Judul : Otonari-San
Chapter : 23
Crossover : Naruto x LoveLive
Pairing : Naruto x (Rahasia) :v
Genre : Ecchi, lemon, NTR, romance, drama, dll.
Disclaimer : Naruto punya Om Masashi Kishimoto dan LoveLive punya Sakurako Kimino
Rating : M
A/N :
Lapang dada..
.
.
.
.
DON'T LIKE DON'T READ :)
(Jangan maksa buat baca jika ga kuat netorare..)
.
.
.
.
.
Normal pov*
Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam, 2 jam lamanya sudah Kotori berkunjung di apartement Naruto karena hujan. Kotori menyadari suara gemerisik di luar sudah berhenti, kali ini wanita itu memakai rok merah yang sudah Naruto siapkan dari pakaian yang tertinggal saat Kotori menginap.
"Kau sudah mau pulang?" Tanya Naruto yang sedang memakai celana olahraga.
"Un.. Besok Okaachan mengajakku untuk datang kepernikahan sepupuku.." Jelas Kotori yang sudah memakai lengkap pakaiannya, "Karena urusan keluarga, tentu saja aku harus datang.."
Kotori terlihat mengenakan baju putih yang memperlihatkan bagian pundaknya dan rok merah, kemudian memakai cermin di tembok untuk menata rambutnya yang sempat berantakan karena permainannya dengan Naruto sebelumnya. Tidak lupa, mengoles bibirnya dengan lipstick agar tidak nampak pucat.
Naruto mengambil kaosnya yang tergeletak di lantai tatami, "Begitu ya, jadi kau tidak bisa ikut perjalanan ke Nara besok.." jelas Naruto yang memakai kaosnya kembali pada tubuhnya.
Kotori mendesah dengan gusar, "Padahal aku sudah menantikan perjalanan ini~" jelas Kotori yang benar-benar kesal karena perjalanannya bersamaan dengan tanggal pernikahan sepupunya.
"Mau bagaimana lagi, pernikahan itu penting terutama itu keluargamu.." jelas Naruto memaklumi.
"Kau benar.." jelas Kotori yang pasrah saja, pandangannya beralih pada ponselnya yang bergetar, "Oh, sudah waktunya.."
Kotori kemudian berdiri dan membawa tasnya di pundak, "Aku harus pulang sekarang.." jelas Kotori yang berjalan ke arah pintu keluar apartement.
Naruto yang duduk kemudian ikut berdiri, "Oh baiklah, aku akan mengantarmu ke stasiun.." jelas Naruto berjalan di belakang Kotori.
"Tak perlu repot-repot, aku sudah panggil taksi.." Kotori memperlihat aplikasi di smartphonenya yang menunjukkan taksinya sudah menunggu di depan apartement Naruto.
"Ouh, kau benar.." Naruto hanya menanggapi dengan kalimat kecil, sementara Kotori sedang memakai sepatunya di teras lalu mengambil payung di tempat menaruh payung, dia menekan kenop pintu Naruto dan melangkah keluar.
Kotori kemudian berbalik menatap Naruto yang lebih tinggi darinya, "Hai, ittekimasu.."
"Hai, itterasshai.."
Kotori kemudian berjinjit menyamakan tinggi badannya dengan Naruto, dia mengecup singkat bibir Naruto, lalu menyentuh bibir Naruto dengan telunjuk. Wajahnya menatap Naruto dengan wajah memerah.
"Untuk beberapa hari ke depan, pastikan untuk ingat rasa itu.." kalimat peringatannya bisa membuat lelaki manapun terkekang tapi tidak untuk Naruto.
Naruto tersenyum lalu mengangguk, "Mana mungkin aku lupa.." ucap Naruto yang membuat senyum Kotori merekah dan berjalan ringan menuju tangga apartement.
Naruto melihat Kotori yang masuk ke dalam taksi dan langsung bergerak dari depan apartementnya, setelah memastikan Kotori benar-benar pergi Naruto berniat kembali masuk ke dalam rumahnya. Saat dia masuk dia melihat pintu lemarinya terbuka dan memperlihat Nozomi yang tubuhnya tertutupi selimut keluar dari sana. Mereka bertukar pandangan, Nozomi memandangnya dengan wajah polos meski begitu Naruto ingat dengan jelas yang sebelumnya terjadi di ruangan tersebut.
