Gue tanya, elo mau sekolah atau mau ngeMall??"

"NgeMall." Sakura benar-benar biang masalah.

Hanya ada mereka berdua di belakang sekolah dan keadaan sangat sepi, Sasuke sama sekali tidak berpikiran negatif tapi sepertinya Sakura melakukan. "Satu hal yang harus lo tahu."

"Apa?"

"Gak ada hukuman yang lebih pantas buat elo selain ini, Sakura."

Rasanya sesak.

Panas.

Sensasi aneh tiba-tiba menerjang kesadaran diri Sasuke tatkala cewek di hadapannya melakukan kegilaan. Ini buruk! Sasuke awalnya hanya menggertak, tetapi Sakura lebih liar dari yang ia kira. Nekat mempersempit jarak, kemudian menciumnya yang masih awam. Sial sekali, aroma perawan sungguh menggugah. Sasuke mematung dalam beberapa waktu hingga rasanya tidak akan sanggup menemukan alam sadarnya.

Keparat!

Sasuke bersumpah, nama Senju Sakura pantas di tulis dalam buku pelanggaran.

To be continue...