Mata Naruto langsung beralih ke arah lain dan ekspresi bersalah terlihat jelas di wajah Naruto, tangannya hanya mengepal karena suasana yang membuatnya tak nyaman ketika Nozomi yang mulai berdiri di depannya. Suasana menjadi hening seketika, Nozomi tidak tahu harus bagaimana ketika menatap Naruto yang terdiam gelisah.
Nozomi kembali ingat ketika Naruto bercinta dengan Kotori seperti sepasang kekasih yang saling mencintai, tangannya hanya menggenggam kain putih yang dia gunakan untuk menutupi tubuh polosnya, sangat erat setiap dia mengingat pria di depannya menyentuh wanita lain.
Ini bukan berarti Nozomi menginginkan Naruto seutuhnya, dia hanya tidak tahu harus bagaimana menghadapi pemuda di depannya. Nozomi merasa tidak tahan melihat pemuda di depannya lebih lama, kemudian menunduk lalu melangkah melewati Naruto. Mata Naruto melebar ketika Nozomi melewatinya tanpa mengatakan apapun.
"G-gomen..!" Kata itu tiba-tiba keluar melalui tenggorokan Naruto tanpa sadar, langkah Nozomi terhenti.
"Ini bukan salahmu, Uzumaki-san. Tak perlu meminta maaf, aku yang harusnya berkata begitu karena mengganggumu selama ini. Gomen nee. Aku tidak akan muncul di depanmu lagi.." jelas Nozomi yang ingin kembali melangkah namun tangan seseorang menyentuh pundaknya, dia tahu Naruto menahannya.
"Kau tak perlu sampai seperti itu!" Tegas Naruto yang mendapat Nozomi menatapnya dengan ekspresi bertanya-tanya.
"Kenapa?"
"Uh.. etto.. um.." Naruto sendiri bingung saat ditanya, dibenaknya dia berpikir sendiri kenapa ya, tapi Naruto sendiri tidak mengerti alasannya.
Hanya saja hatinya merasa tak enak jika meninggalkan Nozomi sendirian, belum lagi Nozomi itu terlihat seperti penyendiri meski banyak orang yang menyukainya, dan wajah menangisnya beberapa saat lalu membayangi pikiran Naruto sekarang. Pada dasarnya, Naruto merasa tak nyaman saja karena Nozomi terlihat seperti orang yang diliputi masalah.
Naruto menyilangkan tangannya, "A-aku tidak tahu sebenarnya kau ini ingin apa dariku, jadi mungkin aku simpulkan bahwa kau ingin aku menjadi temanmu?" Tanya Naruto yang membuat Nozomi memandangnya dengan wajah polos.
"..jadi kurasa lebih baik kita berteman biasa saja!" Lanjut Naruto dengan penuh bersemangat.
"Berteman biasa? Apa dengan itu aku bisa tetap bersamamu?"
"Tentu! Teman itu mengobrol kapan saja, makan bersama, saling membantu, dan pergi bersama tanpa harus bersembunyi lagi. Itu akan jauh lebih damai, 'bukan? Itulah mengapa berteman biasa akan jauh lebih baik! Kau pernah berkata temanmu hanya Eri-chan, 'bukan? Jika kau butuh satu orang lagi, aku bersedia.." Tegas Naruto yang membayangkan hal-hal menyenangkan yang dilakukan remaja saat baru masuk SMA.
Nozomi memandang wajah Naruto yang tampak bersemangat menjelaskan semua itu padanya, kepolosan dan kenaifan Naruto membuatnya tiba-tiba tersenyum dan tertawa dengan sangat bahagia. Baru kali ini, pemuda yang di dekatinya mengatakan untuk berteman saja. Itu terdengar lucu untuknya namun menjadi suatu hal yang lembut baginya, karena Nozomi mengerti Naruto benar-benar serius.
Melihat Nozomi tertawa lantas membuat Naruto bingung, tapi melihat wanita yang beberapa saat lalu menangis berubah sesenang itu hanya dengan kata-kata ambisiusnya, entah mengapa membuatnya merasa lebih baik. Naruto ikut tersenyum lalu tertawa sebentar bersama Nozomi. Melihat Naruto di depannya membuat pandangan Nozomi melunak karena mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Naruto memiliki perawakan dan sifat yang sangat mirip dengan orang itu.
"Begitu ya? Kau berkata begitu untuk menolakku.." Tanya Nozomi yang membuat Naruto menegang, karena memang itu niatnya.
Menolak dengan halus, tentu saja siapapun pernah melakukannya~ Nozomi mengerti betul tentang ini.
"Yah, bukan begitu. Aku hanya memikirkan situasi yang nyaman saja, karena bagaimanapun kita sering bertemu.." jelas Naruto yang yang wajahnya berpaling sambil menggaruk kepalanya sendiri dengan gusar.
"Baiklah, aku mau berteman.." Ucap Nozomi yang membuat Naruto menatapnya, wanita bersurai ungu itu menatapnya dengan senyuman manis.
"Ouh benarkah?" Naruto bertanya lagi memastikan dengan wajah polosnya.
"Karena kita sudah berteman, aku ingin meminta satu hal.." Nozomi menunjukkan pada Naruto jari telunjuknya sebagai satu permintaan pada pemuda di depannya, ".. mulai saat ini aku ingin kau memanggil dengan nama depanku"
"Eh? Cuma itu?"
Nozomi mengangguk, "Un, sebagai gantinya aku akan memanggilmu dengan nama depan juga.."
"Sou ka~ kalau hanya itu aku tidak keberatan.. hm.! hm..!" jelas Naruto mengangguk-ngangguk sotoy.
"Kalau begitu, ayo berteman.." ajak Nozomi yang memberikan tangannya pada Naruto untuk berjabatan, Naruto dengan santai menerima jabatan itu.
"Semoga kita jadi teman akrab ya, Na-ru-to~" jelas Nozomi mengeja nama Naruto dengan tersenyum manis.
.
.
.
.
.
Naruto pov*
Aku tahu bahwa aku yang mengajaknya berteman, tapi..
..kenapa kami sekarang bisa duduk bersebelahan saat ini?!
Aku melirik wanita cantik yang merupakan tetangga sekaligus senpai-ku di kampus, dia duduk di sebelahku dengan tenang menatap keluar jendela dari dalam bus. Seperti yang kukatakan sekarang tanggal 24 September, hari Sabtu yang merupakan weekend, ketua himpunan mahasiswa jurusan pertanian merencanakan perjalanan untuk mengakrabkan diri dengan setiap angkatan yang berkenan bergabung.
Kebetulan tadi pagi aku bangun kesiangan ketika janjian kumpul pukul 7 pagi, lalu buru-buru ke terminal Shinjuku dengan berlari. Kebetulan saat itu masih sempat, pas ketika semua orang berbaris untuk memasuki bus. Kebetulan sekali bangku kosong yang tersisa hanya di samping Nozomi saat itu.
Benar, ini hanya kebetulan. Meskipun, aku agak kesal juga dengannya yang tahu aku akan ikut acara ini tapi sama sekali tidak membangunkanku. Padahal kami tinggal bersebelahan, entahlah rasanya tetap tidak ada yang berubah sama sekali.
Setelah apa yang terjadi kemarin kupikir akan menjadi situasi yang lebih baik. Tapi, nyatanya ini malah lebih canggung. Apa mungkin hanya aku yang merasakannya? Nozomi tiba-tiba bergerak untuk mengambil botol air minum di dalam tasnya. Dia memutar tutupnya lalu meminum air di dalamnya, aku hanya memperhatikannya. Saat itu, dia menyadari aku memperhatikannya, aku langsung berpaling ke depan.
Dia memberikanku botol air minumnya, "Apa kau haus?"
"Eh? Ti-tidak kok.." Aku merasa gugup, walaupun sebenarnya tenggorokanku terasa kering, dan akibat terburu-buru aku lupa membawa persiapan.
Dia memaksa tanganku untuk menggenggam botol air minumnya, "Minum saja, dengan keringat seperti itu kau pasti haus, 'bukan?" Jelasnya yang memang tepat, dia seperti esper yang bisa membaca pikiranku kapanpun.
"Oh baiklah.." aku meminum air di dalamnya, sambil meliriknya yang menatap keluar jendela begitu bus mulai masuk ke dalam tol.
Aku berhenti minum lalu menenggak sekali ke dalam tenggorokanku, "Hey, kau bangun pagi, 'bukan? Kau tahu aku belum bangun, kenapa kau tidak membangunkanku..?" jelasku padanya yang tersenyum jahil.
"Kau tidak memintaku untuk itu, jadi kenapa aku harus membangunkanmu?" Dia balik bertanya.
Aku menutup botol minumnya, "Setidaknya kau membantuku.." aku memberikan botol minum berwarna kuning itu padanya, "..itu yang disebut dengan empati, senpai" jelasku padanya sambil tersenyum dengan menyindirnya yang merupakan seniorku.
"Ufufu~ gomen nee, aku hanya ingin melihat wajahmu yang kelelahan, kouhai-chan.." jelasnya tersenyum manis seperti senang melihatku yang kesulitan saat berlari ke terminal.
"Ahaha.. benar juga, senpai ini kan memang selalu begitu~" jelasku yang tertawa garing, tentu saja dengan menahan betapa tersinggungannya aku, juga sebutan kouhai-chan yang terkesan manis sekali.
"Tes.. tes.. Baiklah, apa semua bisa mendengarku?" Perhatian kami kemudian teralihkan ke depan pada pria berkacamata yang merupakan anggota himpunan mahasiswa bernama Muta Aburame, yang merupakan sepupu dari teman seangkatanku Shino Aburame.
Aku mendengarkannya yang berucap terima kasih karena mengikuti acara perjalanan 2 hari ini, tidak lupa dia mengatakan hal-hal yang akan kami lakukan. Dan memberi pertanyaan apa saja yang kami ingin tahu, kebanyakan hanya pertanyaan mengenai dirinya yang diolok-olok oleh temannya yang bercanda. Hingga membuat semua orang tertawa, begitu denganku yang mendengar Muta-senpai yang dibodohi teman-temannya yang iseng.
"Ahaha! Hey, apa kau dengar?" Aku menyikut lengan Nozomi di sampingku, "Muta-senpai pernah merayu wanita saat mabuk dengan memberikan sepotong teri-" aku yang menengok memandang Nozomi berhenti bicara karena sepertinya dia sama sekali tidak mendengarkan dan masih memandang keluar jendela.
Dia terlihat sadar bahwa aku mengajaknya bicara, "Eh? Apa?" Dia bertanya padaku yang langsung kembali menatap ke depan, sial, tanpa sadar aku mengajaknya bicara.
"Ah tidak, lupakan saja.." jelasku yang membuatnya terus memandangku dengan mata bulatnya.
Bukannya begitu, selama ini kalau diingat kembali aku tidak pernah melihatnya tertawa dengan lawakan bodoh sebelumnya. Bahkan, saat bersama yang lainnya dia terlihat tidak memperhatikan, seperti memikirkan hal lain. Aku tidak tahu apa dia tampak bosan dengan hal yang oranglain lakukan, aku hanya tidak bisa menebak apa yang sebenarnya dia pikirkan.
Tak terasa waktu telah menunjukkan jam 1 siang, semua hiruk pikuk mulai terlihat tenang. Setelah sejam yang lalu berhenti di salah satu restaurant untuk makan siang. Aku melihat sekeliling dimana Shikamaru terlihat bersender di bangku dan tertidur pulas, beberapa ada yang bermain smartphone, makan cemilan atau bermain kartu.
Mataku melirik ke sebelah kananku dimana Kiba tertidur nyenyak di paha Honoka sebagai bantalan. Aku merasa iri. Aku masih ingat semalam Kotori bilang tidak bisa ikut karena menghadiri upacara pernikahan sepupunya. Aku tahu aku sendiri yang memaklumi hal itu, tapi tetap saja aku kesepian tanpa Kotori-chan. Ayolah Naruto, sejak kapan kau jadi bucin gini?!
Saat diriku sibuk dengan semua argumen di otakku, aku tiba-tiba merasa ada beban menepuk salah satu bahu kiriku. Aku langsung menengok ke samping dimana Nozomi duduk di sebelahku. Aku terkejut karena Nozomi tertidur dan bersandar di pundakku. Kondisi Nozomi sangat lengah bagi laki-laki manapun, tapi aku bukan tipe pria brengsek yang memanfaat hal itu.
Dengan pelan kudorong posisi Nozomi agar bersandar saja di bangkunya. Nozomi akhirnya bersandar di badan kursinya, namun tiba-tiba busnya berguncang sehingga Nozomi kembali terjatuh di pundakku. Aku melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihat moment romantis seperti yang sering kali muncul di drama dan menjadi gosip, dengan pelan kembali kudorong Nozomi pelan sampai bersandar di kaca bus.
Bus kembali berguncang membuat kepala Nozomi berbenturan dengan kaca di sampingnya dengan keras, wanita ini tetap tertidur pulas tanpa terbangun sehingga wajahku membiru melihat pemandangan yang pasti menyakitkan itu.
Kepalamu terpentok seperti itu, bagaimana bisa kau tetap tertidur pulas?! Aku memandang ngeri Nozomi di sampingku.
Karena tidak tega melihat wanita di sebelahku yang kepalanya terpentok berkali-kali, dengan tak niat aku menariknya agar bersandar di bahuku. Biarlah, aku meminjamkan sebentar bahuku untuk wanita ini. Lagipula, aku tak akan melakukan apapun dengan Nozomi yang tengah lengah. Aku akan berpura-pura tidak tahu dan menatap ke depan. Dengkuran Nozomi dapat aku dengar, entah mengapa itu membuatku menjadi gugup.
.
.
"Naruto! Bangun.. Oy, Naruto!" Aku merasa pipiku di tepuk-tepuk seseorang, ketika aku membuka mataku aku melihat wajah Kiba di depanku, aku langsung sadar bahwa aku ketiduran.
Dengan wajah mengantuk aku melihat ke sekitar yang dimana semua kursi telah kosong, "Eh.. apa ini?" Tanyaku pada yang lainnya.
"Kita sampai di penginapan.." jelas Shikamaru yang berjalan keluar lebih dulu lalu diikuti oleh Kiba, aku melihat Sai yang tersenyum padaku.
"Membangunkanmu itu sulit sekali.." jelas Sai yang berlalu.
Aku berdiri dan mengambil tasku yang diletakkan di rak atas mobil, aku melihat kursi di depanku dimana Nozomi duduk di sana sebelumnya. Aku memincingkan mataku, ternyata dia pergi lebih dulu tanpa membangunkanku lagi. Aku akhirnya berlalu mengikuti yang lainnya menuju penginapan. Aku melihat penginapan bergaya tradisional jepang itu yang tempat resepsionisnya di penuhi oleh mahasiswa yang mendaftar nama sesuai kelompok yang sudah di tentukan untuk tidur di kamar yang sama.
Aku sekamar dengan teman-teman dekatku dan beberapa senpai, setelah selesai berbenah kami memutuskan untuk berkumpul dulu di dalam kamar untuk sekedar mengobrol dan bermain sembari menunggu giliran kami memakai pemandian yang sepertinya sedang digunakan oleh para wanita.
.
.
.
.
.
Normal pov*
Pemandian terbuka dengan uap terlihat jelas di kalangan wanita yang sedang menggunakan pemandian di sore hari ini. Beberapa menggunakan handuk dan melihat pemandangan gunung di sore hari dari balkon pembatas. Berbeda dengan Nozomi yang baru saja membasuh tubuhnya di depan shower sembari duduk di bangku kecil yang tersedia. Saat sedang menggunakan shampo untuk mencuci rambut panjangnya, teman seangkatan Nozomi berkata akan masuk ke dalam onsen lebih dulu.
"Nozomi, aku akan masuk duluan ya.." jelas teman Nozomi yang berlari kecil ke arah kolam air panas bersama kumpulan wanita di sana.
"Boleh kupakai shower di sebelahmu, senpai..?"
Nozomi menggosok kepalanya ketika shower di sampingnya kosong dan seseorang muncul di samping Nozomi. Dia mendongak melihat seorang perempuan bertubuh mungil yang kelihatannya adalah kouhai. Wanita itu bersurai coklat pendek dengan potongan poni yang rata. Dia tersenyum pada Nozomi yang menatapnya.
Nozomi kembali fokus dengan kegiatannya membersihkan diri, "Tentu.." ucap Nozomi yang membiarkan rambutnya terangkat di atas karena shampo.
Perempuan bertubuh mungil itu duduk di bangku kecil sebelah Nozomi, dia ikut membasuh tubuhnya dengan shower. Seperti tak ada kerjaaan perempuan itu mengajak Nozomi bicara dengan basa-basi soal pemandian terbuka yang indah, meskipun Nozomi sama sekali tak peduli dan hanya sekedar mendengarkan. Lagipula, dia tidak mengenal orang di sebelahnya.
"Ah, benar belum berkenalan. Tojo-senpai bisa memanggilku Mika, banyak orang menyebutku Micchan. Yoroshiku nee.." jelas perempuan bernama Mika itu yang hanya direspon dengan anggukan dan senyuman oleh Nozomi.
Mika memperhatikan tubuh Nozomi yang putih bersih dengan dada Nozomi yang ukurannya lumayan besar. Dia tersenyum melihat Nozomi yang sibuk menyabuni tubuhnya.
"Kulit senpai bagus ya~ itu terlihat putih bersih.." jelas Mika pada Nozomi yang tersenyum karena dipuji oleh kouhainya.
"Kau berlebihan, kulitmu juga halus.." jelas Nozomi yang santai saja.
"Tapi aku sangat iri, kau punya tubuh yang ideal. Tubuhku pendek dan dadaku kecil.." Mika melirik dada Nozomi di sampingnya, "..Tojo-senpai, bagaimana caramu memiliki dada besar seperti ini?" Tanya Mika yang iseng menyentuh dada Nozomi dan meremasnya.
"Kurasa itu tumbuh saat aku masuk SMA, lagipula dada kecil juga bagus, itu terlihat imut~ kau tak perlu menyesalinya.." jelas Nozomi yang kemudian membasuh tubuhnya dari sabun yang menempel.
"Tojo-senpai, apa kau menyukai orang itu?"
"Maksudmu?"
"Aku tidak ingat orangnya, yang kutahu dia pacarnya Minami-san. Kalian saling bersandar saat di bus tadi, saat aku mengambil cemilan di tas aku melihat kalian. Memang apa bagusnya laki-laki itu?" Tanya Mika yang membuat Nozomi terdiam karena perempuan kecil itu baru saja menyinggung hal sensitif, setelah membasuh tubuhnya dari sabun yang menempel Nozomi menatap Mika dengan senyuman palsu.
"Kurasa kau salah paham, kami ketiduran jadi saat itu aku tidak sadar kalau bersandar di bahunya. Itu hanya kebetulan saja." jelas Nozomi.
"Benarkah? Kalau begitu, membosankan sekali~" jelas Mika sembari menggosok tubuhnya dengan sabun, entah bagaimana Nozomi tidak suka dengan nada bicara Mika yang terkesan sarkas.
"..padahal aku ingin melihat wanita sebaik Minami-san hancur, kira-kira apa mereka memang menjalani hubungan percintaan itu dengan serius? Kebanyakan perempuan cantik itu sombong, mungkin saja Minami-san hanya main-main saja. Dibalik wajah lugunya, dia banyak menarik perhatian. Aku tidak pernah menyukai perempuan cantik. Apa kau tidak memikirkan hal itu, Tojo-senpai?" Tanya Mika dengan entengnya setelah membuat kemungkinan jelek tentang Kotori.
Nozomi hanya tersenyum lalu merespon, "Kau benar, aku juga jadi penasaran~" jelas Nozomi.
Mika terlihat antusias memandang Nozomi di sampingnya, "Benarkah? Sudah kuduga, kita punya pikiran yang sama. Orang yang pernah bekerja sebagai hostess memang beda~ mau secantik apapun perempuan yang dikencani, para pria hanya akan menuruti naluri binatangnya. Aku ingat dengan jelas, wajah temanku yang cantik dan polos ketika SMA saat kurebut orang yang disukainya. Dan semua itu hanya karena aku mau tidur dengan mereka. Begitupun dengan pacarnya Minami-san kalau digoda juga pasti-"
"Bisa kau hentikan ocehan itu?" Nozomi menyelak omongan Mika tentang pandangan feministnya mengenai laki-laki atau pandangan misogininya mengenai perempuan cantik, Nozomi tak menyukai cara berpikir Mika yang terkesan Toxic.
Nozomi akui dia pernah mengatakan hal yang sama untuk menyinggung Naruto sebelumnya, tapi saat itu tujuannya berbeda dengan Mika yang memang senang mempermainkan orang lain. Mika memandang Nozomi yang menatapnya tajam, namun di pemandian itu sama sekali tak ada yang menyadari suasana kaku di antara mereka.
"Kenapa? Apa aku salah bicara?"
"Mika-san, kau malang sekali.."
"Hah?"
"Pandanganmu tentang laki-laki atau perempuan sudah tidak normal. Kau hanya mengambil kesimpulan dari perkiraan negatif, dan kau jadi impulsif. Kau wanita yang mengerikan, dan aku berbeda denganmu.." Nozomi sekarang balas menyentuh dada Mika di hadapannya, "Apa kau bangga ketika banyak pria menyentuh benda mungil ini?" Tanya Nozomi pada Mika yang terdiam memandangnya, Nozomi meremas keras dada Mika yang terjengit lalu melepasnya.
"Sayangnya orang itu bukan tipe yang mudah kau goda hanya dengan rayuan murahan seperti itu, kau sama sekali tidak tahu apapun. Dan aku benci wanita munafik sepertimu, jangan bersikap sok tahu hanya karena kau belum mengenalnya.." jelas Nozomi yang sudah muak melihat Mika yang menunduk, Mika sama sekali tidak mengerti kenapa Nozomi marah padanya hanya untuk masalah sepele.
Ketegangan itu terhenti ketika salah seorang teman Nozomi yang berada di kolam air panas memanggil.
"Nozomi! Kau tidak berendam?" Panggil teman seangkatan Nozomi.
Nozomi kemudian berdiri dari sana lalu melangkah pergi menuju kolam, tanpa mengatakan apapun lagi pada juniornya tersebut. Ketika berendam salah seorang teman bertanya pada Nozomi kenapa lama sekali, Nozomi hanya tersenyum dan berkata ada junior yang mengajaknya bicara.
Sementara Mika sekarang hanya mengepalkan tangannya menahan amarah yang memuncak karena merasa telah dihina oleh Nozomi, wajahnya yang nampak terlihat polos tersebut memperlihatkan gerutan kebencian.
.
.
.
.
.
Naruto membuka matanya dengan terpaksa, dia melihat pria-pria sekamarnya tertidur pulas di sekitarnya. Masih diingat jelas saat makan malam bersama terjadi kekacauan ketika para senpai meminum alkohol hingga mabuk karena sebuah permainan, lalu dirinya harus membantu mengangkut orang mabuk tersebut. Setelah itu, Naruto bersama teman sekamarnya bermain pingpong lalu kelelahan membuatnya tertidur lebih awal.
"Mau pipis.." gumamnya pada diri sendiri.
Matanya melirik pada smartphone di sampingnya yang menunjukkan pukul 4 pagi. Sekarang dengan masih setengah bangun dia melangkah keluar dari kamar karena ingin buang air kecil. Naruto melangkah menuju toilet laki-laki di penginapan yang jaraknya cukup jauh dan berada di luar kamar. Sepanjang perjalanan Naruto masih saja menguap, saat itu Naruto sama sekali tidak tahu ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.
Begitu sampai di toilet, Naruto menampakkan wajah lega saat sedang buang air kecil, dia kembali memakai celananya ke atas begitu selesai. Langkahnya kembali keluar menuju kamarnya dan kembali tidur. Namun, Naruto terkejut ketika sesuatu membungkus kepalanya, lalu dirinya ditarik paksa oleh seseorang untuk masuk ke dalam toilet wanita yang tepat bersebelahan dengan toilet laki-laki.
Naruto di dorong masuk ke salah satu bilik toilet yang sempit, seseorang memutar kunci pintu bilik toilet dimana di dalamnya terdapat dirinya dengan Naruto. Situasi yang ganjal ini membuat Naruto sadar dari ngantuknya, dia pikir yang melakukannya adalah Nozomi. Tapi, ketika melepas bungkusan kain di kepalanya dia melihat wajah wanita yang asing baginya. Wanita bersurai coklat sebahu dengan mengikat dua rambutnya, juga bola mata ungunya. Wanita itu sering dipanggil Mika atau Micchan.
Dengan wajah bodoh Naruto menatap wanita di depannya, "Huh? Siapa kau?" Sebenarnya Naruto tahu wanita di depannya teman seangkatannya, tapi dia tidak pernah bicara dengannya.
Mika yang melihat wajah Naruto juga terkejut karena tidak mengira yang ditangkapnya adalah Naruto, "Ah, kau kan pacarnya Minami-san.. siapa ya itu? Saruto?" Tebak wanita di depannya yang membuat Naruto tersinggung karena namanya berubah jadi Saru yang berarti 'Monyet'.
"Namaku Naruto tahu!" Jelas Naruto yang sempatnya untuk tersinggung.
"Begitu ya? Aku tidak peduli namamu siapa, tapi ini pas sekali~ aku memang sedang mengincarmu.."
"Hah?" Naruto memincingkan matanya tak mengerti.
"Awalnya aku hanya ingin main-main, tapi kemarin ada orang yang menghinaku. Jadi tujuanku kali benar-benar serius" Mika menunjuk Naruto, "Untuk merebutmu dari Minami-san." Lanjutnya.
Mika kemudian mendekat hingga Naruto terpojok saat duduk di WC, Naruto menegang karena tak mengerti dengan hal yang akan di lakukan wanita mungil di depannya. Tapi Naruto makin terkejut saat wanita itu sengaja duduk di atas pangkuannya, dia tersenyum puas ketika melihat ekspresi Naruto yang panik. Naruto tahu situasi ini, dia sudah pernah mengalami beberapa hal ketika diserang oleh wanita dominan. Tentu saja, dia teringat oleh Nozomi.
"Merebut? Oy, apa yang kau lakukan?" Tanya Naruto menatap aneh pada Mika, dan tak digubris Mika yang mengelus pundaknya.
"Hee~ kalau aku boleh tahu, berapa kali kau melakukannya dengan Minami-san selama seminggu?"
"Hah?" Naruto makin bingung oleh pertanyaan Mika.
"Aku bertanya tentang kehidupan seksmu, bodoh.." terang Mika yang langsung frontal sehingga membuat wajah Naruto memerah.
"Hah?! Memang itu urusanmu?!" Naruto malah makin panik.
"2 kali? 3 kali? 4 kali?" Tanya Mika yang membuat Naruto makin tidak nyaman lalu dia menarik baju Naruto hingga bibirnya tepat di dekat telingah Naruto, "Kalau kau ingin lebih, aku bisa melakukannya.."
"A-apa kau gila?!"
"Ayolah, kau bosan hanya melakukannya dengan satu wanita, 'bukan? Selingkuh bagi pria itu manusiawi.." jelas Mika yang mengangkat gaun tidurnya ke atas sehingga Naruto terkejut dengan benda yang di pakai wanita di depannya, di depan Naruto terpampang buah dada mungil yang lucu, lebih tepatnya wanita itu memakai lingerie yang di bagian dadanya sama sekali tidak tertutup.
"Jika kau ingin tahu, aku pakai yang bagian bawahnya berlubang~" Mika dengan sengaja menekan kemaluannya pada kejantanan Naruto, "Kau bisa langsung memasukannya~" ucap Mika dengan nada menggoda, bibirnya perlahan mendekat pada bibir Naruto yang nampak masih syok, tapi Naruto langsung mendorongnya.
"Gomen, aku sudah punya pacar.." jelas Naruto membuang muka dari wanita di depannya, tapi Mika balik mendorongnya.
"Aku tahu~ memang kenapa? Kau takut? pacarmu tidak ada di sini, jadi kau tak perlu khawatir.."
"Tentu saja! Kau harus melakukannya dengan orang yang kau sukai..!"
"Orang yang disukai? Itu omong kosong, kau tidak akan tahu jika belum mencobanya~ setelah kau melakukannya, kau pasti sadar.."
Mika bersikeras untuk menggoda Naruto tapi hal itu malah membuat Naruto ngeri dengan wanita di depannya, apalagi kata-katanya seperti memaksa Naruto untuk menyetubuhinya, tentu saja bagi Naruto wanita di depannya ini lebih mengerikan dari Nozomi. Setidaknya Nozomi tidak begitu menyeramkan.
Naruto langsung mengerahkan tenaganya untuk mendorong wanita di depannya hingga terjatuh, Naruto langsung berdiri di saat wanita itu meringis Naruto memutar kunci pintu di bilik toilet tersebut. Tapi, Naruto tidak tega ketika mendengar Mika meringis sakit karena dorongan Naruto membuat tubuhnya terbentur.
Naruto kembali berjongkok untuk setidaknya membantu Mika yang terjatuh di hadapannya, "Apa kau baik-baik saja? Aku tidak bermaksud untuk melukaimu.." tanya Naruto mengkhawatirkan keadaan Mika yang menunduk dan meringis, dia sama sekali tak menjawab. Naruto terkejut ketika tiba-tiba dia didorong oleh Mika hingga terbaring, Naruto menatap Mika yang tersenyum nakal di hadapan.
"Ups~ kau tertangkap~" Mika duduk di atas tubuh Naruto, pandangan Naruto melebar ketika tangan Mika bergerak untuk menurunkan celananya, sialan, ini seperti Naruto yang akan diperkosa.
Tangan Naruto menggenggam tangan Mika yang bersikeras menurunkan celananya, "Berhenti! Aku tidak menginginkannya!" Naruto menatap garang pada Mika yang masih ngeyel dan memaksa menarik celana Naruto yang berusaha bangun.
"Ufufu~ kau hanya malu-malu.." Mika tertawa seakan itu lelucon.
Ceklek!
Suara itu membuat Naruto dan Mika terkejut karena ada seseorang yang membuka pintu di bilik paling pojok. Mika langsung melonjak dengan bola matanya yang melebar saat melihat wanita bersurai ungu panjang keluar dari dalam bilik toilet tersebut. Dia jelas tahu siapa orang di hadapannya, orang yang sudah menghinanya kemarin, Nozomi Tojo. Keterkejutan membuat Mika menjauh dari Naruto.
"Se-sejak kapan kau ada di sini?!"
.
.
.
.
.
TBC dengan gantungnya~
Mika ini tokoh support di lovelive, rasanya aneh dibikin antagonis, tapi yaudahlah~